Anda di halaman 1dari 9

EKONOMI KREATIF SENI PERTUNJUKAN

Pengertian
Seni pertunjukan (Bahasa Inggris: performing art) adalah karya seni yang
melibatkan aksi individu atau kelompok di tempat dan waktu tertentu. performance
biasanya melibatkan empat unsur: waktu, ruang, tubuh si seniman dan hubungan
seniman dengan penonton.
Dalam industri kreatif kelompok seni pertunjukan yang meliputi kegiatan
kreatif yang berkaitan dengan pengembangan konten, produksi pertunjukan,
pertunjukan balet, tari tradisional, tari kontemporer, drama, musik, teater, tata
panggung, dan juga tata pencahayaan.
Pada konteks pengkategorian baku ilmu seni, seni pertunjukan dikenal seperti
seni musik, seni tari, seni teater, dan seni drama. Namun, pada pembahasan industri
kreatif melepaskan seni musik menjadi kelompok subsektor tersendiri. Sehingga,
kelompok industri kreatif subsektor seni pertunjukan hanya melingkupi kegiatan yang
berhubungan dengan seni drama, teater dan karawitan serta tari tanpa membedakan
antara klasik, tradisi, modern, populer maupun kontemporer. Termasuk di dalamnya
industri pendukung yang berkaitan seperti tata panggung, pencahayaan, busana dan
tata suara. Seni pertunjukan adalah karya yang melibatkan aksi individu maupun
kelompok yang menyajikan tontonan bernilai seni tanpa terbatas oleh media tertentu
walaupun dalam beberapa kasus, penggunaan media perantara seperti media
elektronik dan internet dapat mengurangi nuansa dari karya seni tersebut.
Produk industri seni pertunjukan bersifat intangible dan dinikmati oleh
audiens dalam sebuah tontonan. Produk ini tercipta melalui aktivitas proses kreasi
yang dikemas oleh produser atau event organizer dan dilanjutkan dengan aktivitas
komersialisasi oleh pemilik acara baik atas dasar permintaan konsumen akhir maupun
atas inisiatif sendiri. Seni pertunjukan ini dapat ditonton langsung seperti pada gedung
pertunjukan, hotel, restaurant, ruang publik ataupun melalui perantara media seperti
televisi dan internet.

Produk industri seni pertunjukan kadang tidak berdiri sendiri melainkan


tergabung dalam sebuah event. Hal ini ditemukan seperti pada pariwisata, pendukung
sebuah acara atau eksebisi hingga sarana promosi negara yang notabene pemerintah
sebagai promotor seni budaya bangsa juga berada sebagai pihak pembeli. Proses
kreasi merupakan titik awal penting dalam penciptaan produk seni pertunjukan. Pihak
yang terlibat dalam proses kreasi ini meliputi seniman per individu, dan komunitas
seni. Selain itu juga banyak ditemukan bahwa proses kreasi muncul dari lembaga
pendidikan. Dalam berkreasi, seniman tidak memikirkan terlalu dalam mengenai
aspek komersial yang dapat diperoleh karena seni tidak semata mata ditujukan untuk
mencari keuntungan. Hal ini perlu dijaga mengingat beberapa jenis pertunjukan
terutama yang berkaitan dengan kegiatan keagamaan tidak diperkenankan untuk
dilakukan modifikasi dengan tujuan permintaan konsumen. Diharapkan tidak terjadi
pendangkalan seni dan kooptasi serta hegemoni pemilik modal pada karya seni
pertunjukan.

