Anda di halaman 1dari 33

KUMPULAN LAPORAN

STAGE KEPERAWATAN DASAR PROFESI


DI RUANGAN TOPAZ RSUD H. BADARUDDIN KASIM TANJUNG

Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Dasar Profesi


Program Profesi Ners

Disusun Oleh:

Dewi Lusiana. L
NIM: 11194692111020

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2021
LAPORAN PENDAHULUAN FEBRIS
DI RUANGAN TOPAZ RSUD H. BADARUDDIN KASIM TANJUNG

Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Dasar Profesi


Program Profesi Ners

Disusun Oleh:

Dewi Lusiana. L
NIM: 11194692111020

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN PENDAHULUAN FEBRIS


DI RUANGAN TOPAZ RSUD H. BADRUDDIN KASIM TANJUNG

Tanggal 30 April 2021

Disusun oleh :
Dewi Lusiana. L
NIM: 11194692111020

Banjarmasin, Mei 2021


Mengetahui,
Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

(Paul Joae Brett Nito, S.Kep.,Ns.,MM) (Era Sugiarti, S.Kep, Ns)


NIK. 1166102010053 NIP. 198210232006042020
LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep Anatomi dan Fisiologi Sistem


A. Anatomi Sistem

Gambar 1. Otak Manusia

Otak adalah organ vital tubuh yang menjadi pusat pengendali semua fungsi tubuh. Itu
artinya, jika kita ingin melakukan sesuatu, maka otak yang akan memerintah dan
mengaturnya. Dalam menjalankan fungsinya tersebut, salah satu bagian otak, yakni
hipotalamus memiliki andil dalam proses tersebut.
Hipothalamus adalah struktur kecil yang juga berada di otak tengah, tepatnya di
bawah thalamus. Bagian otak ini berperan dalam mengontrol fungsi tubuh, seperti makan,
perilaku seksual, dan tidur, serta mengatur suhu tubuh, emosi, sekresi hormon, dan gerakan.
Kata ‘hipotalamus atau hypothalamus” berasal dari bahasa Yunani, yakni “hypo” dan
“thalamus” yang artinya di bawah talamus. Talamus sendiri adalah bagian otak yang
berfungsi untuk menyampaikan informasi sensorik dan bertindak sebagai pusat persepsi
nyeri.
Secara definisi, hipotalamus adalah area kecil seukuran kacang almond tapi penting di
tengah otak. Fungsinya, memainkan peran penting dalam produksi hormone dan membantu
merangsang banyak proses penting dalam tubuh dan terletak di otak, antara kelenjar pituitari
dan talamus.
B. Fisiologis Sistem
Hipotalamus memiliki tiga wilayah utama, yang masing-masing memiliki inti
berbeda. Lebih jelasnya mari kita bahas satu per satu wilayah utama pada bagian otak ini
beserta fungsinya.
1. Wilayah anterior
Wilayah otak ini disebut juga sebagai wilayah supraoptik, yang inti utamanya
adalah inti supraoptik dan paraventrikular, serta inti kecil lainnya.
Sebagian besar area hipotalamus ini memiliki fungsi dalam memproduksi
berbagai hormon. Beberapa hormon yang dihasilkan ada yang berinteraksi dengan
kelenjar pituitari dan menghasilkan hormon tambahan.
Beberapa hormon terpenting yang diproduksi oleh hipotalamus, antara lain:
a. Hormon pelepas kortikotropin (CRH). CRH terlibat dalam respons tubuh terhadap
stres fisik dan emosional. Ini memberi sinyal pada kelenjar pituitari untuk
menghasilkan hormon yang disebut hormon adrenokortikotropik (ACTH). ACTH
memicu produksi hormon kortisol, yakni hormon stres.
b. Hormon pelepas tirotropin (TRH). Produksi TRH merangsang kelenjar pituitari untuk
menghasilkan hormon perangsang tiroid (TSH). TSH berperan penting dalam fungsi
banyak bagian tubuh, seperti jantung, saluran pencernaan, dan otot.
c. Gonadotropin-releasing hormone (GnRH). Produksi GnRH merangsang kelenjar
pituitari menghasilkan hormon reproduksi penting, seperti hormon perangsang folikel
(FSH) dan hormon luteinizing (LH).
d. Oksitosin. Hormon ini mengontrol banyak perilaku dan emosi penting, salah satunya
gairah seksual. Selain itu, hormon ini juga terlibat dalam beberapa fungsi sistem
reproduksi, yakni dalam melahirkan dan menyusui.
e. Vasopresin. Hormon ini disebut juga sebagai hormon antidiuretik (ADH), yakni
hormon mengatur kadar air dalam tubuh. Ketika vasopresin dilepaskan, ini memberi
sinyal pada ginjal untuk menyerap air.
f. Somatostatin. Fungsi dari hormon yang dihasilkan hipotalamus ini adalah
menghentikan kelenjar pituitari melepaskan hormon tertentu, termasuk hormon
pertumbuhan dan hormon perangsang tiroid.
Selain menghasilkan hormon, wilayah anterior juga memiliki banyak fungsi
lainnya, yaitu mengatur suhu tubuh normal melalui keringat, mempertahankan ritme
sirkadian atau jam biologis tubuh tetap normal, sehingga membuat Anda bisa terjaga di
siang hari dan tidur di malam hari.
2. Wilayah tengah
Wilayah otak ini juga disebut sebagai area tubera, yang inti utamanya adalah inti
ventromedial dan arkuata. Inti ventromedial membantu tubuh dalam mengatur nafsu
makan, sedangkan inti arkuata terlibat dalam pelepasan hormon GHRH, yaitu hormon
pertumbuhan.
3. Wilayah posterior
Wilayah otak ini disebut juga dengan area mammillary, yang inti utamanya adalah
hipotalamus posterior dan inti mammillary.
Fungsi dari inti hipotalamus posterior adalah membantu mengatur suhu tubuh dan
merangsang tubuh untuk menimbulkan respons menggigil. Fungsi inti mammilarity tidak
diketahui secara pasti, tapi peneliti beranggapan bahwa ini ada kaitannya dengan daya
ingat.

