Anda di halaman 1dari 4

7 Kebajikan di 7 Hukum Alam Semesta

Bagian Pertama

Ada 7 kebajikan dalam Surat Al Fatihah Ayat 1 sampai 7 sebagai jalan hidup menghadapi 7 hukum alam
semesta. Al Fatihah adalah tujuh ayat yang menjadi pembuka Firman Tuhan yang terkodifikasi dalam Al
Quran. Al Fatihah merupakan versi Islam dari Lord’s Prayer dan Shema Yisrael yang digabungkan. Surat
Al Fatihah ini terdiri dari 29 kata dalam bahasa Arab namun terjemahannya bisa menjadi 65 hingga 72
kata. Ajaibnya menurut Lesley Hazleton seorang sejarawan dan jurnalis, yang mendapat "The Stranger's
Genius in Literature" Award sebagaimana Beliau sampaikan dalam “TEDxRainier 2010 : On Reading the
Koran”, bahwa dari 29 kata bahasa Arab di Surat Al Fatihah ini, semakin kita menambahkan kata,
semakin banyak makna yang terkandung dalam Surat Al Fatihah ini yang menghilang. Ada semacam
formula / rumus baku dalam Surat Al Fatihah ini, yang terkandung di dalamnya rahasia formula/rumus
baku kehidupan semesta. 

Surat Al Fatihah disebut Umm Al Quran (Ibu/Induk/Inti Al Quran), dimana kerangka dasar dari Al Quran
ada di Surat Al Fatihah. Surat Al Fatihah disebut juga as-sab’ al-matsani, tujuh kebajikan atau tujuh
hukum alam semesta yang berulang-ulang. Lebih luas lagi, mengingat Al Quran adalah manual book
kehidupan semesta, maka kerangka dasar kerja kehidupan semesta itu sama dengan kerangka dasar di
Surat Al Fatihah. Begitu pentingnya Surat Al Fatihah ini, seorang muslim di wajibkan membaca  Surat Al
Fatihah minimal 17 kali dalam sholatnya. Dipagi hari 2 kali, di tengah hari 8 kali dan di malam hari 7 kali.
Sholat merupakan versi Islam dari yoga dan meditasi yang digabungkan. Di dalam sholat ada penyatuan
dengan Tuhan yang merupakan inti dari yoga. Di dalam sholat pula ada khusyu'/mindfullness/sadar
penuh hadir utuh yang merupakan inti dari meditasi.

Adapun 7 kebajikan dalam Surat Al Fatihah sebagai jalan hidup menghadapi 7 hukum alam semesta
sebagai berikut :

Pertama, Kebajikan Ikhlas atas The Law of Vibration 

Ketika kita melihat suatu materi dengan mikroskop dengan resolusi super tinggi, sampai pada tataran
molekul, atom, neutron, elektron, hingga kuanta yakni partikel terkecil yang masih dapat diukur, maka
kita akan melihat pada dasarnya semua materi hanya terdiri dari energi dan ruang kosong. Materi yang
tampak padat sebenarnya adalah energi yang bergetar (vibration) dengan frekuensi tertentu. Yang
menarik dari the law of vibration adalah pikiran akan menentukan getaran yang terpancar dari diri.
Getaran dalam frekuensi yang sama akan saling menarik. Pikiran kebahagiaan akan meng-attract
kebahagiaan dan sebaliknya pikiran penderitaan akan meng-attract penderitaan.  Prof. David R.
Hawkins, M.D., Ph.D. dalam penelitiannya selama lebih 20 tahun melakukan tes kinesiologi untuk
mengukur energi yang dikeluarkan manusia dalam skala kesadaran tertentu. Beliau memberikan peta
bagi kita untuk memilih apakah kita mau bermain di zona getaran dan frekuensi energi rendah seperti
putus asa, kesedihan, kemarahan, kesombongan atau kita mau bermain di zona getaran dan frekuensi
energi tinggi seperti memaafkan, optimisme, cinta, kedamaian, kebahagiaan? Nikola Tesla, fisikawan
dan inventor menyampaikan “If you want to find the secrets of the universe, think in terms of energy,
frequency and vibration.” 

Ayat pertama dari Surat Al Fatihah disebut kalimat Basmalah. Kalimat Basmalah merupakan pondasi
Surat Al Fatihah dan juga pondasi semua Surat dalam Al Qur'an. Inti kalimat Basmalah adalah
kata Allah. Ayat pertama dari Surat Al Fatihah mengajarkan pada kita suatu kebajikan hidup yang disebut
ikhlas. Ikhlas bermakna al-khuluus min as-syawaa’ib, murni/jernih tidak terkontaminasi dengan sesuatu
dari luar. Pertanyaannya adalah apa yang dimurnikan? Yang dimurnikan adalah getaran (vibration),
frekuensi dan energi kita. Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini bermuara pada energi, frekuensi
dan getaran (vibration). Ikhlas adalah kondisi dimana getaran (vibration), frekuensi dan energi kita murni
tidak melekat terhadap ego, keinginan dan hawa nafsu pada hal-hal duniawi yang fana. Tidak ada
pamer, prasangka buruk (su'udzon), hambatan emosi, pikiran negatif dan pikiran terlalu sibuk
(overthinking) dengan pandangan orang. Pikiran dan hati jernih, bisa melepaskan semua distraksi yang
membuat hati kita ramai dengan pusaran energi rendah (force/dun'ya). Pikiran dan hati murni, bisa
melepaskan semua servo mechanism diri yang sakit, menderita dan gagal. Melampaui tubuh dengan
segala pernik-pernik dunia fisik fana yang kita kumpulkan. Melampaui akumulasi pemikiran dan berjuta
memori. Murni bersandar pada satu saja, yaitu Allah. Lenyap menyatu dalam absolutenya Allah yang
Maha Berkelimpahan dan Maha Cinta. 

Turunan dari ikhlas ini di antaranya adalah kejujuran, amanah, tanggungjawab, kesucian, ketulusan hati,
positive thinking, positive feeling, positive action, kebersihan diri dan lingkungan.

Pelajaran di sini adalah kendalikan pikiran hanya memancarkan getaran (vibration), frekuensi dan energi
yang baik-baik saja. Jaga pikiran selalu memancarkan vibrasi, frekuensi dan energi keberlimpahan dan
cinta. Ini bisa terjadi ketika hati kita murni bersandar pada satu saja, yaitu Allah. Satu kata untuk semua
kesempurnaan hidup, baik itu kesehatan, kebahagiaan, kesuksesan, kekayaan, makna dan kedamaian.

Kedua, Kebajikan Syukur atas The Law of Relativity 

Kita manusia dan seluruh alam semesta dengan segala isinya mempunyai sifat relatif. Dalam Al-Falsafa
al-Ula, sekitar abad 800 M, Yusuf Ibnu Ishaq Al-Kindi  telah mengungkapkan dasar-dasar teori relativitas.
Menurut Al-Kindi (Al Kindus), fisik bumi dan seluruh fenomena fisik adalah relatif/nisbi/terbatas.
Relativitas adalah esensi dari hukum eksistensi baik itu materi, energi, ruang, waktu dan informasi.
Galileo Galilei dalam karyanya bertajuk Dialogue Concerning the World's Two Chief Systems pada tahun
1632 M juga mengungkapkan relativitas. Pada tahun 1952, Albert Einstein dalam The Principle of
Relativity mengembangkan teori relativitas lebih dalam. Hukum relativitas menjelaskan bahwa tidak ada
sesuatu yang bisa dipahami baik dari sifat, nilai dan kualitas sampai kita hubungkan/relate-kan dengan
sesuatu yang lain.
Ayat kedua dari Surat Al Fatihah mengajarkan pada kita suatu kebajikan hidup yang disebut syukur.
Syukur bermakna syakara artinya "membuka/menerima/penuh" yang merupakan lawan dari kata
kafara artinya "menutup/menuntut/hampa". Syukur artinya mengakui/membuka diri atas adanya
nikmat, menerima/berterimakasih/merasa fulfilment atas segala nikmat yang telah dianugerahkan dan
mendayagunakannya untuk kesehatan, kebahagiaan, kesuksesan, kebermaknaan serta kemanfaatan
hidup. Kita seringkali me"relate"kan kebahagiaan hidup kita dengan keinginan, ego dan hawa nafsu pada
hal-hal duniawi yang terbatas (relative). Kebahagiaan hidup akhirnya sangat bergantung pada sesuatu di
luar diri yang penuh kekurangan. Kita seringkali melekat pada permintaan dan tuntutan begini dan
begitu pada hal-hal duniawi yang terbatas (relative). Kita juga sering me-relate/ membanding-
bandingkan diri kita pada hal-hal di luar diri kita. Maka vibrasi, frekuensi dan energi yang terpancar
adalah vibrasi, frekuensi dan energi kekurangan (scarcity). 

