Hak cipta Badan Standardisasi Nasional. Salinan standar ini dibuat oleh BSN untuk Laboratorium Balai Makassar
Metode uji untuk analisis saringan
agregat halus dan agregat kasar
(ASTM C 136-06, IDT)
BSN
Gd. Manggala Wanabakti
Blok IV, Lt. 3,4,7,10.
Telp. +6221-5747043
Fax. +6221-5747045
Email: dokinfo@bsn.go.id
www.bsn.go.id
Diterbitkan di Jakarta
SNI ASTM C136:2012
Daftar isi
Daftar isi.....................................................................................................................................i
Prakata ..................................................................................................................................... ii
Pendahuluan............................................................................................................................ iii
Hak cipta Badan Standardisasi Nasional. Salinan standar ini dibuat oleh BSN untuk Laboratorium Balai Makassar
1 Ruang lingkup .................................................................................................................... 1
2 Acuan normatif ................................................................................................................... 1
3 Istilah dan definisi .............................................................................................................. 2
4 Ringkasan metode uji ........................................................................................................ 2
5 Arti dan kegunaan .............................................................................................................. 2
6 Peralatan ........................................................................................................................... 2
7 Pengambilan dan penyiapan contoh uji ............................................................................. 3
8 Cara uji .............................................................................................................................. 4
9 Perhitungan ....................................................................................................................... 7
10 Laporan .............................................................................................................................. 7
11 Ketelitian dan penyimpangan ............................................................................................ 7
12 Kata kunci .......................................................................................................................... 9
Lampiran A (informatif) Daftar penyimpangan teknis dan penjelasannya ............................. 10
Lampiran B (normatif) Contoh formulir pengujian .................................................................. 11
Lampiran C (informatif) Contoh isian formulir pengujian agregat campuran ......................... 12
Lampiran D (informatif) Contoh isian formulir pengujian agregat halus ................................. 13
Lampiran E (informatif) Contoh isian formulir pengujian agregat kasar................................. 14
Lampiran F (informatif) Contoh perhitungan .......................................................................... 15
© BSN 2012 i
SNI ASTM C136:2012
Prakata
Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Metode uji untuk analisis saringan agregat halus
dan agregat kasar adalah revisi dari SNI 03-1968-1990, Metode Pengujian Tentang Analisis
Saringan Agregat Halus dan Kasar. Standar ini merupakan adopsi identik dari ASTM C 136-
Hak cipta Badan Standardisasi Nasional. Salinan standar ini dibuat oleh BSN untuk Laboratorium Balai Makassar
06 Standard Test Method for Sieve Analysis of Fine and Coarse Aggregates. Revisi
dilakukan untuk memperbaiki dan menyempurnakan beberapa kekurangan yang terdapat
pada versi sebelumnya, yaitu perubahan judul, penambahan istilah dan definisi, persyaratan
dan ketentuan serta cara pengujian, penjelasan rumus, dan penambahan contoh formulir
pengujian.
Standar ini dipersiapkan oleh Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan
Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan melalui
Gugus Kerja Jembatan dan Bangunan Pelengkap Jalan.
Tata cara penulisan disusun mengikuti Pedoman Standardisasi Nasional (PSN) Nomor :
03:1:2007 dan dibahas pada forum rapat konsensus pada tanggal 29 Oktober 2009 di
Bandung oleh Subpantek dengan melibatkan para narasumber dan pakar dan lembaga
terkait.
© BSN 2012 ii
SNI ASTM C136:2012
Pendahuluan
Standar ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pengujian analisis saringan
agregat halus dan agregat kasar, adapun tujuannya adalah untuk mengetahui gradasi
butiran dari agregat halus dan agregat kasar termasuk agregat campuran.
