Anda di halaman 1dari 13

TUGAS FILSAFAT DAN TEORI PENDIDIKAN

“Kekaucauan Berfilsafat Membuat Manusia Resah”

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. H. Nurtain

Oleh

SENDY RAHMADAYANI

18004038

JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

PRODI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segenap
kekuatan dan kesanggupan, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “
Berfilsafat Memberi Makna Untuk Hidup Sehat”.

Makalah ini tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa dukungan berbagai pihak.
Penulis telah banyak mendapatkan bantuan, dukungan, saran maupun kritik yang membangun
dan menambah wawasan penulis. Tidak ada karya manusia yang sempurna, demikian pula
dengan tulisan ini. Saran dan kritik yang membangun begitu kami harapkan untuk
menjadikan karya ini tidak hanya sekedar ide yang berujung pada sebuah karya tertulis,
namun menjadi sebuah kreativitas dan karya nyata yang bermanfat untuk menuju kemajuan
bangsa.

Padang, 10 Maret 2020

Penulis

2
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2

BAB I.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.....................................................................................................................4

A. Latar Belakang...................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah..............................................................................................................5

C. Tujuan................................................................................................................................5

BAB II.......................................................................................................................................6

PEMBAHASAN.......................................................................................................................6

a. Pengertian Filsafat Manusia...............................................................................................6

b. Hakekat Manusia................................................................................................................9

c. Kedudukan Filsafat Manusia Dalam Kehidupan Manusia.................................................9

d. Hubungan Filsafat Manusia Dengan Disiplin Ilmu Lain Tentang Manusia.......................9

e. Ciri dan Gerak Pikiran Manusia.......................................................................................10

f. Pikiran Manusia................................................................................................................10

g. Filsafat dan Depresi..........................................................................................................11

h. Filsafat Politik sebagai Filsafat Kesadaran.......................................................................11

BAB III....................................................................................................................................12

PENUTUP...............................................................................................................................12

A.     Kesimpulan..................................................................................................................12

B.     Saran............................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Satu hal yang tak terbantahkan: manusia adalah mahluk dominan di bumi ini. Buah
karyanya telah mengubah wajah dunia. Ini semua menjadi mungkin, karena manusia mampu
bekerja sama dengan berpijak pada prinsip-prinsip yang rasional. Kerja sama yang erat ini
tidak hanya membuat mereka kuat, tetapi juga berkembang melampaui batas-batas fi sik
mereka sendiri.

Akal adalah suatu alat yang hanya dimiliki manusia untuk berfikir dan sebagai alat untuk
mempertimbangkan salahdan benar, tetapi yang paling esensi dari fungsi akal sendiri adalah
sebagai alat untuk menemukan Tuhan. Karena Tuhan tidak akan dikenal oleh makhluknya
kalau tidak mengenalkan diri. Tuhan mengenalkan dirinya melalui dua cara, yaitu manusia di
suruh untuk mencari Tuhan dengan menggunakan alat yang sangat canggih yaitu akal dan
cara lain secara blak-blakan yaitu dengan memberi petunjuk berupa wahyu kepada manusia
untuk mengenalnya

Akal berfungsi sebagai tolak ukur akan kebenaran dan kebatilan, alat untuk mencerna
berbagai hal dan cara tingkah laku yang benar dan alat penemu solusi ketika permasalahan
datang. Adapun kekuatan akal yaitu untuk mengetahui Tuhan dan sifat-sifat-Nya, mengetahui
adanya kehidupan di akhirat, mengetahui bahwa kebahagian jiwa di akhirat bergantung pada
mengenal Tuhan dan berbuat baik, sedang kesengsaraan tergantung pada tidak mengenal
Tuhan dan pada perbuatan jahat, mengetahui wajibnya manusia mengenal Tuhan, mengetahui
kewajiban berbuat baik dan kewajiban pula menjauhi perbuatan jahat untuk kebahagiaannya
di akhiratserta membuat hukum-hukum yang membantu dalam melaksanakan kewajiban
tersebut

Wahyu berfungsi memberi informasi bagi manusia.Memberi informasi disini yaitu wahyu
memberi tahu manusia, bagaimana cara berterima kasih kepada Tuhan, menyempurnakan
akal tentang mana yang baik dan yang buruk, serta menjelaskan perincian upah dan hukuman
yang akan di terima manusia di akhirat.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian filsafat manusia?
2. Bagaimana hakikat manusia?
3. Bagaimana Kedudukan Filsafat Manusia Dalam Kehidupan Manusia?
4. Bagaimana hubungan filsafat manusia dengan disiplin ilmu lain tentang manusia?
5. Bagaimana Ciri dan Gerak Pikiran Manusia?
6. Bagaimana Pikiran Manusia?
7. Bagaimana Filsafat dan Depresi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian filsafat manusia
2. Untuk mengetahui hakikat manusia
3. Untuk mengetahui Kedudukan Filsafat Manusia Dalam Kehidupan Manusia
4. Untutk mengetahui hubungan filsafat manusia dengan disiplin ilmu lain tentang
manusia
5. Untuk mengetahui Ciri dan Gerak Pikiran Manusia
6. Untuk mengetahui Pikiran Manusia
7. Untuk mengetahui Filsafat dan Depresi

5
BAB II
PEMBAHASAN

a. Pengertian Filsafat Manusia

Filsafat manusia adalah cabang filsafat khusus yang secara spesifik mempelajari
hakekat/esensi manusia. Filsafat adalah metode pemikiran yang membahas tentang sifat dasar
dan hakikat kebenaran yang ada di dunia ini. Filsafat manusia adalah bagian filsafat yang
membahas apa arti manusia sendiri secara mendetail Antropologi filsafat atau yang lebih
dikenal dengan filsafat manusia adalah bagian integral dari sistem filsafat, yang secara
spesifik menyoroti hakikat atau esensi manusia. Objek material filsafat manusia dan ilmu-
ilmu tentang manusia (misalnya psikologi dan antropologi) adalah gejala manusia. Pada
dasarnya ilmu ini bertujuan untuk menyelidiki, menginterpretasi, dan memahami gejala-
gejala atau ekspresi-ekspresi manusia.

Secara umum dapat dikatakan, filsafat manusia tidak membatasi diri pada gejala
empiris. Bentuk atau gejala apapun tentang manusia, sejauh yang dipikirkan, dan
memungkinkan untuk dipikirkan secara rasional, bisa menjadi bahan kajian filsafat manusia.
Metode penelitiannya pun lebih spesifik, misalnya melalui sintesis dan refleksi. Sintesis dan
dan refleksi bisa dilakukan sejauh gejalanya bisa dipikirkan. Dan karena apa yang bisa
dipikirkan jauh lebih luas daripada apa yang bisa diamati secara empiris, maka pengetahuan
atau informasi tentang gejala manusia di dalam filsafat manusia, pada akhirnya, jauh lebih
ekstensif (menyeluruh) dan intensif (mendalam) daripada informasi atau teori yang
didapatkan oleh ilmu-ilmu tentang manusia.
Filsafat manusia jelasnya adalah filsafat yang mengupas apa arti manusia sendiri, ia
mencoba mengucap sebaik mungkin apa sebenarnya makhluk itu yang disebut “manusia”,
istilah filusuf manusia atau “antropologi filusuf” (antropos dalam bahasa Yunani berarti
manusia) tampak lebih eksok karena apa yang dipelajari dengannya adalah manusia
sepenuhnya, roh serta badan jiwa serta daging.

6
Manusia secara bahasa disebut juga insan, yang dalam bahasa arabnya berasal dari
kata ‘nasiya’ yang berarti lupa. Dan jika dilihat dari kata dasar ‘al-uns’ yang berarti jinak.
Kata insan dipakai untuk menyebut manusia, karena manusia memiliki sifat lupa dan jinak
artinya manusia selalu menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru disekitarnya. Manusia
memiliki cara keberadaan yang sekaligus membedakannya secara nyata dengan mahluk yang
lain. Seperti dalam kenyataan mahluk yang berjalan diatas dua kaki, kemampuan berfikir, dan
berfikir tersebut yang menentukan manusia pada hakekat manusia.

Ada beberapa pandangan para ahli tentang filsafat manusia ini, yaitu:
1. Manusia juga memiliki karya yang dihasilkan sehingga berbeda dengan mahluk yang
lain.  Manusia dalam memiliki karya dapat dilihat dalam seting sejarah dan seting
psikologis situasi emosional dan intelektual yang melatarbelakangi karyanya. Dari
karya yang dibuat manusia tersebut menjadikan ia sebagai mahluk yang menciptakan
sejarah. Manusia juga dapat dilihat dari sisi dalam pendekatan teologis, dalam
pandangan ini melengkapi dari pandangan yang sesudahnya dengan melengkapi sisi
trasendensi dikarenakan pemahaman lebih bersifat fundamental. Pengetahuan
pencipta tentang ciptaannya jauh lebih lengkap dari pada pengetahuan ciptaan tentang
dirinya.
2. Berbicara tentang manusia maka yang tergambar dalam fikiran adalah berbagai
macam perspektif. Ada yang mengatakan manusia adalah hewan rasional (animal
rasional) dan pendapat ini diyakini oleh para filosof. Sedangkan yang lain menilai
manusia sebagai animal simbolik, pernyataan tersebut dikarenakan manusia
mengkomunikasikan bahasa melalui simbol-simbol dan manusia menafsirkan simbol-
simbol tersebut.
3. Ada yang lain menilai tentang manusia adalah sebagai homo feber dimana manusia
adalah hewan yang melakukan pekerjaan dan dapat gila terhadap kerja. Manusia
memang sebagai mahluk yang aneh dikarenakan disatu pihak ia merupakan “mahluk
alami”, seperti binatang, ia memerlukan alam untuk hidup. Dipihak lain ia berhadapan
dengan alam sebagai sesuatu yang asing ia harus menyesuaikan alam sesuai dengan
kebutuh-kebutuhannya. Manusia dapat disebut sebagai homo sapiens, manusia arif
memiliki akal budi dan mengungguli makhluk yang lain.

7
4. Marx menunjukan perbedaan antara manusia dengan binatang tentang kebutuhannya.
Binatang langsung menyatu dengan kegiatan hidupnya, sedangkan manusia membuat
kerja hidupnya menjadi objek kehendak dan kesadarannya. Binatang berproduksi
hanya apa yang ia butuhkan secara langsung bagi dirinya dan keturunannya,
sedangkan manusia berproduksi secara universal bebas dari kebutuhan fisik. Manusia
berhadapan bebas dari produknya dan binatang berproduksi menurut ukuran dan
kebutuhan jenis produksinya, manusia berproduksi menurut berbagai jenis dan ukuran
dengan objek yang inheren, dikarenakan manusia berproduksi menurut hukum-hukum
keindahan. Manusia dalam bekerja secara bebas dan universal, bebas dapat bekerja
meskipun tidak merasakan kebutuhan langsung, universal dikarenakan ia dapat
memakai beberapa cara untuk tujuan yang sama..
5. Menurut Paulo Freire manusia merupakan satu-satunya mahluk yang memiliki
hubungan dengan dunia. Manusia berbeda dari hewan yang tidak memiliki sejarah,
dan hidup dalam masa kini yang kekal, yang mempunyai kontak tidak kritis dengan
dunia, yang hanya berada dalam dunia. Manusia dibedakan dari hewan dikarenakan
kemampuannya untuk melakukan refleksi (termasuk operasi-operasi intensionalitas,
keterarahan, temporaritas dan trasendensi) yang menjadikan mahluk berelasi
dikarenakan kapasitasnya untuk menyampaikan hubungan dengan dunia.

b. Hakekat Manusia
Hakekat manusia selalu berkaitan dengan unsur pokok yang membentuknya, seperti
dalam pandangan monoteisme, yang mencari unsur pokok yang menentukan yang bersifat
tunggal, yakni materi dalam pandangan materialisme, atau unsur rohani dalam pandangan
spritualisme, atau dualisme yang memiliki pandangan yang menetapkan adanya dua unsur
pokok sekaligus yang keduanya tidak saling menafikan yaitu materi dan rohani, yakni
pandangan pluralisme yang menetapkan pandangan pada adanya berbagai unsur pokok yang
pada dasarnya mencerminkan unsur yang ada dalam marco kosmos atau pandangan mono
dualis yang menetapkan manusia pada kesatuannya dua unsur, ataukah mono pluralisme yang
meletakkan hakekat pada kesatuannya semua unsur yang membentuknya.

8.
c. Kedudukan Filsafat Manusia Dalam Kehidupan Manusia
1. Memberikan pengertian dan kesadaran kepada manusia akan arti pengetahuan tentang
kenyataan yang diberikan oleh filfafat.
2. Berdasarkan atas dasar hasil-hasil kenyataan itu, maka filsafat memberikan pedoman
hidup kepada manusia. Pedoman itu mengenai sesuatu yang terdapat di sekitar
manusia sendiri, seperti kedudukan dalam hubungannyadengan yang lain. Kita juga
mengetahui bahwa alat-alat kewajiban manusia meliputi akal, rasa, dan kehendak.
Dengan akal filsafat memberikan pedoman hidup untuk berpikir guna memperoleh
pengetahuan. Dengan rasa dan kehendak, maka filsafat memberikan pedoman tentang
kesusilaan mengenai baik dan buruk.

d. Hubungan Filsafat Manusia Dengan Disiplin Ilmu Lain Tentang Manusia


1. Psikologi membahas objek materi yakni manusia. Ilmu ini hanya membahas manusia
dari segi psikis yang dapat diperoleh dari melihat perilaku manusia, menjelaskan
gejala-gejala jiwa dan mental, bagaimana pengalaman manusia dapat mempengaruhi
kehidupan selanjutnya dan menjelaskan perkembangan manusia dari masa prenatal
hingga menjelang kematian.
2. Sosiologi juga membahas objek materi yakni manusia. Namun, ilmu ini membatasi
diri untuk mencoba menjawab perilaku manusia dari ruang lingkup sosialnya,
menjelaskan status sosial, pranata sosial, dan menjelaskan bahwa manusia sebagai
makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri.
3. Antropologi juga membahas objek materi yakni manusia. Namun, ilmu ini membatasi
pada pola kebudayaan dan peradaban yang telah diciptakan manusia atau ditinggalkan
manusia, menjelaskan hasil-hasil kebudayaan, suku, etnis, dan ras suatu masyarakat
yang bersifat lokal.

9
e. Ciri dan Gerak Pikiran Manusia
Begitu banyak orang mengalami penderitaan dalam hidupnya. Hampir semua bentuk
penderitaan datang dari pikiran, baik dalam bentuk kecemasan akan masa depan, maupun
penyesalan atas masa lalu. Penderitaan nyata sehari-hari bisa dilampaui dengan baik, jika
orang mampu berpikir jernih, jauh dari kecemasan dan penyesalan yang kerap mencengkram
pikirannya. Sebaliknya, hal kecil akan menjadi sulit dan rumit, ketika pikiran orang dipenuhi
dengan kecemasan dan penyesalan. Orang semacam itu akan sulit berfungsi di masyarakat.
Mereka tidak bisa menolong diri mereka sendiri. Akibatnya, mereka pun cenderung menjadi
penghambat bagi orang lain, dan bahkan bisa membuat orang lain menderita. Beban pikiran
yang berlebihan membuat orang tak mampu menyadari, betapa indah dan sederhana hidup
manusia itu sebenarnya.

f. Pikiran Manusia
Kunci untuk mencegah hal ini adalah dengan memahami hakekat dan gerak pikiran
manusia. Setiap bentuk konsep adalah hasil dari pikiran manusia. Dengan konsep itu,
manusia lalu menanggapi berbagai keadaan di luar dirinya. Dalam hal ini, emosi dan
perasaan juga merupakan hasil dari konsep yang berakar pada pikiran manusia. Apa ciri dari
pikiran manusia? Ada tiga ciri mendasar, yakni tidak nyata, sementara dan rapuh. Pikiran itu
bukanlah kenyataan. Ia adalah tanggapan atas kenyataan. Pikiran dibangun di atas abstraksi
konseptual atas kenyataan. Pikiran juga sementara. Ia datang, ia pergi, dan ia berubah. Cuaca
berubah, maka pikiran juga berubah. Ketika lapar, pikiran melemah. Dan sebaliknya, ketika
perut kenyang, pikiran bekerja lebih maksimal.

Ini menegaskan ciri selanjutnya, bahwa pikiran itu rapuh. Apa yang kita pikirkan
sama sekali belum tentu benar. Bahkan, keyakinan kita atas pikiran kita cenderung
mengarahkan kita pada kesalahan dan penderitaan, baik penderitaan diri sendiri maupun
orang lain. Pikiran kita begitu amat mudah berubah, dan ini jelas menandakan kerapuhan dari
semua bentuk pikiran kita.

10
g. Filsafat dan Depresi
Banyak orang hidup dalam depresi sekarang ini. Tuntutan pekerjaan, masalah rumah
tangga serta beragam tantangan hidup lainnya mendorong orang masuk ke dalam depresi.
Dalam arti ini, depresi dapat dilihat sebagai keadaan emosional yang dipenuhi kesedihan dan
kekecewaan dalam jangka waktu lebih dari dua bulan. Ada beragam teori tentang ini. Namun,
dua bulan hidup dalam keadaan batin yang menyakitkan, pada hemat saya, sudah
menandakan, bahwa orang masuk ke dalam depresi. Depresi membuat orang tak bisa
menikmati hidup. Segalanya terlihat salah. Hal-hal kecil seringkali memancing beragam
emosi negatif di dalam diri. Keadaan ini berlangsung cukup lama, dan seringkali disertai
dengan gejala senang berlebihan, yang kemudian dilanjutkan pula dengan kesedihan
berlebihan. Depresi biasanya dipicu oleh rangkaian peristiwa menyedihan dan menyakitkan,
seperti kehilangan anggota keluarga, kegagalan di dalam karir atau sekolah, sakit
berkepanjangan atau perceraian. Keadaan ini membuat tubuh dan pikiran seseorang tertekan,
jauh melampaui batas yang mampu ditanggungnya. Pikirannya kacau, karena selalu bergerak
ke masa lalu yang penuh penyesalan, dan masa depan yang penuh kecemasan. Tubuhnya pun
melemah, karena dalam keadaan seperti ini, orang tak mampu beristirahat dengan cukup, dan
nafsu makan serta minum pun menurun.

h. Filsafat Politik sebagai Filsafat Kesadaran


Filsafat adalah pemahaman tentang kenyataan yang diperoleh secara logis, kritis, rasional,
ontologis dan sistematis. Kenyataan berarti adalah segala yang ada, mulai dari jiwa manusia,
politik, ekonomi, budaya, seni sampai dengan kesadaran. Logis berarti fi lsafat menggunakan
penalaran akal budi manusia. Filsafat bukanlah mistik yang melepaskan diri dari penalaran
akal budi. Pandangan yang rasional adalah buah dari penalaran semacam ini. Rasional berarti
suatu pernyataan atau pemahaman bisa diterima dengan akal budi, lepas dari latar belakang
orang yang mendengarnya. Orang bisa berasal dari agama apapun, termasuk ateis, namun
tetap bisa memahami pernyataan tersebut. Kritis berarti fi lsafat selalu mempertanyakan
segala sesuatu, termasuk jawaban yang dihasilkannya sendiri. Dalam arti ini, fi lsafat tidaklah
pernah selesai. Ia bersifat terbuka, dan selalu berakhir dengan pertanyaan baru. Ia bagaikan
petualangan intelektual yang tak pernah berhenti. Pertanyaan dan jawaban diarahkan pada
unsur dasar, atau hakekat, dari apa yang dibicarakan. Inilah yang disebut sebagai ciri
ontologis dari fi lsafat, yakni menggali sampai ke dasar dari apa yang sedang menjadi tema
diskusi.

11
BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Antropologi filsafat atau yang lebih dikenal dengan filsafat manusia adalah bagian
integral dari sistem filsafat, yang secara spesifik menyoroti hakikat atau esensi manusia.
Objek material filsafat manusia dan ilmu-ilmu tentang manusia (misalnya psikologi dan
antropologi) adalah gejala manusia. Pada dasarnya ilmu ini bertujuan untuk menyelidiki,
menginterpretasi, dan memahami gejala-gejala atau ekspresi-ekspresi manusia.
Secara umum dapat dikatakan, filsafat manusia tidak membatasi diri pada gejala
empiris. Bentuk atau gejala apapun tentang manusia, sejauh yang dipikirkan, dan
memungkinkan untuk dipikirkan secara rasional, bisa menjadi bahan kajian filsafat manusia.
Metode penelitiannya pun lebih spesifik, misalnya melalui sintesis dan refleksi. Sintesis dan
dan refleksi bisa dilakukan sejauh gejalanya bisa dipikirkan. Dan karena apa yang bisa
dipikirkan jauh lebih luas daripada apa yang bisa diamati secara empiris, maka pengetahuan
atau informasi tentang gejala manusia di dalam filsafat manusia, pada akhirnya, jauh lebih
ekstensif (menyeluruh) dan intensif (mendalam) daripada informasi atau teori yang
didapatkan oleh ilmu-ilmu tentang manusia.

B.     Saran
Syukur alhamdulillah, demikianlah penyusunan makalah ini, kami berharap dengan
adanya penyusunan makalah ini dapat memberikan tambahan ilmu yang bermanfaat sehingga
menjadikan kita manusia yang berpendidikan dan berilmu. Walaupun masih banyak terdapat
kekurangan pada makalah ini, oleh karena itu kami mengharapkan kritikan dan saran yang
bersifat membangun dan sebagai perbaikan bagi kami dari semua pihak yang membacanya
dan semoga makalah kami ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan pembaca sekalian.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal. 2006. Mengenal Manusia dengan Filsafat, Bandung: PT Rosda Remaja.


Bertens, K. 2005. Panorama Filsafat Modern, Jakarta: Gramedia Pustaka.
Suseno, Franz Magnis. 1999. Pemikiran Karl Marx, Jakarta: Gramedia Pustaka.
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media, Yogyakarta: LKiS, 2003.
Hatta, Muhammad. Pengantar ke Jalan Ilmu Pengetahuan. Jakarta, 1954

13

Anda mungkin juga menyukai