C. Kebutuhan Dasar Manusia


Suhu tubuh yang tidak normal akan mempengaruhi kesehatan tubuh kita. Ada beberapa
faktor yang dapat mengubah suhu tubuh secara fluktuatif, yaitu waktu, aktivitas, kesehatan
individu, jenis kelamin, hormon, stres psikis, asupan makanan, kafein, alkohol, merokok,
obat-obatan, obesitas, usia dan lingkungan. (Yi, C, et al, 2016)
1. Waktu / Variasi Diurnal
Perbedaan waktu pengukuran suhu akan memberikan hasil pengukuran yang
berbeda. Pada keadaan normal, suhu tubuh berada pada keadaan paling rendah
(serendah 35,8oC, diukur melalui mulut) antara pukul 02.00-04.00, dan relatif
rendah (36oC) ketika bangun pagi sedangkan antara jam 06.00-22.00 suhu akan
perlahan-lahan naik sampai puncaknya sekitar 37,1oC.1
Jam biologis atau ritme sirkardian pada tubuh manusia diatur oleh hipotalamus
yang dapat mempengaruhi suhu tubuh. Ritme ini dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor
eksternal, misalnya aktivitas seseorang, cahaya dan kegelapan. Pada keadaan normal,
waktu bangun tidur pukul 07.00 dan waktu tidur pukul 23.00, suhu tubuh mulai naik
tiga jam sebelum bangun mulai dari 36,5oC untuk suhu terendah dan mencapai 37,4oC
pada pukul 19.00-20.00, setelah itu mulai turun pada suhu 36,5oC pada pukul 04.00.24
2. Aktivitas atau Latihan Fisik
Aktivitas atau latihan fisik yang berlebih seperti olahraga akan menyebabkan
peningkatan suhu tubuh karena adanya kontraksi otot-otot rangka yang menyebabkan
pembakaran kalori lebih dari biasanya sehingga suhu inti tubuh mengalami
peningkatan. Kontribusi kontraksi otot pada produksi panas akan menghilang paling
cepat 30 menit.
3. Kesehatan Individu
Kesehatan individu akan mempengaruhi perubahan suhu tubuh. Pada pasien
dengan penyakit infeksi biasanya akan mengalami peningkatan suhu tubuh sebagai
respon terhadap adanya benda asing, misalnya virus, bakteri, jamur, sel- sel darah putih
dalam tubuh membuat hormon yang disebut interleukin yang kemudian berjalan ke otak
untuk memberi perintah pada hipotalamus untuk menaikkan suhu tubuh.
4. Jenis Kelamin
Suhu tubuh pria lebih tinggi daripada wanita karena ada pengaruh dari hormon
testosteron pada pria yang lebih tinggi yang dapat meningkatkan laju metabolisme.
Suhu tubuh wanita meningkat saat menstruasi atau haid. Pada saat ovulasi, suhu tubuh
wanita pada pagi hari meningkat 0,3-0,5 0C. Hal ini terjadi karena produksi hormon
progesteron.
5. Hormon Tiroid
Hormon tiroid merupakan hormon pengatur utama LMB (Laju Metabolisme Basal).
Kadar hormon tiroid yang terlalu tinggi dapat menyebabkan peningkatan LMB (Laju
Metabolisme Basal) sehingga suhu tubuh akan meningkat sebagai bentuk pengeluaran
panas dari energi yang dihasilkan.
6. Stres Psikis
Selama aktivitas atau situasi psikis stress, bagian simpatis dari sisten saraf otonom
terstimulasi. Neuron-neuron postganglion akan melepaskan norepinephrine (NE) dan
juga merangsang pelepasan hormon epinephrine dan norepinephrine (NE) oleh medula
adrenal sehingga meningkatkan laju metabolisme dari sel tubuh sehingga suhu tubuh
akan meningkat.
7. Asupan Makanan
Asupan makanan sangat berpengaruh terhadap LMB (Laju Metabolisme Basal).
Termogenesis atau pembentukan panas yang terinduksi oleh makanan akan meningkat
selama 12 jam. Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan aktivitas metabolik
yang berkaitan dengan pemrosesan dan penyimpanan nutrisi, terutama oleh pabrik
biokimia. (Dalvi, P.et al, 2016)
8. Kafein
Kafein memiliki efek meningkatkan tekanan darah karena dapat berikatan dengan
reseptor adenosin yang akan mengaktifkan sistem saraf simpatik yang akan
menyebabkan pembuluh darah menjadi vasokonstriksi. Vasokonstriksi menyebabkan
penahanan pengeluaran panas dari dalam tubuh sehingga suhu tubuh meningkat.
9. Merokok
Jumlah panas yang dihasilkan oleh tubuh mengikuti LMB (Laju Metabolisme
Basal). Pembakaran makanan memerlukan oksigen untuk menjadi energi (sebagian
energi diubah menjadi panas) sehingga terdapat hubungan langsung antara volume
oksigen yang digunakan dan jumlah panas yang dihasilkan. Merokok menyebabkan
volume oksigen yang masuk ke dalam tubuh menjadi sedikit. Maka dari itu, perokok
cenderung memiliki suhu tubuh yang lebih rendah.
10. Obat-Obatan
Konsumsi obat-obatan dapat mempengaruhi suhu tubuh. Obat antipiretik berfungsi
untuk menurunkan suhu tubuh ketika demam. Obat antipiretik yang sering digunakan
antara lain ibuprofen, aspirin dan asetaminofen. Obat-obatan lain yang menyebabkan
demam adalah beberapa antibiotik, antihistamin dan obat- obatan kejang.
11. Alkohol
Alkohol adalah vasodilator. Alkohol akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah
sehingga banyak aliran darah dari inti menuju ke perifer. Daerah perifer akan merasakan
suasana lebih hangat dari biasanya, tetapi keadaan tersebut hanya sementara karena darah
yang berada di perifer akan mengalami pendinginan akibat pajanan dingin dari
lingkungan. Selain itu, kehangatan yang disebabkan oleh banyaknya aliran darah ke perifer
memberikan kompensasi tubuh untuk mengeluarkan keringat demi melawan sensasi
panas tersebut. Sejumlah reaksi ini akan menurunkan suhu inti secara drastis. Penurunan
drastis suhu inti akan berlangsung 50-120 menit setelah alkohol masuk ke tubuh.
12. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah kategori proporsional berat badan seseorang.
IMT diukur dari berat badan dalam kilogram dibagi kuadrat dari tinggi badan dalam
meter.
Obesitas merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi suhu tubuh.
Obesitas adalah kelebihan kandungan lemak di jaringan adiposa; batas untuk obesitas
pada umumnya adalah kelebihan berat lebih dari 20% standar normal. Hal ini dapat
terjadi jika dalam satu periode waktu, lebih banyak kilo kalori yang masuk melalui
makanan daripada yang digunakan untuk menunjang kebutuhan energi tubuh. Semakin
sedikit energi yang diproduksi, semakin sedikit pula pengeluaran panas tubuh sehingga
pada obesitas cenderung suhunya lebih rendah.

Tabel 1. Kategori Indeks Massa Tubuh di Asia Pasifik menurut WHO

Kategori. IMT (kg/m2).

Berat badan kurang < 18,5


Kisaran normal 18,5-22,9

Berat badan lebih > 23,0

Beresiko 23,0-24,9

Obesitas tingkat I 25,0-29,9

Obesitas tingkat II > 30,0


13. Usia
Pembuluh darah berfungsi untuk mengalirkan darah dari jantung
ke seluruh tubuh. Salah satu alasan darah dialirkan ke seluruh tubuh
adalah sebagai pengatur suhu tubuh agar tetap berada pada batas
normal. Semakin tua usia seseorang semakin berkurang fungsi
pembuluh darahnya dimana pembuluh darah berfungsi untuk
mengalirkan darah dari jantung ke seluruh tubuh dan semakin
berkurang pula fungsi organ pencernaan yang dapat menurunkan
LMB (Laju Metabolisme Basal). Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa semakin tua suhu tubuhnya semakin dingin. Orang lanjut usia
biasanya memiliki suhu yang lebih rendah, dengan rerata pada
pertengahan hari 36,4 oC.
14. Lingkungan
Suhu lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh. Ketika
berada di lingkungan yang dingin, tubuh akan memberikan
kompensasi berupa menggigil sehingga suhu tubuh dapat
meningkat. Ketika berada dalam lingkungan yang panas, tubuh
akan mengeluarkan keringat sebagai bentuk pengeluaran panas
tubuh sehingga suhu tubuh dapat menurun.
15. Kecukupan Waktu Tidur
Suhu tubuh dipengaruhi oleh kecukupan tidur. Seseorang
dengan waktu tidur yang cukup akan memiliki suhu tubuh
normal. Seseorang dengan waktu tidur yang kurang cukup akan
mengalami peningkatan suhu tubuh. Hal ini terjadi karena
seseorang dengan waktu tidur yang kurang cukup akan terjadi
peningkatan LMB (Laju Metabolisme Basal).
Tips menjaga kesehatan hipotalamus, (Magon N, Kalra S, 2011).
Agar tidak menimbulkan masalah kesehatan, hipotalamus yang merupakan
bagian otak yang penting perlu kita jaga kesehatannya. Dilansir dari
Mayo Clinic Health System, berikut adalah berbagai tips yang bisa
membantu menjaga otak tetap sehat.
a. Rutin olahraga
Otak Anda membutuhkan asupan darah yang kaya oksigen dan nutrisi
agar dapat bekerja dengan baik. Olahraga adalah salah satu cara untuk
meningkatkan aliran darah ke otak. Itulah sebabnya, olahraga dapat
menyehatkan otak.
Usahakan untuk olahraga secara rutin setidaknya 30 menit setiap hari.
Anda dapat memilih berjalan, berenang, atau bersepeda.
b. Tidur cukup
Tidur berperan penting dalam kesehatan otak, termasuk hipotalamus.
Ada beberapa teori menyebutkan bahwa tidur membantu
membersihkan protein abnormal di otak dan memperkuat daya ingat.
c. Konsumsi makanan sehat untuk otak.
Otak mendapatkan nutrisi dari makanan. Oleh karena itu, untuk
menjaga kesehatan otak Anda harus memerhatikan pilihan makanan.
Perbanyak konsumsi ikan, biji-bijian, dan kacang-kacangan.
Asam lemak omega 3 diketahui memberikan banyak manfaat bagi
otak, Anda bisa mendapatkan nutrisi ini dari ikan bandeng, ikan tuna,
atau ikan salmon.
II. Konsep Dasar Penyakit
A. Definisi
Febris (demam) yaitu meningkatnya suhu tubuh yang melewati
batas normal yaitu lebih dari 380C (Fadjari Dalam Nakita 2010).
Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat
disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang
mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor
otak atau dehidrasi (Guyton, 2010).
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38°
C atau lebih. Ada juga yang yang mengambil batasan lebih dari 37,8°C.
Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 40°C disebut demam tinggi
(hiperpireksia) (Julia, 2009).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa febris atau demam
adalah keadaan kenaikan suhu tubuh diatas 37,8˚C (suhu oral atau aksila)
atau suhu rektal, bila suhu tubuh diatas 40ºC disebut juga hiperpireksia.
Terjadi adanya perubahan pusat termoregulasi hipotalamus. Seorang
pasien dengan keluhan demam dapat dihubungkan dengan penyakit
tertentu misalnya, malaria, infeksi saluran kencing, dan sebagainya.

B. Etiologi
Menurut Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, 2009 bahwa
etiologi febris diantaranya:
1. Suhu lingkungan.
2. Adanya infeksi.
3. Pneumonia.
4. Malaria.
5. Otitis media.
6. Imunisasi
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran.
Demam dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan,
penyakit metabolik maupun penyakit lain (Julia, 2010).
Menurut Guyton (2010) demam dapat disebabkan karena kelainan
dalam otak sendiri atau zat toksik yang mem-pengaruhi pusat pengaturan
suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi.
Klasifikasi febris/demam menurut Jefferson (2010), adalah :

Fever Keabnormalan elevasi dari suhu tubuh, biasanya karena proses


patologis

Hyperthermia Keabnormalan suhu tubuh yang tinggi secara intensional pada


makhluk hidup sebagian atau secara keseluruhan tubuh,
seringnya karena induksi dari radiasi (gelombang panas,
infrared), ultrasound atau obat – obatan

Malignant Peningkatan suhu tubuh yang cepat dan berlebihan yang


Hyperthermia menyertai kekakuan otot karena anestesi total
Tipe - tipe demam diantaranya:
1. Demam Septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada
malam hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari.
Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang
tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga demam
hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah
mencapai suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat
dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang
dicatat demam septik.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam
dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali
disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua
serangan demam disebut kuartana.
4. Demam intermiten
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu
derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut
hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti
oleh beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang
kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu
penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria.
Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan
segera dengan suatu sebab yang jela seperti : abses, pneumonia, infeksi
saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat
dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas.
Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru
saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-
limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis lainnya.

C.  Patofisiologi
Nukleus pre-optik pada hipotalamus anterior berfungsi sebagai
pusat pengatur suhu dan bekerja mempertahankan suhu tubuh pada suatu
nilai yang sudah ditentukan, yang disebut hypothalamus thermal set point.
Pada demam hypothalamic thermal set point meningkat dan mekanisme
pengaturan suhu yang utuh bekerja meningkatkan suhu tubuh ke suhu
tertentu yang baru.
Terjadinya demam disebabkan oleh pelepasan zat pirogen dari
dalam lekosit yang sebelumnya telah terangsang baik oleh zat pirogen
eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu
hasil reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi Pirogen
eksogen ini juga dapat karena obat-obatan dan hormonal, misalnya
progesterone.
Secara skematis mekanisme terjadinya febris atau demam dapat
digambarkan sebagai berikut : Stimulus eksogen (endotoksin,
staphylococcal erythoxin dan virus) à menginduksi sel darah putih untuk
produksi pirogen endogen àyang paling banyak keluar IL-1 dan TNF-a,
selain itu ada IL-6 dan IFN à bekerja pada sistem saraf pusat di level
organosum vasculosum pada lamina terminalis (OVLT) à OVLT
dikelilingi oleh porsio medial dam lateral pada pre-optic nucleus,
hipotalamus anterior dan septum pallusolum. Mekanisme sirkulasi sitokin
di sirkulasi sistemik berdampak pada jaringan neural masih belum jelas.
hipotesanya adanya kebocoran di sawar darah otak di level OVLT
menyediakan sistem saraf pusat untuk merasakan adanya pirogen endogen.
Mekanisme pencetus tambahan termasuk transport aktif sitokin ke dalam
OVLT atau aktivasi reseptor sitokin di sel endotel di neural vasculature,
yang mentranduksi sinyal ke otak.
OVLT mensintesa prostaglandin, khususnya prostaglandin E2,
yang merespons pirogen endogen. PG E2 bekerja secara langsung ke sel
pre-optic nucleus untuk menurunkan rata pemanasan pada neuron yang
sensitif pada hangat dan ini salah satu cara menurunkan produksi pada
arachidonic acid pathway. Kejadian yang lebih luas pada cyclooxygenase-
2 (COX-2) di neural vasculature yang penting pada formasi febris. Induksi
pada respons febris oleh lipopolisakarida, TNF-a dan IL-1b yang
menghasilkan kenaikan COX-2 mRNA pada cerebral vasculature pada
beberapa model eksperimental febris.
Peningkatan suhu dikenal untuk menginduksi perubahan pada
banyak sel efektor pada respons imun. Demam menginduksi terjadinya
respons syok panas. Pada respons syok panas terjadi reaksi kompleks pada
demam, untuk sitokin atau beberapa stimulus lain. Hasil akhir dari reaski
ini adalah produksi heat shock protein (HSPs), sebuah kelas protein krusial
untuk penyelamatan seluler.
Sitokin proinflamotori  masuk ke sirkulasi hipotalamik stimulasi
pengeluaran PG lokal, resetting set point termal hipotalamik àsitokin
proinflamatori vs kontrainflamatori (misalya seperti IL-10 dan substansi
lain seperti arginin vasopresin, MSH, glukokortikoid) membatasi besar
dan lamanya demam.

Exogenous pyrogens
(seperti : bakteri, virus, kompleks antigen antibody)

Sel host inflamasi


(seperti : makrofag, netrofil, sel kuffer, makrofag splenic dan alveolar)

Memproduksi endogenous pyrogens

(interleukin 1, interieukin 6, factor nekrosis tumor, dan cytokine pyrogenic


lain)

Sintesis PGE2 dalam hipotalamus

Kurang informasi Pusat termoregulator

(neuron preoptik pada hipotalamus anterior)

Cemas Perubahan fisiologi dan tingkah laku

Kurang  
pengetahuan Hipertemia Penurunan nafsu makan
mengenai
penyakitnya b/d
kurang Ketidakseimbangan nutrisi kurang
informasi. dari kebutuhan tubuh
D. Manifestasi Klinis
Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi
tergantung pada fase demam meliputi:
Fase 1 awal (awitan dingin/menggigil)
Tanda dan  gejala:
a. Peningkatan denyut jantung
b. Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan
c. Mengigil akibat tegangan dan kontraksi otot
d. Peningkatan suhu tubuh
e. Pengeluaran keringat berlebih
f. Rambut pada kulit berdiri
g. Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi pembuluh darah

Fase 2 ( proses demam)


Tanda dan gejala:
a. Proses mengigil lenyap
b. Kulit terasa hangat / panas
c. Merasa tidak panas / dingin
d. Peningkatan nadi
e. Peningkatan rasa haus
f. Dehidrasi
g. Kelemahan
h. Kehilangan nafsu makan ( jika demam meningkat)
i. Nyeri pada otot akibat katabolisme protein.

Fase 3 (pemulihan)
Tanda dan gejala:
a. Kulit tampak merah dan hangat
b. Berkeringat
c. Mengigil ringan
d. Kemungkinan mengalami dehidrasi
Komplikasi febris menurut Corwin (2010), diantaranya:
1.   Takikardi
2.   Insufisiensi jantung
3.   Insufisiensi pulmonal
4.   Kejang demam

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Uji coba darah
Contoh pada Demam Dengue terdapat leucopenia pada hari
ke-2 atau hari ke-3. Pada DBD dijumpai trombositopenia dan
hemokonsentrasi. Masa pembekuan masih normal, masa perdarahan
biasanya memanjang, dapat ditemukan penurunan factor II,V,VII,IX,
dan XII. Pada pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia,
hiponatremia, hipokloremia. SGOT, serum glutamit piruvat (SGPT),
ureum, dan pH darah mungkin meningkat, reverse alkali menurun.
2. Pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar
tembus rutin.
Contoh pada DBD air seni mungkin ditemukan albuminuria ringan.
3. Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga
dapat dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau
limfangiografi.
4. Ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa

F. Penatalaksanaan
1.    Secara Fisik
a.   Anak demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal.
b.   Pakaian anak diusahakan tidak tebal.
c.   Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air
meningkat.
d.   Memberikan kompres.
Berikut ini cara mengkompres yang benar:
a. Kompres dengan menggunakan air hangat, bukan air dingin
atau es.
b. Kompres di bagian perut, dada dengan menggunakan sapu
tangan yang telah dibasahi air hangat.
c. Gosok-gosokkan sapu tangan di bagian perut dan dada
d. Bila sapu tangan sudah kering, ulangi lagi dengan
membasahinya dengan air hangat.
2.  Obat- obat Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat
pengatur suhu di hipotalamus.Antipiretik berguna untuk mencegah
pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim
cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus direndahkan kembali
menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas diatas
normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi.
Penderita tifus perlu dirawat dirumah sakit untuk isolasi
(agar penyakit ini tidak menular ke orang lain). Penderita harus
istirahat total minimal 7 hari bebas panas. Istirahat total ini untuk
mencegah terjadinya komplikasi di usus. Makanan yang dikonsumsi
adalah makanan lunak dan tidak banyak berserat. Sayuran dengan
serat kasar seperti daun singkong harus dihindari, jadi harus benar-
benar dijaga makanannya untuk memberi kesempatan kepada usus
menjalani upaya penyembuhan.
Pengobatan yang diberikan untuk pasien febris typoid
adalah antibiotika golongan Chloramphenicol dengan dosis 3-
4x 500 mg/hari;
Petunjuk pemberian antipiretik:
a. Bayi 6 – 12 bulan : ½ – 1 sendok teh sirup parasetamol
b. Anak 1 – 6 tahun : ¼ – ½ parasetamol 500 mg atau 1 – 1 ½
sendok teh sirup parasetamol
c. Anak 6 – 12 tahun : ½ 1 tablet parasetamol 500 mg atau 2 sendok
teh sirup parasetamol.
Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu
dilarutkan dengan air atau teh manis. Obat penurun panas in
diberikan 3 kali sehari. Gunakan sendok takaran obat dengan ukuran
5 ml setiap sendoknya.
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama
dalam menurunkan demam dan sangat berguna khususnya pada
pasien berisiko, yaitu anak dengan kelainan kardiopulmonal kronis
kelainan metabolik, penyakit neurologis dan pada anak yang
berisiko kejang demam.

G. Pengkajian Fokus Keperawatan


Pengkajian diantaranya:
1. Identitas: umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
2. Riwayat kesehatan
Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas.
Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat
masuk rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain
yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makn, eliminasi,
nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit
lain yang pernah diderita oleh pasien).
Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit
lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat
genetik atau tidak)
3. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum: kesadaran, vital sign, status nutrisi
4. Pemeriksaan persistem
a. Sistem persepsi sensori
b. Sistem persyarafan: kesadaran
c. Sistem pernafasan
d. Sistem kardiovaskuler
e. Sistem gastrointestinal
f. Sistem integument
g. Sistem perkemihan
5. Pada fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b. Pola nutrisi dan metabolism
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas dan latihan
e. Pola tidur dan istirahat
f. Pola kognitif dan perseptual
g. Pola toleransi dan koping stress
h. Pola nilai dan keyakinan
i. Pola hubungan dan peran
6. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
b. Foto rontgent
c. USG

H. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia b/d Proses Penyakit
2. Kurang pengetahuan mengenai penyakitnya b/d kurang informasi.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d nafsu makan
menurun.
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN
KEPERAWATAN (NOC) (NIC)
1 Hipertermi (00007) NOC NIC yang disarankan:
Definisi: suhu tubuh di  Thermoregulation (0800)  Temperature regulation (3900)
atas range normal Skala 1-5 (penyimpangan ekstrim  Monitor suhu minimal tiap 2 jam
dari kisaran normal,  Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
Karakteristik penyimpangan substansial,  Monitor TD, nadi, dan RR
penentu : penyimpangan moderat,  Monitor warna dan suhu kulit
 konvulsi penyimpangan ringan, tidak ada  Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
 kulit penyimpangan dari kisaran
 Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
kemerahan normal)
 Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya
 peningkat kehangatan tubuh
an temperatur tubuh indikator:
 Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan
di atas normal suhu kulit dalam range yang
akibat panas
 kejang diharapkan (080001)
 Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan
 takikardi suhu tubuh dalam rentang yang
kemungkinan efek negatif dari kedinginan
 takipneu diharapkan (080002)
 Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan
 saat tidak ada sakit kepala (080003)
dan penanganan emergency yang diperlukan
disentuh tangan tidak terdapat nyeri otot (080004)
 Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan
terasa hangat berkeringat ketika panas (080010) yang diperlukan
kecepatan respirasi dalam rentang  Berikan anti piretik jika perlu
Faktor yang yang diharapkan (080013)
berhubungan: lain-lain………..(080016)
 anestesi  Fever treatment (3740)
 penurunan perspirasi  Monitor suhu sesering mungkin
(pengeluaran  Monitor IWL
keringat)  Monitor warna dan suhu kulit
 dehidrasi  Monitor tekanan darah, nadi dan RR
 paparan lingkunagn  Monitor penurunan tingkat kesadaran
yang panas  Monitor WBC, Hb, dan Hct
 pakaian tidak tepat  Monitor intake dan output
 peningkatan  Berikan anti piretik
metabolic rate  Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab
 penyakit demam
 pengaruh medikasi  Selimuti pasien
 trauma  Lakukan tapid sponge
 aktivitas yang terlalu  Berikan cairan intravena
bersemangat  Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
 Tingkatkan sirkulasi udara
 Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya
menggigil

 vital sign monitoring (6680)


 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan darah
 Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau
berdiri
 Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan irama pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan abnormal
 Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

2 Kurang Pengetahuan NOC : NIC :


  Kowlwdge : disease process  Teaching : disease Process
Definisi :   Kowledge : health Behavior  Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan
Tidak adanya atau Kriteria Hasil : pasien tentang proses penyakit yang spesifik
kurangnya informasi  Pasien dan keluarga menyatakan  Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana
kognitif sehubungan pemahaman tentang penyakit, hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi,
dengan topic spesifik. kondisi, prognosis dan program dengan cara yang tepat.
pengobatan  Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul
Batasan karakteristik :  Pasien dan keluarga mampu pada penyakit, dengan cara yang tepat
memverbalisasikan melaksanakan prosedur yang  Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
adanya masalah, dijelaskan secara benar  Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara
ketidakakuratan  Pasien dan keluarga mampu yang tepat
mengikuti instruksi, menjelaskan kembali apa yang  Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi,
perilaku tidak sesuai. dijelaskan perawat/tim kesehatan dengan cara yang tepat
lainnya  Hindari harapan yang kosong
 Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan
Faktor yang pasien dengan cara yang tepat
berhubungan :  Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
keterbatasan kognitif, diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa
interpretasi terhadap yang akan datang dan atau proses pengontrolan
informasi yang salah, penyakit
kurangnya keinginan  Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
untuk mencari  Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
informasi, tidak mendapatkan second opinion dengan cara yang
mengetahui sumber- tepat atau diindikasikan
sumber informasi.
 Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
 Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas
lokal, dengan cara yang tepat
 Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang tepat

3 Ketidakseimbangan NOC : NIC :


nutrisi kurang dari   Nutritional Status : food and Fluid  Nutrition Management
kebutuhan tubuh Intake  Kaji adanya alergi makanan
Kriteria Hasil :  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
Definisi : Intake nutrisi  Adanya peningkatan berat badan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
tidak cukup untuk sesuai dengan tujuan  Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
keperluan metabolisme  Berat badan ideal sesuai dengan  Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan
tubuh. tinggi badan vitamin C
 Mampu mengidentifikasi  Berikan substansi gula
Batasan karakteristik : kebutuhan nutrisi  Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi
 Berat badan 20 %  Tidak ada tanda tanda malnutrisi serat untuk mencegah konstipasi
atau lebih di bawah  Tidak terjadi penurunan berat  Berikan makanan yang terpilih ( sudah
ideal badan yang berarti dikonsultasikan dengan ahli gizi)
 Dilaporkan adanya  Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
intake makanan yang makanan harian.
kurang dari RDA
 Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
(Recomended Daily
 Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
Allowance)
 Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi
 Membran mukosa
yang dibutuhkan
dan konjungtiva
pucat
 Nutrition Monitoring
 Kelemahan otot yang
 BB pasien dalam batas normal
digunakan untuk
menelan/mengunyah  Monitor adanya penurunan berat badan
 Luka, inflamasi pada  Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
rongga mulut dilakukan
 Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
 Mudah merasa  Monitor lingkungan selama makan
kenyang, sesaat  Jadwalkan pengobatan  dan tindakan tidak selama
setelah mengunyah jam makan
makanan  Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
 Dilaporkan atau  Monitor turgor kulit
fakta adanya  Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah
kekurangan makanan patah
 Dilaporkan adanya  Monitor mual dan muntah
perubahan sensasi  Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar
rasa Ht
 Perasaan  Monitor makanan kesukaan
ketidakmampuan  Monitor pertumbuhan dan perkembangan
untuk mengunyah
 Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
makanan
konjungtiva
 Miskonsepsi
 Monitor kalori dan intake nutrisi
 Kehilangan BB
 Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila
dengan makanan
lidah dan cavitas oral.
cukup
 Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
 Keengganan untuk
makan
 Kram pada abdomen
 Tonus otot jelek
 Nyeri abdominal
dengan atau tanpa
patologi
 Kurang berminat
terhadap makanan
 Pembuluh darah
kapiler mulai rapuh
 Diare dan atau
steatorrhea
 Kehilangan rambut
yang cukup banyak
(rontok)
 Suara usus hiperaktif
 Kurangnya
informasi,
misinformasi

Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan atau
mencerna makanan atau
mengabsorpsi zat-zat
gizi berhubungan
dengan faktor biologis,
psikologis atau
ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiah. 2005. Buku keperawatan anak sakit.Jakarta:EGC.   

Corwin. 2010. Hand Book Of Pathofisiologi.Jakarta:EGC.

Hidayat,A. 2015. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika.

Nanda. 2015. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA : Definisi dan


Klasifikasi. Jakarta:Prima Medika.

Suriadi dan Yuliani, R. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV.


Sagung Seto.

NANDA-I. 2018. Edisi 11.Diagnosis Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi.


2018-2020. Jakarta: EGC.

Soe Moorhead., et all. 2018. Edisi keenam Bahasa Indonesia. Nursing Outcomes
Classification (NOC) Pengukuran Outcome Kesehatan. Indonesia.
Mocomedia.

Howard K Butcher., et all. 2018. Edisi Ketujuh Bahasa Indonesia. Nursing


Interventions Classifications (NIC). Indonesia. Mocomedia.

Physiology, hypothalamus – StatPearls – NCBI bookshelf. (2020, May 24).


National Center for Biotechnology
Information. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK535380/ [Accessed
on December 15th. 2020]

Functional anatomy of the hypothalamus and pituitary – Endotext – NCBI


bookshelf. (2016, November 28). National Center for Biotechnology
Information. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK279126/ [Accessed
on December 15th. 2020]

Brainy hormones. (n.d.). Hormone.org | Hormone Health


Network. https://www.hormone.org/hormones-and-health/brainy-
hormones [Accessed on December 15th. 2020]

Diabetes insipidus. (2015, October 1). National Institute of Diabetes and


Digestive and Kidney Diseases. https://www.niddk.nih.gov/health-
information/kidney-disease/diabetes-insipidus [Accessed on December
15th. 2020]

Dalvi, P., Chalmers, J., Luo, V., Han, D., Wellhauser, L., Liu, Y., Tran, D.,
Castel, J., Luquet, S., Wheeler, M. and Belsham, D., 2016. High fat
induces acute and chronic inflammation in the hypothalamus: effect of
high-fat diet, palmitate and TNF-α on appetite-regulating NPY
neurons. International Journal of Obesity, 41(1), pp.149-158. [Accessed
on December 15th. 2020]

Diabetes insipidus. (2015, October 1). National Institute of Diabetes and


Digestive and Kidney Diseases. https://www.niddk.nih.gov/health-
information/kidney-disease/diabetes-insipidus  [Accessed on December
15th. 2020]

Harvard Health Publishing. (2019, September 24). Foods that fight inflammation.


Harvard Health. https://www.health.harvard.edu/staying-healthy/foods-
that-fight-inflammation [Accessed on December 15th. 2020]

Genetic and rare diseases information center (GARD) – an NCATS program |


Providing information about rare or genetic diseases. (n.d.). Genetic and
Rare Diseases Information Center (GARD) – an NCATS Program |
Providing information about rare or genetic
diseases. https://rarediseases.info.nih.gov/diseases/2932/hypothalamic-
dysfunction [Accessed on December 15th. 2020]

Hypothalamus. Global
Anatomy. https://www.neuroanatomy.wisc.edu/coursebook/neuro2(2).pdf 
[Accessed on December 15th. 2020]

Kim, J., Kim, J., Cho, Y., Baek, M., Jung, J., Lee, M., Jang, I., Lee, H. and Suk,
K., 2014. Chronic Sleep Deprivation-Induced Proteome Changes in
Astrocytes of the Rat Hypothalamus. Journal of Proteome Research,
13(9), pp.4047-4061. [Accessed on December 15th. 2020]

Magon N, Kalra S. The orgasmic history of oxytocin: Love, lust, and labor. Indian
J Endocr Metab [serial online] 2011 [cited 2020 Dec 15];15, Suppl
S3:156-61. Available from: https://www.ijem.in/text.asp?
2011/15/7/156/84851 [Accessed on December 15th. 2020]

Hypopituitarism – Symptoms and causes. (2019, May 18). Mayo


Clinic. https://www.mayoclinic.org/diseases-
conditions/hypopituitarism/symptoms-causes/syc-20351645 [Accessed on
December 15th. 2020]

Yi, C., Al-Massadi, O., Donelan, E., Lehti, M., Weber, J., Ress, C., Trivedi, C.,
Müller, T., Woods, S. and Hofmann, S., 2012. Exercise protects against
high-fat diet-induced hypothalamic inflammation. Physiology & Behavior,
106(4), pp.485-490. [Accessed on December 15th. 2020]

5 tips to keep your brain


healthy. https://www.mayoclinichealthsystem.org/hometown-
health/speaking-of-health/5-tips-to-keep-your-brain-healthy [Accessed on
December 15th. 2020]

Anda mungkin juga menyukai