Proses produksi Seni pertunjukan dikemas menjadi sebuah pagelaran yang


menarik berkonteks komersial (mencari keuntungan) oleh produser atau event
organizer. Pihak inilah yang berposisi sebagai pengemas dan mengorganisasi sebuah
karya seni pertunjukan untuk menjadi produk tontonan. Proses komersialisasi
Komersialisasi seni pertunjukan terletak kepada industri terkait seperti pariwisata,
media promosi dan pemerintah yang berkepentingan untuk mempromosikan budaya
ataupun menggunakan budaya sebagai salah satu bagian dalam kegiatan atau acara
yang dikerjakan. Misalkan seni pertunjukan yang dipakai dalam acara promosi sebuah
produk wisata. Proses distribusi produk seni pertunjukan ditujukan kepada proses
menyalurkan seni kepada konsumen baik untuk dinikmati langsung maupun melalui
media perantara. Walaupun pada produk tertentu, ada kalanya penggunaan media
perantara seperti elektronik dan internet akan mengurangi kenikmatan pemirsa. Seni
pertunjukan didistribusikan kepada konsumen melalui gedung pertunjukan.
Mengingat minimnya sarana gedung pertunjukan telah mencuatkan isu untuk
menampilkan seni diruang ruang publik non ruang seni pertunjukan.

Lapangan usaha yang merupakan bagian dari kelompok industri seni pertunjukan
yaitu:

1. Jasa konvensi, pameran, dan perjalanan insentif yang mencakup usaha dengan
kegiatan memberi jasa pelyanan bagi suatu pertemuan sekelompok orang
(negarawan, usahawan, cendekiawan, dan sebagainya). Termasuk juga dalam
kelompok ini usaha jasa yang merencanakan, menyusun dan menyelenggarakan
program perjalanan insentif dan usaha jasa yang melakukan perencanaan dan
penyelenggaraan pameran;
2. Impresariat yang mencakup kegiatan pengurusan dan penyelenggaraan
pertunjukan hiburan baik yang berupa mendatangkan, mengirim, maupun
mengembalikan serta menentukan tempat, waktu, dan jenis hiburan. Kegiatan
usaha jasa impresariat ini meliputi bidang seni dan olah raga;
3. Kegiatan drama, musik, dan hiburan lainnya oleh pemerintah yang mencakup
kegiatan pemerintah dalam usaha menyelenggarakan hiburan baik melalui siaran
radio, dan televisi, maupun tidak, seperti: drama seri, pagelaran musik, dengan
tujuan sebagai media hiburan;
4. Kegiatan drama, musik, dan hiburan lainnya oleh swasta yang mencakup
usaha pertunjukan kesenian dan hiburan panggung yang dikelola oleh swasta
seperti: opera, sandiwara, perkumpulan kesenian daerah, juga usaha jasa hiburan
seperti: band, orkestra, dan sejenisnya. Termasuk kegiatan novelis, penulis cerita
dan pengarang lainnya, aktor, penyanyi, penari sandiwara, penari dan seniman
panggung lainnya yang sejenis. Termasuk juga usaha kegiatan produser radio,
televisi, dan film, penceramah, pelukis, kartunis, dan pemahat patung;
5. Jasa Penunjang Hiburan yang mencakup usaha jasa penunjang hiburan
seperti : jasa juru kamera, juru lampu, juru rias, penata musik, dan js peraltan
lainnya sebagai penunjang seni panggung. Termasuk juga agen penjualan karcis/
tiket pertunjukan seni dan hiburan;
6. Kegiatan Hiburan lainnya yang mencakup kegiatan dalam menyelenggarakan
hiburan kepada masyarakat, oleh pemerintah atauswasta.

Profesi yang ada pada industri seni pertunjukan khususnya seni tradisi sangat
berkorelasi dengan latar belakang budaya dan etnis setiap seniman. Walau sangat
dimungkinkan bahwa seni sebuah etnis tertentu dipelajari oleh seniman berlatar
belakang etnis yang berbeda. Namun hal ini tidak berlaku pada seni
pertunjukan modern, misalnya seniman Bali akan kental nuansa tradisi Bali yang
banyak berlatar belakang keagamaan, dan adat begitu pula dengan Jawa dengan
pewayangan sebagai salah satu contoh. Profesi utama di subsektor industri Seni
pertunjukan meliputi:

1. Sutradara yaitu profesi yang melakukan aktivitas memimpin dan mengarahkan


seniman dalam sebuah acara pertunjukan
2. Aktor sebagai profesi yang menampilkan seni pertunjukan sebagai pemain
termasuk sebagai story teller.
3. Koreografer sebagai profesi yang melakukan penata tari, gerak dan olah tubuh
4. Penulis naskah yaitu profesi yang merumuskan alur cerita.
5. Manajer artis/seniman/teater yaitu profesi yang melakukan aktivitas
pengaturan dan negosiator ke pihak lain atas nama artis/seniman.
6. Penata cahaya yaitu profesi yang mengatur pencahayaan saat pertunjukan
berlangsung
7. Penata suara yaitu profesi yang bertugas untuk mengatur tata suara saat
pertunjukan
8. Penata busana yaitu profesi yang mendukung acara pertunjukan dari sisi
busana.

