KELAS : XI MIPA 1
IV Dasar Teori
Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang
diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah contoh tertentu
yang akan dianalisis (Charles W Keenan.1980:422). Titrasi merupakan metode analisis
kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan dalam laboratorium untuk menentukan
konsentrasi dari reaktan. Titrasi merupakan salah satu prosedur dalam ilmu kimia yang
digunakan untuk menentukan molaritas dari suatu asam dan basa. Reaksi kimia pada titrasi
dikenakan pada "larutan yang sudah diketahui volumenya, namun tidak diketahui
konsentrasinya" dan "larutan yang sudah diketahui volume dan konsentrasinya". Titrasi
biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai
contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi
redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk
titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya. Zat yang akan
ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer,
sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan biasanya
diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan. Ketika
larutan yang sudah diketahui konsentrasinya direaksikan dengan larutan yang tidak
diketahui konsentrasinya, maka akan dicapai titik dimana jumlah asam sama dengan
jumlah basa, yang disebut dengan titik ekivalen. Titik ekivalen dari asam kuat dan basa
kuat mempunyai pH 7. Untuk asam lemah dan basa lemah, titik ekivalen tidak terjadi pada
pH 7.
Ada dua metode titrasi yang mencakup titrasi asam basa yaitu:
a. Asidimetri, merupakan pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan
baku basa
b. Alkalimetri, merupakan pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan larutan
baku asam
Larutan baku adalah suatu larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat dan
dapat digunakan untuk menetapkan kadar suatu larutan lain yang belum diketahui
konsentrasinya.
Berikut ini syarat-syarat yang diperlukan agar titrasi yang dilakukan berhasil :
1. konsentrasi titrasi harus diketahui
2. reaksi yang tepat antara titran dan senyawa yang dianalsis harus diketahui
3. titik stoikhiometri atau titik ekuivalen harus diketahui.
4. volume titran yang dibutuhkan untuk menentukan titik ekuivalen harus diketahui
setepat mungkin
Pada saat titik ekuivalen maka mol ekuivalen asam akan sama dengan mol ekuivalen
basa, maka hal ini dapat ditulis sebagai berikut :
Mol ekuivalen asam = mol ekuivalen basa
Mol ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara normalitas dengan volume, maka
rumus diatas dapat ditulis sebagai berikut :
N x Vasam = N x Vbasa
Normalitas diperoleh dari hasil perkaian antara molaritas dengan jumlah ion H+ pada
asam, atau jumlah ion OH- pada basa, sehingga rumus diatas menjadi :
n x M x Vasam = n x M x Vbasa
V Alat dan Bahan
Alat-alat
Bahan-bahan
- NaOH
- C2H2O4 0,1 M
- HCl
- Phenolptalein
- Aquades
- Ekstrak tumbuhan (bunga sepatu)
VI Alur Kerja
NaOH C2H2O4
- Diamati
- Dicatat
Volume NaOH
- Diulang 3 kali
Konsentrasi NaOH
NaOH HCl
- Diambil 10 ml dengan pipet
- Dimasukkan dalam buret
gondok
untuk bilas buret
- Dimasukkan dalam labu
- Dimasukkan dalam buret
erlenmeyer
hingga melebihi skala nol
- Ditetesi 4 tetes indikator PP
- Diturunkan larutannya hingga
skala tepat nol
NaOH HCl + Indikator PP
- Diamati
Larutan Berwarna Merah muda
- Dicatat
Volume NaOH
- Diulang 3 kali
Konsentrasi HCl
NaOH HCl
- Dimasukkan dalam buret - Diambil 10 ml dengan pipet gondok
untuk bilas buret - Dimasukkan dalam labu erlenmeyer
- Dimasukkan dalam buret - Ditetesi 4 tetes indikator ekstrak
hingga melebihi skala nol tumbuhan (bunga sepatu)
- Diturunkan larutannya hingga
skala tepat nol
NaOH HCl + Indikator PP
- Diamati
- Dicatat
Volume NaOH
- Diulang 3 kali
Konsentrasi HCl
VII Hasil Pengamatan