Turunan dari syukur ini diantaranya adalah kesederhanaan, rasa kemanusiaan, pengendalian diri, tidak
banyak menilai, menghakimi dan menyalahkan orang atau keadaan, tidak serakah dan keadilan.

Pelajaran di sini adalah untuk menerima dengan rasa syukur apapun yang telah dianugerahkan kepada
kita. Jangan me-relate/ membanding-bandingkan diri kita pada hal-hal di luar diri kita yang sejatinya
serba relatif/nisbi/terbatas."Relate" kan kebahagiaan kita dengan pengendalian pikiran, emosi, tubuh
dan energi dari dalam diri kita sendiri, here and now. Tidak risau dengan masa lalu dan cemas dengan
masa depan. Kebahagiaan itu ada di dalam diri kita, bukan di luar. Kebahagiaan itu ada di sini sekarang
bukan di masa lalu atau masa depan. Bila kita mampu mengeksplorasi kebahagiaan dari dalam diri
maka vibrasi, frekuensi dan energi yang terpancar adalah vibrasi, frekuensi dan energi keberlimpahan
(abundance). Bila kita mampu hidup sepenuh hati, here and now, akan melatih kita untuk berada di
kecepatan hidup yang tepat. Jadi bukan cepat tapi tepat. Terlalu cepat akan membuat kita lambat.
Tepat, walaupun lambat, akan membuat kita sangat cepat. Hidup lebih fulfilment, lebih sehat, lebih
bahagia, lebih sukses serta lebih bermakna.

Bersambung...

Referensi :

Ibn Katsir, Ismail , Tafsir Alquran al-Adziim, Dar Alamiah (774 H)  (QS 1 : 1-7)

Hawkins, David R. , Power vs. Force: The Hidden Determinants of Human Behavior, Veritas; 1st edition
(August 1, 2013) 

Tesla, Nikola., The Problem of Increasing Human Energy: With Special Reference to the Harnessing of
the Sun's Energy, Cosimo Classics (January 1, 2008) 

Gigliotti, Jim., Who Was Nikola Tesla? Penguin Workshop; Illustrated edition (December 4, 2018) 
Kindi, “al-Falsafah al-Ulâ”, dalam Abd Hadi Abu Riddah (ed), Rasâil al-Kindî alFalsafiyah, (Mesir, al-
I`timad, 1950)

Galilei, Galileo  Etc., Dialogue Concerning the Two Chief World Systems: Ptolemaic and Copernican,
Modern Library; New edition (October 2, 2001) 

Einstein, Albert,  Francis A. Davis, The Principle of Relativity, Dover Publications (June 1, 1952) 

Al-Jauziyah, Ibnu Qayyim, ‘Uddah Ash-Shabirin wa Dzakhirah Asy-Syakirin'  Maktabah Ar-Rusyd, 1429 H.

McGregor, Creed, Universal Laws: Unlocking the Secrets of the Universe: 7 Natural Laws of the Universe,
CreateSpace Independent Publishing Platform (February 22, 2016) 

Atkinson, William Walker , The Cosmic Laws: Being Volume Two Of The Arcane Teaching Or Secret
Doctrine Of Ancient Atlantis, Egypt, Chaldea and Greece, Independently published (March 6, 2021) 

Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "7 Kebajikan di 7 Hukum Alam Semesta (Bagian
Pertama)", Klik untuk baca:

https://www.kompasiana.com/mohaz74649/616e1a9f06310e50833634b2/7-kebajikan-dan-7-hukum-
alam?page=3&page_images=1

Kreator: MOHAZ

Anda mungkin juga menyukai