Kategori Seni Pertunjukan Dalam Ruang Ekonomi Kreatif

1. Tari

Definisi tari yang umum dikenal adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh
imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang
simbolis dan menjadi ungkapan si pencipta (Hawkins, 1990). Menurut
perkembangannya, maka seni pertunjukan tari dapat dibagi menjadi
beberapa genre  yaitu:

 Tari tradisi atau tradisional merujuk pada tarian yang dipentaskan sebagai


bagian dari tradisi setempat, dan ini bisa terdiri dari tari ritual/klasik, tarian
rakyat yang bentuknya beragam dan umumnya membawa identitas suku, daerah,
 Tari kreasi baru atau ‘garapan baru’ didefinisikan pertama kali oleh R.M.
Soedarsono (1974) sebagai komposisi tari yang masih menggunakan idiom-
idiom tari tradisi, namun telah digarap ulang dengan memasukkan elemen-
elemen baru seperti irama paduan gerak atau pun kostum.
 Tari modern, sebagai istilah baku di kajian tari global, istilah ini awalnya
merujuk pada eksperimental artistik di Barat (Eropa-Amerika) di awal abad ke-
20 ketika tari masuk ke dalam ruang teater modern tempat ekspresi
individualitas menjadi penanda utama.
 Dalam pemakaian sehari-hari di media maupun di lingkungan akademis, di
Indonesia, pengertian tari modern masih cenderung melenceng dari alur sejarah
modernisme Seringkali, tari modern dianggap sebagai garapan baru (tari kreasi)
atau malah disalahtafsirkan sebagai tari latar (hiburan).
 Tari kontemporer adalah kategori yang cenderung ditumpang-tindihkan
dengan tari modern, namun juga yang secara lentur dipahami sebagai garapan
tari baru yang motivasinya
mendasarkan diri pada eksperimental artistik. Eksperimental bisa berpusat pada
gerak, komposisi maupun situs (sites) di luar panggung prosenium ataupun
gedung teater lainnya.
Di luar keempat kategori ini, sendratari adalah kategori khas Indonesia yang
muncul setelah produksi Ballet Ramayana (1961) atau yang kemudian dinamai
baru sebagai Sendratari Ramayana (1970).
1. Teater

Teater dalam seni pertunjukan memiliki makna yang luas. Selain merujuk pada
gedung tempat digelarnya pertunjukan atau sinema, pengertian kata ini juga
mencakup hampir seluruh bentuk seni pertunjukan dari ritual purba, upacara
keagamaan, pertunjukan rakyat (folk theatre), dan jalanan (street theatre), sampai
pada bentuk seni pertunjukan yang muncul kemudian (termasuk di dalamnya
pantomim dan tableaux atau pentas gerak tanpa kata). Oleh karena itu, pendefinisian
seni pertunjukan kategori teater masih merupakan tantangan, namun sebagai potensi
ekonomi kreatif, teater diklasifikasikan menjadi:

 Teater tradisi. Pengertian teater tradisi dibatasi pada: 1) bentuk seni


pertunjukan tradisi yang sudah berlangsung lama–puluhan atau ratusan tahun-
dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya; 2) watak
multidisiplinnya cukup dominan, tak hanya melibatkan olah gerak dengan
iringan musik, tapi juga pengucapan dialog atau syair, serta ekspresi dramatik
lainnya, baik berdasar pakem, lakon tertulis atau hanya improvisatoris; 3)
berakar pada–serta mengolah idiom budaya dan menggunakan bahasa suku
bangsa setempat serta menjadi bagian dari proses solidaritas warga; 4) terkait
dengan nilai serta kepercayaan komunitas masyarakat tempat seni pertunjukan
itu hadir dan tumbuh (Kayam, 1981); 5) berlangsung di luar ruangan (outdoor)
atau di tempat-tempat yang sifatnya sementara (bukan gedung atau bangunan
yang dirancang khusus); 6) banyak teater tradisi dari suatu daerah berangkat dari
sastra lisan yang berupa pantun, syair, legenda, dongeng, dan cerita-cerita rakyat
setempat (folk-lore).
 Teater modern. Pendefinisian teater modern di Indonesia tidak dapat
sepenuhnya sesuai dengan kontekstual seni pertunjukan Indonesia, karena di
Indonesia, ‘teater modern’ adalah bagian dari produk kultural yang dibawa oleh
kontak Indonesia dengan ‘Barat’ pada zaman kolonial. Batas-batas teater
‘modern’ dalam pengembangan ekonomi kreatif ini melingkupi: 1) berdasarkan
naskah lakon (baik terjemahan maupun orisinal); 2) melisankan naskah dengan
iringan musik yang terbatas; 3) kebanyakan berlangsung di panggung prosenium
yang memisahkan dan menghadapkan penonton dengan pemain secara frontal;
serta 4) mengutamakan akting realistik, meskipun ditempatkan dalam konteks
dan situasi-situasi non-realis.
 Teater transisi adalah teater yang jejak tradisinya masih terasa namun sudah
menggunakan elemen-elemen atau praktik-praktik modern, seperti pada bentuk
panggung (prosenium, dalam ruang), tema yang digarap (mulai mengangkat
tema yang dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat), maupun
pengelolaan organisasinya.
 Teater eksperimental atau garda depan (avant-garde) adalah bentuk
pertunjukan teater dengan semangat eksperimental sehingga membuat setiap
pertunjukan akan memiliki gaya atau percampuran gaya yang bisa berbeda
dengan tajam, dan teater eksperimental atau teater garda depan tak bisa
digeneralisir. Klasifikasi ini bisa dimungkinkan sejauh kita menempatkan
amatan pada semangat eksperimental tersebut dan upaya untuk mencari bahasa-
bahasa ‘baru’ dalam ekspresi mereka. Semangat dan upaya yang kerap
mendorong praktik penciptaan teater garda depan melintasi banyak disiplin dan
menggunakan beragam medium dalam pertunjukan mereka.
Berdasarkan tujuan penciptaan serta watak pengelolaan kelompok karya, teater yang
menjadi fokus pengembangan adalah:

 Teater nonkomersial/teater ketiga atau teater sebagai aktivisme kultural,


yaitu praktik teater yang dilakukan dengan dasar pembacaan atau refleksi atas
kenyataan dan masalah yang lebih luas dari si seniman: kenyataan dan problem
masyarakatnya. Di samping hiburan, penonton juga diajak untuk memikirkan
persoalan-persoalan di masyarakat yang menjadi pijakan berkarya.
 Teater komersial adalah praktik teater yang diciptakan dan dipentaskan
dengan tujuan serta niatan komersial (profit oriented), dengan standar
profesionalisme dalam ukuran relatif berdasarkan konteks masing-masing.
Karena tujuan dan aspirasinya komersial, maka watak pertunjukan-pertunjukan
semacam ini menekankan pada sisi hiburan yang segera (immediate). Karenanya
unsur musik (dan lagu) populer serta pertunjukan kerupaan (spektakel) di
panggung-panggung komersial mendapatkan porsi yang besar
1. Musik
Seni pertunjukan musik merujuk pada bentuk penyajian musik secara langsung
(live) di hadapan penonton (audiences) yang kemudian dapat dikelompokkan ke
dalam tiga jenis, yaitu:
 Pertunjukan musik populer kontemporer, merujuk pada pertunjukan musik
yang terdiri dari sejumlah genre populer termasuk musik pop, rock, jazz, soul,
R&B, reggae, dan sebagainya, namun digubah dengan tingkat eksperimental
tinggi dan digunakan sebagai medium penyampaian gagasan penciptaan
senimannya (komponisnya), sehingga konser/pertunjukan musik ditempatkan
sebagai aktivitas utama dalam
 Pertunjukan musik yang berakar pada kebudayaan lokal (kontemporer
dan nonkontemporer), yang dapat dibagi menjadi:
 Pertunjukan musik tradisional adalah musik yang diwariskan secara turun-
temurun dan berkelanjutan pada masyarakat suatu daerah, dan mempunyai ciri
khas masingmasing baik dari alat, gaya, dan bahasa yang digunakan. Contoh:
Gondang (Batak), Gambus dan Orkes Melayu (Riau), Gambang Kromong
(Betawi), Angklung (Sunda), dan Gamelan (Jawa dan Bali).
 Pertunjukan musik dunia (world music) adalah pertunjukan musik yang
pada umum merujuk pada sebuah genre perpaduan (fusion) antara musik-musik
yang mengambil sumber dari lokalitas tertentu (non-Barat) tertentu
dengan genre musik lainnya.
1. Pertunjukan musik klasik Barat (kontemporer dan nonkontemporer), yang
dapat dibagi menjadi:
 Orkestra, adalah sekelompok musisi yang memainkan alat musik Klasik
bersama, seperti alat musik gesek (strings), alat musik tiup (woodwind & brass),
dan alat perkusi.
Selain tiga kategori tersebut, piano dan gitar juga terkadang dapat dijumpai
dalam
 Musik kamar (chamber music), adalah musik klasik yang dimainkan oleh
sekelompok musisi berjumlah kecil (biasanya 4 orang) dan dipentaskan di
ruangan skala kecil.
 Paduan suara
 Seriosa
Pengembangan bentuk musik kontemporer berlaku pada setiap genre tersebut,
artinya merujuk pada eksperimental yang melebihi dari apa yang sudah
dilakukan sebelumnya, disemangati oleh pencarian kemungkinan baru,
menekankan sifat anti pada kaidah-kaidah kompositoris, bahkan anti pada
bentuk-bentuk penyajian musikal yang baku dan mapan. Dari sudut pandang
kreativitas, musik kontemporer dimengerti sebagai musik ‘baru’ yang dibuat
dengan kaidah dan suasana yang baru, berkembang pada gagasan yang
menempatkan proses eksplorasi bunyi sebagai yang utama dan medium ekspresi
yang tak terbatas agar dapat mewadahi gagasan penciptanya–yang pada akhirnya
lepas dari konsep musik yang enak didengar saja. Sedangkan musik
nonkontemporer merujuk pada gubahan musik yang bentuknya relatif tidak
berubah dari zaman ke zaman dan tidak terjadi eksplorasi dalam teknik
permainan maupun bunyi diluar dari apa yang lazimnya
Analisis SWOT : Seni Pertunjukan
Kekuatan Kelemahan
 Menjadi solusi hiburan kepada  Proses produksinya belum
masyarakat yang di pentaskan ditunjang dengan adanya
secara menarik dan masa kini infrastruktur fisik yang memadai
 Munculnya beragam perkumpulan  Belum adanya keterlibatan actor,
formal maupun informal yang pengusaha / pebisnis
berkenaan dengan profesi di  Distribusinya masih pada event-
bidang industri kreatif seni event tertentu secara local
maupun sekadar hobi yang  Kualitas dan kuantitas SDM
digeluti secara serius pendukung seperti juru kamera,
 Mampu menjadi profesi yang juru lampu, juru rias, penata
mengguntungkan bagi pelaku musik, lainnya sebagai penunjang
dalam seni pertunjukan. seni panggung masih kurang

Peluang Ancaman
 Mulai banyaknya festival yang  Upaya dalam hal regenearis masih
diadakan baik di tingkat nasional kurang
maupun local  Sponsorship dari pihak swasta
 Kemajuan teknologi informasi masih minim
memperbesar peluang promosi,  Belum adanya regulasi profesi
pembelian tiket serta pertunjukan untuk seniman dan standart yang
melalui dunia maya website telah di tetapkan
(online)  Pandemi covid menjadi salah satu
ancaman karena kebijakan yang
menetapkan tidak diperbolehkan
berkerumunan orang.

Anda mungkin juga menyukai