Hak cipta Badan Standardisasi Nasional. Salinan standar ini dibuat oleh BSN untuk Laboratorium Balai Makassar
Pengujian dilakukan dengan cara penyiapan contoh uji, penimbangan, pengeringan, dan
penyaringan. Hasil pengujian dinyatakan dalam persentase material yang tertahan pada
setiap saringan, persentase total dari material yang lolos setiap saringan, dan persentase
total dari material yang tertahan pada setiap saringan, serta indeks modulus kehalusan.
Metode uji untuk analisis saringan agregat halus dan agregat kasar
1 Ruang lingkup
1.1 Metode uji ini meliputi penentuan pembagian ukuran partikel agregat halus dan agregat
Hak cipta Badan Standardisasi Nasional. Salinan standar ini dibuat oleh BSN untuk Laboratorium Balai Makassar
kasar dengan penyaringan.
1.2 Beberapa spesifikasi untuk agregat yang mengacu pada metode ini berisikan
persyaratan gradasi agregat halus ataupun agregat kasar, termasuk di dalamnya instruksi-
instruksi untuk analisis saringan agregat halus dan agregat kasar.
1.3 Satuan angka yang dinyatakan pada unit Satuan Internasional (SI) sebagai standar.
Satuan angka dalam kurung dibuat hanya untuk informasi. Spesifikasi ASTM E 11
menggunakan ukuran saringan dengan satuan inci sebagai standar, tetapi pada metode uji
ini ukuran saringan menggunakan satuan SI yang ekuivalen dengan satuan inci.
1.4 Standar ini tidak mencakup semua keselamatan kerja dan kesehatan kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja serta penentuan batasan penerapan aturan sebelum
digunakan menjadi tanggung jawab pengguna standar ini.
2 Acuan normatif
C 117, Test Method for Materials Finer than 75- µm (No. 200) Sieve in Mineral Aggregates
by Washing.
C 125, Terminology Relating to Concrete and Concrete Aggregates.
C 637, Specification for Aggregates for Radiation-Shielding Concrete (SNI 03-2457-1991,
Metode pengujian agregat untuk beton penahan radiasi)
C 670, Practice for Preparing Precision and Bias Statements for Test Methods for
Construction Materials (SNI 03-6865-2002, Tata cara pelaksanaan program antar
laboratorium untuk penentuan presisi metode uji bahan dan konstruksi).
C 702, Practice for Reducing Samples of Aggregate to Testing Size (SNI 13-6717-2002, Tata
cara penyiapan benda uji dari contoh agregat).
D 75, Practice for Sampling Aggregates (SNI 03-6889-2002, Tata cara pengambilan contoh
agregat).
E 11, Specification for Wire Cloth and Sieves for Testing Purposes (SNI 03-6866-2002,
Spesifikasi saringan anyaman kawat untuk keperluan pengujian).
AASHTO No. T 27, Sieve Analysis of Fine and Coarse Aggregates (SNI 03-1968-1990,
Metode Pengujian Tentang Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar).
3.1 Istilah dan definisi yang digunakan dalam metode ini mengacu kepada istilah-istilah
yang terdapat dalam ASTM C 125.
Hak cipta Badan Standardisasi Nasional. Salinan standar ini dibuat oleh BSN untuk Laboratorium Balai Makassar
4.1 Contoh uji agregat kering dengan massa yang sudah diketahui dipisahkan melalui
rangkaian saringan dengan bukaan yang semakin kecil untuk menentukan pembagian
ukuran partikel.
5.1 Metode uji ini terutama digunakan untuk menentukan gradasi material berupa agregat.
Hasil tersebut biasanya digunakan untuk menentukan pemenuhan ukuran distribusi partikel
dengan syarat-syarat spesifikasi yang dapat dipakai dan untuk menyediakan data penting
dalam mengatur produksi dari berbagai macam agregat dan campuran yang mengandung
agregat. Data tersebut dapat pula berguna khususnya yang terkait dengan porositas dan
pengepakan (porosity and packing).
5.2 Ketelitian penentuan material yang lolos saringan 75 µm (No. 200) tidak dapat dicapai
hanya dengan menggunakan metode ini. Untuk material yang lolos saringan 75 µm dengan
pencucian harus dilakukan sesuai dengan ASTM C 117.
6 Peralatan
6.1 Timbangan – Timbangan yang digunakan untuk pengujian agregat halus dan agregat
kasar harus memiliki keterbacaan dan ketelitian sebagai berikut:
6.1.1 Untuk agregat halus, pembacaan sampai 0,1 g dan ketelitian 0,1 g atau 0,1% dari
massa uji, dipilih nilai yang lebih besar pada kisaran nilai yang digunakan.
6.1.2 Untuk agregat kasar atau gabungan dari agregat halus dan agregat kasar,
pembacaan dan ketelitian sampai 0,5 g atau 0,1% dari massa uji, dipilih nilai yang lebih
besar pada kisaran nilai yang digunakan.
6.2 Saringan − Saringan harus terpasang pada rangka yang tersusun sedemikian
sehingga dapat mencegah kehilangan material selama penyaringan. Saringan dan rangka
standar harus sesuai dengan persyaratan spesifikasi ASTM E 11 (SNI 03-6866-2002).
Rangka non-standar yang dapat digunakan harus sesuai dengan persyaratan spesifikasi
ASTM E 11.
CATATAN 1 – Disarankan menggunakan saringan dengan diameter lebih besar dari pada diameter
standar 203,2 mm (8 inci), untuk mengurangi kemungkinan beban berlebih dalam saringan pada
pengujian agregat kasar, lihat 8.3.
Hak cipta Badan Standardisasi Nasional. Salinan standar ini dibuat oleh BSN untuk Laboratorium Balai Makassar
6.4 Oven – Oven yang digunakan harus memiliki ukuran yang sesuai dan dapat
mempertahankan temperatur yang merata pada (110 ± 5 ) C.
7.1 Pengambilan contoh uji agregat dilakukan sesuai dengan ASTM D 75 (SNI 03-6889-
2002). Banyaknya berat contoh dari lapangan harus sesuai dengan yang disyaratkan dalam
ASTM D 75 (SNI 03-6889-2002) atau empat kali dari jumlah yang disyaratkan dalam 7.4 dan
7.5 (kecuali seperti dimodifikasi dalam 7.6), diambil nilai yang lebih besar.
7.2 Pengadukan contoh agregat dilakukan dengan seksama dan contoh uji tersebut
dikurangi sampai jumlahnya sesuai untuk pengujian, menggunakan prosedur yang berlaku
dalam ASTM C 702 (SNI 13-6717-2002). Banyaknya contoh harus mendekati jumlah yang
dibutuhkan dalam kondisi kering dan harus merupakan hasil akhir dari proses pengurangan.
Pengurangan contoh sampai jumlah yang persis sebagaimana jumlah minimum yang
ditentukan tidak diizinkan.
CATATAN 3 – Jika hanya untuk tujuan pengujian analisis saringan, termasuk menentukan material
yang lolos saringan 0,075 mm (No. 200), jumlah contoh uji dapat dikurangi di lapangan untuk
menghindari jumlah berlebihan material yang dibawa ke laboratorium.
7.3 Agregat halus – Jumlah contoh uji agregat halus setelah kering harus minimum 300 g.
7.4 Agregat kasar – Jumlah contoh uji agregat kasar harus sesuai dengan Tabel 1:
7.5 Campuran agregat kasar dan agregat halus – banyaknya contoh uji campuran agregat
kasar dan agregat halus harus sama dengan banyaknya contoh uji untuk agregat kasar pada
butir 7.4.
7.6 Contoh uji agregat kasar berukuran besar - banyaknya contoh uji yang diperlukan
untuk agregat dengan ukuran nominal maksimum 50 mm harus sedemikian untuk
mencegah pengurangan contoh uji, kecuali menggunakan alat pemisah contoh dan alat
Hak cipta Badan Standardisasi Nasional. Salinan standar ini dibuat oleh BSN untuk Laboratorium Balai Makassar
pengguncang saringan mekanis. Sebagai alternatif, apabila peralatan tersebut tidak tersedia,
daripada menggabungkan dan mencampurkan contoh uji tersebut kemudian mengurangi
contoh lapangan lebih baik melakukan analisis saringan dengan jumlah yang kira-kira sama
dengan keperluan contoh uji sehingga total massanya sesuai dengan persyaratan dalam
7.4.
7.7 Apabila jumlah material lebih halus dari saringan ukuran 0,075 mm (No. 200) harus
ditentukan sesuai dengan ASTM C 117, sebagai berikut:
7.7.1 Untuk agregat dengan ukuran nominal maksimum ≤ 12,5 mm (1/2 inci) atau kurang,
contoh uji yang sama dapat digunakan untuk pengujian dengan ASTM C 117 dan metode ini.
Pertama uji sesuai dengan ASTM C 117 sampai pekerjaan pengeringan, lalu lakukan
penyaringan kering contoh uji seperti yang ditetapkan pada 8.2 sampai dengan 8.7.
7.7.2 Untuk agregat dengan ukuran nominal maksimum > 12,5 mm (1/2 inci), contoh uji
tunggal boleh digunakan, seperti yang dijelaskan pada 7.7.1 atau contoh uji yang berbeda
boleh digunakan ASTM C 117 dan metode ini.
7.7.3 Apabila spesifikasi diperlukan untuk menentukan jumlah total material lolos saringan
ukuran 0,075 mm (No. 200) dengan pencucian dan penyaringan kering, gunakan prosedur
yang dijelaskan pada 7.7.1.
8 Cara uji
8.1 Keringkan contoh uji sampai massa tetap pada temperatur 110 ± 5 oC (230 ± 9 oF).
CATATAN 4 – Untuk keperluan kontrol, terutama bila hasil dibutuhkan segera, umumnya contoh uji
agregat kasar tidak perlu dikeringkan untuk pengujian analisis saringan. Hasilnya akan sedikit
dipengaruhi oleh kadar air kecuali: (1) ukuran maksimum nominal lebih kecil dari12,5 mm (1/2 inci); (2)
agregat kasar mengandung material yang lebih halus dari 4,75 mm (No. 4); atau (3) agregat kasar
memiliki peresapan yang tinggi (contohnya agregat ringan). Tanpa mempengaruhi hasil, contoh uji
boleh dikeringkan pada temperatur lebih tinggi dengan penggunaan hot-plates dengan syarat uap
tidak terperangkap sehingga tidak menghasilkan tekanan yang cukup untuk menghancurkan partikel
dan temperatur tidak terlalu tinggi yang dapat menyebabkan kerusakan secara kimiawi pada agregat.
8.2 Saringan dipilih berdasarkan bukaan yang sesuai dengan bahan yang akan diuji untuk
memberikan informasi yang diperlukan dalam spesifikasi. Saringan-saringan tambahan
dapat digunakan jika diperlukan untuk memberikan informasi lain, seperti modulus kehalusan
atau untuk mengatur jumlah material dari suatu saringan tertentu. Saringan disusun dengan
urutan dari atas ke bawah, dengan saringan yang memiliki bukaan lebih besar ditempatkan
di bagian atas dan menempatkan contoh uji di bagian atas saringan. Saringan diguncangkan
dengan cara manual atau menggunakan peralatan mekanis dengan waktu yang cukup,
dengan cara coba-coba atau mengukur contoh uji yang nyata, untuk memenuhi kriteria
kecukupan penyaringan, sebagaimana dijelaskan pada 8.4.
8.3 Jumlah contoh uji pada saringan dibatasi sehingga semua butiran mempunyai
kesempatan untuk mencapai bukaan saringan selama waktu pelaksanaan penyaringan.
Untuk saringan dengan bukaan saringan lebih kecil dari 4,75 mm (No. 4), jumlah yang
tertahan pada setiap saringan pada akhir proses penyaringan tidak boleh melebihi 7 kg/m2
dari luas permukaan saringan (lihat Catatan 5). Untuk saringan dengan bukaan saringan
ukuran 4,75 mm (No. 4) atau lebih besar, jumlah contoh uji yang tertahan pada saringan
dalam kg tidak melebihi dari 2,5 kali [bukaan saringan, mm x (luas penyaringan efektif m2)]
Hak cipta Badan Standardisasi Nasional. Salinan standar ini dibuat oleh BSN untuk Laboratorium Balai Makassar
yang ditunjukkan pada Tabel 2 untuk lima tipe ukuran bingkai saringan yang umum
digunakan. Jumlah material pada saringan dibatasi sehingga jumlah yang tertahan tidak
boleh menyebabkan perubahan permanen pada kain saringan.
Tabel 2 - Jumlah contoh uji maksimum yang diizinkan tertahan pada saringan, kg
8.3.1 Adanya material berlebih di atas setiap saringan harus dihindari dengan cara
mengikuti salah satu dari metode berikut ini:
8.3.1.1 Satu saringan tambahan disisipkan dengan ukuran bukaan di antara saringan yang
berlebih dan saringan di atasnya, dalam susunan saringan semula.
8.3.1.2 Contoh uji dipisahkan menjadi dua bagian atau lebih, penyaringan setiap bagian
dilakukan secara terpisah. Jumlah dari beberapa bagian yang tertahan pada satu saringan
tertentu digabungkan sebelum menghitung persentase contoh uji.
8.3.1.3 Menggunakan saringan-saringan yang memiliki ukuran bingkai lebih besar dan
memiliki bidang penyaringan yang lebih besar.
Hak cipta Badan Standardisasi Nasional. Salinan standar ini dibuat oleh BSN untuk Laboratorium Balai Makassar
CATATAN 5 – 7 kg/m2 setara dengan 200 g untuk saringan dengan diameter 203,2 mm (8 inci)
(dengan permukaan efektif penyaringan berdiameter 190,5 mm (7,5 inci).
8.4 Lanjutkan penyaringan dengan waktu secukupnya sehingga setelah selesai tidak lebih
dari 1% massa total contoh uji yang tertahan pada setiap saringan selama 1 menit dengan
penyaringan manual secara terus menerus yang dilakukan sebagai berikut: Pegang setiap
saringan yang telah dilengkapi pan dan penutup dengan posisi agak miring dengan satu
tangan. Ketuk sisi dari saringan dengan keras ke arah tangan yang satunya dengan
kecepatan sekitar 150 kali per menit, putar saringan sekitar 1/6 putaran pada setiap interval
sekitar 25 kali. Dalam menentukan penyaringan yang memadai untuk ukuran saringan lebih
besar dari 4,75 mm (No.4), batasi contoh uji pada saringan dalam satu lapisan partikel. Jika
ukuran susunan saringan penguji membuat gerakan penyaringan tidak praktis, gunakan
saringan dengan diameter 203 mm (8 inci) untuk memverifikasi penyaringan yang memadai.
8.5 Untuk campuran agregat kasar dan agregat halus, bagian contoh uji yang lebih halus
dari saringan 4,75 mm (No.4) dapat didistribusikan menjadi dua atau lebih susunan
saringan-saringan untuk mencegah muatan berlebih pada setiap saringan.
8.5.1 Cara lain, jumlah bagian yang lebih halus dari saringan 4,75 mm (No.4) dapat
dikurangi dengan menggunakan pemisah contoh uji mekanis menurut metode ASTM C 702.
Jika langkah kerja ini diikuti, massa setiap ukuran dari contoh uji awal dapat dihitung sebagai
berikut :
W W
1 2
x
B
A
……………………………………………………………………………….. (1)
Keterangan:
A adalah massa setiap ukuran pada jumlah contoh uji total;
W1 adalah massa setiap fraksi yang lolos saringan 4,75 mm (No.4);
W2 adalah massa bagian yang berkurang pada contoh uji lolos saringan 4,75 mm (No.4)
yang disaring, dan
B adalah jumlah massa agregat halus dari agregat gabungan.
8.6 Jika tidak menggunakan pengguncang saringan mekanis, untuk partikel yang lebih
besar dari 75 mm (3 inci) dapat dilakukan penyaringan tangan, dengan menentukan bukaan
saringan terkecil sampai setiap partikel bisa lolos. Dimulai dengan menggunakan saringan
paling kecil. Memutar partikel-partikel, jika diperlukan, untuk menentukan apakah partikel
lolos melalui bukaan tertentu. Bagaimanapun, jangan memaksa partikel-partikel untuk lolos
melalui satu bukaan.
8.7 Tentukan massa contoh uji tertahan pada setiap saringan dengan menggunakan
timbangan yang sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan dalam 5.1 dengan
ketelitian 0.1% dari jumlah total contoh uji kering. Massa total contoh uji setelah penyaringan
harus mendekati massa awal dari contoh uji yang ditempatkan pada saringan. Jika
perbedaan lebih dari 0,3% massa awal contoh uji kering, hasilnya tidak boleh digunakan
untuk syarat penerimaan.
8.8 Jika contoh uji sebelumnya telah diuji dengan Metode Uji C 117, tambahkan massa
lolos saringan 75 µm (No. 200) sesuai dengan metode tersebut kepada massa yang lolos
saringan 75 µm (No. 200) dengan penyaringan kering dari contoh uji yang sama pada
metode ini.
9 Perhitungan
Hak cipta Badan Standardisasi Nasional. Salinan standar ini dibuat oleh BSN untuk Laboratorium Balai Makassar
9.1 Persentase lolos, persentase total tertahan, atau persentase dalam berbagai fraksi
dihitung sampai mendekati 0,1% berdasarkan massa awal dari total contoh uji kering. Jika
contoh uji yang sama telah diuji dengan metode C 117 terlebih dahulu, termasuk massa
material lolos saringan 0,075 mm (No. 200) dengan pencucian dalam perhitungan analisis
saringan dan gunakan massa total contoh uji sebelum pencucian dalam metode uji C 117
sebagai dasar untuk perhitungan semua persentase.
9.1.1 Apabila contoh diuji sesuai butir 7.6, massa dari bagian yang tertahan pada setiap
saringan dijumlahkan total dan gunakan massa tersebut untuk memperhitungkan persentase
sesuai butir 9.1.
10 Laporan
10.1 Tergantung pada format dari spesifikasi yang digunakan untuk pengujian bahan,
laporan harus meliputi salah satu dari berikut ini:
10.2 Laporkan persentase sampai mendekati angka bulat, kecuali jika persentase yang
lolos dari saringan 0,075 mm (No. 200) kurang dari 10% harus dilaporkan sampai mendekati
0,1%.
11.1 Ketelitian, estimasi ketelitian pada metode uji ini tercantum pada Tabel 3. Estimasi
tersebut berdasarkan hasil dari AASHTO Materials Reference Laboratory Proficiency Sample
Program, dengan dilakukan pengujian yang menggunakan metode uji ASTM C 136 dan
metode uji AASHTO T 27. Data hasil uji berdasarkan analisis dari 65 laboratorium sampai
233 laboratorium yang diuji 18 pasang contoh uji profisiensi agregat kasar dan hasil uji dari
74 laboratorium sampai 222 laboratorium yang diuji 17 pasang contoh uji profisiensi agregat
halus (Contoh uji No.21 sampai No.90). Nilai pada tabel diberikan untuk hasil yang berbeda
dari total persentase agregat yang lolos saringan.
11.1.1 Nilai ketelitian untuk agregat halus pada Tabel 3 berdasarkan contoh uji nominal
500 g. Revisi metode uji tahun 1994 mengizinkan minimum 300 g untuk contoh uji agregat
halus. Analisis hasil pengujian contoh uji 300 g dan 500 g dari uji profisiensi agregat dengan
99 contoh uji dan 100 contoh uji (99 contoh uji dan 100 contoh uji hampir sama) dihasilkan
nilai ketelitian pada Tabel 4, yang menunjukkan sedikit perbedaan mengenai ukuran contoh
uji.
Hak cipta Badan Standardisasi Nasional. Salinan standar ini dibuat oleh BSN untuk Laboratorium Balai Makassar
CATATAN 6 - Nilai untuk agregat halus pada Tabel 3 akan direvisi, yang menunjukkan ukuran contoh
uji 300 g jika jumlah uji profisiensi agregat telah dilakukan dengan ukuran contoh uji untuk
mendapatkan data yang akurat.
Tabel 3 - Ketelitian
Hak cipta Badan Standardisasi Nasional. Salinan standar ini dibuat oleh BSN untuk Laboratorium Balai Makassar
11.2 Penyimpangan - Tidak didapatkan referensi material yang cocok untuk menentukan
penyimpangan pada metode uji ini. Tidak ada pernyataan penyimpangan yang dibuat.
12 Kata kunci
12.1 Agregat; agregat kasar; agregat halus; gradasi; grading; analisis saringan; analisis
ukuran.
Lampiran A
(informatif)
Daftar penambahan lampiran dan penjelasannya
Hak cipta Badan Standardisasi Nasional. Salinan standar ini dibuat oleh BSN untuk Laboratorium Balai Makassar
Temperatur Dalam satuan C dan F Dalam satuan C
Contoh isian formulir Tidak tercantum contoh isian Tercantum contoh isian
pengujian agregat formulir pengujian agregat formulir pengujian agregat
campuran (Lampiran C) campuran campuran
Contoh isian formulir Tidak tercantum contoh isian Tercantum contoh isian
pengujian agregat halus formulir pengujian agregat formulir pengujian agregat
(Lampiran D) halus halus
Contoh isian formulir Tidak tercantum contoh isian Tercantum contoh isian
pengujian agregat kasar formulir pengujian agregat formulir pengujian agregat
(Lampiran E) kasar kasar
Lampiran B
(normatif)
Contoh formulir pengujian
Instansi penguji
Hak cipta Badan Standardisasi Nasional. Salinan standar ini dibuat oleh BSN untuk Laboratorium Balai Makassar
No. pengujian :
Jenis contoh :
Jumlah contoh :
Diterima tanggal :
Diuji tanggal :
Diuji oleh :
Diperiksa oleh :
…………..,…...………………….
Mengetahui,
Penyelia Teknisi laboratorium
( ) ( )
Lampiran C
(informatif)
Contoh isian formulir pengujian agregat campuran
Hak cipta Badan Standardisasi Nasional. Salinan standar ini dibuat oleh BSN untuk Laboratorium Balai Makassar
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JALAN DAN JEMBATAN
Jl. A. H. Nasution No. 264, Kotak Pos 2 Ujungberung Bandung 40294 – Tlp. (022) 7802251, Fax. (022) 7802726 e-mail : pusjal@melsa.net.id
No. pengujian :
Jenis contoh : Agregat Campuran
Jumlah contoh : 10 kg
Diterima tanggal : 17 Maret 2009
Diuji tanggal : 18 Maret 2009
Diuji oleh : Budi Subrata
Diperiksa oleh : Penyelia Laboratorium
Lampiran D
(informatif)
Contoh isian formulir pengujian agregat halus
Hak cipta Badan Standardisasi Nasional. Salinan standar ini dibuat oleh BSN untuk Laboratorium Balai Makassar
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JALAN DAN JEMBATAN
Jl. A. H. Nasution No. 264, Kotak Pos 2 Ujungberung Bandung 40294 – Tlp. (022) 7802251, Fax. (022) 7802726 e-mail : pusjal@melsa.net.id
No. pengujian :
Jenis contoh : Agregat Halus
Jumlah contoh : 500 gram
Diterima tanggal : 22 Juni 2009
Diuji tanggal : 23 Juni 2009
Diuji oleh : Budi Subrata
Diperiksa oleh : Penyelia Laboratorium
Lampiran E
(informatif)
Contoh isian formulir pengujian agregat kasar
Hak cipta Badan Standardisasi Nasional. Salinan standar ini dibuat oleh BSN untuk Laboratorium Balai Makassar
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JALAN DAN JEMBATAN
Jl. A. H. Nasution No. 264, Kotak Pos 2 Ujungberung Bandung 40294 – Tlp. (022) 7802251, Fax. (022) 7802726 e-mail : pusjal@melsa.net.id
No. pengujian :
Jenis contoh : Agregat Kasar
Jumlah contoh : 10 kg
Diterima tanggal : 22 Juni 2009
Diuji tanggal : 23 Juni 2009
Diuji oleh : Budi Subrata
Diperiksa oleh : Penyelia Laboratorium
Lampiran F
(informatif)
Contoh perhitungan
Hak cipta Badan Standardisasi Nasional. Salinan standar ini dibuat oleh BSN untuk Laboratorium Balai Makassar
F.1 Perhitungan dengan rumus
Berdasarkan hasil pengujian yang terdapat pada formulir pengujian (Lampiran A) diperoleh
massa total contoh uji lolos saringan 4,75 mm (No.4) sebanyak 2368.99 gram (B). Untuk
menghindari material berlebih di atas saringan, 6.4.4.5 diberlakukan. Benda uji dikurangi
dengan menggunakan pemisah contoh uji mekanis hingga didapatkan contoh uji sesuai 5.3.
sebanyak 300 gram (W2). Dari hasil penyaringan diperoleh data sebagai berikut:
Massa tertahan
Saringan Massa tertahan awal
setelah pengurangan
mm (inci) Gram Gram
W1 A
76,2 mm (3 inci) -
63,5 mm (2 ½ inci) - -
50,8 mm (2 inci) - -
36,1 mm (1 ½ inci) - -
25,4 mm (1 inci) - -
19,1 mm (¾ inci) - -
12,7 mm (½ inci) - -
9,52 mm (3/8 inci) - -
4,75 mm (No. 4) - -
2,36 mm (No. 8) 63,60 502,22
1,18 mm (No. 16) 63,46 501,13
0,6 mm (No. 30) 59,82 472,39
0,3 mm (No. 50) 51,17 404,05
0,15 mm (No. 100) 40,11 316,73
0,075 mm (No. 200) 16,62 131,25
Pan 5,22 41,22
W1
A xB
W2
Keterangan:
A adalah berat setiap ukuran pada jumlah contoh uji total;
W1 adalah berat setiap fraksi lolos saringan 4,75 mm (No.4);
W2 adalah berat bagian yang berkurang contoh uji lolos saringan 4,75 mm
(No.4) yang disaring;
B adalah jumlah berat agregat halus dari agregat gabungan.
Berdasarkan hasil pengujian yang terdapat pada formulir pengujian Lampiran C diperoleh
modulus kehalusan agregat campuran sebagai berikut.
Hak cipta Badan Standardisasi Nasional. Salinan standar ini dibuat oleh BSN untuk Laboratorium Balai Makassar
0+3,71+5,25+46,83+64,41+76,31+81,33+86,34+91,07+95,11+98,28
=
100
648,64
= = 6,49
100
Berdasarkan hasil pengujian yang terdapat pada formulir pengujian Lampiran D diperoleh
modulus kehalusan agregat halus sebagai berikut.
0+4,6+18+32,4+50+83,4+95,4
=
100
283,80
= = 2,84
100
Berdasarkan hasil pengujian yang terdapat pada formulir pengujian Lampiran E diperoleh
modulus kehalusan agregat kasar sebagai berikut.
2,11+30,61+78,94+98,55+100+100+100+100+100
=
100
710,21
= = 7,10
100