Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

DI RUANGAN TOPAZ RSUD H. BADARUDDIN KASIM TANJUNG

Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Dasar Profesi


Program Profesi Ners

Disusun Oleh:

Dewi Lusiana. L
NIM: 11194692111020

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA


DI RUANGAN TOPAZ RSUD H. BADARUDDIN KASIM TANJUNG

Tanggal 07 Mei 2021

Disusun oleh :
Dewi Lusiana. L
NIM: 11194692111020

Banjarmasin, Mei 2021


Mengetahui,
Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

(Paul Joae Brett Nito, S.Kep.,Ns.,MM) (Era Sugiarti, S.Kep, Ns)


NIK. 1166102010053 NIP. 198210232006042020
LAPORAN PENDAHULUAN
ANEMIA

I. Konsep Anatomi Fisiologi Sistem


A. Anatomi Sistem

(Seeley, et al. 2007)


Gambar 1. Komponen Darah
Darah adalah jenis jaringan ikat, terdiri atas sel-sel (eritrosit, leukosit, dan
trombosit) yang terendam pada cairan kompleks plasma (gambar 1). Darah
membentuk sekitar 8% dari berat total tubuh. Pergerakan konstan darah sewaktu
mengalir dalam pembuluh darah menyebabkan unsur-unsur sel tersebar merata di
dalam plasma. Di bawah ini akan dipaparkan tentang darah meliputi, fungsi darah,
komposisi darah (plasma, sel darah), proses pembekuan darah, penggolongan darah,
kelainan pada darah. (Seeley, et al. 2007)

Saladin
(2009)
Saladin (2009)
Gambar 2. Elemen Padat Darah
Elemen padat pada darah adalah sel darah merah (eritrosit), sel darah putih
(leukosit), dan keping darah (trombosit) (Gambar 2). Bagian ini diproduksi di
sumsum tulang merah, yang dapat ditemukan di sebagian besar tulang anak tetapi
hanya dalam tulang tertentu pada orang dewasa. (Saladin, 2007).

B. Fisiologi Sistem
1. Fungsi Darah
Darah adalah media transportasi utama yang mengangkut gas, nutrisi dan
produk limbah. Darah berperan dalam menjaga pertahanan tubuh dari invasi
patogen dan menjaga dari kehilangan darah. Darah memiliki fungsi regulasi dan
memainkan peran penting dalam homeostasis. Darah membantu mengatur suhu
tubuh dengan mengambil panas, sebagian besar dari otot yang aktif, dan dibawa
seluruh tubuh .Fungsi darah masuk ke dalam tiga kategori, yaitu transportasi,
pertahanan, dan regulasi, yang akan dibahas berikut ini.

2. Komponen Darah

a. Plasma
Protein plasma penting adalah albumin, globulin, dan protein
pembekuan (fibrinogen). Hampir dua pertiga dari protein plasma adalah
albumin, yang terutama berfungsi untuk menjaga keseimbangan air agar
sesuai antara darah dan cairan interstitial. Diproduksi di hati, Albumin juga
mengikat molekul tertentu (seperti bilirubin dan asam lemak) dan obat-obatan
(seperti penisilin) dan membantu transportasi mereka dalam darah. (Seeley, et
al. 2007)
Selain protein plasma, plasma mengangkut berbagai molekul lain,
termasuk ion (juga disebut elektrolit), hormon, nutrisi, produk-produk limbah,
dan gas. Elektrolit seperti natrium dan kalium berkontribusi pada pengendalian
fungsi sel dan volume sel. Hormon yang dikeluarkan kelenjar endokrin,
mengangkut informasi ke seluruh tubuh. Nutrisi seperti karbohidrat, asam
amino, vitamin, dan zat-zat lain yang diserap dari saluran pencernaan atau
diproduksi oleh reaksi metabolisme sel. Produk limbah dalam plasma termasuk
karbon dioksida, urea, dan asam laktat. Gas terlarut dalam plasma adalah
oksigen yang penting untuk metabolisme dan karbondioksida yang merupakan
produk sisa metabolisme. (Seeley, et al. 2007)
b. Sel Darah Merah (Eritrosit)
Sel-sel darah yang paling banyak adalah sel-sel darah merah atau
eritrosit dengan persentase sekitar 99,9% dari seluruh elemen padat darah.
Dalam darah, jumlah eritosit sekitar 700 kali lebih banyak dibandingkan sel-sel
darah putih (leukosit) dan 17 kali lebih banyak dari keping darah (trombosit).
(Martini et al. 2012)
Setiap laki-laki dewasa dalam 1 mikroliter atau 1 milimeter kubik
(mm3) darahnya mengandung sekitar 4,5 – 6,3 juta eritrosit, sedangkan
perempuan dewasa mengandung 4,2 – 5,5 juta eritrosit. Jumlah eritrosit yang
lebih tinggi pada laki-laki karena laki-laki memiliki tingkat metabolisme yang
lebih tinggi daripada perempuan, dan konsentrasi eritrosit yang lebih besar
diperlukan untuk menyediakan oksigen yang dibutuhkan untuk metabolisme
sel-sel. (Martini et al. 2012)

Martini et al. (2012)


Gambar 3. Struktur Sel Darah Merah (Eritrosit)

c. Haemoglobin (Hb)

Haemoglobin terdiri atas dua bagian, yaitu globin suatu protein


polipeptida yang sangat berlipat-lipat. Gugus nitrogenesa non protein
mengandung besi yang dikenal sebagi hem (heme) yang masing-masing terikat
pada satu polipeptida. Setiap atom besi dapat berikatan secara reversibel
dengan satu molekul oksigen. Dengan demikian setiap molekul haemoglobin
dapat mengangkut empat oksigen. Karena oksigen kurang larut dalam darah,
98,5% oksigen yang diangkut dalam darah terikat pada Hb. (Mader &
Windelspecht,2011)
Mader & Windelspecht (2011)

Gambar 4. Molekul Haemoglobin

Ketika darah mengalir melalui paru-paru, oksigen berdifusi dari ruang


udara di paru-paru ke dalam darah. Oksigen memasuki eritrosit dan bergabung
dengan hemoglobin membentuk oksihemoglobin (Hb02), yang memberikan
warna merah terang untuk darah. Setelah melepas oksigen dari oksihemoglobin
ke sel-sel tubuh, darah yang telah melepaskan oksigennya (deoxyhemoglobin)
dan membawa sejumlah kecil karbondioksida dari sel-sel tubuh kembali ke
paru-paru untuk melepaskan karbondioksida. Deoxyhemoglobin memberikan
warna merah gelap (rona kebiruan) untuk darah.(Mader & Windelspecht,
2011)

Gambar 5. Pembentukan, penghancuran eritrosit dan daur ulang


haemoglobin

d. Sel Darah Putih (Lekosit)

Sel darah putih (leukosit) berbeda dari eritrosit dalam hal struktur,
jumlah maupun fungsinya. Ukuran leukosit lebih besar dibandingkan eritrosit
dan memiliki inti. Leukosit tidak memiliki haemoglobin sehingga tidak
berwarna. Jumlah leukosit tidak sebanyak eritrosit, berkisar 5 – 10 juta per
milimeter darah atau rara-rata 7 juta sel/milimeter darah yang dinyatakan
dengan 7000 /mm³. Leukosit merupakan sel darah yang paling sedikit
jumlahnya sekitar 1 sel leukosit untuk setiap 700 eritrosit. Jumlah leukosit
dapat bervariasi tergantung pada kebutuhan pertahanan yang selalu berubah-
ubah. (Saladin, 2009)
Leukosit memiliki fungsi menahan invasi oleh pathogen melalui proses
fagositosis; mengidentifikasi dan menghancurkan sel kanker yang muncul di
dalam tubuh; Membersihkan sampah tubuh yang berasal dari sel yang mati
atau cedera. (Martini et al, 2012)

Gambar 6. Jenis-jenis Leukosit (Martini et al, 2012)

Leukosit di produksi dalam sumsum tulang merah, dan produksi setiap


tipe leukosit diatur oleh protein yang disebut colony-stimulating factor (CSF).

Jenis-jenis Lekosit:
1) Neutrofil
2) Eosinofil
3) Basofil
4) Limfosit
5) Monosit

e. Keping Darah (Trombosit)


Gambar 7. (a) Struktur Trombosit (b) Pembentukan Trombosit dari
Megakariosit

(Saladin,2009)

Trombosit memainkan peran penting dalam mencegah kehilangan


darah dengan cara (Saladin, 2009):
1) Membentuk keping/butiran, yang menutup lubang kecil di pembuluh darah.
2) Merangsang dibentuknya kontruksi bekuan yang membantu menutup luka
besar di pembuluh darah.
Harapan hidup trombosit sekitar 5-9 hari dan setelah itu akan
dihancurkan oleh makrofag. Trombosit diproduksi dalam sumsum merah.
Trombosit tidak keluar dari pembuluh darah, tetapi sepertiga dari trombosit
total selalu tersimpan di rongga-rongga berisi darah di limfa yang akan
dikeluarkan oleh limfa jika terjadi perdarahan.

3. Kebutuhan Dasar Manusia


Secara historis, banyak budaya di seluruh dunia, baik kuno dan modern,
meyakini kemagisan darah. Darah dianggap sebagai "esensi kehidupan" karena
hilangnya darah yang tidak terkendali dapat mengakibatkan kematian. Dari zaman
dahulu, orang telah melihat darah sebagai penyebab adanya kehidupan. Gladiator
Romawi meminum darah karena mengganggap darah memiliki kekuatan vital yang
bisa membentengi diri dari pertempuran. Darah juga dikaitkan dalam menentukan
karakter dan emosi. Orang dari keturunan bangsawan digambarkan sebagai "darah
biru," sedangkan penjahat dianggap memiliki darah "buruk". Dikatakan juga bahwa
kemarahan menyebabkan darah "mendidih”. Bahkan saat ini, kita menjadi khawatir
ketika kita menemukan diri kita berdarah, dan dampak emosional dari darah sudah
cukup untuk membuat banyak orang pingsan saat melihatnya. (seely, et al, 2007).

Sekitar tahun 1950, Abraham Maslow seorang psikolog dari Amerika


mengembangkan teori tentang kebutuhan dasar manusia yang lebih dikenal dengan istilah
Hierarki Kebutuhan Dasar Maslow. Hierarki tersebut meliputi lima kategori kebutuhan
dasar, yakni :
a. Kebutuhan fisiologis (Physiologic Needs).
Manusia memiliki delapan macam kebutuhan, yaitu :
1) Kebutuhan oksigen dan pertukaran gas
2) Kebutuhan cairan dan elektrolit
3) Kebutuhan makanan
4) Kebutuhan eliminasi urine dan alvi
5) Kebutuhan istirahat dan tidur
6) Kebutuhan aktivitas
7) Kebutuhan kesehatan temperature tubuh
8) Kebutuhan seksual

b. Kebutuhan keselamatan dan rasa aman (Safety and Security Needs). Kebutuhan
keselamatan dan rasa aman yang dimaksud adalah aman dari berbagai aspek, baik
fisiologis, maupun psikologis. Kebutuhan ini meliputi :
1) Kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan, dan infeksi.
2) Bebas dari rasa takut dan kecemasan
3) Bebas dari perasaan terancam karena pengalaman yang baru atau asing
c. Kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki (Love and Belonging Needs).
Kebutuhan ini meliputi :
1) Memberi dan menerima kasih sayang
2) Perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain
3) Kehangatan
4) Persahabatan
5) Mendapat tempat atau diakui dalam keluarga, kelompok, serta lingkungan sosial.
d. Kebutuhan harga diri (Self-Esteem Needs). Kebutuhan ini meliputi:
1) Perasaan tidak bergantung pada orang lain
2) Kompeten
3) Penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain

e. Kebutuhan aktualisasi diri (Need for Self Actualization). Kebutuhan ini meliputi:
1) Dapat mengenal diri sendiri dengan baik (mengenal dan memahami potensi diri)
2) Belajar memenuhi kebutuhan diri sendiri
3) Tidak emosional
4) Mempunyai dedikasi yang tinggi
5) Kreatif
6) Mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, dan sebagainya
Konsep Hierarki diatas menjelaskan bahwa manusia senantiasa berubah, dan
kebutuhannya pun terus berkembang. Jika seseorang merasakan kepuasan, ia akan
menikmati kesejahteraan dan bebas untuk berkembang menuju potensi yang lebih besar.
Sebaliknya, jika proses pemenuhan kebutuhan itu terganggu, akan timbul suatu kondisi
patologis. Dalam konteks homeostasis, suatu persoalan atau masalah dapat dirumuskan
sebagai hal yang menghalangi tepenuhinya kebutuhan, dan kondisi tersebut lebih lanjut
dapat mengancam homeostasis fisiologis maupun psikologis seseorang. Karenanya, dengan
memahaminya konsep kebutuhan dasar Maslow, akan diperoleh persepsi yang sama bahwa
untuk beralih ke tingkat kebutuhan yang lebih tinggi, kebutuhan dasar dibawahnya harus
terpenuhi lebih dulu.
Pada konsep darah dijelaskan bahwa darah adalah suatu jaringan tubuh yang
terdapat dalam pembuluh darah yang berwarna merah. Warna merah itu keadaannya tidak
tetap tergantung pada banyaknya oksigen dan karbondioksida di dalamnya. Darah memiliki
fungsi seperti, sebagai alat pengukur oksigen, sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan
penyakit dan racun pada tubuh dan sebagai regulasi untuk mempertahankan pH dan
kosentrasi elektrolit,dalam pembentukan darah memerlukan bahan - bahan seperti vitamin
B12, asam folat, zat besi, cobalt, magnesium, tembaga (Cu), senk (Zn), asam amino,
vitamin C dan B kompleks. Kekurangan salah satu unsur atau bahan pembentuk sel darah
merah mengakibatkan penurunan produksi atau Anemia. (Wijaya & Putri, 2013)
Menurut Mubarak & Chayatin (2008:70) pasien Anemia akan terjadi gangguan
kebutuhan cairan dan gangguan sirkulasi. Menurut jenis cairan yang terdapat dalam tubuh
manusia ada 2, yaitu:
a. Cairan intraseluler (CIS). CIS adalah cairan yang terdapat dalam sel tubuh dan
menyusun sekitar 70% dari total cairan tubuh (total body water[TBW]). CIS
merupakan media tempat terjadinya aktivitas kimia sel. Pada individu dewasa, CIS
menyusun sekitar 40% berat tubuh 2/3 dari TBW. Sisanya, yaitu 1/3 TBW atau 20%
berat tubuh, berada di luar sel yang disebut sebagai cairan ekstraseluler (CES).
b. Cairan Ekstraseluler (CES). CES merupakan cairan yang terdapat di luar sel dan
menyusun sekitar 30% dari total cairan tubuh. CES meliputi cairan intravaskular, cairan
interstisial, dan cairan transeluler. Cairan interstisial terdapat dalam ruang antar-sel,
plasma darah, cairan serebrol spinal, limfe, serta cairan rongga dan sendi.
Pada gangguan oksigen dan pertukaran gas pasien Anemia akan kekurangan
oksigen yang menimbulkan dampak yang bermakna, salah satunya adalah penderita akan
mengalami dyspnea (sesak nafas), gangguan oksigenasi, perubahan nutrisi, sukar tidur,
istirahat tidak nyaman, pusing, mudah lelah.
Karena adanya gangguan Kebutuhan oksigen dan pertukaran gas menyebabkan
kurangnya suplai oksigen ke bagian-bagian tubuh sehingga mempengaruhi mobilisasi
pasien yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologinya yaitu kebutuhan aktivitas.
Menurut (Hidayat & Uliyah, 2014 : 180) adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
mobilitas, yaitu:
a. Gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas karena gaya hidup
berdampak pada perilaku atau kebiasaan sehari-hari.
b. Proses penyakit
Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas karena dapat mempengaruhi
fungsi system tubuh.
c. Kebudayaan
Sebagai contoh, orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki kemampuan
mobilitas yang kuat.
d. Tingkat energi
Energi adalah sumber untuk melakukan mobilitas.Agar seseorang dapat melakukan
mobilitas dengan baik, dibutuhkan energi yang cukup.
e. Usia dan Status Perkembangan
Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang berbeda. Hal ini
dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak sejalan dengan
perkembangan usia.
II. Konsep Dasar Penyakit
A. Pengertian
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin (Hb) atau sel
darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas sel darah merah dalam
membawa oksigen (Badan POM, 2011).
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai di bawah
rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat.  Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari,
seperti kehilangan komponen darah, elemen tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan
untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen
darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya (Marilyn E, Doenges, Jakarta,
2012).
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin
turun dibawah normal (Wong, 2013).
Terdapat beragam jenis pengklasifikasian anemia, pada klasifikasi anemia menurut
morfologi, mikro dan makro menunjukkan ukuran pada sel darah merah sedangkan kromik
menunjukkan warnanya. Secara morfologi, pengklasifikasian anemia terdiri atas:
1. Anemia normositik normokrom
Patofisiologi anemia ini terjadi karena pengeluaran darah atau destruksi darah yang berlebih
sehingga menyebabkan Sumsum tulang harus bekerja lebih keras lagi dalam eritropoiesis.
Sehingga banyak eritrosit muda (retikulosit) yang terlihat pada gambaran darah tepi. Pada
kelas ini, ukuran dan bentuk sel-sel darah merah normal serta mengandung hemoglobin
dalam jumlah yang normal tetapi individu menderita anemia. Anemia ini dapat terjadi karena
hemolitik, pasca pendarahan akut, anemia aplastik, sindrom mielodisplasia, alkoholism, dan
anemia pada penyakit hati kronik.
2. Anemia makrositik normokrom
Makrositik berarti ukuran sel-sel darah merah lebih besar dari normal tetapi normokrom
karena konsentrasi hemoglobinnya normal. Hal ini diakibatkan oleh gangguan atau
terhentinya sintesis asam nukleat DNA seperti yang ditemukan pada defisiensi B12 dan atau
asam folat. Ini dapat juga terjadi pada kemoterapi kanker, sebab terjadi gangguan pada
metabolisme sel.

3. Anemia mikrositik hipokrom


Mikrositik berarti kecil, hipokrom berarti mengandung hemoglobin dalam jumlah yang
kurang dari normal. Hal ini umumnya menggambarkan insufisiensi sintesis hem (besi),
seperti pada anemia defisiensi besi, keadaan sideroblastik dan kehilangan darah kronik, atau
gangguan sintesis globin, seperti pada talasemia (penyakit hemoglobin abnormal kongenital).

B. Etiologi
Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu:
1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, asam folat,
vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan terkena anemia
karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak dan dia tidak memiliki
cukup persediaan zat besi.
3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap zat besi dan
vitamin untuk pertumbuhannya.
4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di saluran
pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan anemia.
5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan lambung
(aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah dalam penyerapan
zat besi dan vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis, dll).
6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat
menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin B12.
7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal, masalah pada
kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya dapat menyebabkan anemia
karena mempengaruhi proses pembentukan sel darah merah.
8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, malaria, atau
disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.
Kekurangan vitamin penting seperti vitamin B12, asam folat, vitamin C dan besi dapat
mengakibatkan pembentukan sel darah merah tidak efektif sehingga menimbulkan anemia. Untuk
menegakkan diagnosis anemia harus digabungkan pertimbangan morfologis dan etiologi. Berikut
adalah pengklasifikasian anemia menurut etiologinya:
1. Anemia aplastik
Anemia aplastik adalah suatu gangguan pada sel-sel induk di sumsum tulang yang
dapat menimbulkan kematian, pada keadaan ini jumlah sel-sel darah yang dihasilkan tidak
memadai. Penderita mengalami pansitopenia yaitu kekurangan sel darah merah, sel darah
putih dan trombosit. Secara morfologis sel-sel darah merah terlihat normositik dan
normokrom, hitung retikulosit rendah atau hilang dan biopsi sumsum tulang menunjukkan
suatu keadaan yang disebut “pungsi kering” dengan hipoplasia yang nyata dan terjadi
pergantian dengan jaringan lemak. Langkah-langkah pengobatan terdiri dari
mengidentifikasi dan menghilangkan agen penyebab. Namun pada beberapa keadaan tidak
dapat ditemukan agen penyebabnya dan keadaan ini disebut idiopatik. Beberapa keadaan
seperti ini diduga merupakan keadaan imunologis.
2. Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi secara morfologis diklasifikasikan sebagai anemia mikrositik
hipokrom disertai penurunan kuantitatif pada sintetis hemoglobin. Defisiensi besi
merupakan penyebab utama anemia di dunia. Khususnya terjadi pada wanita usia subur,
sekunder karena kehilangan darah sewaktu menstruasi dan peningkatan kebutuhan besi
selama hamil.

C. Patofisiologi
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misalnya
berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi
tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui
perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa.  Hasil samping proses ini adalah bilirubin
yang akan memasuki aliran darah.  Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis)
segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl,
kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia).  Apabila
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus
ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria). 
Kesimpulan  mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya
dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi
sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat
dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

Pathway

Kegagalan
produksi SDM
Defisiensi B12, oleh sum-sum Destruksi SDM
asam folat, besi Perdarahan/hemofilia
tulang berlebih

Penurunan SDM

Hb berkurang

Anemia

Hipoksia

Gastro Suplai O2 dan nutrisi ke


jaringan berkurang

Penurunan
kerja GI Mekanisme an aerob
SSP
Asam laktat
Peristaltik Kerja lambung
menurun menurun Pusing
ATP berkurang

Makanan Reaksi antar


sulit As. Lambung Energi untuk saraf berkurang
Kelelahan
dicerna meningkat membentuk
antibodi berkurang Perfusi
Anoreksia Intoleransi jaringan tidak
Konstipasi aktivitas efektif
Resiko infeksi
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
D. Manifetasi Klinis
1. Lemah, letih, lesu dan lelah
2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat. Pucat
oleh karena kekurangan volume darah dan Hb, vasokontriksi
4. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina (sakit dada)
5. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang)
6. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan berkurangnya
oksigenasi pada SSP
7. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare)

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar Fe,
pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit, waktu
perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial. 
2. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum
3. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta sumber
kehilangan darah kronis.

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang :
1. Anemia aplastik:
a. Transplantasi sumsum tulang
b. Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal
a. Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
b. Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk
aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum
tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi
a. Dicari penyebab defisiensi besi
b. Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat ferosus.
5. Anemia megaloblastik
Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi
disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan
vitamin B12 dengan injeksi IM. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12
harus diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi
yang tidak dapat dikoreksi. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan
penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.

G. Pengkajian Fokus Keperawatan


1. Lakukan pengkajian fisik
2. Dapatkan riwayat kesehatan, termasuk riwayat diet
3. Observasi adanya manifestasi anemia
a. Manifestasi umum
1) Kelemahan otot
2) Mudah lelahKulit pucat
b. Manifestasi system saraf pusat
1) Sakit kepala
2) Pusing
3) Kunang-kunang
4) Peka rangsang
5) Proses berpikir lambat
6) Penurunan lapang pandang
7) Apatis
8) Depresi
c. Syok (anemia kehilangan darah)
1) Perfusi perifer buruh
2) Kulit lembab dan dingin
3) Tekanan darah rendah dan tekanan darah setral
4) Peningkatan frekwensi jantung
H. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dan intervensi:

DIANGOSA
TUJUAN DAN KRITERIA
NO KEPERAWATAN DAN INTERVENSI (NIC)
HASIL (NOC)
KOLABORASI
1 Perfusi jaringan tidak NOC : Manajemen sensasi perifer
efektif b/d penurunan   Circulation status  Monitor adanya daerah
konsentrasi Hb dan   Tissue Prefusion : cerebral tertentu yang hanya peka
darah, suplai oksigen Kriteria Hasil : terhadap
berkurang a.   Mendemonstrasikan status panas/dingin/tajam/tumpul
sirkulasi yang ditandai  Monitor adanya paretese
dengan :  Instruksikan keluarga untuk
 Tekanan systole mengobservasi kulit jika ada
dandiastole dalam rentang lesi atau laserasi
yang diharapkan  Gunakan sarun tangan untuk
 Tidak ada proteksi
ortostatikhipertensi  Batasi gerakan pada kepala,
 Tidak ada tanda tanda leher dan punggung
peningkatan tekanan  Monitor kemampuan BAB
intrakranial (tidak lebih  Kolaborasi pemberian
dari 15 mmHg) analgetik
b.   Mendemonstrasikan  Monitor adanya
kemampuan kognitif yang tromboplebitis
ditandai dengan:  Diskusikan menganai
 Berkomunikasi dengan penyebab perubahan sensasi
jelas dan sesuai dengan
kemampuan
 Menunjukkan perhatian,
konsentrasi dan orientasi
 Memproses informasi
 Membuat keputusan
dengan benar
c.   Menunjukkan fungsi sensori
motori cranial yang utuh :
tingkat kesadaran mambaik,
tidak ada gerakan gerakan
involunter
2 Ketidakseimbangan NOC : Nutrition Management
nutrisi kurang dari   Nutritional Status : food and  Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh b/d Fluid Intake  Kolaborasi dengan ahli gizi
intake yang kurang, untuk menentukan jumlah
anoreksia Kriteria Hasil : kalori dan nutrisi yang
  Adanya peningkatan berat dibutuhkan pasien.
badan sesuai dengan tujuan  Anjurkan pasien untuk
  Berat badan ideal sesuai meningkatkan intake Fe
dengan tinggi badan  Anjurkan pasien untuk
  Mampu mengidentifikasi meningkatkan protein dan
kebutuhan nutrisi vitamin C
  Tidak ada tanda tanda  Berikan substansi gula
malnutrisi  Yakinkan diet yang dimakan
  Tidak terjadi penurunan mengandung tinggi serat
berat badan yang berarti untuk mencegah konstipasi
 Berikan makanan yang
terpilih (sudah
dikonsultasikan dengan ahli
gizi)
 Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
harian.
 Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
 Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
 Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring
 BB pasien dalam batas
normal
 Monitor adanya penurunan
berat badan
 Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
 Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
 Monitor lingkungan selama
makan
 Jadwalkan pengobatan  dan
tindakan tidak selama jam
makan
 Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
 Monitor turgor kulit
 Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
 Monitor mual dan muntah
 Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan kadar
Ht
 Monitor makanan kesukaan
 Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
 Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
 Monitor kalori dan intake
nuntrisi
 Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
 Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet

3 Defisit perawatan diri b/d NOC : Self Care assistane : ADLs


kelemahan fisik   Self care : Activity of Daily  Monitor kemempuan klien
Living (ADLs) untuk perawatan diri yang
Kriteria Hasil : mandiri.
 Klien terbebas dari bau badan  Monitor kebutuhan klien
 Menyatakan kenyamanan untuk alat-alat bantu untuk
terhadap kemampuan untuk kebersihan diri, berpakaian,
melakukan ADLs berhias, toileting dan
 Dapat melakukan ADLS makan.
dengan bantuan  Sediakan bantuan sampai
klien mampu secara utuh
untuk melakukan self-care.
 Dorong klien untuk
melakukan aktivitas sehari-
hari yang normal sesuai
kemampuan yang dimiliki.
 Dorong untuk melakukan
secara mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien tidak
mampu melakukannya.
 Ajarkan klien/ keluarga
untuk mendorong
kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya
jika pasien tidak mampu
untuk melakukannya.
 Berikan aktivitas rutin
sehari- hari sesuai
kemampuan.
 Pertimbangkan usia klien
jika mendorong pelaksanaan
aktivitas sehari-hari. 

4 Resiko infeksi NOC : Kontrol infeksi


  Immune Status  Bersihkan lingkungan
  Knowledge : Infection setelah dipakai pasien lain
control  Pertahankan teknik isolasi
  Risk control  Batasi pengunjung bila
Kriteria Hasil : perlu
 Klien bebas dari tanda dan  Instruksikan pada
gejala infeksi pengunjung untuk mencuci
 Mendeskripsikan proses tangan saat berkunjung dan
penularan penyakit, factor setelah berkunjung
yang mempengaruhi meninggalkan pasien
penularan serta  Gunakan sabun
penatalaksanaannya, antimikrobia untuk cuci
 Menunjukkan kemampuan tangan
untuk mencegah timbulnya  Cuci tangan setiap sebelum
infeksi dan sesudah tindakan
 Jumlah leukosit dalam batas kperawtan
normal  Gunakan baju, sarung
 Menunjukkan perilaku hidup tangan sebagai alat
sehat pelindung
 Pertahankan lingkungan
aseptik selama pemasangan
alat
 Ganti letak IV perifer dan
line central dan dressing
sesuai dengan petunjuk
umum
 Gunakan kateter intermiten
untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
 Tingktkan intake nutrisi
 Berikan terapi antibiotik
bila perlu

Proteksi terhadap infeksi


 Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
 Monitor hitung granulosit,
WBC
 Monitor kerentanan
terhadap infeksi
 Batasi pengunjung
 Saring pengunjung terhadap
penyakit menular
 Partahankan teknik aspesis
pada pasien yang beresiko
 Pertahankan teknik isolasi
k/p
 Berikan perawatan kuliat
pada area epidema
 Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
 Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
 Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
 Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara menghindari
infeksi
 Laporkan kecurigaan infeksi
 Laporkan kultur positif

5 Intoleransi aktifitas b.d NOC : Toleransi aktivitasi


ketidakseimbangan suplai   Energy conservation  Menentukan penyebab
dan kebutuhan oksigen   Self Care : ADLs intoleransi
Kriteria Hasil : aktivitas&menentukan
  Berpartisipasi dalam apakah penyebab dari fisik,
aktivitas fisik tanpa disertai psikis/motivasi
peningkatan tekanan darah, nadi  Observasi adanya
dan RR pembatasan klien dalam
  Mampu melakukan aktivitas beraktifitas.
sehari hari (ADLs) secara  Kaji kesesuaian
mandiri aktivitas&istirahat klien
sehari-hari
 ↑ aktivitas secara bertahap,
biarkan klien berpartisipasi
dapat perubahan posisi,
berpindah & perawatan diri
 Pastikan klien mengubah
posisi secara bertahap.
Monitor gejala intoleransi
aktivitas
 Ketika membantu klien
berdiri, observasi gejala
intoleransi spt mual, pucat,
pusing, gangguan
kesadaran&tanda vital
 Lakukan latihan ROM jika
klien tidak dapat menoleransi
aktivitas
 Bantu klien memilih aktifitas
yang mampu untuk
dilakukan
6 Gangguan pertukaran gas NOC : Terapi Oksigen
b.d ventilasi-perfusi   Respiratory Status : Gas  Bersihkan mulut, hidung
exchange dan secret trakea
  Respiratory Status :  Pertahankan jalan nafas
ventilation yang paten
  Vital Sign Status  Atur peralatan oksigenasi
Kriteria Hasil :  Monitor aliran oksigen
 Mendemonstrasikan  Pertahankan posisi pasien
peningkatan ventilasi dan  Onservasi adanya tanda
oksigenasi yang adekuat tanda hipoventilasi
 Memelihara kebersihan paru  Monitor adanya kecemasan
paru dan bebas dari tanda pasien terhadap oksigenasi
tanda distress pernafasan
 Mendemonstrasikan batuk Vital sign Monitoring
efektif dan suara nafas yang  Monitor TD, nadi, suhu,
bersih, tidak ada sianosis dan dan RR
dyspneu (mampu  Catat adanya fluktuasi
mengeluarkan sputum, tekanan darah
mampu bernafas dengan
mudah, tidak ada pursed  Monitor VS saat pasien
lips) berbaring, duduk, atau
berdiri
 Tanda tanda vital dalam
 Auskultasi TD pada
rentang normal
kedua lengan dan
bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas

 Monitor kualitas dari


nadi

 Monitor frekuensi dan


irama pernapasan

 Monitor suara paru

 Monitor pola pernapasan


abnormal

 Monitor suhu, warna,


dan kelembaban kulit

 Monitor sianosis perifer

 Monitor adanya cushing


triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)

 Identifikasi penyebab
dari perubahan vital sign
7 Ketidakefektifan pola NOC : Airway Management
nafas b.d penumpukan  Respiratory status :  Buka jalan nafas, gunakan
sekret Ventilation teknik chin lift atau jaw
  Respiratory status : Airway thrust bila perlu
patency  Posisikan pasien untuk
  Vital sign Status memaksimalkan ventilasi
Kriteria Hasil :  Identifikasi pasien perlunya
 Mendemonstrasikan batuk pemasangan alat jalan nafas
efektif dan suara nafas yang buatan
bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu (mampu  Pasang mayo bila perlu
mengeluarkan sputum,  Lakukan fisioterapi dada
mampu bernafas dengan jika perlu
mudah, tidak ada pursed lips)  Keluarkan sekret dengan
 Menunjukkan jalan nafas batuk atau suction
yang paten (klien tidak  Auskultasi suara nafas, catat
merasa tercekik, irama nafas, adanya suara tambahan
frekuensi pernafasan dalam  Lakukan suction pada mayo
rentang normal, tidak ada  Berikan bronkodilator bila
suara nafas abnormal) perlu
 Tanda Tanda vital dalam  Berikan pelembab udara
rentang normal (tekanan Kassa basah NaCl Lembab
darah, nadi, pernafasan)  Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.

8 Keletihan b.d anemia NOC : Energi manajemen


  Endurance  Monitor respon klien
  Concentration terhadap aktivitas takikardi,
  Energy conservation disritmia, dispneu, pucat,
  Nutritional status : energy dan jumlah respirasi
Kriteria Hasil :  Monitor dan catat jumlah
 Memverbalisasikan tidur klien
peningkatan energi dan  Monitor ketidaknyamanan
merasa lebih baik atauu nyeri selama bergerak
 Menjelaskan penggunaan dan aktivitas
energi untuk mengatasi  Monitor intake nutrisi
kelelahan  Instruksikan klien untuk
mencatat tanda-tanda dan
gejala kelelahan
 Jelakan kepada klien
hubungan kelelahan dengan
proses penyakit
 Catat aktivitas yang dapat
meningkatkan kelelahan
 Anjurkan klien melakukan
yang meningkatkan
relaksasi
 Tingkatkan pembatasan
bedrest dan aktivitas
DAFTAR PUSTAKA

Sumiyati Sa’adah. 2018. Sistem Peredaran Darah Manusia. Bandung.

NANDA-I. 2018. Edisi 11.Diagnosis Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi. 2018-2020. Jakarta:
EGC.

Soe Moorhead., et all. 2018. Edisi keenam Bahasa Indonesia. Nursing Outcomes Classification
(NOC) Pengukuran Outcome Kesehatan. Indonesia. Mocomedia.

Howard K Butcher., et all. 2018. Edisi Ketujuh Bahasa Indonesia. Nursing Interventions
Classifications (NIC). Indonesia. Mocomedia.

Goodenough, J. McGuire, B. (2012). Biology of Humans, Concept, Aplication and Issue.

Foorth Edition. San Fransisco: Benjamin Cumings.

Johnson, M.D. (2012). Human Biology Concept and Current Issue. sixth Edition. Boston:
Benjamin Cumings

Mader, S.S. and Windelspecth, M. (2011). Human Biology. Twelept Edition. New York: The
McGrawHill Company.

Martini, F.H. Nath, J.L. Bartholomew, E.F. (2012) Fundamental Anatomy Physiology.
Mader, S. (2004). Understanding Human Anatomy and Physiology. Fifth Edition.New
York: The McGrawHill Company.

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika

Ninth Edition. Boston: Benjamin Cumings.mBrunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan
medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC

Marlyn E. Doenges, 2002. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC

Patrick Davay, 2002, At A Glance Medicine, Jakarta, EMS

Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai