Anda di halaman 1dari 10

Andre Triansya

XI MIPA 1

1LARUTAN PENYANGGA

1Landasan Teori

Larutan penyangga (buffer) adalah larutan yang dapat menjaga (mempertahankan) pHnya dari
penambahan asam, basa, maupun pengenceran oleh air. pH larutan buffer tidak berubah (konstan)
setelah penambahan sejumlah asam, basa, maupun air. Larutan buffer mampu menetralkan
penambahan asam maupun basa dari luar. Secara umum, larutan penyangga digambarkan sebagai
campuran yang terdiri dari Asam lemah (HA) dan basa konjugasinya (ion A-), campuran ini menghasilkan
larutan bersifat asam. Basa lemah (B) dan basa konjugasinya (BH+), campuran ini menghasilkan larutan
bersifat basa. Komponen larutan penyangga terbagi menjadi: 1.

Larutan penyangga yang bersifat asam Larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7).
Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari asam lemah dan garamnya yang merupakan basa
konjugasi dari asamnya. Adapun cara lainnya yaitu mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu
basa kuat dimana asam lemahnya dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan
garam yang mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan. Pada umumnya basa kuat
yang digunakan seperti natrium, kalium, barium, kalsium, dan lain-lain. 2.

Larutan penyangga yang bersifat basa Larutan ini mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7).
Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari basa lemah dan garam, yang garamnya berasal dari
asam kuat. Adapun cara lainnya yaitu dengan mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam kuat
dimana basa lemahnya dicampurkan berlebih (Adom, 2009 : 5). Larutan buffer atau larutan penyangga
adalah larutan yang harga pH nya tidak berubah dengan penambahan sedikit asam, basa, atau air.
Larutan penyangga dapat dibedakan atas larutan penyangga asam dan larutan penyangga basa. Larutan
penyangga asam mempertahankan pH pada daerah asam (pH <7 ), sedangkan larutan penyangga basa
mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Larutan penyangga asam mengandung suatu asam
lemah dan basa konjugasi sedangkan ;larutan penyangga basa mengandung suatu basa lemah dan
asaam konujugasi(Sunardi, 2006 : 34). Cara kerja larutan penyangga :
2. Telah disebutkan bahwa larutan penyangga mengandung komponen asam dan basa dengan asam
dan basa konjugasinya, sehingga dapat mengikatbaik ion H+

maupun ion OH

. Sehingga penambahan sedikit asam kuat atau basa kuat tidak mengubah pHnya secara signifikan.
Berikut ini cara kerja larutan penyangga: 1. Larutan penyangga asam Contoh : CH3COOH dengan CH3

COONa ; H

CO

dengan NaHCO

; dan NaHCO

dengan Na

CO

. Adapun cara kerjanya dapat dilihat pada larutan penyangga yang mengandung ; H

CO

dan HCO

3-

yang mengalami kesetimbangan. Dengan proses sebagai berikut:

Pada penambahan asam


Penambahan asam (H

) akan menggeser kesetimbangan ke kiri. Dimana ion H

yang ditambahkan akan bereaksi dengan ion HCO

3-

membentuk molekul H

CO

. HCO

3-

aq

+H

+(

aq

CO

3
(

aq

Pada penambahan basa

Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka ion OH

dari basa itu akan bereaksi dengan ion H

membentuk air. Hal ini akan menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan sehingga konsentrasi ion
H

dapat dipertahankan. Jadi, penambahan basa menyebabkan berkurangnya komponen asam (H

CO

), bukan ion H

. Basa yang ditambahkan tersebut bereaksi dengan asam H

CO

membentuk ion HCO

3-

dan air. H

2
CO

aq

+ OH

-(

aq

HCO

3-

aq

+H

)
2. Larutan penyangga basa Contoh : NH

OH dengan NH

Cl. Adapun cara kerjanya dapat dilihat pada larutan penyangga yang mengandung NH

dan NH

4+

yang mengalami kesetimbangan. Dengan proses sebagai berikut:

Pada penambahan asam

Jika ditambahkan suatu asam, maka ion H

dari asam akan mengikat ion OH

. Hal tersebut menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan, sehingga konsentrasi ion OH

dapat dipertahankan. Disamping itu penambahan ini menyebabkan berkurangnya komponen basa (NH

), bukannya ion OH

. Asam yang ditambahkan bereaksi dengan basa NH

membentuk ion NH

4+

. NH
3

aq

)+H

aq

NH

4+

aq

Pada penambahan basa

Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka kesetimbangan bergeser ke kiri, sehingga konsentrasi
ion OH

dapat dipertahankan. Basa yang ditambahkan itu bereaksi dengan komponen asam (NH

4+

), membentuk komponen basa (NH

3
) dan air. NH

4+

aq

) + OH

aq

NH

aq

)+H

O(

) (Farx, 2011 : 2). Sifat-sifat larutan penyangga yaitu nilai Ka selalu tetap pada suhu tetap sedangkan [H

] bergantung pada [HA] dan [MA]. Berdasarkan eksperimen perbandingan [HA] dan [MA] berada dalam
rentang dan mempunyai pH paling stabil jika [HA]/[MA] = 1, sehingga [H

] = Ka atau pH = pKa. PH larurtan penyangga baik asam maupun basa dapat ditulis : v

Untuk asam [H
+

] = Ka x pH = - Log ( Ka x ) = - Log Ka

Log

Atau : pH = pKa - Log

Untuk basa [OH

] = Kb x Atau : pOH = pKb - Log

pH = 14

pOH Dengan keterangan : Ka = tetapan ionisasi asam lemah Kb = tetapan ionisasi basa lemah A =
jumlahmol asam lemah b = jumlah mol bas lemah (Achmad, 2001 : 91). Larutan penyangga digunakan
secara luas dalam kimia analitis, biokimia, bakteriologi, fotografi, industri kulit, dan zat warna.Terutama
dalam biokimia dan bakteriologi diperlukan rentang pH tertentu yang sempit untuk mencapai hasil
optimum. Kerja suatu enzim, tumbuhnya kultur bakteri, dan proses biokimia lainnya sangat sensitif
terhadap perubahan pH. Cairan tubuh, baik cairan intrasel maupun cairan luar sel merupakan larutan
penyangga, yaitu pasangan dihidrogen fosfat-monohidrogenfosfat ( H

PO

4-

- HPO

42-

). Sistem reaksi ini bereaksi dengan asam dan basa (Michel, 2006 : 102 )
Find new research papers in:

Physics

Chemistry

Biology

Health Sciences

Ecology

Earth Sciences

Cognitive Science

Mathematics

Computer Science

Anda mungkin juga menyukai