Anda di halaman 1dari 6

Nama : Galih Aulia Mahadi

NIM : 142170058
Kelas : EA-B

RESUME PENGELOLAAN PAJAK

LAPORAN KEUANGAN FISKAL

PENGERTIAN

Laporan keuangan fiskal adalah laporan keuangan yang disusun sesuai dengan peraturan
perpajakan dan digunakan untuk keperluan perhitungan pajak. Undang undang pajak tidak
mengatur secara khusus bentuk dari laporan keuangan, hanya memberikan pembatasan untuk hal
hal tertentu, baik dalam pengakuan penghasilan maupun biaya. Laporan keuangan komersial
yang di rekonsiliasi dengan koreksi fiskal akan menghasilkan laporan keuangan fiskal. Standar
akuntansi keuangan khusus PSAK 46 tentang akuntansi pajak penghasilan.

MENURUT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

Dalam rangka dasar Standar Akuntansi Keungan (SAK) disebutkan bahwa tujuan laporan
keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai
dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Penghasilan

Penghasilan (income) adalah penambahan aset atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan
kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Penghasilan meliputi
pendapatan (revenues) dan keuntungan (gains). Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari
aktivitas perusahaan yang biasa dikenal dengan berbagai sebutan yang berbeda seperti penjualan,
penghasilan jasa (fees), bunga, deviden, royalti, dan sewa.

Pendapatan timbul dari transaksi dan peristiwa ekonomi sebagai berikut :

 Penjualan barang
 Penjualan jasa
 Penggunaan aset perusahaan oleh pihak – pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti,
deviden.
Biaya

Biaya (cost) adalah semua pengurang terhadap penghasilan. Sehubungan dengan periode
akuntansi pemanfaatan pengeluaran dipisahkan antara pengeluaran atau belanja modal (capital
Expenditure) yaitu pengeluaran yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi dan
dicatat sebagai aset, dan pengeluaran penghasilan (revenue expenditure) yaitu pengeluaran yang
hanya memberi manfaat untuk satu periode akuntansi yang bersangkutan yang dicatat sebagai
beban.

Beban (expanse) adalah penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam
bentuk arus kas keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang menyebabkan
penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.

LAPORAN KEUANGAN FISKAL MENURUT PERATURAN PERPAJAKAN

Rekonsiliasi fiskal dilakukan oleh wajib pajak karena terdapat perbedaan perhitungan antara laba
menurut komersial atau akuntansi dengan laba menurut perpajakan. Laporan keuangan komersial
ditujukan untuk menilai kinerja ekonomi dan keadaan finansial dari sektor swasta, sedangkan
laporan keuangan fiskal lebih ditujukan untuk menghitung pajak.

Dengan demikian, rekonsiliasi fiskal dapat diartikan sebagai usaha mencocokan perbedaan yang
terdapat dalam laporan keuangan komersial dengan perbedaan yang terdapat dalam laporan
keuangan fiskal yang disusun berdasarkan UU perpajakan. Rekonsiliasi dilakukan terhadap pos-
pos penghasilan dan pos-pos biaya laporan keuangan komersial, antara lain:

 Rekonsiliasi terhadap penghasilan yang dikenakan pph final;


 Rekonsiliasi terhadap penghasilan yang bukan merupakan objek pajak;
 Wajib pajak mengeluarkan biaya-biaya yang tidak boleh menjadi pengurang penghasilan
bruto;
 Wajib pajak menggunakan metode pencatatan yang berbeda dengan ketentuan pajak; dan
 Wajib pajak mengeluarkan biaya-biaya untuk mendapatkan pendapatan yang telah
dikenakan pph fnal dan pendapatan yang dikenakan pph non final.
Atas pos-pos penghasilan dan biaya di atas dilakukan rekonsiliasi fiskal yang pada umumnya
mengacu pada Pasal 4 ayat (2), Pasal 4 ayat (3), Pasal 6 dan Pasal 9 UU PPh. Namun, terdapat
pula ketentuan perpajakan lain (UU PPh dan aturan turunannya) yang dapat menjadi acuan
dalam melakukan rekonsiliasi fiskal.

REKONSILIASI LAPORAN KEUANGAN AKUNTANSI DENGAN LAPORAN FISKAL

Rekonsiliasi fiskal dan komersial pada hakikatnya adalah merupakan proses untuk mendapatkan
angka laba fiskal atau laba kena pajak dengan melakukan penyesuailan – penyesuaian terhadap
laba komersial atau laporan laba rugi. Proses rekonsiliasi fiskal ini umumnya dilakukan oleh
wajib pajak yang berbentuk perusahaan. Rekonsiliasi yang dilakukan akan menghasilkan koreksi

fiskal yang akan memperngaruhi besarnya laba kena pajak serta pajak penghasilan (PPh)

terhutang. Rekonsiliasi dapat dilakukan terhadap pos – pos biaya dan pos – pos penghasilan

dalam laporan keuangan komersial,antara lain :

1. Rekonsiliasi terhadap penghasilan yang dikenakan PPh Final.

2. Rekonsiliasi terhadap penghasilan yang bukan merupakan objek pajak.

3. Wajib pajak mengeluarkan biaya – biaya yang sebenarnya tidak boleh menjadi

pengurang penghasilan bruto.

4. Wajib pajak menggunakan metode pencatatan yang berbeda dengan ketentuan pajak.

5. Wajib pajak mengeluarkan biaya – biaya yang dikeluarkan bersama – sama untuk

mendapatkan pendapatan yang telah dikenakan PPh Final atau pendapatan yang bukan

objek pajak serta pendapatan yang dikenakan PPh nonfinal.

Koreksi Fiskal dan Komersial

Koreksi fiskal dan komersial adalah koreksi perhitungan pajak yang diakibatkan oleh adanya
perbedaan pengakuan metode,manfaat,dan umur,dalam menghitung laba secara komersial atau
dengan secara fiskal. Koreksi Fiskal dilakukan karena adanya perbedaan antara laba atau rugi
menurut perhitungan akuntansi komersial dengan akuntansi fiskal ( berdasarkan UU No.10 tahun
1994 Dan UU No.17 tahun 2000), maka sebelum menghitung pajak penghasilan yang terhutang,
terlebih dahulu laba/rugi komersial tersebut harus dilakukan koreksi – koreksi fiskal sesuai
dengan UU No.17 tahun 2000.

Dengan demikian, Untuk keperluan perpajakan wajib pajak tidak perlu membuat pembukuan
ganda,melainkan cukup membuat satu pembukuan berdasarkan standar akuntansi keuangan
(SAK), dan pada waktu mengisi SPT tahunan PPh terlebih dahulu harus dilakukan koreksi –
koreksi fiskal. Koreksi fiskal tersebut dilakukan baik terhadap penghasilan maupun terhadap
biaya – biaya (pengurang penghasilan bruto ).

PERBEDAAN AKUNTANSI PAJAK DENGAN AKUNTANSI KOMERSIAL

Pendapatan atau Penghasilan

Konsep penghasilan menurut akuntansi dan perpajakan berbeda. Ini merupakan hal yang wajar,
mengingat tujuan dan pembuat kebijakan pada kedua laporan keuangan tersebut juga berbeda.
Pada akuntansi atau komersial, pendapatan (revenue) dan penghasilan (income) adalah hal yang
berbeda, tetapi keduanya masuk dalam laporan keuangan, sedangkan di dalam akuntansi pajak
atau fiskal pendapatan adalah penghasilan.

Definisi pendapatan menurut IFRS dalam IAS 18, Pendapatan atau revenue adalah arus masuk
bruto atas manfaat ekonomi selama periode tertentu yang timbul dari aktivitas biasa dari suatu
perusahaan atau entitas di mana arus kas masuk tersebut menghasilkan peningkatan ekuitas,
selain dari peningkatan yang terkait kontribusi dari para pemilik modal.

Sedangkan, menurut UU No. 36 Tahun 2008 Pasal 4 Tentang Pajak Penghasilan, “penghasilan
adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh oleh Wajib Pajak,
baik berasal dari Indonesia atau luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
menambah kekayaan Wajib Pajak dengan nama serta dalam bentuk apapun.”

Selanjutnya pajak merinci penghasilan kedalam tiga kategori, yaitu; penghasilan yang
merupakan objek pajak, penghasilan yang dikenakan pajak final dan penghasilan yang bukan
merupakan objek pajak penghasilan. Atas perbedaan tersebut, maka terjadilah perbedaan laba
dalam akuntansi komersial dan akuntansi fiskal di mana pada akuntansi fiskal terdapat
penghasilan yang bukan merupakan objek pajak yang artinya penghasilan tersebut tidak
menyebabkan kenaikan laba fiskal.

Beban atau Biaya

Sama halnya dengan konsep pendapatan yang berbeda antara akuntansi komersial dan akuntansi
fiskal, konsep beban pada kedua laporan ini juga berbeda. Beban pada akuntansi komersial
didefinisikan sebagai penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk
arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan
ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal (IAI, 2007:13). Beban pada
akuntansi komersial berbeda dengan biaya.

Perbedaanya terletak pada adanya man faat ekonomi di masa mendatang untuk biaya. Pada
akuntansi pajak beban didefinisikan sebagai biaya untuk menagih, memperoleh, dan memelihara
penghasilan atau biaya yang berhubungan langsung dengan perolehan penghasilan.

Akan tetapi, tidak semua biaya dapat diakui sebagai pengurang pada laporan keuangan fiskal,
meskipun biaya tersebut digunakan untuk operasional perusahaan. Hal ini dikarenakan pada
akuntansi fiskal biaya dikelompokan menjadi dua, yaitu biaya yang boleh dikurangkan dari
penghasilan bruto (deductible expense) dan biaya yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto (non deductible expense).

Adapun rincian biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok deductible dan non deductible
diatur oleh peraturan yang dibuat oleh pemerintah, perusahaan tidak dapat
mengklasifikasikannya sendiri. Perbedaan inilah yang membuat laba pada laporan keuangan
fiskal dan laporan keuangan komersial berbeda.

Metode Perhitungan Persediaan

Metode perhitungan persediaan menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) ada tiga, yaitu
rumus biaya masuk pertama-keluar pertama ( First In First Out), rata-rata tertimbang (Weigth
Average Cost Method) dan masuk terakhir keluar pertama (Last In First Out-LIFO) (SAK 14,
2017).
Namun, undang-undang pajak penghasilan Indonesia, perhitungan metode persediaan hanya
dibolehkan menggunakan dua metode, yaitu metode rata-rata atau dengan metode FIFO. Metode
LIFO tidak diperbolehkan pada akuntansi fiskal hal ini dikarenakan perhitungan dengan metode
LIFO membuat nilai pajak terutang menjadi lebih kecil.

Metode Penyusutan

Akuntansi menentukan umur aktiva berdasarkan umur sebenarnya walaupun penentuan umur
tersebut tidak terlepas dari tafsiran judgement. Akuntansi komersial memiliki beberapa metode
penyusutan yaitu:

Metode garis lurus atau straight line method yang menghasilkan pembebanan yang tetap selama
umur manfaat aset jika dinilai residunya tidak berubah.

Metode Saldo Menurun atau diminishing balance method yang menghasilkan pembebanan
menurun selama umur manfaat aset.

Metode Jumlah Unit atau sum of the unit method yang menghasilkan pembebanan yang menurun
selama umur manfaat aset (IAI,2007).

Sedangkan pada akuntansi fiskal dengan merujuk ketentuan perpajakan hanya menetapkan dua
metode penyusutan yang harus dilaksanakan wajib pajak berdasarkan pasal UU No. 36 tahun
2008 pasal 11 tentang Pajak Penghasilan yaitu berdasarkan metode garis lurus dan metode saldo
menurun yang dilaksanakan secara konsisten, kemudian aktiva (harta berwujud) dikelompokkan
berdasarkan jenis harta dan masa manfaat. Adapun rinciannya tertuang pada peraturan menteri
keuangan No. 96/PMK.03/2009.

Anda mungkin juga menyukai