Anda di halaman 1dari 10

P a g e | 158

Journal of Civic Education (ISSN: 2622-237X)


Volume 1 No. 2 2018

Pemerintah Nagari dan Upaya Memberdayakan Masyarakat


(Studi di Nagari Koto Rantang Kecamatan Palupuh
Kabupaten Agam)
Popi Milakarma, Maria Montessori
Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Universitas Negeri Padang
E-mail: Poppymilakarma@gmail.com

ABSTRAK
Pemerintah nagari merupakan subsistem dari penyelenggaraan pemerintahan,
sehingga nagari memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakatnya. Salah satu tugas pokok dari pemerintah nagari adalah memberdayakan
masyarakat nagari. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya pemerintah
nagari dalam memberdayakan masyarakat petani di nagari Koto Rantang Kecamatan
Palupuh Kabupaten Agam. Penelitian dilakukan menggunakan metode kualitatif deskriptif.
Informan penelitian dipilih secara purposive sampling yang terdiri dari Pemerintah Nagari
Koto Rantang, Penyuluh Pertanian Lapangan, Tokoh Masyarakat, dan Petani. Data
penelitian dikumpulkan dengan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Data yang
diperoleh dianalisis melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan menarik
kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa upaya yang dilakukan oleh
pemerintah nagari dalam memberdayakan masyarakat petani di nagari Koto Rantang yaitu:
pertama penguatan kelompok tani dan Gapoktan, kedua memberikan pelatihan dan
penyuluhan, ketiga memberikan bantuan sarana produksi seperti pupuk, mesin perontok
padi, serta benih dan bibit tanaman. Akan tetapi dalam melaksanakan upaya pemberdayaan
masyarakat petani, pemerintah nagari Koto Rantang mengalami kendala-kendala di
antaranya rendahnya kemauan masyarakat petani untuk bergabung dalam kelompok tani,
petani menggunakan kelompok tani hanya untuk kepentingan tertentu, serta masyarakat
petani susah adopsi teknologi.
Kata Kunci: pemberdayaan masyarakat, pemerintah nagari

ABSTRACT

Nagari government is a sub-system of governance so that Nagari has the authority to


regulate and manage the interests of its people. One of the main tasks of the Nagari
government is to empower the Nagari community. This study aims to describe the efforts of
the nagari government in empowering the farming community in the nagari Koto Rantang
District of Palupuh, Agam Regency. The study was conducted using a qualitative approach
with descriptive methods. Research informants were selected by purposive sampling. Research
data ware collected by observation, interview, and documentation study. The results showed
that there were several efforts made by the Nagari government in empowering the farming
P a g e | 159
Journal of Civic Education (ISSN: 2622-237X)
Volume 1 No. 2 2018
community in the Koto Rantang village, namely: first strengthening the farmer groups and
Gapoktan, second establisting cooperation with the Agricultural Extension office of Palupuh
District, third providing assistance in production facilities such as fertilizers, rice thresher
machinery, as well as seeds and plant seeds. However, in carrying out efforts to empower the
farming community, the Nagari government of Koto Rantang experienced obstacles
including the low willingness of the farming community to join farmer groups, farmers using
farmer groups only for certain interests, and the farming community had difficulty adopting
technology.
Keywords : community empowerment, nagari government
This work is licensed under the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License. ©2019
by author and Universitas Negeri Padang.

PENDAHULUAN merupakan masyarakat yang bermata


Pemerintah nagari sebagai unit pencaharian sebagai petani, di nagari
pemerintahan terdepan yang langsung Koto Rantang terdapat 685 Kepala
melayani dan hidup bersama Keluarga (KK), dimana 36% dari
masyarakat memiliki peran yang jumlah tersebut termasuk dalam
strategis dalam memberdayakan golongan kepala keluarga miskin yang
masyarakat di wilayahnya. didalamnya mayoritas masyarakat
Pemerintah mempunyai 3 fungsi petani.
hakiki yaitu pelayanan (service), Berdasarkan wawancara yang
pembangunan (development), peneliti lakukan dengan masyarakat
danpemberdayaan (empowerment) petani di nagari Koto Rantang,
(Sarjono, 2014). Pelayanan akan permasalahan yang mereka temui
membuahkan keadilan dalam dalam menjalankan usaha tani
masyarakat, pembangunan akan diantarannya: masih banyak petani
menciptakan kemakmuran dalam yang kekurangan modal untuk
masyarakat, dan pemberdayaan akan menjalankan usaha tani. Kedua,
mendorong kemandirian masyarakat. fenomena perubahan cuaca yang
Pemberdayaan masyarakat yang sering terjadi dimana pada saat musim
harus menjadi fokus bagi pemerintah penghujan, hujan seringkali turun
adalah pemberdayaan masyarakat dengan intensitas yang cukup tinggi
petani. Karena sebagian besar sehingga banyak tanaman yang rusak,
masyarakat Indonesia bekerja di sektor apalagi nagari Koto Rantang
pertanian dan kenyataan yang harus di kondisinya berbukit dan berlembah,
akui bahwa petani di Indonesia masih sehingga apabila terjadi hujan dengan
banyak yang termasuk dalam intensitas yang cukup tinggi banyak
golongan keluarga miskin terutama di bukit dan pematang sawah yang
wilayah pedesaan. Berdasarkan data longsor sehingga tanah dan pohon-
yang diperoleh dari kantor Wali pohon besar yang ada di bukit terbawa
Nagari Koto Rantang, jumlah oleh longsor hingga menimbun dan
penduduk di nagari Koto Rantang merusak lahan pertanian petani.
2.552 jiwa, 75% dari jumlah tersebut Ketiga petani di Nagari Koto Rantang
kesulitan dalam menanggulangi hama
160 | Pemerintah Nagari..

yang sering menyerang tanaman Penelitian yang di lakukan oleh


seperti tikus, monyet, kera, burung, Syahyuti (2014) menemukan bahwa
babi hutan, dan keong sawah. beberapa kebijakan berkaitan dengan
Keempat, tidak adanya jaminan harga organisasi petani belum ideal,
saat paenen raya sehingga petani sosialisasi masih lemah, dan petani
terpaksa menjual hasil panennya sendiri belum memahami kesempatan
dengan harga yang sangat murah. yang telah disediakan. Selanjutnya
Bila dilihat dari kondisi geogafis penelitian yang dilakukan oleh Apsari
sesungguhnya nagari Koto Rantang (2017) menemukan bahwa selain
sangat potensial untuk pertanian, baik memiliki potensi, terdapat beberapa
untuk menanam tanaman pangan, masalah yang dihadapi oleh para
holtikura maupun perkebunan, petani, yaitu belum memiliki sarana
namun dengan berbagai permasalahan produksi pasca penen, masih
yang dihadapi hasil usaha tani menjadi kurangnya alat/mesin untuk proses
tidak maksimal, ini di buktikan produksi dan belum memiliki modal
dengan data yang diperoleh dari Balai yang cukup. Selanjutnya penelitian
Penyuluhan Pertanian Kecamatan yang dilakukan oleh Hendrawati
Palupuah bahwa hasil produksi (2018) ada beberapa faktor yang
pertanian padi petani di Nagari Koto menghambat pemberdayaan petani,
Rantang perpanennya sebanyak 5 yaitu ketersediaan benih padi dan
Ton/Ha. Sementara indikator pupuk masih sering mengalami
keberhasilan suatu lahan garapan keterlambatan, pembinaan manajemen
sawah menghasilkan padi kelompok tani masih belum maksimal,
perpanennya maksimal 9-10 Ton/Ha. dan kondisi jaringan irigasi belum
Berdasarkan penelitian yang telah memadai. Beberapa penelitian diatas
dilakukan oleh Ahmar (2016) dalam membahas mengenai pemberdayaan
menjalakan usahanya petani menemui masyarakat di bidang pertanian.
berbagai kendala terutama dari Tujuan dari penelitian ini adalah
bantuan bibit dan pupuk, dimana untuk mendeskripsikan upaya
belum adanya upaya dari pemerintah pemerintah nagari dalam
mendapatkan bibit unggul dan pupuk memberdayakan masyarakat petani di
ramah lingkungan yang terjangkau nagari Koto Rantang Kecamatan
bagi masyarakat. Penelitian yang sama Palupuh Kabupaten Agam serta untuk
dilakukan oleh Muhammad Indra mengidentifikasi kendala-kendala
Wijaya (2017) hasil penelitian yang di hadapi oleh pemerintah nagari
menunjukkan hasil panen petani tidak Koto Rantang dalam upaya
mencukupi bagi masyarakat untuk memberdayakan masyarakat petani di
meningkatkan kebutuhan dan kenagarian Koto Rantang Kecamatan
ekonomi, masyarakat juga Palupuh Kabupaten Agam. Penelitian
mengeluhkan kurangnya kegiatan ini penting dilakukan karena jika
penyuluhan, kurangnya bantuan berbagai permasalahan yang ditemui
modal dan peralatan pertanian, serta petani nagari Koto Rantang dalam
pemerintah tidak membantu petani menjalankan usaha taninya terus
dalam memasarkan hasil panennya dibiarkan, maka petani di nagari Koto
sehingga petani harus menjual sendiri Rantang akan sulit untuk mencapai
dengan harga yang jauh lebih murah. kesejahteraan, padahal dengan kondisi
P a g e | 161
Journal of Civic Education (ISSN: 2622-237X)
Volume 1 No. 2 2018
wilayah yang sangat potensial untuk Sementara data sekunder adalah data
pertanian seharusnya hasil produksi yang di peroleh dari hasil studi
dari usaha tani masyarakat bisa lebih dokumentasi di lokasi penelitian.
maksimal sehingga kehidupan Teknik pengumpulan data dalam
masyarakat bisa lebih sejahtera. penelitian ini dilakukan melalui
METODE PENELITIAN observasi, wawancara, dan studi studi
dokumentasi. Untuk menguji
Metode yang digunakan dalam keabsahan data pada penelitian ini
penelitian ini adalah metode kualitatif penulis menggunakan teknik
deskriptif dimana penulis akan triangulasi sumber, Menurut Patton
memahami dan menggambarkan (dalam Maleong, 2012) triangulasi
keadaan sebenarnya yang terjadi di dengan sumber “berarti
lapangan. Penelitian Kualitatif adalah membandingkan dan megecek balik
metode penelitian yang digunakan derajat kepercayaan suatu informasi
untuk meneliti pada objek yang yang diperoleh melalui waktu dan alat
alamiah, dimana peneliti adalah yang berbeda dalam penelitian
instrumen kunci, dalam penelitian ini kualitatif”. Dengan teknik tringulasi
tidak dipandu oleh teori tetapi oleh dengan sumber, peneliti
fakta-fakta yang ditemukan membandingkan hasil wawancara
dilapangan (Sugiyono, 2014). yang diperoleh dari masing-masing
Penelitian di lakukan di nagari Koto sumber atau informan penelitian
Rantang Kecamatan Palupuh sebagai pembanding untuk mengecek
Kabupaten Agam dengan alasan lokasi kebenaran informasi yang didapatkan.
ini merupakan salah satu nagari yang Selanjutnya data yang di peroleh di
sebagian besar masyarakatnya ananalisis melalui tiga tahap, yaitu
berprofesi sebagai petani, petani di reduksi data (data reduction),
daerah ini masih banyak yang penyajian data (data display), serta
menemui hambatan-hambatan dalam menarik kesimpulan atau verivikasi.
menjalankan usaha taninya, adanya
program pemberdayaan petani yang HASIL DAN PEMBAHASAN
dijalankan oleh pemerintah nagari Upaya Pemerintah Nagari Dalam
Koto Rantang, serta akses menuju Memberdayakan Masyarakat Petani
lokasi juga mudah di jangkau oleh di Nagari Koto Rantang Kecamatan
peneliti. Dalam hal ini untuk memilih Palupuh Kabupaten Agam
informan penulis menggunakan teknik Menurut Undang-Undang
pengambilan secara purposive Nomor 19 Tahun 2013 Tentang
sampling. Adapun informannya yaitu: Perlindungan dan Pemberdayaan
aparatur pemerintah nagari Koto Petani bahwa pemberdayaan petani
Rantang, Penyuluh Pertanian merupakan upaya yang dilakukan
Lapangan (PPL), pengurus gapoktan, untuk meningkatkan kemampuan
tokoh masyarakat, dan petani di nagari petani untuk melaksanakan usaha tani
Koto Rantang. yang lebih baik. Pemberdayaan petani
Jenis data yang digunakan yaitu dilakukan melalui pendidikan dan
data primer dan data sekunder. Data pelatihan, penyuluhan dan
primer adalah data yang diperoleh pendampingan, perbaikan sistem dan
secara langsung dari informan. sarana pemasaran hasil pertanian,
162 | Pemerintah Nagari..

Kemudahan akses ilmu pengetahuan Sumber: Pemerintah Nagari Koto Rantang (2018)

dan teknologi serta penguatan Tabel 2. Data Kelompok Tani di


kelembagaan petani. Berdasarkan Nagari Koto Rantang yang Telah di
penelitian di lapangan ditemukan SK kan Pemerintah Nagari
bahwa untuk memberdayakan
masyarakat petani di nagari Koto Nama Tahun Jumlah
No
Rantang ada beberapa upaya Kelompok Berdiri Anggotaa

yang di lakukan oleh pemerintah 1. Talago Indah 2015 16


nagari Koto Rantang, yaitu: penguatan 2. Koto Rantang Jaya 1998 15
3. Karya Lestari 2000 18
kelompok tani dan Gapoktan, Usaha Muda
4. 2012 15
memberikan penyuluhan dan Mandiri
5. Guci Sepakat 2009 21
pelatihan, dan memberikan bantuan 6. Ambacang Saiyo 2009 17
sarana produksi. 7. Tuah Sakato 1995 22
8. Paninjauan Indah 1998 19
Upaya pertama yang dilakukan 9. Elok Saiyo 2008 14
pemerintah nagari Koto Rantang yaitu 10. Tunas Harapan 2014 17
penguatan kelompok tani dan 11. Shahibul Muslimin 2009 15
12. KWT Jelita 2012 29
gapoktan. Pemerintah nagari Koto 13. Sungai Abu Indah 2015 17
Rantang memberikan penguatan 14. Harapan Sepakat 2012 15
15. Fajar Mutiara 2014 23
kepada kelompok tani dan gapoktan 16. KWT Muaro Baru 2015 25
dengan mengeluarkan SK masing- 17. Kuntum Mekar 2008 19
18. Muaro Baru 2005 23
masing kelompok tani dan gapoktan. 19. KWT Raflesia 2009 18
Terdapat sebanyak 27 Kelompok tani 20. Pandan Wangi 2012 16
yang telah di SK kan oleh pemerintah KWT Permata
21. 2015 24
Bunda
nagari Koto Rantang dan 1 gabungan KWT Aia
22. 2015 16
kelompok tani dengan nama Gapoktan Malambuih
23. Tunas Muda 2015 20
Koto Rantang Sepakat. Untuk lebih 24. KWT Fajar Mutiara 2014 28
jelasnya berikut disajikan data 25. KWT Tunas Muda 2015 15
26. KWT Elok Saiyo 2015 23
kelompok tani dan gapoktan di nagari KWT Bunga
27. 2015 15
Koto Rantang: Tanjung
Sumber: Pemerintah Nagari Koto Rantang (2018)
Tabel 1. Pengurus Gapoktan Koto
Rantang Sepakat Penguatan kelompok tani dan
No Gapoktan Koto Rantang Sepakat
Gapoktan merupakan hal yang
1. Penasehat/peli Wali Nagari Koto Rantang,
mendasar dalam memberdayakan
ndung Bamus Nagari Koto Rantang, masyarakat petani. Dimana Kelompok
KAN Koto Rantang tani dan Gapoktan merupakan pintu
2. Pembina Koordinator Petugas Tekni
masuk bagi pemerintah dalam
Pertanian Palupuh, PPL
Nagari Koto Rantang, Wali menyalurkan bantuan dan pembinaan.
Jorong se Koto Rantang Kelompok tani dan Gapoktan juga
3. Ketua Helmi menjadi wadah komunikasi antar
4. Sektretaris Novri Agus Parta Wijaya
5. Bendahara Rustam Angku Sati
petani, wadah dalam belajar guna
6. Bidang Saprodi Syahminar, Erianto, Huriati meningkatkan pengetahuan dan
7. Bidang Usaha Inadra, Netria, M Ilham keterampilan serta tumbuh dan
Tani
berkembangnya kemandirian dalam
8. Bidang H. BaringinAmeh,
Pengolahan
berusaha tani sehingga meningkatnya
Hasil produktifitas, bertambahnya
9. Pemasaran Rugayah, Riko, Nikmah pendapatan, serta kehidupan yang
10. Bidang LKM-A Alizon, Etria, Rino
P a g e | 163
Journal of Civic Education (ISSN: 2622-237X)
Volume 1 No. 2 2018
lebih sejahtera. Keuntungan yang pertanian memberikan pelatihan
didapatkan oleh kelompok tani dan pembuatan bibit tanaman, setelah bibit
Gapoktan dengan adanya SK antara tanaman ini siap untuk di tanam maka
lain: adanya pengakuan dari pemerintah nagari akan membagikan
masyarakat dan kelompok tani lainnya kepada seluruh anggota keompok tani
yang ada di nagari, adanya pengakuan untuk di tanam di lahan mereka
dari pemerintah kecamatan dan masing-masing.
kabupaten, dan jika ada program- Selain itu pemerintah nagari
program dari pemerintah seperti bekerjasama dengan Penyuluh
pelatihan dan pemberian bantuan Pertanian Lapangan yang di tugaskan
berupa bibit, pupuk, dan lain di nagari Koto Rantang memberikan
sebagainya kelompok dapat di penyuluhan kepada petani.
ikutsertakan. Menurut Hendrawati Penyuluhan yang telah di jalankan
Hamid (2018) pentingnya kelompok diantaranya penanaman jagung,
tani adalah sebagai penghantar antara kedele, penyuluhan mengenai bahaya
masyarakat desa dengan masyarakat penggunaan pestisida terhahadap
luar desa karena sebagai wadah kesuburan tanah, penggunaan pupuk
membangun diri dan komunitasnya, ramah lingkungan, dan cara
sebagai wadah untuk proses belajar pembuatan pupuk organik. Dalam
mengajar, wadah menyelesaikan mewujudkan kesejahteraan
permasalahan, wadah mengelola masyarakat petani diperlukan
inovasi, dan sebagai wadah menuju kerjasama dengan berbagai pihak.
perubahan yang lebih baik. Dengan adanya kerjasama maka
Upaya pemerintah nagari Koto pemberdayaan masyarakat petani
Rantang yang kedua yaitu akan berjalan lebih baik. Menurut
memberikan pelatihan dan Susanti Gleydis (2014) Dalam proses
penyuluhan. Program yang diberikan pemberdayaan petani diperlukan
pemerintah nagari Koto Rantang yaitu sinergi dari berbagai pihak seperti
pelatihan Teknologi Tepat Guna (TTG) Pemerintah pusat maupun daerah,
mesin dan alat pertanian. kegiatan sekolah menengah dan sekolah tinggi
dalam pelatihan ini diantaranya pertanian, Lembaga Swadaya
mengolah dan memanfaatkan mesin Masyarakat, Departemen Pertanian,
atau alat bekas yang sudah tidak dan Koperasi Unit Desa. Lembaga-
terpakai untuk digunakan sebagai alat lembaga ini yang notabene
dalam mengolah lahan pertanian dan mempunyai banyak pengetahuan dan
penanganan hama tanaman. skill di bidang pertanian dapat
Selanjutnya program Kebun Bibit memberikan pendidikan, penyuluhan,
Raktyat (KBR) dan Program Tanam pelatihan dan pendampingan kepada
Padi Sebatang (PTPS). Kebun Bibit masyarakat tentang pertanian.
Rakyat di buat di pekarangan kantor Pemberian pelatihan dan
wali nagari Koto Rantang. Perwakilan penyuluhan merupakan suatu upaya
dari masing-masing kelompok tani di dalam meberikan daya berupa
kumpulkan di kantor wali nagari lalu pengetahuan dan keahlian kepada
perangkat nagari yang petani sehingga dapat meningkatkan
mengkoordinatori program pelatihan kemampuan, kapasitas, dan rasa
di dampingi oleh petugas penyuluh percaya diri mereka agar mampu
164 | Pemerintah Nagari..

mengatasi masalah kemiskinan yang beberapa aspek yang belum terlaksana


sedang di hadapi serta untuk diantaranya: pengembangan sistem
mencapai kehidupan yang lebih baik. dan sarana pemasaran hasil pertanian,
Dengan adanya pelatihan dan dimana belum adanya upaya dari
penyuluhan diharapkan petani di pemerintah nagari dalam sarana
nagari Koto Rantang tebantu dalam pemasaran untuk hasil panen petani.
mengelola lahan pertanian dan Petani harus menjual sendiri hasil
penanganan hama tanaman, sehingga panennya dengan harga yang tidak
waktu yang ada lebih efektif dan stabil, ini mempengaruhi kemudahan
efisien serta produktifitas produksi dan peningkatan pendapatan
pertanian lebih meningkat. masyarakat. Selain itu penyediaan
Upaya pemerintah nagari Koto fasilitas pembiayaan dan permodalan
Rantang yang ketiga yaitu pemberian juga belum yang belum memadai,
bantuan sarana produksi. Pemerintah serta kemudahan akses ilmu
nagari juga berupaya memberdayakan pengetahuan, teknologi, dan informasi
masyarakat petani melalui pemberian juga belum optimal karena di sebagian
bantuan sarana produksi seperti besar wilayah di nagari Koto Rantang
pupuk, mesin perontok padi, benih belum ada sinyal maka berdampak
dan bibit tanaman. Bibit tanaman yang pada sulitnya penyebaran
di berikan diantaranya bibit cengkeh, pengetahuan, teknologi dan informasi.
kakao, durian, jeruk, manggis, benih Kendala yang Ditemui Pemerintah
padi, jagung dan kedele. Dengan Nagari dalam Upaya Memberdayakan
pemberian bantuan benih dan bibit Masyarakat Petani di Nagari Koto
tanaman di harapkan petani dapat Rantang
medayagunakan seluruh lahan
pertanian yang dimiliki sehingga tidak Kendala yang ditemui
ada lagi lahan tidur di nagari Koto pemerintah nagari Koto Rantang yang
Rantang serta dengan pemberian pertama yaitu kurangnya kesadaran
mesin perontok padi diharapkan petani untuk bergabung dalam
petani lebih mudah dalam proses kelompok tani. Berdasarkan penelitian
panen hasil taninya. yang dilakukan ditemukan bahwa
Berdasarkan analisis melalui masih banyak petani di nagari Koto
obeservasi di lapangan menunjukkan Rantang yang tidak tergabung dalam
upaya pemerintah nagari Koto kelompok tani. Dari total 1.916 orang
Rantang dalam memberdayakan petani di nagari Koto Rantang hanya
masyarakat petani sudah terlihat 515 orang yang tergabung dalam
dengan adanya penguatan terhadap kelompok tani baik yang masih aktif
kelompok tani dan Gapoktan, maupun yang sudah tidak aktif. Petani
pemberian pelatihan dan penyuluhan pada umumnya malas bergabung ke
melalui program Teknologi Tepat dalam kelompok tani karena merasa
Guna (TTG) Alat dan Mesin Pertanian, akan menambah pekerjaan, dan hanya
program Kebun Bibit Rakyat (KBR), membuang-buang waktu mereka.
program Tanam Padi Sebatang, dan Menurut teori perilaku X bahwa
pemberian sarana produksi pertanian manusia itu pada dasarnya adalah
seperti pupuk, mesin perontok padi, pemalas, tidak bertanggung jawab,
dan bibit tanaman. Namun masih ada dan tidak mau bekerja keras sehingga
perlu motivasi untuk mereka bekerja
P a g e | 165
Journal of Civic Education (ISSN: 2622-237X)
Volume 1 No. 2 2018
lebih baik. Menurut Sukino (2016) Kendala yang ketiga yaitu
adanya sikap petani “subsistens” masyarakat petani susah adopsi
artinya bagi petani itu, orang bekerja teknologi. Berdasarkan penelitian
adalah untuk sekedar memenuhi yang di lakukan ditemukan bahwa
kebutuhan hidup. kalau kebutuhan dari empat jorong yang ada di nagari
hidup sudah terpenuhi maka orang Koto Rantang, hanya di Jorong Batang
tidak perlu bekerjakeras lagi. Sikap Palupuh yang menerapkan program
seperti ini merupakan salah satu dari pemerintah nagari yaitu program
pengambat dalam pemberdayaan tanam padi sebatang (PTPS). Sebagian
petani. besar petani tidak mengaplikasikan
Kendala yang kedua yaitu petani Ilmu dan keterampilan yang telah di
memanfaatkan kelompok hanya untuk berikan oleh pemerintah nagari dan
kepentingan tertentu. Dalam penyuluh pertanian. Petani tidak mau
penelitian juga ditemukan bahwa mencoba hal baru dan takut
masih banyak petani yang mengambil resiko trehadap usaha
memanfaatkan kelompok tani hanya taninya, karena itu petani lebih
untuk kepentingan tertentu, seperti memilih cara-cara tradisional yang
jika mendengar ada bantuan yangakan biasa mereka lakukan untuk
turun dari pemerintah maka kelompok mengelola lahan pertaniannya.
tani akan aktif kembali. Namun jika Menurut Sukino (2016) bahwa ada
bantuan telah diterima maka petani beberapa hal yang menyebabkan
akan kembali ke kehidupan mereka pengembangan teknologi pada
masing-masing. Setelah peneliti masyarakat tani kurang berkembang
melakukan penelitian lebih lanjut di dengan baik, yaitu bahwa petani
lapangan, dari total 27 (dua puluh mempunyai perilaku menolak resiko
tujuh) kelompok tani yang ada di (risk), penggunakaan teknologi
nagari Koto Rantang ditemukan membutuhkan tambahan modal dan
bahwa hanya 16 (enam belas) peralatan, keterbatasan biaya yang
kelompok tani yang aktif dan 11 dimiliki, serta status penguasaan
(sebelas) kelompok tani tidak aktif tanah. Permasalahan yang peneliti
atau hanya aktif ketika ada bantuan temukan sesuai dengan teori dari
yang akan turun. Hal ini menjadikan Sukino bahwa petani mempunyai
proses pemberdayaan terhadap petani perilaku menolak resiko, sehingga
menjadi terhambat karena sangat sulit lebih memilih cara-cara tradisional
mengumpulkan petani untuk dalam mengolah lahan pertanian
memberikan pelatihan dan mereka.
penyuluhan. Seperti bantuan pupuk, Menurut Undang-undang
jagung, dan kedele setelah Nomor 19 Tahun 2013 Tentang
mendapatkan bantuan dari Perlindungan dan Pemberdayaan
pemerintah nagari petani tidak Petani Pasal 3 bahwa ada lima tujuan
mengikuti pelatihan dan penyuluhan yang akan di capai dalam
tentang bagaimana proses menanam pemberdayaan petani, yaitu:
dan berapa takaran pupuk yang 1. mewujudkan kemandirian petani
seharusnya diberikan. Sehingga dalam rangka meningkatkan taraf
manfaat dari bantuan yang mereka kesejahteraan, kualitas, dan
terima menjadi tidak optimal. kehidupan yang lebih baik.
166 | Pemerintah Nagari..

2. menyediakan sarana dan masyarakat pemerintah nagari Koto


prasarana Pertanian yang Rantang menemui beberapa kendala,
dibutuhkan dalam yaitu: rendahnya kemauan masyarakat
mengembangkan Usaha Tani; petani untuk bergabung dalam
3. melindungi Petani dari fluktuasi kelompok tani, petani mengguanakan
harga, praktik ekonomi, biaya kelompok tani hanya untuk
tinggi, dan gagal panen; kepentingan tertentu, serta masyarakat
4. meningkatkan kemampuan dan petani yang susah adopsi teknologi.
kapasitas Petani serta DAFTAR PUSTAKA
Kelembagaan Petani dalam
menjalankan Usaha Tani yang Ahmar, A., Mappamiring, M., &
produktif, maju, modern, dan Parawangi, A. (2017). Peran
berkelanjutan; dan Pemerintah Dalam
5. menumbuhkembangkan kelemb- Pemberdayaan Petani Padi Di
agaan pembiayaan Pertanian Desa Parumpanai Kecamatan
yang melayani Kepentingan Wasuponda Kabupaten Luwu
Usaha Tani. Timur. Kolaborasi: Jurnal
Dengan berbagai kendala yang Administrasi Publik, 2(2), 120-
dihadapi oleh pemerintah nagari Koto 136.
Rantang dalam memberdayakan Apsari, N. C., Gutama, A. S., Nurwati,
masyarakat petani mengakibatkan N., Wibowo, H., Resnawaty, R.,
tujuan dari pemberdayaan petani Darwis, R. S., ... & Humaedi, S.
sebagaimana yang di jelaskan dalam (2017). Pemberdayaan petani
Undang-undang Nomor 19 Tahun kopi melalui penguatan
2013 Tentang Perlindungan dan kapasitas dalam pengolahan
Pemberdayaan Petani pada Pasal 3 hasil kopi di Desa Genteng,
belum tercapai secara maksimal di Kecamatan Sukasari, Kab.
nagari Koto Rantang Kecamatan Sumedang. Prosiding Penelitian
Palupuh Kabupaten Agam. dan Pengabdian kepada
Masyarakat, 4(2).
KESIMPULAN Hamid, H. (2018). Peran Pemerintah
Berdasarkan hasil penelitian Daerah Dalam Pemberdayaan
yang dilakukan, maka dapat ditarik Petani Padi Di Kecamatan
kesimpulan bahwa upaya yang Pallangga, Kabupaten Gowa,
dilakukan pemerintah nagari Koto Provinsi Sulawesi Selatan.
Rantang untuk memberdayakan Khazanah Ilmu Berazam, 1, 32-48.
masyarakat petani yaitu : Moleong, J. Lexy. (2014), Metodologi
pembentukan dan penguatan Penelitian Kualitatif, Bandung:
kelompok tani dan Gapoktan, PT. Remaja Rosdakarya.
memberikan pelatihan dan Muhammad Indra Wijaya. (2017).
penyuluhan, pemberian bantuan Peranan Pemerintah Dalam
sarana produksi seperti bibit tanaman Pemberdayaan Ekonomi
cengkeh, durian pala, kakao, manggis, Masyarakat di Bidang Pertanian
jeruk, pemberian benih tanaman (Studi di Desa Toapaya Selatan
seperti benih padi bermutu, jangung, Kecamatan Toapaya Kabu-
dan kedele. Akan tetapi dalam paten Bintan Tahun 2014).
menjalankan program pemberdayaan
P a g e | 167
Journal of Civic Education (ISSN: 2622-237X)
Volume 1 No. 2 2018
Skripsi. Tanjung Pinang: Ali
Haji.
Oroh, G. S. (2015). Peranan Pemerintah
Desa dalam Pemberdayaan
Masyarakat di Bidang Pertanian
di Desa Tumaratas Kecamatan
Langowan Barat Kabupaten
Minahasa. Jurnal Politico, 1(5).
Peraturan Daerah Provinsi Sumatera
Barat Nomor 7 Tahun
2018.Tentang Nagari.
Sarjono, Joni Joko dkk. (2014). Peranan
Pemerintah dalam Pemberdayaan
Kaki Lima di Kecamatan Pontianak
Timur. Jurnal Tesis PMIS.
UNTAS PSS. Universitas
Tanjung Pura, Pntianak.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian
Kuntitatif Kualitatif dan R&B.
Bandung: Alabeta.
Sukino, S. PKP. MM. (2016).
Membangun Pertanian dengan
Pemberdayaan Pemberdayaan
Masyarakat Tani (Terobosan
Menanggulangi Kemiskinan).
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2013 Tentang
Perlindungan dan
Pemberdayaan Petani.
Wahyuni, S., Suhaeti, R. N., & Zakaria,
A. K. (2016). Arah Kebijakan
Pascarevisi Undang-Undang
Perlindungan dan
Pemberdayaan Petani. Analisis
Kebijakan Pertanian, 12(2), 157-
174.

Anda mungkin juga menyukai