Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM UNIT PENELITIAN

Usaha Industri Rumah Tangga Dodol Bahagia

Dodol Bahagia merupakan salah satu jajanan di Kabupaten

Enrekang. Jajanan dodol ini dikenal luas karena rasanya yang khas

dan kelenturan yang berbeda dibandingkan produk sejenis dari

daerah lain. Usaha ini berkembang sejak tahun 1989, oleh seorang

pengusaha yang bernama Bapak Mane Tibe dengan proses

pembuatan yang sangat sederhana dan terus berkembang hingga

saat ini, hal ini disebabkan karena :

1. Memiliki cita rasa yang berbeda dan harganya terjangkau.

2. Proses pembuatannya sangat sederhana dan bahan bakunya

mudah diperoleh.

3. Tidak menggunakan bahan pengawet.

4. Memiliki lokasi yang strategis.

Usaha ini mudah dikembangkan dengan memodifikasi

bahan baku utamanya yaitu dengan memanfaatkan bahan lain

seperti kacang, durian, wijen, nangka, coklat dan nanas. Selain itu,

usaha rumahan ini cukup terkenal di kalangan pendatang yang ingin

berlibur ke berbagai objek wisata ada di Tana Toraja dan Enrekang.

B. HASIL PENELITIAN

1. Analisis Kuantitatif

42
43

Analisis kuantitatif adalah data yang diperoleh berupa bentuk

laporan keuangan yang berhubungan dengan perusahaan yang

dibahas dalam penelitian.

a. Model Analisis Dua Selisih Biaya Bahan Baku

1) Selisih Harga Bahan Baku

SH = (HSt – HS) KS

= (Rp 10.870.000 - Rp 10.450.000)×Rp

= Rp

2) Selisih Kuantitas Bahan Baku

SK = (KSt – KS) HSt

= (Rp

C. PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan mengenai

pengaruh free cash flow, insider ownership, dan investment

opportunityterhadap capital expenditure pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa tidak semua variabel independen berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen. Hal ini dapat diuraikan sebagi berikut :

1. Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Capital Expenditure

Free cash flowdapat dianggap sebagai salah satu cara

untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Free cash flow

merupakan jumlah arus kas yang tersisa, setelah perusahaan

membayar semua biaya yang dibutuhkan untuk membantu


44

pertumbuhan perusahaan. Free cash flow dapat dibagikan kepada

pemegang saham dalam bentuk dividen dan dapat pula digunakan

sebagai penambah modal perusahaan.

Semakin banyak arus kas yang tersisa maka semakin

banyak kas yang dapat digunakan untuk membeli proyek–proyek

belanja modal yang nantinya menguntungkan bagi

perusahaan.Menurut Saffarizadeh (2014), ketika rasio arus kas

terhadap belanja modal meningkat, hal ini menunjukkan bahwa

perusahaan memiliki kemampuan finansial untuk melakukan

investasi tanpa meminjam uang dan dapat menjadi pertanda baik

dalam perusahaan. Kemudian menurut The Free Dictionary dalam

Du (2016), arus kas bebas yang stabil dan positif menunjukkan

operasi perusahaan yang baik dan menegaskan bahwa perusahaan

telah memilih proyek yang baik untuk diinvestasikan. Arus kas dapat

mempermudah pemegang saham menganalisis serta memeriksa

kondisi saat ini ataupun masa depan perusahaan.

Berdasarkan hasil uji regresi yang telah dilakukan,

diperoleh hasil bahwa antara variabel free cash flow dengan capital

expenditure pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia memiliki pengaruh yang positif. Hal ini berarti

semakin meningkatnya free cash flow perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia, maka capital expenditure juga ikut

meningkat. Kemudian hasil pengujian secara parsial yang telah

dilakukan, diperoleh hasil yang menyatakan bahwa antara free cash


45

flow dengan capital expenditure berpengaruh secara signifikan, hal

ini dapat dilihat dari hasil uji signifikansi yaitu sebesar 0,000 < 0,05.

Dari hasil penelitian ini, maka hipotesis pertama (H 1) yang

menyatakan bahwa free cash flow berpengaruh positif dan signifikan

terhadap capital expenditure pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia diterima. Hasil tersebut,

mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Qandhary (2016)

dan Saffarizadeh (2014) yang juga menemukan hasil yang serupa.

Dalam penelitian Qandhary (2016), menyatakan bahwa pentingnya

free cash flow dan capital expenditure cukup signifikan di berbagai

industri di seluruh dunia. Studi tersebut menunjukkan bahwa free

cash flow di industri gula Pakistan digunakan untuk belanja modal

antara lain dapat digunakan sebagai dividen atau ditahan sebagai

laba ditahan. Kemudian dalam penelitian Saffarizadeh (2014),

menyatakan bahwa belanja modal berhubungan langsung dengan

arus kas bebas, dan pengaruh arus kas bebas terhadap belanja

modal tumbuh secara beriringan, baik penurunan maupun

kenaikannya.

2. Pengaruh Insider Ownership Terhadap Capital Expenditure

Insider Ownership merupakan proporsi kepemilikan saham

yang dimiliki oleh pihak manajemen dalam perusahaan. Dalam teori

keagenan yang diungkapkan oleh Jensen & Meckling (1976)

menyatakan bahwa ketika proporsi kepemilikan saham manajer

dalam perusahaan kurang dari seratus persen, maka akan


46

menimbulkan agency problem yang dimana pihak manajer

melakukan tindakan yang tidak menguntungkan bagi pemilik lain,

serta cenderung bertindak untuk mengejar kepentingan dirinya.Cara

yang dapat dilakukan perusahaan untuk mengatasi agency

problemadalah dengan mensejajarkan kepentingan pihak

manajemen sebagai agents dengan pihak pemegang saham

sebagai principals dengan jalan menjadikan manajer sebagai

pemegang saham.

Menurut Adi & Muid (2013), Insider ownership yang tinggi

dalam perusahaan akan membuat manajer memiliki posisi yang kuat

untuk mengontrol perusahaan, hal tersebut karena manajer memiliki

hak voting yang tinggi pula. Adanya insider ownershipyang tinggi

diharapkan dapat menekan over investment yang dilakukan oleh

manajer. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kecenderungan

manajer dalam menentukan tingkat capital expenditure adalah

memaksimumkan kemakmuran pemegang saham secara

keseluruhan dengan mempertimbangkan insider ownership atas

saham perusahaan.

Berdasarkan hasil uji regresi yang telah dilakukan,

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif antara insider

ownership dengan capital expenditure pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini berarti jika terjadi

kenaikan pada insider ownership maka akan terjadi penurunan pada

capital expenditure, begitupun sebaliknya. Kemudian dari hasil uji


47

parsial, ditemukan nilai signifikansi 0,010< 0,05 yang berarti bahwa

insider ownership berpengaruh signifikan terhadap capital

expenditure pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia.

Dari hasil penelitian ini, maka hipotesis kedua (H 2) yang

menyatakan bahwa insider ownership berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap capital expenditure pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia diterima. Hasil ini mendukung

managerial hypotheses yang termasuk dalam teori keagenan

yangmenyatakan bahwa tingkat capital expenditure dipengaruhi oleh

pertimbangan atau kebijaksanaan yang dilakukan oleh pihak

manajemen dan rencana insentif yang digunakan untuk

mengupayakan keselarasan kepentingan manajer dengan

pemegang saham.

Selain itu, penelitian ini mendukung penelitian yang

dilakukan oleh Aulianifa (2011), Hamidi, dkk. (2013), Adi dan Muid

(2013), Farida dan Kartika (2016) yang juga menemukan bahwa

insider ownership berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

capital expenditure. Dalam penelitian Hamidi, dkk (2013),

menyatakan bahwa berpengaruh negatifnya variabel insider

ownership terhadap capital expenditure disebabkan karena level

kepemilikan manajerial masih sangat rendah dan juga disebabkan

oleh data perusahaan yang memiliki kepemilikan manajerial masih

sedikit. Kemudian dalam penelitian yang dilakukan oleh Aulianifa


48

(2011), juga menyatakan hal yang serupa yaitu tingkat insider

ownership pada tiap perusahaan sampel masih tergolong rendah

dan minimnya jumlah perusahaan yang mempunyai data insider

ownership dimungkinkan menjadi penyebab negatifnya hasil statistik

pada vaiabel ini.

3. Pengaruh Investment OpportunityTerhadap Capital Expenditure

Investment opportunity dapat dianggap sebagai cara

perusahaan dalam memanfaatkan peluang investasinya. Menurut

Gaver dan Gaver (1993) dalam Hamidi (2003), opsi investasi dimasa

yang akan datang tidak semata-mata hanya ditunjukkan dengan

adanya proyek-proyek yang didukung oleh kegiatan riset dan

pengembangan saja, tetapi juga kemampuan perusahaan dalam

memanfaatkan kesempatan investasi dibanding dengan perusahaan

lainnya.

Kemudian menurut Hamidi (2003), perusahaan-

perusahaan yang memiliki investment opportunity yang tidak bagus

yaitu dimana secara perhitunganbook value fixed asset suatu

perusahaan lebih kecil dibandingkan dengan total asset perusahaan

itu sendiri, sehingga investment opportunity menjadi kecil dan bisa

dikatakan menjadi tidak bagus. Sebaliknya investment opportunity

yang bagus, apabila book value fixed asset suatu perusahaan lebih

besar dari total asset perusahaan itu sendiri, sehingga menghasilkan

investment opportunity yang besar dan dapat dikatakan menjadi

bagus.
49

Berdasarkan hasil uji regresi yang telah dilakukan,

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif dan tidak signifikan

antara investment opportunity dengan capital expenditure pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal

ini berarti jika terjadi kenaikan pada investment opportunity maka

akan terjadi penurunan pada capital expenditure, begitupun

sebaliknya. Kemudian dari hasil uji parsial, ditemukan nilai

signifikansi 0,391> 0,05 yang berarti bahwa investment opportunity

berpengaruh tidak signifikan terhadap capital expenditure pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Tidak adanya pengaruh yang signifikan ini mengindikasikan bahwa

besar kecilnya investment opportunity atau peluang investasi yang

dimiliki perusahaan tidak mempengaruhi besar kecilnya capital

expenditure atau belanja modal yang dilakukan oleh perusahaan.

Dari hasil penelitian ini, maka hipotesis ketiga (H 3) yang

menyatakan bahwa investment opportunity berpengaruh positif dan

signifikan terhadap capital expenditure pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ditolak. Hal ini disebabkan

karena pada periode pengamatan, kondisi pasar modal Indonesia

cukup terpengaruh dengan adanya krisis utang yunani. Dalam hal ini

terjadi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang

menyebabkan beban sektor industri semakin berat karena sebagian

besar input produksi berasal dari impor. Dengan begitu akan

mempengaruhi laporan keuangan perusahaan.


50

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan

Mahdalena (2012), Adi dan Muid (2013) yang juga menemukan hasil

yang serupa. Dalam penelitian Mahdalena (2012), menyatakan

bahwa tidak berpengaruhnya variabel investment opportunity

menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan nyata dengan capital

expenditure, yang disebabkan karena pada periode pengamatan

kondisi pasar modal Indonesia kurang baik, dimana kondisi

perekonomian pada saat itu baru bangkit dari krisis moneter yang

berkepanjangan.Kemudian dalam penelitian Adi dan Muid (2013),

menyatakan bahwa tidak berpengaruhnya variabel investment

opportunity terhadap capital expenditure didukung oleh fenomena

yang ada, dalam hal ini peningkatan capital expenditurepada periode

pengamatan tidak diikuti dengan peningkatan kesempatan investasi

pada perusahaan manufaktur yang listed di Bursa Efek Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai