Anda di halaman 1dari 6

TUGAS WAKAF

NAMA: SYAIF AMBIYA


KELAS: X MIPA 3

SMAN 1 SINDANG
JL. MT HARYONO, INDRAMAYU
 Pengertian wakaf

Wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau sekelompok orang atau badan hukum yang
memisahkan sebagian dari harta miliknya dan melembagakannya untuk selama-lamanya guna
kepentingan ibadat atau kepentingan umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam.

Wakaf berfungsi mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis harta benda wakaf untuk
kepentingan ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan umum. Wakaf bertujuan
memanfaatkan harta benda wakaf sesuai dengan fungsinya.

Dalam rangka mencapai tujuan dan fungsi wakaf, harta benda wakaf hanya dapat
diperuntukkan bagi:[5]
a. sarana dan kegiatan ibadah;
b. sarana dan kegiatan pendidikan serta kesehatan;
c. bantuan kepada fakir miskin, anak terlantar, yatim piatu, bea siswa;
d. kemajuan dan peningkatan ekonomi umat; dan/atau
e. kemajuan kesejahteraan umum lainnya yang tidak bertentangan dengan syariah dan
peraturan perundang-undangan.

 Benda Wakaf

Benda wakaf adalah segala benda baik benda bergerak atau tidak bergerak yang memiliki daya
tahan yang tidak hanya sekali pakai dan bernilai menurut ajaran Islam.[6]

Benda wakaf harus merupakan benda milik yang bebas segala pembebanan, ikatan, sitaan dan
sengketa.[7] Harta benda wakaf hanya dapat diwakafkan apabila dimiliki dan dikuasai oleh
Wakif (pihak yang mewakafkan harta benda miliknya) secara sah.[8]

Harta benda wakaf terdiri dari:[9]


a. benda tidak bergerak;
b. benda bergerak selain uang; dan
c. benda bergerak berupa uang.
 Contoh contoh wakaf

1. Wakaf masjid oleh utsman

IHRAM.CO.ID, JAKARTA – Utsman bin Affan RA adalah sahabat Rasulullah SAW yang dikenal
kelembutan dan kedermawanannya. Jika Anda ke Madinnah, menemukan hotel dan Masjid
Utsman bin Affan itu bukanlah hanya sekedar nama yang digunakan pemilik hotel. Hotel dan
masjid itu memang benar-benar dibangun dari rekening tabungan milik Utsman bin Affan yang
sudah berusia kurang lebih 1.400 tahun.

Hotel tersebut kini dikelola oleh Sheraton dan salah satu hotel bertaraf internasional. Hotel
tersebut berdiri gagah setinggi 15 lantai dengan 24 kamar disetiap lantai. Hotel tersebut
dilengkapi dengan restoran besar dan tempat belanja. Dekat hotel tersebut terdapat Masjid
Utsman bin Affan yang juga masih aktif digunakan.

Kisah hotel Utsman bin Affan berawal saat kaum Muslimin berhijrah ke Madinah. Saat itu,
jumlah umat Islam bertambah banyak. Dampaknya, umat Islam mulai kesulitan air bersih.
Sewaktu di Makkah, ketersediaan air begitu melimpah. Sementara di Madinah, umat Islam
praktis hanya mengandalkan sumur.

Sumur terbesar di Madinah hanyalah milik Biru Rumah, seorang Yahudi. Oleh umat Islam, sumur
itu hendak dibeli. Namun, pemilik menjualnya dengan harga yang sangat tinggi. Mengetahui
kabar itu, Rasulullah sempat menawarkan kebun luas sebagai gantinya. Tapi tawaran tersebut
ditolaknya.

Datanglah, Ustman bin Affan. Ia menawarkan pemiliknya sistem sewa. Mekanisme, pemilik dan
penyewa akan menggunakan sumur tersebut bergantian setiap harinya. Skema ini berhasil
dijalakan. Umat Islam secara tertib teratur menggunakan sumur tersebut. Karena merasa rugi,
pemiliknya menjual sumur tersebut 20.000 dirham.

Wakaf sumur Ustman terus berkembang. Oleh pemerintah Ustmaniyah, wakaf Ustman dijaga
dan dikembangkan. Perawatan wakaf Ustman ini dilanjutkan Kerajaan Saudi. Alhasil, dikebun
tersebut tumbuh skeitar 1550 pohon kurma. Kerajaan Arab melalui kementerian Pertanian
mengelola hasil kebun wakaf Utsman. Uang yang didapat dari panen kurma dibagi dua;
setengahnta dibagikan kepada anak-anak yatim dan fakir miskin lalu separuhnya lagi disimpan di
sebuah bank dengan rekening atas nama Utsman bin Affan.

Rekening atas nama Utsman bin Affan dipegang oleh Kementerian Wakaf. Dengan begitu
‘kekayaan’ Utsman bin Affan yang tersimpan di bank terus bertambah sampai pad aakhirnya
digunakan untuk membeli sebidang tanah di kawasan Markaziyah (area eksklusif) dekat Masjid
Nabawi. Diatas tanah itulah hotel Utsman bin Affam dibangun dari uang rekeningnya, tepat
disamping Majsid yang juga atas nama Utsman bin Affan.

2. Wakaf masjid oleh warga

Masjid An-Nuur dibangun pada tahun 1920 diatas tanah wakaf seorang warga. Dalam
perkembangannya, masjid telah mengalami beberapa renovasi sesuai dengan kebutuhan.
Renovasi terakhir dilakukan pada Maret 2008 dan diresmikan oleh Walikota Batu kala itu, Bpk.
Eddy Rumpoko.

Masjid yang berada tepat ditengah jantung Kota Batu Jawa Timur ini, terlihat agung dengan
nuansa warna hijau dan krem di sekujur tubuh bangunan. Secara keseluruhan masjid tampak
indah dengan pola lekukan dan patahan yang terlihat pada beberapa bagian dinding. Lekukan
ini adalah akasen hias dan berfungsi sebagai penahan beberapa bagian masjid, seperti tangga.
Tepat pada dinding mihrab dengan lapisan batu alam berwarna hitam, terdapat kaca bulat yang
memancarkan cahaya alami.

Masjid An-Nuur masih akan direnovasi untuk menambah beberapa bagian dan mempercantik
penampilannya. Direncanakan, akan dibangun menara setinggi 99 meter di sebelah barat pintu
gerbang, mengacu pada menara Mesjid Agung Jawa Tengah.

3. Wakaf uang

Makkah - Sejak tahun 2006, jemaah haji asal Aceh rutin mendapatkan ekstra uang saku.
Pemberinya adalah badan wakaf Habib Bugak Al Asyi asal Aceh. Sejak 200 tahun lalu, Habib
Bugak sudah mengeluarkan wasiat agar aset-asetnya di Makkah diwakafkan untuk kepentingan
jemaah asal Aceh.

Uang saku tambahan tersebut berjumlah 1.200 riyal. Artinya, para jemaah Aceh mendapat uang
tambahan setelah sebelumnya mendapat uang living cost dari biaya haji yang mereka bayarkan
ke pemerintah sebesar 1.500 riyal.

Acara pemberian uang saku ini digelar di pemondokan 605, Syisya, Makkah, Arab Saudi, Senin
(29/8/2016). Hadir dalam acara itu pihak pengelola badan wakaf dan keturunan dari Habib
Bugak, yakni Abdurrahman bin Abdullah Al Asyi, Kepala Dinas Syariat Aceh Syahrizal Abbas dan
Kepala Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Ahmad Dumyathi Bashori. Ada
sekitar 300 jemaah yang saat itu mendapat jatah. Sebelumnya pembagian sudah dilakukan
kepada jemaah Aceh lainnya sebanyak 3.000 orang.

Jemaah asal Aceh masing-masing mendapat tambahan uang saku sebesar 1.200 riyal
(Rachmadin/detikcom)
"Tahun ini jemaah asal Aceh yang mendapatkan itu 3.000 lebih diberikan kepada calon jemaah
haji. Nilainya 1.200 riyal Saudi Arabia per jemaah," kata Abdurrahman yang diterjemahkan oleh
Syahrizal Abbas ke bahasa Indonesia.

Uang wakaf ini diberikan sejak 2006. Sebelum itu, kompensasi wakaf diberikan dalam bentuk
layanan akomodasi dan bantuan konsumsi bagi jemaah Aceh di Makkah. Setelah layanan itu
semua kini didapatkan secara baik, maka kompensasi uang jadi pilihan.

Uang wakaf itu berasal dari aset-aset Habib Bugak yang tersebar di kota Makkah. Aset tanah itu
kini sudah berubah bentuk jadi hotel dan apartemen, lalu dikelola secara profesional oleh badan
wakaf keluarga. Hasil keuntungannya sebagian diberikan untuk jemaah haji asal Aceh dan para
mukimin Aceh di Makkah.

Di antara aset-aset itu ada yang berdiri di dekat Masjidil Haram bernama Hotel Ramada. Lalu
ada juga hotel-hotel lainnya. Abdurrahman tak bisa menyebut nilai total asetnya karena terus
bergerak. Namun yang pasti, Hotel Ramada kini ditaksir bernilai 1,5 miliar riyal oleh pemerintah
Saudi karena akan dibongkar. Sementara ada deposito lain senilai 5 juta riyal yang dikelola
badan wakaf.

Tahun ini jemaah asal Aceh yang mendapatkan uang saku ada 3.000 orang lebih (Rachmadin
Ismail/detikcom)

"Niat pertama wakaf ini untuk kebaikan, untuk keikhlasan kepada Allah SWT. Tanah wakaf di
Makkah untuk kepentingan membantu kaum muslimin yang melaksanakan ibadah haji untuk
jemaah Aceh. Niatnya tak ada lain untuk keikhlasan dan mengharapkan ridha Allah SWT," papar
Abdurrahman.

Seluruh jemaah Aceh yang berangkat ke Tanah Suci mendapatkan uang tersebut. Termasuk juga
yang meninggal dunia di Makkah dan Madinah, maka ahli warisnya bisa mengambil uang
tersebut selama menunjukkan kartu tanda yang ditandatangani oleh Gubernur Aceh Zaini
Abdullah.

Dumyathi Bashori mengapresiasi kegiatan ini. Dia berharap, kedermawanan Habib Bugak jadi
pembelajaran bagi orang-orang kaya lain di Indonesia. Harta wakaf tidak akan pernah putus
manfaatnya sampai turun temurun. Terbukti, aset Habib Bugak kini bisa dinikmati setelah 200
tahun kematiannya.

"Mudah-mudahan kita berharap ini adalah contoh bagi kita. Ke depan masyarakat kaya
Indonesia bisa mewakafkan di Saudi misalnya tanah dan lain sebagainya, jadi wakaf ini tidak
cuma bagi jemaah Aceh tapi juga bagi jemaah di wilayah lainnya," harapnya.

Anda mungkin juga menyukai