Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, JENIS INDUSTRI, REPUTASI AUDITOR,

REPUTASI UNDERWRITER DAN CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP


TINGKAT UNDERPRICING PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK INDONESIA
(BEI) TAHUN 2014-2018

Nurul Fadilah
Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
Jalan Almamater Kampus USU, Medan 20155
e-mail: nurulfadilah49780@gmail.com

Abstrak : Underpricing terbentuk atas suatu kondisi dimana secara rata-rata harga saham
perusahaan yang baru go public biasanya lebih rendah daripada harga saham di pasar
sekunder. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan,
jenis industri, reputasi auditor, reputasi underwriter dan corporate governance terhadap
tingkat underpricing pada perusahaan manufaktur yang melakukan Initial Public Offering
(IPO) di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2018.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan ialah purposive sampling sehingga diperoleh
130 perusahaan yang akan diteliti. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dengan
pengumpulan data menggunakan metode studi dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan
merupakan analisis regresi data panel kemudian diolah menggunakan software EViews 9.0.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial ukuran perusahaan, jenis industri,
reputasi auditor dan dewan komisaris masing-masing memiliki pengaruh negatif yang tidak
signifikan namun reputasi underwriter memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap
tingkat underpricing. Sementara itu, kepemilikan institusional memiliki pengaruh yang
positif yang tidak signifikan terhadap tingkat underpricing.
Kata Kunci: Underpricing, Initial Public Offering (IPO), Ukuran Perusahaan, Jenis
Industri, Reputasi Auditor, Reputasi Underwriter, Kepemilikan Institusional
dan Dewan Komisaris.

Abstract : Underpricing is a condition where the stock price of a company that just go public
in the primary market is usually lower than the stock price in the secondary market. The aim
of this study is to determine the effect of size of firm, industrial types, auditor reputation,
underwriter reputation and corporate governance on the level of underpricing at Initial
Public Offering (IPO) manufacturing companies in Indonesia Stock Exchange (BEI) on
2014-2018.
The purposive sampling technique is used in this study and there are 130 selected companies
that pass the criteria to be studied further. The type of data is secondary and the collecting
data technique using documentation method. Data analysis techniques that used is panel data
regression analysis then processed by using EViews 9.0 software.
The result of this study shows that partially each of size of firm, industrial types, auditor
reputation and board of commissioners has a negative and do not have significant effect on
the level of underpricing but underwriter reputation has a negative and significant effect on
the level of underpricing. Meanwhile, the institutional ownership has a positive and do not
have significant effect on the level of underpricing.
Keywords: Underpricing, Initial Public Offering (IPO), Size of Firm, Industrial Types,
Auditor Reputation, Underwriter Reputation, Institutional Ownership and
Board of Commissioners.
PENDAHULUAN underpricing terendah terjadi pada tahun
Suatu perusahaan pada umumnya 2014 sebesar 86.36%. Dalam kurun waktu 5
pasti mempunyai keinginan untuk dapat tahun, diketahui bahwa rata-rata persentase
mengembangkan usahanya dan menjaga perusahaan yang mengalami underpricing
agar perusahaan tersebut tetap bertahan. sebesar 90.25%. Hal ini menjadi indikasi
Dalam mencapai usahanya itu tentu saja yang kuat bahwa sebagian besar perusahaan
perusahaan memerlukan modal tambahan yang melaksanakan IPO di Bursa Efek
yang lebih besar, dan sering kali perusahaan Indonesia mengalami fenomena
tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan underpricing.
modal yang besar tersebut secara mandiri. Berdasarkan fenomena tersebut,
Guna memenuhi kebutuhan pemenuhan beberapa peneliti telah melakukan penelitian
modal yang besar tersebut perusahaan untuk mengetahui faktor-faktor yang diduga
memiliki berbagai alternatif sumber mempengaruhi terjadinya underpricing pada
pendanaan. Salah satu alternatif pendanaan perusahaan yang melakukan IPO.
yang bersumber dari luar perusahaan adalah Ditemukan beberapa hasil penelitian
dengan melakukan emisi saham atau terdahulu yang berbeda antara peneliti yang
menjual saham perusahaan kepada publik satu dengan yang lain. Adapun faktor-faktor
yang sering dikenal dengan istilah go public. yang hasil penelitiannya berbeda antara
Dalam melakukan emisi saham, mekanisme peneliti yang satu dengan peneliti yang
pertama yang harus dilakukan perusahaan lainnya yaitu ukuran perusahaan, jenis
dalam menerbitkan saham dengan industri, reputasi auditor, reputasi
melakukan IPO (Initial Public Offering) underwriter, dan corporate governance.
yaitu menjual saham pada pasar perdana. Penelitian mengenai pengaruh
Pada saat terjadinya IPO, suatu ukuran perusahaan terhadap underpricing
wirausaha akan menawarkan sebagian dari belum menunjukkan hasil yang konsisten
jumlah sahamnya kepada masyarakat atau diantara peneliti terdahulu. Ada peneliti
calon investor potensial baru untuk yang menemukan bahwa ukuran perusahaan
memenuhi kebutuhan pembiayaan berpengaruh negatif signifikan terhadap
perusahaannya. Penawaran umum perdana tingkat underpricing (Pahlevi, 2014). Ada
ini merupakan sebuah titik transisi yang pula peneliti lain yang menemukan bahwa
penting bagi sebuah perusahaan dalam ukuran perusahaan tidak berpengaruh
mengembangkan perusahaan kedepan, terhadap tingkat underpricing (Yuyetta,
karena perusahaan mulai berpindah dari 2013).
perusahaan tertutup menjadi perusahaan Risiko atau tingkat ketidakpastian
terbuka yang sebagian sahamnya dipegang tiap industri tentu berbeda-beda tergantung
oleh publik (Certo et al.,2001). Diketahui kepada jenis industri tersebut. Perbedaan
persentase perusahaan yang mengalami yang ada ini mempengaruhi investor dalam
peristiwa underpricing pada saat mengambil keputusan saat berinvestasi dan
melaksanakan IPO di Bursa Efek Indonesia menetapkan harga permintaan (bid), karena
periode 2014-2018. Persentase underpricing tingkat keuntungan yang diharapkan
pada tahun 2014 sebesar 86.36%, tahun menjadi berbeda untuk setiap jenis industri.
2015 sebesar 87.5%, tahun 2016 sebesar Oleh karena itu, faktor jenis industri
93.3%, tahun 2017 sebesar 91.4%, dan dimungkinkan menjadi alasan lain penyebab
tahun 2018 sebesar 92.7%. Persentase terjadinya underpricing. Sesuai dengan hasil
underpricing tertinggi terjadi pada tahun penelitian Guandinata (2016) yang
2016 sebesar 93.3%, sedangkan persentase menyatakan jenis industri berpengaruh
negatif terhadap tingkat underpricing. Akan underwriter berpengaruh signifikan terhadap
tetapi, berbeda dengan hasil penelitian tingkat underpricing. Namun, berbeda
Pahlevi (2014) yang menunjukkan tidak dengan penelitian Pahlevi (2014) yang
adanya pengaruh jenis industri terhadap menunjukkan hasil tidak adanya pengaruh
tingkat underpricing. yang ditimbulkan oleh reputasi underwriter.
Penggunaan auditor yang bereputasi Penerapan corporate governance
dalam penyusunan laporan keuangan dan telah menjadi fokus perhatian para
prospektus akan menunjukkan kualitas stakeholder perusahaan dalam dunia bisnis
perusahaan emiten. Apabila perusahaan hampir di setiap pasar saham di seluruh
emiten menggunakan jasa auditor dunia. Untuk mengatasi underpricing,
berkualitas, investor akan menilainya mekanisme corporate governance dapat
sebagai sinyal positif karena emiten digunakan untuk meminimalisir agency
dianggap berniat untuk memberikan problem yang timbul akibat adanya asimetri
informasi yang tidak menyesatkan mengenai informasi yakni dengan melakukan
kondisi perusahaannya. Oleh karena itu, monitoring baik secara internal maupun
kualitas auditor turut memberikan pengaruh eksternal (Jensen dan Meckling, 1976).
terhadap keberhasilan IPO yang ditunjukkan Pihak-pihak dalam tata kelola perusahaan
dengan tidak terjadinya underpricing. Hal yang akan menjadi fokus penelitian ini
ini diperkuat dengan hasil penelitian adalah kepemilikan institusional dan dewan
Rumahorbo (2018) yang menujukkan komisaris. Pengujian pengaruh kepemilikan
adanya pengaruh positif reputasi auditor institusional terhadap underpricing. Irawan
terhadap tingkat underpricing. Sedangkan (2015) tidak pengaruh yang signifikan
hasil penelitian Pahlevi (2014) yang antara dewan komisaris terhadap tingkat
menyatakan tidak adanya pengaruh yang underpricing. Sedangkan dalam penelitian
signifikan. Octishania (2018), kepemilikan
Underwriter memiliki peran penting konstitusional berpengaruh signifikan
untuk membantu calon emiten dalam negatif terhadap tingkat underpricing.
menghadapi mekanisme IPO. Calon emiten Demikian dengan pengujian pengaruh
pada umunya akan cenderung memilih dewan komisaris terhadap underpricing
underwriter yang mempunyai reputasi baik masih menunjukkan hasil yang tidak
dan handal. Perolehan reputasi underwriter, konsisten. Irawan (2015) menemukan
bisa disebabkan karena keberhasilannya hubungan signifikan negatif antara dewan
dalam menjual saham dalam volume yang komisaris terhadap tingkat underpricing.
besar. Penjualan saham dalam volume besar Namun, dalam penelitian Hidayati (2015)
sering terjadi apabila saham yang dewan komisaris terhadap tingkat
ditawarkan oleh underwriter kepada investor underpricing tidak ditemukan pengaruh
merupakan saham yang diterbitkan oleh yang signifikan.
emiten berkualitas dengan harga
underpriced, sehingga memungkinkan TINJAUKAN PUSTAKA
investor mendapatkan initial return. Jadi, Landasan Teori
terdapat kemungkinan emiten sengaja 1. Teori Sinyal
memilih underwriter yang bereputasi untuk Teori sinyal dicetuskan pertama kali
dapat menawarkan sahamnya secara oleh Michael Spence (1973) dalam
underpriced. Purwanto dan Rokhimah penelitiannya yang berjudul Job Market
(2017) melakukan penelitian yang Signalling. Teori ini melibatkan dua pihak,
menghasilkan kesimpulan bahwa reputasi yakni pihak dalam seperti manajemen yang
berperan sebagai pihak yang memberikan 3. Pasar Modal
sinyal dan pihak luar seperti investor yang Pasar modal merupakan pasar untuk
berperan sebagai pihak yang menerima berbagai instrumen keuangan jangka
sinyal tersebut (Marta, 2016). Menurut teori panjang yang bisa diperjualbelikan, baik
sinyal, guna meminimalisir asimetri dalam bentuk hutang (obligasi), ekuitas
informasi yang terjadi antara emiten, (saham), instrumen derivatif, maupun
underwriter, dan investor maka dapat instrumen lainnya (Syahyunan, 2015).
diterbitkan laporan keuangan dan prospektus Menurut Undang-Undang Republik
(Bini et al., 2011). Informasi yang dimuat Indonesia Nomor 8 Tahun 1995, Bab I Pasal
dalam prospektus terdiri dari informasi 1 Butir 13 Tentang Pasar Modal
keuangan maupun non-keuangan. Investor menyebutkan bahwa: “Pasar modal adalah
akan mencari informasi-informasi tersebut kegiatan yang bersangkutan dengan
yang berkaitan dengan kinerja perusahaan penawaran umum dan perdagangan
untuk mengetahui prospek perusahaan saham/obligasi, perusahaan publik yang
tersebut di masa depan. Suatu perusahaan berkaitan saham/obligasi yang
pada umumnya pasti mempunyai keinginan diterbitkannya serta lembaga dan profesi
untuk dapat mengembangkan usahanya yang berkaitan dengan saham/obligasi”.
