Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ASKEB PERSALINAN DAN BBL

" TANDA BAHAYA PADA KALA IV"

DI SUSUN OLEH :
TETY LESTARI
NIM (P07224219 1909)

DOSEN PENGAMPU:
RITA RIDAYANI,M.Keb

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDOESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGPINANG
PRODI DIII KEBIDANAN
2020

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut, saya panjatkan puja dan puji syukur atas keharidat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayaha, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “ TANDA BAHAYA PADA KALA IV”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa dalam makalah
ini.Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.Akhir kata saya berharap semoga
makalah tentang “ TANDA BAHAYA PADA KALA IV”.ini dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

TanjungPinang , 21 september 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………..i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………………….4
B. Rumusan Masalah……………………………………………………….4
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………...4

BAB II PEMBAHASAN
A. Fisiologi Kala IV………………………………………………………..5
B. Pemantauan Kala IV…………………………………………………….5
C. Pemantauan Lanjut Kala IV…………………………………………….6
D. Tanda-Tanda Bahaya Kala IV…………………………………………..6
E. Bentuk Tindakan Dalam Kala IV………………………………………15
F. Prinsip Penjahitan Luka Episiotomi / Laserasi Perineum……………...16

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan……………………………………………………………...18
B. Saran…………………………………………………………………….18

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yabg telah
cukup bulan atau hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain.
Dengan bantuan atau tanpa bantuan. (mochtar.2002). dengan adanya proses
persalinan maka ada beberapa tanda-tanda bahaya kala IV (nifas). Setelah persalinan
ibu-ibu diharapkan tidak mengalami bahaya kala IV.
Saat yang paling kritis pada ibu pasca melahirkan adalah pada masa post partum.
Pemantauan ini dilakukan untuk mencegah adanya kematian ibu akibat perdarahan.
Kematian ibu pasca persalinan biasanya tejadi dalam 6 jam post partum. Hal ini
disebabkan oleh infeksi, perdarahan dan eklampsia post partum. Selama kala IV,
pemantauan dilakukan 15 menit pertama setelah plasenta lahir dan 30 menit kedua
setelah persalinan.

B.   Rumusan Masalah
1. Apa saja Fisiologi Kala IV?
2. Jelaskan Pemantauan Kala IV?
3. Jelaskan Pemantauan Lanjut Kala IV?
4. Jelaskan Tanda-Tanda Bahaya Kala IV?
5. Jelaskan Bentuk Tindakan Dalam Kala IV?
6. Jelaskan Prinsip Penjahitan Luka Episiotomi / Laserasi Perineum?
C.   Tujuan Penulisan
1. Memahami Fisiologi Kala IV
2. Memahami Pemantauan Kala IV
3. Memahami Pemantauan Lanjut Kala IV
4. Memahami Tanda-Tanda Bahaya Kala IV
5. Memahami Bentuk Tindakan Dalam Kala IV
6. Memahami penjahitan luka episiotomy / laserasi perineum

4
BAB II

PEMBAHASAN

A.   Fisiologi Kala IV
1.    Evaluasi Uterus
Setelah kelahiran plasenta, periksa kelengkapan dari plasenta dan selaput ketuban.
Jika masih ada sisa plasenta dan selaput ketuban yang tertinggal dalam uterus akan
mengganggu kontraksi uterus sehingga menyebabkan perdarahan.
Jika dalam waktu 15 menit uterus tidak berkontraksi dengan baik, maka akan terjadi
atonia uteri. Oleh karena itu, diperlukan tindakan rangsangan taktil (massase) fundus
uteri dan bila perlu dilakukan Kompresi Bimanual.
2.    Pemeriksaan Servik, Vagina dan Perineum
Untuk mengetahui apakah ada tidaknya robekan jalan lahir, maka periksa daerah
perineum, vagina dan vulva. Setelah bayi lahir, vagina akan mengalami peregangan,
oleh kemungkinan edema dan lecet. Introitus vagina juga akan tampak terkulai dan
terbuka. Sedangkan vulvabisa berwarna merah, bengkak dan mengalami lecet-lecet.
Untuk mengetahui ada tidaknya trauma atau hemoroid yang keluar, maka periksa
anus dengan rectal toucher. Laserasi dapat dikategorikan dalam :
a) Derajat pertama: laserasi mengenai mukosa dan kulit perineum, tidak perlu
dijahit.
b) Derajat kedua: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit dan jaringan perineum
(perlu dijahit).
c) Derajat ketiga: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan
spinkter ani.
d) Derajat empat: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan
spinkter ani yang meluas hingga ke rektum. Rujuk segera.

B.   Pemantauan Kala IV

5
Saat yang paling kritis pada ibu pasca melahirkan adalah pada masa post partum.
Pemantauan ini dilakukan untuk mencegah adanya kematian ibu akibat perdarahan.
Kematian ibu pasca persalinan biasanya tejadi dalam 6 jam post partum. Hal ini
disebabkan oleh infeksi, perdarahan dan eklampsia post partum. Selama kala IV,
pemantauan dilakukan 15 menit pertama setelah plasenta lahir dan 30 menit kedua
setelah persalinan.
Setelah plasenta lahir, berikan asuhan yang berupa :

1. Rangsangan taktil (massase) uterus untuk merangsang kontraksi uterus.


2. Evaluasi tinggi fundus uteri – Caranya : letakkan jari tangan Anda secara
melintang antara pusat dan fundus uteri. Fundus uteri harus sejajar dengan pusat
atau dibawah pusat.
3.  Perkirakan darah yang hilang secara keseluruhan.
4. Pemeriksaan perineum dari perdarahan aktif (apakah dari laserasi atau luka
episiotomi).
5. Evaluasi kondisi umum ibu dan bayi.
C.   Pemantauan Lanjut Kala IV
Hal yang harus diperhatikan dalam pemantauan lanjut selama kala IV adalah :
1. Vital sign – Tekanan darah normal < 140/90 mmHg; Bila TD < 90/ 60 mmHg, N
>100 x/menit (terjadi masalah); Masalah yang timbul kemungkinan adalah demam
atau perdarahan.
2. Suhu – S > 38oC (identifikasi masalah); Kemungkinan terjadi dehidrasi ataupun
infeksi.
3.  Nadi
4.  Pernafasan
5. Tonus uterus dan tinggi fundus uteri – Kontraksi tidak baik maka uterus teraba
lembek; TFU normal, sejajar dengan pusat atau dibawah pusat; Uterus lembek
(lakukan massase uterus, bila perlu berikan injeksi oksitosin atau methergin).
6. Perdarahan – Perdarahan normal selama 6 jam pertama yaitu satu pembalut atau
seperti darah haid yang banyak. Jika lebih dari normal identifikasi penyebab (dari
jalan lahir, kontraksi atau kandung kencing).
7. Kandung kencing – Bila kandung kencing penuh, uterus berkontraksi tidak baik.

D.   Tanda-Tanda Bahaya Kala IV


1.    Infeksi Masa Nifas

6
Setelah persalinan terjadi beberapa perubahan penting diantaranya makin
meningkatnya pembentukkan urin untuk mengurangi hemodilusi darah, terjadi
penyerapan beberapa bahan tertentu melalui pembuluh darah vena sehingga terjadi
peningkatan suhu badan sekitar 0,5 oC yang bukan merupakan keadaan patologis atau
menyimpang pada hari pertama. Perlukaan karena persalinan merupakan tempat
masuknya kuman kedalam tubuh, sehingga menimbulkan infeksi pada kala nifas.
Infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua alat genitalia pada masa
nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan melebihi 38 oC
tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut selama dua hari.
Gambaran Klinis Infeksi Umum dapat dalam bentuk :
a.    Infeksi Lokal
1) Pembengkakan luka episiotomi.
2) Perubahan warna lokal.
3) Pengeluaran lochia bercampur nanah.
4) Mobilisasi terbatas karena rasa nyeri.
5) Temperatur badan dapat meningkat.
b.    Infeksi General
1) Tampak Sakit dan Lemah
2) Temperatur meningkat diatas 39 oC.
3) Tekanan darah dapat menurun dan nadi meningkat.
4) Pernapasan dapat meningkat dan napas terasa sesak.
5) Kesadaran gelisah sampai menurun dan koma.
6) Terjadi gangguan involusi uterus.
7) Lochia : berbau, bernanah serta kotor.
Faktor Predisposisi Infeksi Masa Nifas
a.    Persalinan berlangsung lama sampai terjadi Persalinan Terlantar
b.    Tindakan Operasi Persalinan
c.    Tertinggalnya plasenta selaput ketuban dan bekuan darah.
d.    Ketuban pecah dini atau pada pembukaan masih kecil melebihi enam jam.
e.    Keadaan yang dapat menurunkan keadaan umum, yaitu perdarahan antepartum dan
post partum, anemia pada saat kehamilan, malnutrisi, kelelahan dan ibu hamil dengan
penyakit infeksi.
Terjadinya Infeksi Masa Nifas:

7
a.    Manipulasi penolong: terlalu sering melakukan pemeriksaan dalam, alat yang dipakai
kurang steril
b.    Infeksi yang didapat di rumah sakit (nosokomial).
c.    Hubungan seks menjelang persalinan.
d.    Sudah terdapat infeksi intrapartum: persalinan lama terlantar, ketuban pecah lebih
dari enam jam,terdapat pusat infeksi dalam tubuh (lokal infeksi).

2.    Flegmansia alba dolens.


Merupakan salah satu bentuk infeksi puerpuralis yang mengenai pembuluh darah
vena femoralis. Gejala kliniknya adalah :
a.    Terjadi pembengkakan pada tungkai.
b.    Berwarna putih.
c.    Terasa sangat nyeri.
d.    Tampak bendungan pembuluh darah.
e.    Temperatur badan dapat meningkat

3.    Keadaan abnormal pada psikologis


a.    Psikologi Pada Masa Nifas
Perubahan emosi selama masa nifas memiliki berbagai bentuk dan variasi.
Kondisi ini akan berangsur-angsur normal sampai pada minggu ke 12 setelah
melahirkan.
Pada 0–3 hari setelah melahirkan, ibu nifas berada pada puncak kegelisahan
setelah melahirkan karena rasa sakit pada saat melahirkan sangat terasa yang
berakibat ibu sulit beristirahat, sehingga ibu mengalami kekurangan istirahat pada
siang hari dan sulit tidur dimalam hari.
Pada 3-10 hari setelah melahirkan, Postnatal blues biasanya muncul biasanya
disebut dengan 3th day blues. Tapi pada kenyataanya berdasarkan riset yang
dilakukan paling banyak muncul pada hari ke lima. Postnatal blues adalah suatu
kondisi dimana ibu memiliki perasaan khawatir yang berlebihan terhadap kondisinya

8
dan kondisi bayinya sehingga ibu mudah panik dengan sedikit saja perubahan pada
kondisi dirinya atau bayinya.
Pada 1-12 minggu setelah melahirkan, kondisi ibu mulai membaik dan
menuju pada tahap normal. Pengembalian kondisi ibu ini sangat dipengaruhi oleh
kondisi lingkungannya, misalnya perhatian dari anggota keluarga terdekat. Semakin
baik perhatian yang diberikan maka semakin cepat emosi ibu kembali pada keadaan
normal.
b.    Depresi Pada Masa Nifas
Riset menunjukan 10% ibu mengalami depresi setelah melahirkan dan 10%-nya saja
yang tidak mengalami perubahan emosi. Keadaan ini berlangsung antara 3-6 bulan
bahkan pada beberapa kasus terjadi selama 1 tahun pertama kehidupan bayi.
Penyebab depresi terjadi karena reaksi terhadap rasa sakit yang muncul saat
melahirkan dan karena sebab-sebab yang kompleks lainnya. Berdasarkan hasil riset
yang dilakukan menunjukan faktor-faktor penyebab depresi adalah terhambatnya
karir ibu karena harus melahirkan, kurangnya perhatian orang orang terdekat terutama
suami dan perubahan struktur keluarga karena hadirnya bayi, terutama pada ibu
primipara.

4.    Perdarahan aktif kala IV


a.    Definisi
Haemoragic post partum atau perdarahan kala IV adalah hilangnya darah lebih dari
500 ml dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi (Marylin E Dongoes, 2001).
Pada pelepasan plasenta selalu terjadi perdarahan karena sinus -sinus maternalis di
tempat insersinya pada dinding uterus terbuka. Biasanya perdarahan itu tidak banyak,
sebab kontraksi dan retraksi otot-otot uterus menekan pembuluh – pembuluh darah
yang terbuka, sehingga lumennya tertutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh
bekuan darah. (Sarwono, 2007).
Perdarahan postpartum didefinisikan sebagai hilangnya darah lebih dari 500 ml dari
organ – organ reproduksi setelah selesainya kala tiga persalinan (ekspulsi atau
ekstraksi plasenta dan ketuban. Normalnya, perdarahan dari tempat plasenta terutama
dikontrol oleh kontraksi dan retraksi anyaman serat – serat otot serta agregasi
trombosit dan thrombus fibrin di dalam pembuluh darah desidua. Perdarahan
postpartum dini adalah perdarahan yang berlebihan selama 24 jam pertama setelah
kala tiga persalinan.

9
b.    Etiologi
Penyebab utama perdarahan post partum primer :
1) Atonia Uteri (50-60 %)
2)  Sisa Plasenta (23-24 %)
3)  Retensio Plasenta (16-17 %)
4)  Laserasi Jalan Lahir (4-5 %) (Ai Yeyeh, 2010).
Kadang – kadang perdarahan disebabkan kelainan proses pembekuan darah akibat
dari hipofibrinogenemia(solusio plasenta, retensi janin mati dalam uterus, emboli air
ketuban). Apabila sebagian plasenta lepas sebagian lagi belum, terjadi perdarahan
karena uterus tidak dapat berkontraksi dan beretraksi dengan baik pada batas antara
dua bagian tersebut.selanjutnya jika sebagian besar plasenta telah lahir, tetapi
sebagian lain masih melekat dalam dinding uterus, akan terjadi perdarahan pada masa
nifas. (Sarwono, 2007).
c.    Penatalaksanaan
Prinsip – prinsip umum : segera diberikan cairan intravena (biasanya 20-40 unit
oksitosin dalam 1000ml larutan garam fisiologi atau ringer laktat). Dua unit darah
dicocok silang pada kasus dimana transfusi diperlukan. keluaran urine tiap jam
membantu pemantauan fungsi ginjal.
Atonia uteri : infuse oksitosin intravena dapat ditambahkan dengan ergonovin maleat
atau metilergonovin maleat (0.2 mg) yang diberikan secara intravena atau
intramuskuler.fundus uteri di masase melalui dinding abdomen. Eksploraasi uterus
secara manual dianjurkan untuk memastikan bahwa uterus utuh dan untuk
mengangkat setiap fragmen plasenta. Bila atonia persisten dianjurkan kompresi uterus
secara bimanual. Uterus diangkat ke atas ke luar dari pelvis dan dikompresi diantara
satu tangan pada abdomen dan tangan lain mengepal seperti sebuah tinju dalam
vagina. Elevasi dan kompresi bimanual dipertahankan selama 2- 5 menit.
Prostaglandin intramuskuler mungkin menguntungkan bagi pasien yang tidak
responsive terhadap terapi konvensional.
Laparotomi harus dipertimbangkan bila atonia uteri persisten dan pedarahan tak dapat
dihentikan. Rupture uteri yang tidak terdiagnosa dapat merupakan suatu
kemungkinan, karean dinding lateral segmen uterus bagian bawah mungkin sukar
dipalpasi pada pemeriksaan vagina.
Perbaikan uterus, histerektomi, atau ligasi arteri hipogastrika atau uterine dapat
dipilih, tergantung pada umur pasien, paritas, dan keadaan umum, maupun luasnya
trauma.

10
Tampon uterus dapat dicoba sebagai ukuran temporer sementara persiapan untuk
laparotomi dilakukan. Bila perdarahan berasal dari tempat plasenta di dalam segmen
bawah uterus dimana kontraksi otot tidak adekuat untuk mencapai hemostasis normal,
tampon mungkin mempunyai nilai khusus. Tampon uterus di tempatkan di dalam
segmen bawah uterus, dengan tampon vagina mengkompresi segmen bawah antara
uterus dan tampon vagina (bahan yang disukai untuk tampon adalah kasa polos
dengan lebar 4 inci dan tebal 6 lapis). Bila perdarahan dapat dikontrol dengan
tampon, intervensi bedah dapat ditunda. Namun, pasien harus diawasi secara hati –
hati dan fasilitas untuk laparatomi darurat harus segera tersedia, karena tampon tidak
dapat berbuat banyak selain menutupi perdarahan aktif yang terus menerus terkumpul
di belakang tampon.(bila tampon berhasil, tampon dibiarkan di tempat selama 12-24
jam)
Laserasi traktus genitalia : laserasi yang berdarah diperbaiki dengan benang kromik
00 atau 000. Visualisasi yang adekuat penting, dan seorang asisten sering diperlukan
untuk meretraksi dinding vagina dengan retractor sudut kanan.
Laserasi serviks : diperbaiki dengan merenggut mulut serviks yang berdekatan
dengan laserasi dengan menggunakan forsep cincin. Jahitan berurutan dengan kromik
00 atau 000 dilakukan melalui bagian yang paling mudah dari robekan serviks. Traksi
pada jahitan tersebut dapat membantu dalam menarik apeks laserasi ke bawah.
Pembuluh – pembuluh yang mengeluarkan darah harus diligasi untuk mencegah
hematoma retroperitroneum. Jahitan yang paling penting adalah pada apeks laserasi,
dimana diperlukan perhatian yang cermat untuk memastikan bahwa pembuluh-
pembuluh yang mengalami retraksi tidak terus berdarah. Jahitan terputus atau kontinu
dapat dipakai, tergantung pada waktu perdarahan, tempat perdarahan yang terlihat
dan keinginan operator.
Hemostasis sementara dapat dicapai dengan memasang forsep cincin di tepi laserasi.
Apabila robekan meluas kedalam segmen bawah uterus atau ligamentum latum,
tampon atau forsep cincin untuk sementara dapat bermanfaat sementara dilakukan
persiapan untuk pembedahan abdomen.

5.    Kesulitan dalam menyusui


Menyusui merupakan aktivitas yang sangat penting bagi ibu maupun bayinya. Dalam
proses menyusui, terjadi hubungan yang erat antara ibu dan anak. Seorang ibu, tentu
ingin dapat melaksanakan aktivitas menyusui dengan nyaman dan lancar. Namun,
terkadang ada hal-hal yang mengganggu kenyamanan dalam menyusui.

11
Berikut ini kami paparkan masalah-masalah yang sering dialami oleh seorang ibu,
sehubungan dengan menyusui dan cara mengatasinya.

a.    Payudara Bengkak
Sekitar hari ketiga atau keempat sesudah ibu melahirkan, payudara sering terasa lebih
penuh, tegang, serta nyeri. Keadaan seperti itu disebut engorgement (payudara
bengkak), yang disebabkan oleh adanya statis di vena dan pembuluh darah bening. Ini
merupakan tanda bahwa ASI mulai banyak disekresi. Jika dalam keadaan tersebut ibu
menghindari menyusui karena alasan nyeri, lalu memberi prelacteal feeding
(makanan tambahan) pada bayi, keadaan tersebut justru berlanjut. Payudara akan
bertambah bengkak atau penuh, karena sekresi ASI terus berlangsung, sementara bayi
tidak disusukan, sehingga tidak terjadi perangsangan pada puting susu yang
mengakibatkan refleks oksitosin tidak terjadi dan ASI tidak dikeluarkan.
b.    Kelainan Puting Susu
Kebanyakan ibu tidak memiliki kelainan anatomis payudara. Meskipun demikian,
kadang-kadang dijumpai juga kelainan anatomis yang menghambat kemudahan bayi
untuk menyusui. Misalnya, puting susu datar atau puting susu terpendam (tertarik ke
dalam). Disamping kelainan anatomis, kadang dijumpai pula kelainan puting yang
disebabkan oleh suatu proses, misalnya tumor.
c.    Puting Susu Nyeri Dan Puting Susu Lecet
Puting susu nyeri pada ibu menyusui, biasanya terjadi karena beberapa sebab
diantaranya Posisi bayi saat menyusu yang salah. Yaitu puting susu tidak masuk ke
dalam mulut bayi sampai pada areola, sehingga bayi hanya mengisap pada puting
susu saja. Hisapan atau tekanan terus-menerus hanya pada tempat tertentu akan
menimbulkan rasa nyeri waktu diisap, meskipun kulitnya masih utuh.
d.    Saluran Susu Tersumbat
Saluran susu tersumbat (obstructive duct), adalah suatu keadaan terjadinya sumbatan
pada satu atau lebih saluran susu yang disebabkan oleh tekanan jari waktu menyusui,
atau pemakaian BH yang terlalu ketat. Hal ini juga dapat terjadi karena komplikasi
payudara bengkak yang berlanjut, yang mengakibatkan kumpulan ASI dalam saluran
susu tidak segera dikeluarkan sehingga merupakan sumbatan. Sumbatan ini, pada
wanita yang kurus dapat terlihat dengan jelas sebagai benjolan yang lunak pada
perabaannya.

12
e.    Radang Payudara
Radang payudara (mastitis) adalah infeksi yang menimbulkan reaksi sistemik (seperti
demam) pada ibu. Hal ini biasanya terjadi pada 1-3 pekan setelah melahirkan dan
sebagai komplikasi saluran susu tersumbat. Keadaan ini, biasanya diawali dengan
puting susu lecet/luka. Gejala-gejala yang bisa diamati pada radang payudara, antara
lain kulit nampak lebih merah, payudara lebih keras serta nyeri, dan berbenjol-benjol.
f.     Abses Payudara
Kelanjutan/komplikasi dari radang payudara akan menjadi abses. Hal ini disebabkan
oleh meluasnya peradangan dalam payudara tersebut, dan menyebabkan ibu tampak
lebih parah sakitnya, payudara lebih merah mengkilap, benjolan tidak sekeras seperti
pada radang payudara (mastitis), tetapi tampak lebih penuh/bengkak berisi cairan.
Bila payudara seperti ini, maka perlu segera diperiksakan ke dokter ahli supaya
mendapat tindakan medis yang cepat dan tepat. Mungkin perlu dilakukan tindakan
insisi untuk drainase, pemberian antibiotik dosis tinggi dan anlagesik.
g.    Air Susu Ibu Kurang
Banyak di kalangan para ibu yang mengira, bahwa mereka tidak mempunyai cukup
banyak ASI untuk bayinya, sehingga keinginan untuk menambah susu formula atau
makanan tambahan sangat besar. Dugaan makin kuat apabila bayi sering menangis,
ingin selalu menyusu pada ibunya dan terasa kosong/lembek meskipun produksi ASI
cukup lancar. Menilai kecukupan ASI, sebenarnya bukan dari hal tersebut, tetapi
terutama dari berat badan bayi. Apabila ibu mempunyai status gizi yang baik, cara
menyusui benar, secara psikologis percaya diri akan kemauan dan kemampuan untuk
bisa menyusui bayinya serta tidak ada kelainan pada payudaranya, maka akan terjadi
kenaikan berat badan pada 4-6 bulan pertama usia bayi. Untuk mengetahui tingkat
kenaikan berat ini, dapat dilihat, misalnya dari KMS (Kartu Menuju Sehat) yang diisi
setiap kali penimbangan di Posyandu. Apabila tidak terjadi kenaikan berat badan bayi
sesuai dengan usianya, biasanya hal ini disebabkan oleh jumlah ASI yang tidak
mencukupi, sehingga diperlukan tambahan sumber gizi yang lain.
h.    Bayi Bingung Puting
Istilah bingung puting dipakai untuk menggambarkan keadaan bayi yang mengalami
nipple confusion, karena diberi susu formula dalam botol bergantian dengan menyusu
pada ibu. Mekanisme menyusu dan minum dari botol sangat berlainan. Untuk
menyusui bayi memerlukan usaha yang “lebih” dari minum susu dari botol. Saat
menyusu pada ibu, bayi mempergunakan otot-otot pipi, gusi, palatum durum (langit-
langit) dan lidah untuk menarik dan mengurut puting serta areolanya untuk
membentuk suatu “dot”, kemudian ditekan oleh gusi atas dan bawah, sehingga sinus

13
laktiferus tertekan dan keluarlah ASI. Selanjutnya, dengan gerakan yang teratur ASI
diisap dan ditelan. Tidak demikian ketika bayi mendapat minuman dari botol, sebab
dot mempunyai lubang, sehingga tanpa berusaha keras bayi dapat menelan susu
karena susu dapat terus keluar tanpa diisap.
i.     Bayi Enggan Menyusui
Bayi enggan menyusu perlu mendapat perhatian secara khusus terutama terhadap
bayi dengan gumoh, diare, mengantuk, kuning, dan kejang-kejang. Bayi dengan
gejala tersebut perlu dibawa ke dokter ahli untuk mendapatkan tindakan medis. Selain
itu, masih ada penyebab lain bayi enggan menyusu antara lain Hidung tertutup lendir
atau ingus karena pilek sehingga sulit mengisap/bernafas. Bayi dengan
sariawan/moniliasis, nyeri untuk mengisap. Terlambat dimulainya menyusu waktu di
Rumah Sakit karena tidak dirawat gabung antara ibu dan anak.
j.     Bayi Sering Menangis
Menangis merupakan cara bayi berkomunikasi, sehingga bila bayi sering menangis
pasti ada penyebabnya. Kita perlu mencari penyebabnya agar dapat diambil tindakan
tepat. Penyebabnya, bisa karena bayi lapar, takut, kesepian, bosan, popok
basah/kotor, atau karena sakit. Delapan puluh persen dari penyebab tersebut di atas,
dapat ditanggulangi dengan menyusukan bayi dengan tehnik yang benar. Di samping
itu, tentu saja dengan mengatasi sebab-sebabnya, seperti mengganti popok yang
basah, membelai bayi supaya tenang, dan membawanya ke dokter jika memerlukan
penanganan karena sakitnya.

6.    Nyeri panggul atau abdomen yang lebih dari kram uterus biasa.
Setelah melahirkan, ibu akan menghadapi berbagai hal yang bisa membuat rasa tidak
nyaman. Berbagai hal tersebut mulai dari kurang tidur, pendarahan nifas, sampai rasa
sakit akibat jahitan baik itu karena Episiotomi ataupun Caesar. Belum lagi terkadang
muncul rasa sakit pada punggung, pinggang, maupun daerah panggul atau bokong,
sehingga membuat ibu merasa sulit atau nyeri ketika berjalan, ketika ingin
membalikkan badan atau ketika ingin bangun dari tidur.
a.    Penyebab
Penyebab rasa sakit atau nyeri punggung, pinggang, dan panggul pasca melahirkan
Rasa sakit (nyeri) pada punggung bagian belakang, pinggang ataupun panggul
(bokong) pasca melahirkan ini sebenarnya masih ada hubungannya dengan rasa nyeri
yang ibu alami sewaktu hamil, terutama pada trimester akhir kehamilan. Rasa nyeri
pada punggung dan sekitarnya saat hamil tua tersebut berkaitan dengan berubahnya

14
titik berat tubuh ibu hamil, seiring dengan membesarnya rahim dan pertumbuhan
janin, titik berat tubuh cenderung menjadi condong ke depan. Sehingga berakibat Ibu
hamil akan berusaha “menarik” bagian punggung, agar lebih ke belakang, tulang
punggung bagian bawah pun akan lebih melengkung sehingga otot-otot tulang
belakang memendek dan menimbulkan rasa nyeri.
Belum lagi, setelah melahirkan kondisi ini akan semakin diperparah lagi, karena:
1) Tambahan aktivitas yang membebani tubuh, padahal otot-otot masih melemah
2) Anestesi Epidural saat proses persalinan
3) Melahirkan secara Caesar
b.    Penatalaksanaan
Berikut bebeberapa cara untuk meredakan (mengatasi) nyeri pada punggung,
pinggang dan panggul pasca melahirkan, yang bisa ibu lakukan dirumah, diantaranya:
1) Ibu bisa meminta suami untuk melakukan pemijatan pada area punggung atau
pinggang ibu yang terasa sakit. Dengan begitu tubuh ibu akan mengeluarkan
Hormon Endorphin, yaitu hormon alami yang diproduksi tubuh sebagai
penghilang rasa nyeri dan rileksasi yang paling baik.
2) Melakukan olah raga ringan seperti Yoga. Yoga pasca melahirkan sangat efektif
dalam memperkuat punggung dan otot. Ibu bisa mengikuti kelas Yoga Postnatal
untuk mengembalikan bentuk tubuh semula dan juga meredakan rasa nyeri di
punggung setelah melahirkan.
3) Lakukan kompres hangat atau dingin pada lokasi yang terasa sakit. Atau bila
diperlukan ibu bisa mandi air hangat untuk melancarkan peredaran darah dan
meredakan kekakuan otot didaerah punggung.
4) Perlu juga diperhatikan keadaan tempat tidur, jangan terlalu melengkung.
5) Hindari untuk mengangkat beban berat (kecuali menggendong bayi).
6) Susui bayi dalam posisi tubuh tegak atau punggung lurus.
7) Jemur punggung pada sinar matahari di pagi hari, untuk pembentukan vitamin D
yang membantu penyerapan kalsium untuk tulang.
8) Bila rasa nyeri tidak tertahankan, ibu bisa mengkonsumsi obat pereda rasa nyeri
yang telah diresepkan oleh Dokter.

E.   Bentuk Tindakan Dalam Kala IV


Tindakan Baik:
1) Mengikat tali pusat.
2) Memeriksa tinggi fundus uteri.

15
3) Menganjurkan ibu untuk cukup nutrisi dan hidrasi.
4) Membersihkan ibu dari kotoran.
5) Memberikan cukup istirahat.
6) Menyusui segera.
7) Membantu ibu ke kamar mandi.
8) Mengajari ibu dan keluarga tentang pemeriksaan fundus dan tanda bahaya baik
bagi ibu maupun bayi.

Tindakan Yang Tidak Bermanfaat:


a. Tampon vagina – menyebabkan sumber infeksi.
b. Pemakaian gurita – menyulitkan memeriksa kontraksi.
c. Memisahkan ibu dan bayi.
d. Menduduki sesuatu yang panas – menyebabkan vasodilatasi, menurunkan
tekanan darah, menambah perdarahan dan menyebabkan dehidrasi.

F.    Prinsip Penjahitan Luka Episiotomi / Laserasi Perineum


1.    Indikasi Episiotomi
a) Gawat janin
b) Persalinan per vaginam dengan penyulit (sungsang, tindakan vakum ataupun
forsep).
c) Jaringan parut (perineum dan vagina) yang menghalangi kemajuan persalinan.

2.    Tujuan Penjahitan
a) Untuk menyatukan kembali jaringan yang luka.
b) Mencegah kehilangan darah.

3.    Keuntungan Teknik Jelujur


Selain teknik jahit satu-satu, dalam penjahitan digunakan teknik penjahitan dengan
model jelujur. Adapun keuntungannya adalah:
a) Mudah dipelajari.
b) Tidak nyeri.
c) Sedikit jahitan.

16
4.    Hal Yang Perlu Diperhatikan
Dalam melakukan penjahitan perlu diperhatikan tentang:
a) Laserasi derajat satu yang tidak mengalami perdarahan, tidak perlu dilakukan
penjahitan.
b) Menggunakan sedikit jahitan.
c) Menggunakan selalu teknik aseptik.
d) Menggunakan anestesi lokal, untuk memberikan kenyamanan ibu.

5.    Penggunaan Anestesi Lokal


a) Ibu lebih merasa nyaman (sayang ibu).
b) Bidan lebih leluasa dalam penjahitan.
c) Lebih cepat dalam menjahit perlukaannya (mengurangi kehilangan darah).
d) Trauma pada jaringan lebih sedikit (mengurangi infeksi).
e) Cairan yang digunakan: Lidocain 1 %.

6.    Tidak Dianjurkan Penggunaan


Lidocain 2 % (konsentrasinya terlalu tinggi dan menimbulkan nekrosis jaringan).
Lidocain dengan epinephrine (memperlambat penyerapan lidocain dan
memperpanjang efek kerjanya).

17
BAB III

PENUTUP

A.      Kesimpulan
1. Infeksi Masa Nifas yaitu infeksi peradangan pada semua alat genitalia pada masa
nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan melebihi 38
derajat C tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut selama dua hari.
2. Keadaan abnormal pada psikologis seperti gangguan Psikologi Pada Masa Nifas
dan Depresi Pada Masa Nifas.
3. Keadaan abnormal pada rahim seperti Sub involusi uteri, Pendarahan masa nifas
sekunder dan Flegmansia alba dolens.
4. Perdarahan aktif kala IV yaitu hilangnya darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam
pertama setelah lahirnya bayi.Penyebab utama perdarahan post partum primer :
atonia uteri, sisa plasenta, retensio plasenta dan laserasi jalan lahir.
5.  Kesulitan menyusui bisa diakibatkan oleh payudara bengkak, kelainan puting
susu, puting susu nyeri dan puting susu lecet, saluran susu tersumbat, radang
payudara, abses payudara, air susu ibu kurang, bayi bingung puting, bayi enggan
menyusu dan bayi sering menangis.
6. Nyeri panggul atau abdomen yang lebih kram dari uterus biasa

B.   Saran
Sebagai seorang bidan, kita harus bisa mengenali dan mengatahui berbagai macam
penatalaksanaan dari tanda bahaya yang mungkin terjadi pada kala IV persalinan,
agar proses persalinan berjalan lancar.

18
DAFTAR PUSTAKA

Draft, Acuan Pelatihan Pelayanan Dasar Kebidanan. Dep.Kes. RI, 2004, Asuhan Persalinan
Normal, Jakarta.
Mochtar, R, 1998, Sinopsis Obstetri, Edisi 2 Jilid 1, EGC, Jakarta.
Pusdiknakes, 2003, Buku 3 Asuhan Intrapartum, Jakarta.
Sarwono, P, 2003, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, YBP SP,
Jakarta.
Scoot, J, dkk, 2002, Dandorft Buku Saku Obstetri Dan Ginekologi, Cetakan I, Widya Merdeka,
Jakarta.

19

Anda mungkin juga menyukai