PARIWISATA Nama : Vikri Sabastian Kurnia NIM : 2008968 Program Studi : Pendidikan Seni Tari – 5A Instansi : Universitas Negeri Malang
“SENI PERTUNJUKAN”
A. Seni Pertunjukan, Budaya dan Tradisi Sebagai Komoditas Pariwisata Daerah
Seni pertunjukan (tari, musik, teater) adat tradisi, budaya etnik jika dikemas dengan “apik” dapat dijadikan sebagai aset wisata, lokal, regional, nasional maupun internasional. Dengan mengangkatnya menjadi aset wisata, daerah terpencil, terisolasi bisa menjadi terkenal, terdengar, unggul. Diperlukan industri kreatif yang bisa meningkatkan produksi, promosi dan pemasarannya. Atau menyelenggarakan event-event khusus seni tradisi dan budaya setempat baik skala regional, nasional maupun internasional. Daerah dapat menjadi penyelenggaranya, dan atau mengikuti event-event di luar daerah B. Wujud seni tradisi yang dapat dijadikan sebagai komoditas wisata 1. Seni tradisi ritual untuk upacara-upacara keagamaan dan adat. 2. Seni tradisi yang dikemas khusus untuk dinikmati masyarakat luas maupun wisatawan (arts for mart). C. Seni tradisi dapat dijadikan sebagai komoditas dalam kaitannya dengan peningkatan kesejahteraan. 1. Manusia hidup perlu memenuhi kebutuhan kehidupan. 2. Kebutuhan sandang, papan, pangan, aman, bahagia, sehat, sejahtera dll D. Menjadikannya sebagai komoditas, identik dengan bisnis maka yang harus diperhatikan Ada tahap memproduksi dan menjual. Tahap produksi: mencari,, menyeleksi, membeli, memesan, kontrak, negosiasi. Seni tradisional harus memiliki nilai lebih yang diunggulkan sebagai daya tarik wisatawan (tugas diskusi kelompok: mengidentifikasi seni pertunjukan wayang topeng). Harus dilakukan manajemen yang effisien dan efektif dengan antara lain: ketepatan pemilihan personil, skala prioritas, sumber biaya dan pemasaran, pemanfaatan teknologi. E. Contoh jenis seni pertunjukan tradisional 1. Seni pertunjukan tradisional yang loyo tapi pantas hidup adalah seni pertunjukan tradisional klasik dan seni pertunjukan tradisional rakyat (dipandang sebagai kesenian pusaka warisan yang tidak bisa diubah begitu saja, sehingga perlu dilestarikan sesuai aturan yang berlaku) . 2. Seni pertunjukan tradisional garanf tetapi semu adalah seni pertunjukan yang lebih mengutamakan kemasan yang bisa laku laris, penekannannya pada aspek komersial, sehingga orientasinya adalah pasar. biasanya bersifat instant cepat dinikmati, cepat diganti, cepat dibuang (hasim amir). Ada sebutan yang tidak nyaman utk seniman seni pertunjukan tradisional garang tetapi semu yaitu sebagai pelacur seni. Karyanya sering lebih mementingkan kesenangan sesaat, meninggalkan nilai - nilai filosofis, etika, moral, dengan tumpuan utama sebagai pemenuhan pesanan. 3. Seni pertunjukan tradisional penuh vitalisat tetapi kesepian menjadikan seni pertunjukan tradisional sebagai model dan bukan harga mati pencipta tidak merisaukan penonton sering dikelompokan sebagai karya ekspresi mental orientasi pada kematangan garapan, bentuknya bisa bertolak dari seni pertunjukan tradisional atau lepas dari seni pertunjukan tradisional. Penampilannya lebih pada lingkungan tertentu dan terbatas misalnya dilembaga pendidikan seni, taman budaya dan lain - lain. Penikmatnya kebanyakan berasal dari orang-orang khusus F. Tiga faktor penting dalam seni pertunjukan agar dapat memenuhi tuntutan pasar (audience) 1. Dalam faktor kemenarikan terdapat unsur estitis, artitis, maupun profesional sesuai kegunaan. 2. Dalam faktor keunikan terdapat unsur spesifik dan orisinalitas. 3. Faktor kemudahan akses terdapat unsur jumlah seniman, properti, maupun perlengkapan. Agar seni pertunjukan indonesia memasuki industri budaya perlu adanya perubahaan mindset para seniman yakni profesionalisme. Maksudnya lebih kreatif, agar karya seni pertunjukan mereka dapat diterima oleh masyarakat.