Merangkum kedua pengertian tersebut,
2. Teori Agensi maka dapat disimpulkan pasar modal serupa
Perspektif teori agensi merupakan halnya dengan pasar pada umumnya yaitu
dasar yang digunakan dalam memahami isu tempat berlangsungnya kegiatan jual beli,
corporate governance dan earning yang membedakannya tentu objek yang
management. Teori agensi timbul karena diperjualbelikan.
adanya masalah keagenan yang terjadi,
masalah ini disebabkan oleh 4. Initial Public Offering (IPO)
ketidakselarasan informasi antara manajer Agar dapat memenuhi kebutuhan
dan pemegang saham (Jensen dan Meckling, dana untuk operasinya, perusahaan bisa
1976), ketidakselarasan informasi timbul menerbitkan surat berharga atau sekuritas
karena pemegang saham tidak mampu untuk seperti saham dan obligasi. Bagi perusahaan
memvalidasi kegiatan-kegiatan yang sudah yang ingin menawarkan sahamnya pertama
dilakukan oleh manajer. Menurut teori ini kali ke masyarakat (go public) harus
hubungan antara pemilik dan manajer pada melewati suatu tahap yakni Initial Public
hakekatnya sukar tercipta karena adanya Offering atau IPO. IPO atau dikenal juga
kepentingan yang saling bertentangan. dengan penawaran umum perdana
Karena di dalam suatu kontrak masing- merupakan proses atau tahap awal yang
masing pihak berusaha untuk mendapatkan harus dilakukan perusahaan. Menurut
keuntungan yang terbaik untuk dirinya, Undang-Undang No. 8 Tahun 1995
maka teori agensi juga dapat menjelaskan mengenai Pasar Modal didefinisikan bahwa
konflik yang terjadi. “Penawaran Umum adalah kegiatan
Permasalahan yang timbul pada teori penawaran saham/obligasi yang dilakukan
agensi adalah informasi yang tidak lengkap, oleh emiten untuk menjual saham/obligasi
yaitu ketika tidak semua keadaan diketahui kepada masyarakat berdasarkan tata cara
oleh kedua belah pihak. Akibatnya yang diatur dalam undang-undang Pasar
konsekuensi tertentu tidak dipertimbangkan Modal dan peraturan pelaksanaannya.”
oleh masing-masing pihak. Keadaan seperti
ini dikenal dengan asimetri informasi.
5. Underpricing mengindikasikan semakin besar ukuran
Underpricing adalah kondisi harga perusahaan tersebut. Aset perusahaan yang
perdana Initial Public Offering (IPO) berada besar akan memberikan sinyal bahwa
dibawah harga pasar sekunder yang terjadi perusahaan tersebut mempunyai prospek.
setelah pasar perdana berakhir. Ketika Maka dengan demikian, perusahaan yang
perusahaan melakukan Initial Public besar akan lebih berani mengeluarkan saham
Offering (IPO) atau penawaran saham baru dalam memenuhi kebutuhan untuk
perdananya ke pasar modal, masalah yang membiayai pertumbuhan penjualan
dihadapi adalah penentuan harga di pasar dibandingkan perusahaan yang lebih kecil.
perdana tersebut. Di satu pihak pemegang
saham lama tidak ingin menawarkan saham 7. Jenis Industri
baru dengan harga yang terlalu murah Jenis industri dikategorikan sebagai
kepada investor baru, tetapi disisi lain faktor yang mempengaruhi underpricing
investor menginginkan untuk memperoleh karena tiap industri memiliki karakteristik
Initial Return dari pembelian saham di pasar yang berbeda. Perbedaan karakteristik ini
perdana tersebut (Allen and Faulhaber, dapat menyebabkan perbedaan dari segi
1989). resiko dan tingkat ketidakpastian yang
Menurut Yolana dan Martani (2005) melekat. Tingkat return yang diharapkan
menjelaskan bahwa underpricing adalah para investor juga menjadi berbeda untuk
selisih positif antara harga saham di pasar setiap sektor yang diambil. Investor tentu
sekunder dengan harga saham di pasar mempertimbangkan hal ini dalam membuat
perdana atau saat IPO. Underpricing keputusan investasi dan menetapkan harga
disebabkan oleh perbedaan kepentingan dari permintaan pada saat proses book building.
pihak-pihak yang terkait dalam penawaran
saham perdana. Harga saham yang dijual di 8. Reputasi Auditor
pasar perdana ditentukan berdasarkan Auditor merupakan salah satu profesi
kesepakatan antara penjamin emisi penunjang pasar modal yang bertujuan
(underwriter) dan emiten, sedangkan harga untuk memberikan pendapat atas kewajaran
di pasar sekunder ditentukan oleh laporan keuangan perusahaan yang akan go
mekanisme permintaan dan penawaran. public. Adapun peran auditor antara lain
Underpricing terbentuk atas suatu adalah menentukan apakah sebuah
kondisi dimana secara rata-rata harga saham perusahaan layak go public atau tidak,
perusahaan yang baru go public yang karena sesuai dengan salah satu ketentuan
biasanya lebih rendah daripada harga saham BEI yang menyatakan bahwa laporan
di pasar sekunder. Tingkat underpricing keuangan perusahaan yang akan go public
yang tinggi, akan merugikan jika dilihat dari harus wajar tanpa pengecualian
sisi emiten karena perusahaan tidak dapat (www.idx.co.id). Oleh karena itu, bisa atau
memperoleh dana secara maksimal. Hal ini tidaknya perusahaan listing di pasar modal
disebabkan karena underwriter mengurangi salah satunya ditentukan oleh auditor.
tingkat risiko yang harus ditanggungnya Auditor yang mempunyai reputasi yang
karena fungsi penjaminnya. tinggi, akan mempertahankan reputasinya
dengan memberikan kualitas yang baik
6. Ukuran Perusahaan terhadap hasil auditannya. Reputasi auditor
Ukuran perusahaan menunjukkan merupakan nama baik serta citra yang
jumlah total asset yang dimiliki perusahaan. dimiliki auditor di masyarakat yang timbul
Semakin besar asset perusahaan akan karena hasil kerja dari auditor tersebut
seperti halnya hasil auditan yang tidak bias pengelolaan, serta pengontrolan suatu
dan independen. Emiten akan menyewa jasa perusahaan atau korporasi. Tata kelola
auditor independen pada saat IPO seperti perusahaan juga mencakup hubungan antara
yang sudah dijelaskan sebelumnya. Auditor para pemangku kepentingan (stakeholder)
independen bertugas untuk menilai laporan yang terlibat serta tujuan pengelolaan
keuangan sesuai dengan prinsip-prinsip perusahaan. Pihak-pihak dalam tata kelola
akuntansi keuangan dan memberikan perusahaan yang akan menjadi fokus
pendapatnya mengenai laporan keuangan penelitian ini adalah kepemilikan
perusahaan tersebut. Laporan keuangan institusional dan dewan komisaris.
yang diharapkan pasar adalah laporan
keuangan yang bebas dari segala bias atau a. Kepemilikan Institusional
hal-hal yang dapat menyesatkan Salah satu faktor yang dapat
penggunanya. mempengaruhi kinerja perusahaan adalah
kepemilikan institusional. Adanya
9. Reputasi Underwiter kepemilikan institusional di suatu
Fungsi underwriter (penjamin emisi) perusahaan akan mendorong peningkatan
di dalam proses go public berdasarkan UU pengawasan agar lebih optimal terhadap
No. 8 tahun 1995 adalah menjadi pihak yang kinerja manajemen, karena kepemilikan
membuat kontrak dengan emiten untuk saham mewakili suatu sumber kekuasaan
melakukan penawaran umum bagi yang dapat digunakan untuk mendukung
kepentingan emiten dengan atau tanpa atau sebaliknya terhadap kinerja
kewajiban untuk membeli sisa manajemen. Kepemilikan institusional
saham/obligasi yang tidak terjual, oleh merupakan kepemilikan saham oleh investor
karena itu underwriter merupakan lembaga institusional seperti pemerintah, institusi
penunjang yang berperan besar bagi keuangan, institusi berbadan hukum,
kelangsungan go public emiten. Hal ini institusi luar negeri, dana perwalian dan
dikarenakan selain menjadi lembaga yang institusi lainnya. Pengawasan yang
membantu emiten dalam mempersiapkan dilakukan oleh investor institusional sangat
semua dokumen yang diperlukan dalam bergantung pada besarnya investasi yang
seluruh proses go public, underwriter juga dilakukan. Semakin besar kepemilikan
turut berupaya agar pemasaran penawaran institusi keuangan maka akan semakin besar
umum perdanan oleh emiten berjalan kekuatan suara dan dorongan dari institusi
dengan sukses. Reputasi underwriter keuangan tersebut untuk mengawasi
merupakan nama baik atau citra yang manajemen dan akibatnya akan memberikan
diperoleh sebagai akibat mampu dorongan yang lebih besar untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya mengoptimalkan nilai perusahaan sehingga
sebagaimana mestinya seperti mampu kinerja perusahaan akan meningkat.
menjual seluruh saham yang dijaminnya Pengaruh investor institusional terhadap
pada saat IPO. manajemen perusahaan dapat menjadi
sangat penting serta dapat digunakan untuk
10. Corporate Governance menyelaraskan kepentingan manajemen
Corporate governance atau dalam dengan pemegang saham.
bahasa Indonesia dikenal dengan tata kelola
perusahaan adalah rangkaian proses, b. Dewan Komisaris
kebiasaan, kebijakan, aturan, dan institusi Secara umum dewan komisaris adalah
yang memengaruhi pengarahan, organ dari perusahaan yang melakukan
pengawasan atas kebijakan dan kinerja penghasilan emiten dan mampu untuk
manajemen perusahaan. Komisaris bertugas memenuhi kewajibannya, maka resiko
untuk mengawasi kebijakan direksi dalam ketidakpastian di masa datang dapat
menjalankan perusahaan serta memberi diperkecil sehingga dapat mengurangi
nasihat kepada direksi. Menurut Komisi tingkat keraguan investor dalam melakukan
Nasional Kebijakan Governance (KNKG, investasi. Dengan banyaknya informasi yang
2006) diartikan sebagai organ perusahaan bisa didapat maka akan dengan mudah
yang bertugas dan bertanggung jawab secara menarik minat investor dibandingkan
kolektif untuk melakukan pengawasan dan dengan perusahaan skala kecil. Semakin
memberikan nasihat kepada direksi serta besar ukuran perusahaan, semakin rendah
memastikan bahwa perusahaan ketidakpastian pada nilai perusahaan dan
melaksanakan Good Corporate Governance. sekitar waktu listing (Kiymaz 2000, Bhabra
Sasongko (2014) menyatakan dewan dan Pettway 2003). Hasil penelitian dari
komisaris sebagai pihak yang membantu Pahlevi (2014) menunjukkan adanya
komite audit dalam melakukan pengawasan pengaruh yang signifikan dari ukuran
saham/obligasitif terhadap perusahaan juga perusahaan terhadap tingkat underpricing.
bertugas memberi nasihat kepada direksi Berdasarkan penjabaran diatas maka penulis
untuk memastikan bahwa perseroan dikelola mengajukan hipotesis:
sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. Ha1 : Ukuran perusahaan berpengaruh
Ukuran dewan komisaris dalam sebuah terhadap tingkat underpricing
perusahaan menjadi salah satu indikator
dalam good corporate governance atau tata 2. Jenis Industri
kelola perusahaan. Semakin besar ukuran Jenis industri yang berbeda
dewan komisaris dinilai akan semakin membawa risiko yang berbeda pula
membaik. sehingga dapat mempengaruhi investor
dalam mengambil keputusan investasi dan
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi menetapkan harga permintaan (bid) pada
Underpricing saat book building. Diasumsikan bahwa
1. Ukuran Perusahaan risiko yang dihadapi suatu perusahaan
Ukuran perusahaan menggambarkan sangat bergantung pada industri dimana
besar kecilnya suatu perusahaan. Besar perusahaan itu berada (Freygang, 1993).
kecilnya perusahaan dapat ditinjau dari Hasil penelitian dari Guandinata (2016)
lapangan usaha yang dijalankan. Penentuan menunjukkan adanya pengaruh yang
besar kecilnya skala perusahaan dapat signifikan dari jenis industri terhadap tingkat
ditentukan berdasarkan total penjualan underpricing. Berdasarkan penjabaran diatas
dengan total aktiva, rata-rata total aktiva. maka penulis mengajukan hipotesis:
Investor mempunyai kecenderungan untuk Ha2 : Jenis industri berpengaruh
menginvestasikan modalnya pada terhadap tingkat underpricing.
perusahaan yang memiliki skala yang lebih
tinggi karena tingkat ketidakpastian atas 3. Reputasi Auditor
perusahaan dapat dilihat dari suatu ukuran Auditor yang memiliki reputasi akan
perusahaan. Ketika investor membaca dianggap handal dan dapat dipercayai hasil
prospektus, menganalisis ukuran perusahaan auditnya, sehingga investor akan percaya
melalui tolak ukur menggunakan total aktiva bahwa laporan keuangan dan prospektus
akan memberikan penilaian bahwa total yang disajikan emiten menunjukkan keadaan
aktiva dapat dipergunakan untuk menambah yang sebenarnya. Hal ini mengurangi
ketidakpastian yang ada serta mengurangi 5. Kepemilikan Institusional
resiko yang harus ditanggung investor. Kepemilikan institusional merupakan
Investor dalam keadaan ini akan berani besarnya presentase kepemilikan perusahaan
menetapkan harga permintaan (bid) diatas yang dimiliki oleh suatu institusi. Dalam
harga wajar apabila emiten yang kegiatan monitoring perusahaan, fungsi
bersangkutan memiliki kinerja yang baik pengendalian yang dilakukan oleh
dan berpeluang untuk sukses di masa depan. pemegang saham institusi akan semakin
Oleh karena itu, penentuan dalam saham/obligasitif apabila pemegang saham
menggunakan jasa auditor yang memiliki memiliki kemampuan dan pengalaman yang
reputasi atau tidak akan mempengaruhi baik di bidang bisnis dan keuangan. Pada
tingkat underpricing yang terjadi. Sejalan umumnya investor institusional memiliki
dengan hasil penelitian Rumahorbo (2018) kemampuan lebih dan sumber daya yang
menunjukkan bahwa reputasi auditor memadai untuk melakukan pengawasan,
memiliki pengaruh yang signifikan dalam sehingga adanya kepemilikan oleh investor
meminimalisir tingkat underpricing. institusional akan mendorong peningkatan
Berdasarkan penjabaran diatas maka penulis pengawasan yang lebih optimal terhadap
mengajukan hipotesis: kinerja manajemen perusahaan sehingga
Ha3 : Reputasi auditor berpengaruh risiko dapat diminimalisir. Hasil penelitian
terhadap tingkat underpricing dari Octishania (2018) menunjukkan adanya
pengaruh yang signifikan dari kepemilikan
4. Reputasi Underwriter institusional terhadap tingkat underpricing.
Underwriter memegang pengaruh Berdasarkan penjabaran diatas maka penulis
penting dalam proses IPO suatu emiten mengajukan hipotesis:
sehingga pemilihan underwriter yang tepat Ha5 : Kepemilikan Institusional
diharapkan mampu mewujudkan tujuan IPO berpengaruh terhadap tingkat
emiten. Memutuskan untuk menggunakan underpricing
jasa underwriter yang memiliki reputasi
baik akan meningkatkan minat investor akan 6. Dewan Komisaris
saham yang ditawarkan. Hal ini disebabkan Dewan komisaris dalam suatu
karena umumnya underwriter yang perusahaan memiliki peranan penting dalam
bereputasi akan lebih selektif untuk memilih melakukan pengawasan sekaligus mewakili
perusahaan yang akan dijaminnya demi kepentingan para pemegang saham. Pearce
meminimalisir resiko yang harus and Zahra (1992) dan Dalton et.al (1999)
ditanggung. berpendapat bahwa ukuran dewan adalah
Carter dan Manaster (1990) berpendapat salah satu faktor penting dalam pelaksanaan
bahwa penjamin emisi yang terkenal terkait corporate governance yang
dengan IPO dengan dispersi rendah dalam saham/obligasitif. Jumlah dewan komisaris
nilai perusahaan (kurang ketidakpastian ex perusahaan akan meningkatkan
ante). Tetapi Titman dan Trueman (1986) kesaham/obligasitifan pengawasan suatu
mengidentifikasi nilai pasar perusahaan IPO perusahaan. Hasil penelitian dari Irawan
memiliki hubungan positif dengan kualitas (2015) menunjukkan adanya pengaruh yang
auditor dan bankir investasi. Berdasarkan signifikan dari dewan komisaris terhadap
penjabaran diatas maka penulis mengajukan tingkat underpricing. Berdasarkan
hipotesis: penjabaran diatas maka penulis mengajukan
Ha4 : Reputasi underwriter berpengaruh hipotesis:
terhadap tingkat underpricing
Ha6 : Jumlah Dewan Komisaris 3. Perusahaan tersebut
berpengaruh terhadap tingkat mempublikasikan prospektus
underpricing
Jenis dan Sumber Data
METODOLOGI PENELITIAN Jenis data yang digunakan dalam
Jenis Penelitian penelitian ini adalah data kuantitatif dan
Jenis penelitian yang digunakan kualitatif dengan sumber data sekunder.
adalah jenis penelitian deskriptif asosiatif. Menurut Kuncoro (2013) data kuantitatif
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang adalah data yang diukur dalam skala
dilakukan untuk mengetahui masing-masing numerik (angka) sedangkan data kualitatif
variabel, baik satu variabel atau lebih, adalah data yang tidak dapat diukur
sifatnya independen tanpa membuat menggunakan skala numerik. Namun,
hubungan maupun perbandingan dengan karena dalam statistik semua data harus
variabel lain. Penelitian asosiatif adalah dalam bentuk angka, maka data kualitatif
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui umumnya dikuantitatifkan dengan
hubungan antara dua variabel atau lebih. mengklasifikasikannya dalam bentuk
kategori. Sumber data yang digunakan
Tempat dan Waktu Penelitian diperoleh dari laporan prospektus masing-
Penelitian dilakukan pada masing perusahaan yang melakukan IPO di
perusahaan yang mengalami IPO yang Bursa Efek Indonesia periode 2014-2018.
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2014-2018 dengan mengakses situs Metode Pengumpulan Data
www.idx.co.id dan www.idnfinancials.com Metode pengumpulan data yang
yang memuat informasi seputar IPO. Waktu dilakukan dengan menggunakan metode
penelitian dimulai dari bulan Oktober 2019. dokumentasi yaitu pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara mempelajari atau
Populasi dan Sampel Penelitian mengumpulkan catatan atau dokumen yang
Populasi dalam penelitian ini adalah berkaitan dengan masalah yang diteliti.
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Dalam hal ini data-data diambil dari
Bursa Efek Indonesia periode 2014-2018, dokumen-dokumen yang di publikasikan
yaitu sebanyak 143 perusahaan. Metode oleh perusahaan. Yakni laporan prospektus,
pengambilan sampel pada penelitian ini laporan keuangan, dan data pelengkap
adalah dengan metode purposive sampling lainnya perusahaan serta jurnal-jurnal atau
di mana dipilih sampel berdasarkan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
penilaian terhadap beberapa kriteria anggota masalah yang diteliti.
populasi yang disesuaikan dengan maksud
penelitian. Teknik Analisis Data
Adapun kriteria yang ditetapkan Analisis data diartikan sebagai upaya
adalah sebagai berikut: data yang sudah tersedia kemudian diolah
1. Perusahaan yang melakukan IPO di dengan statistik dan dapat digunakan untuk
Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun menjawab rumusan masalah dalam
2014 - 2018 penelitian. Analisis data yang dilakukan
2. Perusahaan tersebut mengalami dalam penelitian ini akan dilakukan dalam
peristiwa underpricing tahun 2014 - beberapa tahapan. Metode analisis yang
2018 digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis regresi dengan memakai data panel.
Data panel adalah gabungan antara Apabila nilai probabilitas
runtun waktu (time series) dan data silang signifikansinya lebih kecil dari 0,05 (5%)
(cross section). Ada beberapa metode yang maka suatu variabel independen
bisa digunakan untuk mengestimasi model berpengaruh signifikan terhadap variabel
regresi dengan data panel. Diantaranya independen. Hipotesis diterima jika taraf
adalah pendekatan Common Effect, signifikan (a) < 0,05 dan hipotesis ditolak
pendekatan Fixed Effect, dan pendekatan jika taraf signifikan (a) > 0,05.
Random Effect. Dalam menentukan teknik Kriteria:
atau pendekatan yang paling tepat untuk 1. Jika p < 0,05 maka H0 ditolak dan
mngestimasi regresi data panel ada beberapa Ha diterima
uji statistik yang perlu dilakukan, yaitu uji 2. Jika p > 0,05, maka H0 diterima dan
Chow dan uji Lagrange Multiplier. Ha ditolak.

