Laporan Praktikum Mikrobiologi Industri - Fernando Sahat Pangihutan Siregar - E1g020080-Dikonversi
Laporan Praktikum Mikrobiologi Industri - Fernando Sahat Pangihutan Siregar - E1g020080-Dikonversi
DISUSUN OLEH :
NPM : E1G020080
Kelompok :-
Dosen : 1. Hasanuddin,Ir.,M.Sc,
2. Tuti Tuturiama,STP.,M.Si
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Nata de coco merupakan produk yang sangat bermanfaat, baik sebagai produk pangan
maupun non-pangan. Nata de coco sebagai produk makanan karena memiliki kandungan serat
yang tinggi, sehingga baik untuk sistem pencernaan, rendah kalori dan tidak mengandung
kolesterol. Nata memiliki kadar serat 2,5 % dan kadar air 98 %. Serat yang ada dalam nata
tersebut sangat penting dalam proses fisiologis, bahkan dapat membantu para penderita
diabetes dan memperlancar pencernaan makanan atau dalam saluran pencernaan.
Pemanfaatan nata de coco sebagai produk non pangan adalah penggunaannya sebagai
membran untuk proses ultrafiltrasi. Membran nata de coco berperan penting dalam teknologi
pemisahan di industri, yaitu pada teknik pemisahan membran, seperti reverse osmosis dan
ultrafiltrasi. Produk nata de coco juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam
pembuatan kertas. Oleh karena itu pemanfaatan nata de coco memiliki prospek yang sangat
baik di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Nata de coco merupakan produk yang sangat bermanfaat, baik sebagai produk pangan
maupun non-pangan. Nata de coco sebagai produk makanan karena memiliki kandungan serat
yang tinggi, sehingga baik untuk sistem pencernaan, rendah kalori dan tidak mengandung
kolesterol. Nata memiliki kadar serat 2,5 % dan kadar air 98 %. Serat yang ada dalam nata
tersebut sangat penting dalam proses fisiologis, bahkan dapat membantu para penderita
diabetes dan memperlancar pencernaan makanan atau dalam saluran pencernaan (Sihmawati,
dkk. 2014).
Nata berasal dari Filipina untuk menyebut suatu pertumbuhan menyerupai gel (agar-
agar) yang terapung di permukaan, dimana gel tersebut merupakan sellulosa yang dihasilkan
oleh bakteri Acetobacter xylinum. Pertumbuhan Acetobacter xylinum dalam medium yang
cocok menghasilkan massa berupa selaput tebal pada permukaan medium. Selaput tebal
tersebut mengandung 35-62 % sellulosa. Lapisan tebal tersebut terbentuk pada permukaan
medium, merupakan hasil akumulasi polisakarida ekstraselluler (Nata) tersusun oleh jaringan
mikrofibril/pelikel. Pelikel tersebut adalah tipe sellulosa yang mempunyai struktur kimia
seperti sellulosa yang dibentuk oleh tumbuhan tingkat tinggi (Iguchi et al., 2000, dalam
Hamad, 2011).
Secara teknis nata dapat dibuat dari campuran berbagai media, karena untuk
pertumbuhan dari bakteri A. xylinum dalam pembuatan massa nata diperlukan gula, asam
organik dan mineral. Mineral dan asam organik ini dibutuhkan sebagai komponen
metabolisme dalam pembentukan kofaktor enzim ekstraseluler yang dihasilkan oleh bakteri
A. xylinum (Pambayun, 2002 dalam Manoi, 2017).
Di dalam pertumbuhannya, Acetobacter xylinum memerlukan sumber nutrisi C, H,
dan N serta mineral dan dilakukan dalam proses yang terkontrol dalam medium air kelapa.
Air kelapa mengandung sebagian sumber nutrisi yang dibutuhkan akan tetapi kebutuhan akan
substrate makro seperti sumber C dan N masih harus tetap ditambah agar hasil nata yang
dihasilkan optimal, sehingga kekurangan nutrisi yang diperlukan harus ditambahkan dalam
proses fermentasi. Sebagai sumber carbon dapat ditambahkan sukrosa, glukosa, fruktosa, dan
tepung (Iguchi et al., 2000 dalam Hamad, 2013).
Selama fermentasi bakteri Acetobacter xylinum memecah gula (sukrosa) menjadi
glukosa dan fruktosa. Glukosa diubah melalui reaksi heksokinase menjadi glukosa-6fosfat.
Acetobacter xylinum dapat mensintesa sebagian gula menjadi selulosa dan sebagian lainnya
diuraikan menjadi asam asetat yang akan menurunkan pH medium. Lama fermentasi akan
berpengaruh pada kadar asam yang dihasilkan dan tebal tipisnya nata. (Manoi,F. 2007 dalam
Shismwati, Rini Rahayu. 2014).
Fermentasi merupakan suatu cara yang telah dikenal dan digunakan sejak lama sejak
jaman kuno. Fermentasi merupakan suatu cara untuk mengubah substrat menjadi produk
tertentu yang dikehendaki dengan menggunakan bantuan mikroba. Bioteknologi berbasis
fermentasi sebagian besar merupakan proses produksi barang dan jasa dengan menerapkan
teknologi fermentasi atau yang menggunakan mikroorganisme untuk memproduksi makanan
dan minuman seperti: keju, yoghurt, minuman beralkohol, cuka, sirkol, acar, sosis, kecap, dll
(Nurcahyo, 2011).
Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Acetobacter xylinum antara lain
karbon, sumber nitrogen, tingkat keasaman (pH) optimal 3,4, temperatur yang ideal 28 0C –
31 0C dan oksigen. Apabila persyaratan ini, tidak diperhatikan maka proses pembuatan nata
de coco tidak akan berhasil. Kandungan karbon dan nitrogen pada air kelapa belum cukup
dipakai oleh A. xylinum untuk merombak glukosa menjadi selulosa, sehingga perlu
ditambahkan sukrosa dan ZA, yang bertujuan untuk mencapai rasio Karbon dan Nitrogen
(C/N) dalam cairan media hingga menjadi 20. Bila rasio menyimpang jauh dari 20, tekstur
nata akan cenderung sulit digigit atau terlalu mudah hancur.
METODOLOGI
C. Alat :
• Kompor
• Dandang
• Saringan / kain
• Nampan plastik
• Botol kaca bening
• Kertas Koran
• Karet gelang / tali plastik
1. Lembaran nata yang sudah jadi dicuci sebanyak 3 kali atau hingga hilang asamnya.
3. Masukkan dalam dandang yang sudah berisi air. Masak hingga mendidih hingga tidak
terasa asam.
1. Nata yang digunakan adalah nata potongan yang telah netral dari rasa asam.
2. Siapkan air dalam dandang, lakukan perebusan nata dengan menambahkan gula
pasir sebanyak 25% hingga air gula menyerap ke dalam nata dadu. Selama
perebusan lakukan pengadukan.
3. Setelah didapat nata dadu yang terasa manis, kemudian dilakukan pembuatan
larutan gula dengan cara merebus air bersih hingga mendidih.
4. Tambahkan gula pasir dan essence sesuai kebutuhan. Lakukan penyaringan hingga
didapat cairan sirup yang bersih dan jernih.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Keterangan :
PEMBAHASAN
Nata de coco, dalam bahasa Spanyol berarti “krim kelapa”. Maksudnya adalah air
santan dari perahan daging buah kelapa. Nata de coco memiliki tekstur seperti jelly atau
kenyal, berwarna putih hingga bening. Makanan ini dihasilkan dari proses fermentasi air
kelapa oleh bakteri Acetobacter xylinum.
Pada tahap awal proses pembuatan nata de coco, bakteri Acetobacter xylinum yang
telah dimasukan ke dalam media air kelapa akan mengalami peningkatan jumlah koloni
secara cepat, kemudian bakteri yang ada pada media tersebut memproduksi serat selulosa
dalam jumlah banyak dengan bantuan enzimenzim isomerase dan enzim-enzim polimerase
yang juga diproduksi sendiri oleh bakteri tersebut, sehingga pada bagian permukaan media air
kelapa terlihat keruh atau terbentuk gel dengan viskositas yang lebih tinggi daripada cairan
yang ada di bawahnya. Semakin lama lapisan gel tersebut semakin tebal dan sangat jelas
terlihat, sedangkan jumlah cairan pada media tersebut semakin lama semakin sedikit.
Pada prinsipnya untuk menghasilkan nata de coco yang bermutu baik, maka perlu
disediakan media yang dapat mendukung aktivitas Acetobacter xylinum untuk memproduksi
selulosa ekstraseluler atau yang kemudian disebut nata de coco. Aktivitas dari Acetobacter
xylinum dalam memproduksi nata de coco. Proses terbentuknya nata adalah sebagai berikut
sel-sel Ace-tobacter Xylinum mengambil glukosa dari larutan gula, kemudian digabungkan
dengan asam lemak membentuk prekursor pada membran sel, kemudian keluar bersama-sama
enzim yang mempolimerisasikan glukosa menjadi selulosa diluar sel. Prekursor dari
polisakarida tersebut adalah GDP-glukosa.
Dari beberapa senyawa karbohidrat sederhana itu sukrosa merupakan senyawa yang
paling ekonomis digunakan dan paling baik bagi pertumbuhan dan perkembangan bibit nata.
Adapun dari segi warna yang paling baik digunakan adalah sukrosa putih. Sukrosa coklat
akan mempengaruhi kenampakan nata sehingga kurang menarik. Sumber nitrogen yang dapat
digunakan untuk mendukung pertumbuhan aktivitas bakteri nata dapat berasal dari nitrogen
organic, seperti misalnya protein dan ekstrak yeast, maupun Nitrogen an organic seperti
misalnya ammonium fosfat, urea, dan ammonium sulfat.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
• Air kelapa yang digunakan dalam pembuatan bata de coco adalah air kelapa yang
berasal dari kelapa yang sudah tua. Karena cukup untuk mengandung mineral yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan aktifitas bakteri Acetobacter xylinum
• Air kelapa sangat bermanfaat bagi kesehatan terutama dalam kecantikan, karena air
kelapa dapat membuat kulit menjadi halus
• Air kelapa juga dapat menambah elektrolit dan mineral pada tubuh. Bahkan, air kelapa
memiliki kandungan nutrisi seperti antioksidan yang bisa mencegah kerusakan sel
tubuh
Dalam pembuatan Nata De Coco juga ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu
6.2 Saran
Jawab
Hamad, Alwaani. Dkk. 2011. Techno. Pengaruh Penambahan Sumber Karbon Terhadap
Kondisi Fisik Nata de coco. Vol. 12 No. 2
Hamad, Alwaani. Kristiono. 2013. Pengaruh Penambahan Sumber Nitrogen Terhadap Hasil
Fermentasi Nata de coco. Vol. 9 No. 1
Manoi, Feri. 2007. Penambahan Ekstrak Ampas Nenas Sebagai Medium Campuran Pada
Pembuatan Nata De Cashew. Vol. 8 No. 1
Setiaji, Bambang. 2002. Peningkatan Nilai Tambah Krim Santan Kelapa Limbah Pembuatan
MinyakK elapa sebagai Substrat Nata de coco. Vol. 2 No. 3
Shismwati, Rini Rahayu. 2014. Jurnal Teknik Industri HEURISTIC. Aspek Mutu Produk Nata
de coco Dengan Penambahan Sari Buah Mangga. Vol. 11 No. 2
Suryani, Ani. Dkk. 2005. Membut Aneka Nata. Bogor: Penebar Swadaya
Demikian laporan praktikum ini semoga bermanfaat yah-Laporan Bioteknologi Nata de coco