Uji Hipotesis HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted Hasil
R2)
Koefisien determinasi (Adjusted R2) Metode analisis data yang digunakan
menunjukkan seberapa besar variabel dalam penelitian ini adalah metode analisis
independen dapat menjelaskan variabel statistik deskriptif dengan menggunakan
dependennya. Nilai Adjusted R2 adalah analisis regresi data panel. Langkah awal
antara nol sampai satu. Semakin kecil nilai analisis data yang dilakukan adalah dengan
Adjusted R2, maka semakin kecil pengaruh melakukan tabulasi data variabel-variabel
variabel independen terhadap pengaruh yang diteliti ke dalam Microsoft Excel,
dependennya. Sebaliknya, jika nilai Adjusted kemudian data tersebut dioalah
R2 semakin mendekati satu, maka semakin menggunakan EViews 9.0.
kuat pengaruh variabel independen dalam
1. Uji Chow
menjelaskan variabel dependennya.
Uji Chow digunakan untuk
2. Uji Parsial (Uji Statistik t) menentukan model yang lebih tepat antara
Uji Statistik t pada dasarnya Common Effect atau Fixed Effect. Hipotesis
menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu dalam uji Chow ini adalah:
variabel penjelas/ independen secara
individual dalam menerangkan variasi H0 = Model Common Effect
variabel dependen. Pengujian ini dilakukan H1 = Model Fixed Effect
untuk mengetahui apakah masing-masing
dari variabel independen (ukuran H0 ditolak jika nilai dari probabilitas lebih
perusahaan, jenis industri, reputasi auditor, kecil dari alpha, yaitu lebih kecil dari 0.05,
reputasi underwriter, kepemilikan dimana H0 merupakan model Common
institusional dan dewan komisaris) secara Effect (Pooled Least Square/PLS) dan H1
individual mempunyai pengaruh terhadap adalah model Fixed Effect. Pengambilan
underpricing. keputusan untuk model yang tepat dengan
melihat nilai probabilitas Cross Section F.
Tabel 4.1
Hasil Uji Chow

Redundant Fixed Effects Tests


Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 0.985323 (25,98) 0.4934


Cross-section Chi-square 29.149796 25 0.2577

Cross-section fixed effects test equation:


Dependent Variable: Y
Method: Panel Least Squares
Date: 08/11/20 Time: 15:56
Sample: 2014 2018
Periods included: 5
Cross-sections included: 26
Total panel (balanced) observations: 130

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 87.51305 19.69085 4.444351 0.0000


X1 -1.107466 0.699473 -1.583285 0.1159
X2 -1.829708 4.614630 -0.396502 0.6924
X3 -2.964732 7.084027 -0.418509 0.6763
X4 -19.88597 4.756360 -4.180922 0.0001
X5 0.564620 0.662495 0.852262 0.3957
X6 -1.974747 1.593554 -1.239209 0.2176

R-squared 0.215559 Mean dependent var 46.98291


Adjusted R-squared 0.177294 S.D. dependent var 23.28833
S.E. of regression 21.12325 Akaike info criterion 8.990968
Sum squared resid 54881.56 Schwarz criterion 9.145373
Log likelihood -577.4129 Hannan-Quinn criter. 9.053708
F-statistic 5.633270 Durbin-Watson stat 2.140824
Prob(F-statistic) 0.000034

Sumber: Output Eviews 9.0, data olahan peneliti (2020)

Berdasarkan tabel 4.1, nilai Random Effect. Hipotesis dalam uji


probabilitas Cross-section F dan Chi-square Lagrange Multiplier adalah:
lebih besar dari alpha 0.05, sehingga
menolak hipotesis satu. Maka model yang H0 = Model Common Effect
paling tepat digunakan dalam penelitian ini H1 = Model Random Effect
adalah model Common Effect.
H0 ditolak jika nilai dari probabilitas lebih
2. Uji Lagrange Multiplier kecil dari alpha, yaitu lebih kecil dari 0,05,
Uji digunakan untuk menentukan model dimana H0 merupakan model Common
yang lebih tepat antara Common Effect atau Effect (Pooled Least Square/PLS) dan H1
adalah model Random Effect. Pengambilan
keputusan untuk model yang tepat dengan melihat nilai probabilitas Breusch-Pagan.
Tabel 4.2
Hasil Uji Lagrange Multiplier

Lagrange Multiplier Tests for Random Effects


Null hypotheses: No effects
Alternative hypotheses: Two-sided (Breusch-Pagan) and one-sided
(all others) alternatives

Test Hypothesis
Cross-section Time Both

Breusch-Pagan 0.236652 11.19353 11.43019


(0.6266) (0.0008) (0.0007)

Honda -0.486469 3.345674 2.021763


(0.6867) (0.0004) (0.0216)

King-Wu -0.486469 3.345674 2.925710


(0.6867) (0.0004) (0.0017)

Standardized Honda -0.352982 4.086139 -1.834570


(0.6379) (0.0000) (0.9667)

Standardized King-Wu -0.352982 4.086139 0.315010


(0.6379) (0.0000) (0.3764)

Gourieroux, et al.* -- -- 11.19353


(0.0013)

Sumber : Output Eviews 9.0, data olahan peneliti (2020)


Berdasarkan tabel 4.1, nilai probabilitas Pengaruh Reputasi Auditor terhadap
Breusch-Pagan lebih besar dari alpha 0.05, tingkat Underpricing
sehingga menolak hipotesis satu. Maka
model yang paling tepat digunakan dalam Pada penelitian ini reputasi auditor
penelitian ini adalah model Common Effect. menunjukkan pengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap tingkat underpricing
Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap pada perusahaan yang melakukan IPO di
tingkat Underpricing Indonesia 2014-2018. Hasil penelitian ini
sejalan dengan hasil penelitian Purwanto
Pada penelitian ini ukuran dan Rokhima (2017) yang menyatakan
perusahaan menunjukkan pengaruh negatif variabel reputasi auditor berpengaruh negatif
dan tidak signifikan terhadap tingkat namun tidak signifikan terhadap variabel
underpricing. Pengaruh negatif disini underpricing.
menunjukkan bahwa apabila terjadi
kenaikan pada ukuran perusahaan akan Pengaruh Reputasi Auditor terhadap
diikuti dengan turunnya tingkat tingkat Underpricing
underpricing pada perusahaan yang
melakukan IPO di Indonesia tahun 2014- Pada penilitian ini reputasi
2018. Hasil penelitian ini sejalan dengan underwriter menunjukkan pengaruh negatif
hasil penelitian dengan hasil penelitian dan signifikan terhadap tingkat underpricing
Pahlevi (2014) yang menyatakan variabel pada perusahaan yang melakukan IPO di
ukuran perusahaan berpengaruh negatif Indonesia 2014-2018. Hasil penelitian ini
namun tidak signifikan terhadap variabel sejalan dengan hasil penelitian Junaeni dan
underpricing. Agustian (2013) yang menyatakan variable
reputasi underwriter berpengaruh negatif
Pengaruh Jenis Industri terhadap tingkat signifikan terhadap variable underpricing.
Underpricing
Pengaruh Kepemilikan Institusional
Pada penelitian ini jenis industri terhadap tingkat Underpricing
menunjukkan pengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap tingkat underpricing. Pada penilitian ini kepemilikan
Pengaruh negatif disini menunjukkan bahwa institusional menunjukkan pengaruh positif
apabila jenis industri merupakan jenis tidak signifikan terhadap tingkat
industri manufaktur maka akan diikuti underpricing pada perusahaan yang
dengan turunnya tingkat underpricing pada melakukan IPO di Indonesia 2014-2018.
perusahaan yang melakukan IPO di Hasil tersebut menunjukkan bahwa apabila
Indonesia tahun 2014-2018. Hasil penelitian saham kepemilikan institusional naik maka
ini sejalan dengan hasil penelitian tingkat underpricing mengalami kenaikan
Guandinata (2016) yang menyatakan juga. Hasil penelitian ini sejalan dengan
variabel jenis industri berpengaruh negatif hasil penelitian Irawan (2015) yang
namun tidak signifikan terhadap variabel menyatakan variabel kepemilikan
underpricing. institusional berpengaruh positif tidak
signifikan dengan kata lain variable
institusional tidak berpengaruh terhadap
variable underpricing.
Pengaruh Dewan Komisaris terhadap underpricing pada perusahaan yang
tingkat Underpricing melakukan Initial Public Offering
(IPO) di BEI tahun 2014-2018
Pada penilitian ini dewan komisaris 6. Dewan komisaris memiliki pengaruh
menunjukkan pengaruh negatif dan tidak negatif yang tidak signifikan
signifikan terhadap tingkat underpricing terhadap tingkat underpricing pada
pada perusahaan yang melakukan IPO di perusahaan yang melakukan Initial
Indonesia 2014-2018. Hasil penelitian ini Public Offering (IPO) di BEI tahun
sejalan dengan hasil penelitian Irawan 2014-2018
(2015) yang menyatakan variable reputasi
underwriter berpengaruh negatif dan tidak Saran
signifikan terhadap variable underpricing. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti
mencoba memberikan saran maupun
KESIMPULAN DAN SARAN masukan bagi beberapa pihak yakni:
Kesimpulan
1. Bagi calon investor yang akan
Berdasarkan hasil penelitian dan melakukan investasi pada
pembahasan yang telah dijelaskan perusahaan yang sedang melakukan
sebelumnya, maka peneliti mengambil Initial Public Offering (IPO) untuk
kesimpulan sebagai berikut: mempertimbangkan faktor-faktor
1. Ukuran perusahaan memiliki yang telah terbukti mempengaruhi
pengaruh negatif yang tidak tingkat underpricing secara negatif
signifikan terhadap tingkat signifikan pada penelitian ini yaitu
underpricing pada perusahaan yang faktor reputasi underwriter. Agar
melakukan Initial Public Offering dikemudian hari dapat
(IPO) di BEI tahun 2014-2018 mengantisipasi resiko yang akan
2. Jenis industri memiliki pengaruh dihadapi sehingga dapat menyusun
negatif yang tidak signifikan strategi sedemikian rupa dengan
terhadap tingkat underpricing pada melihat terlebih dahulu reputasi
perusahaan yang melakukan Initial underwriter perusahaan yang akan
Public Offering (IPO) di BEI tahun dibeli sahamnya dengan tujuan
2014-2018 mengoptimalkan Initial Return (IR)
3. Reputasi auditor memiliki pengaruh yang didapatkan dari investasi.
negatif yang tidak signifikan Selain itu, variable dewan komisaris
terhadap tingkat underpricing pada juga
perusahaan yang melakukan Initial 2. Bagi emiten yang akan melakukan
Public Offering (IPO) di BEI tahun Initial Public Offering (IPO),
2014-2018 disarankan untuk memperkirakan
4. Reputasi underwriter memiliki tujuan yang ingin dicapai, yaitu
pengaruh negatif signifikan terhadap ketika ingin mendapatkan dana yang
tingkat underpricing pada optimum pada saat IPO sehingga
perusahaan yang melakukan Initial perlu untuk mempertimbangkan
Public Offering (IPO) di BEI tahun faktor reputasi underwriter sebagai
2014-2018 pihak yang mempersiapkan proses
5. Kepemilikan institusional memiliki IPO emiten dan menerapkan Good
pengaruh positif yang tidak Corporate Governance (GCG) yaitu
signifikan terhadap tingkat dengan menambah jumlah dewan
komisaris sampai jumlah ideal Accounting, Volume 6 Nomor 1988,
maksimal maksimal yaitu 8 orang hal 1–9.
agar pengawasan terhadap
perusahaan bisa maksimal, sehingga Auliya, Reza, 2015. "Pengaruh Mekanisme
tingkat underpricing berkurang Corporate Governance Terhadap
karena prinsip GCG telah dipenuhi Tingkat Underpricing IPO ( Studi
oleh perusahaan.
Empiris Pada Perusahaan yang IPO di
3. Bagi peneliti selanjutnya,
dikarenakan nilai dari Adjusted R2 Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-
penelitian ini yang relative kecil 2014)", Diponegoro Journal Of
yaitu 17%, maka sebaiknya untuk Accounting, Volume 4 Nomor 4 tahun
dapat meneliti variabel-variabel 2015, hal 1-9
independen yang lainnya yang
diperkirakan dapat mempengaruhi Bhabra, H. S. and R. H. Pettway (2003),
tingkat underpricing pada "IPO Prospectus Information and
perusahaan yang melakukan IPO. Subsequent Performance", Financial
Dikarenakan peneliti yakin bahwa Review, (38): 369-397
faktor keuangan akan mempengaruhi
tingkat underpricing penelitian ini Bini, Laura, Francesco Dainelli, dan
lebih dominan berfokus pada faktor Francesco Giunta, 2011. "Signalling
non keuangan, namun ada faktor-
faktor yang diduga memiliki andil Theory and Voluntary Disclosure to
dalam terjadinya underpricing The Financial Market (Evidence from
seperti halnya faktor non keuangan. the Profitability Indicators Published in
Oleh karena itu, peneliti selanjutnya the Annual Report)", Paper presented
disarankan menambah faktor non at the 34th EAA Annual Congress, 20-
keuangan lainnya seperti kurs 22 April 2011.
terhadap saham IPO.
DAFTAR PUSTAKA Carter, Richard B. dan Steve Manaster,
1990. “Initial Public Offering and
Allen and Faulhaber, 1989. Signaling By Underwriter Reputation”, Journal of
Underpricing In The IPO Market. Financial Economics, Volume 45
Journal Of Financial Economics. Vol Nomor 4, hal 1045-1067.
23
Certo, S.T., Daily , C.M. & Dalton, D.R.,
Aryapranata, Eliezer dan Adityawarman, 2001. ”Signalling Firm Value Through
2017. "Pengaruh Reputasi Auditor, Board Structure. Enterpreneurship
Reputasi Underwriter, dan Persentase Theory & Practice, pp. 33-50.
Free Float Terhadap Tingkat
Dalton, D.R., Daily, C.M., Johnson, J.L. and
Underpricing pada Initial Public
Ellstrand, A.E. 1999. "Number of
Offering ( Studi Empiris Pada
Directors and Financial Performance":
Perusahaan Yang Go Public Di Bursa
A Meta-Analysis". The Academy of
Efek Indonesia Periode Tahun 2012-
Management Journal , Vol. 42, No. 6,
2014 )", Diponegoro Journal Of
pp. 674-86.
Darmadi, Salim dan Randy Gunawan. 2013. Jensen, Michael C. dan William H.
"Underpricing, Board Structure, and Meckling. 1976. "Theory of The Firm:
Ownership An Empirical Examination Managerial Behavior, Agency Costs,
of Indonesian IPO Firms". Managerial and Ownership Structure". Journal of
Finance. Vol. 39 No. 2, pp. 181-200. Financial Economics 3 (1976).305-360

Freygang. 1993. Type of Industri dalam Junaeni, Irawati dan Rendi Agustian, 2013.
Dietrich, Justyna. 2011. IPO "Analisis Faktor-Faktor Yang
Underpricing in Germany - Empirial Mempengaruhi Tingkat Underpricing
Analysis of Influencing Variables. Saham Perusahaan Yang Melakukan
Germany. Diplome.de, 2011 Initial Public Offering Di BEI", Jurnal
Ilmiah WIDYA, Volume 1 Nomor 1,
Ghozali, Imam, 2012. Aplikasi Analisis hal 52–59.
Multivariate dengan Program IBM
SPSS 23. Semarang: Badan Penerbit Kiymaz, H., (2000), "The Initial and
Universitas Dipenogoro. Aftermarket Performance of IPO's in an
Emerging Market: Evidence from Stock
Guandinata, Wilis. 2016. "Analisis Faktor- Exchange", Journal of Multinational
Faktor Yang Memepengaruhi Financial Management, 2000, vol. 10,
Underpricing Saham Pada Perusahaan pp.213-227.
Yang Melakukan Initial Public Offering
(IPO) di Bursa Efek Indonesia". Skripsi. Kristiantari, I Dewa Ayu, 2012. Analisis
Medan: Universitas Sumatera Utara Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Underpricing Terhadap Penawaran
Hidayati, Isti Nazilah dan Etna Nur Afri Umum Perdana di Bursa Efek
Yuyetta, 2015. "Analisis Pengaruh Indonesia. Tesis. Universitas Udayana.
Atribut Corporate Governance
Terhadap Underpricing Pada Initial Kuncoro, Mudrajad, 2013. Metode Riset
Public Offering (IPO) Di Bursa Efek Untuk Bisnis dan Ekonomi, Edisi 4,
Indonesia", Diponegoro Journal Of Erlangga, Yogyakarta.
Accounting, Volume 4 Nomor 3 Tahun
2015, hal 1-10 Marta Sanjaya, I Made Dwi; Putu Irawati,
Ni Gusti. "Analisis Faktor-Faktor yang
Hsiao, C. 2003. Analysis of Panel Data. Mempengaruhi Ketepatan Waktu
Second edition. New York: Cambridge Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan
University Press. Manfaktur Yang Terdaftar di BEI. E-
Jurnal Akuntansi, [S.1.], v. 15, n. 1, p.
Irawan, Puji. 2015. "Pengaruh Struktur 17-26, apr. 2016. ISSN 2302-8556.
Kepemilikan, Corporate Governance,
dan Underwriter Reputation Terhadap Octishania, Irene Yoeditha. 2018. "Pengaruh
IPO Underpricing". Skripsi. Semarang: Ukuran Dewan, Dewan Independen,
Universitas Diponegoro Konsentrasi Kepemilikan, Dan
Kepemilikan Institusional Terhadap Ipo
Underpricing". Skripsi. Semarang: Rumahorbo, Dedy P. 2018. "Analisis
Universitas Dipenogoro (Studi Empiris Reputasi Underwriter, Reputasi
pada Perusahaan yang Terdaftar di Auditor, Ukuran Perusahaan dan Umur
Bursa Efek Indonesia Periode 2012- Perusahaan Yang Mempengaruhi
2015) Underpricing Saham (Studi Kasus Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar
Pahlevi, Reza Widhar, 2014. di BEI Periode 2010-2016". Skripsi.
"Underpricing Saham Pada Penawaran Medan: Universitas Sumatera Utara
Saham Perdana", Jurnal Siasat Bisnis,
Volume 18 Nomor 2, hal 219–32. Sasongko, Bangkit. 2014. "Analisis
Pengaruh Tata Kelola Perusahaan
Pearce, J. anad Zahra, S. (1992). Board Terhadap Tingkat Underpricing
Composition From a Strategic Penawaran Umum Perdana Saham."
Contigency Perspective. Journal of Dipenogoro Journal of Accounting,
Management Studies, 29, 411-438. Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014,
Purbarangga, Ade dan Etna Nur Afri Halaman 1-1.
Yuyetta, 2013. "Faktor-Faktor Yang Syahyunan, 2015. Manajemen Keuangan,
Mempengaruhi Underpricing Pada USU Press, Medan.
Penawaran Umum Saham Perdana",
Diponegoro Journal Of Accounting, Titman, S dan B. Trueman. 1986.
Volume 2 Nomor 1, hal 133–41. “Information Quality and The Valuation
of New Issues”. Journal of Accounting
Purwanto dan Rokhima Mahyani, 2017. and Economics. June. Pp.159-172
"Faktor–Faktor Penyebab IPO
Underpricing di Indonesia", Jurnal Verbeek, Marno. 2004. 2nd edition. A Guide
Manajemen dan Kewirausahaan Fokus to Modern Econometrics. John Wiley &
Manajerial Universitas Sebelas Maret, Sons Ltd.
Volume 14 Nomor 1, Hal 67–76.
Widarjono, Agus. (2005). Ekonometrika:
Putro, Herbnu dan Denies Priantinah, 2015. Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan
"Pengaruh Umur Perusahaan , Ukuran Bisnis. Ekonisia, Yogyakarta.
Perusahaan , Dan Kondisi Pasar Www.idx.co.id (Desember 2019)
Terhadap Underpricing Saham Pada
Saat Initial Public Offering (IPO) Di Www.idnfinancials.com (Maret 2020)
Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun
Yolana, C dan Martani, D. 2005. “Variabel-
2012-2015. The Effect Of Company
variabel yang mempengaruhi fenomena
Size, Company Age, Percentage Of
underpricing pada penawaran saham
Share, Earning", Jurnal Profita, Volume
perdana di BEJ tahun 1994-2001”.
3 Nomor 4, hal 1–16.
Jurnal Simposium Nasional Akuntansi,
Republik Indonesia. Undang-Undang RI 8: 538 553.
No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

Anda mungkin juga menyukai