Anda di halaman 1dari 14

Nama : Datu Arya Wirajati Al-Arif

NIM : P07131180 06

Mata Kuliah : MMPG

TUGAS 1

Daftar indikator SPM kesehatan 2016-2020

No Indikator standar pelayanan Target


minimal (SPM)

2016 2017 2018 2019 2021


A. Pelayanan kesehatan dasar
1. Cakupan kunjungan ibu 96% 97% 98% 99% 100%
hamil k4
2. Cakupan komplikasi 84% 88% 92% 96% 100%
kebidanan yang ditangani
3. Cakupan pertolongan 92% 94% 96% 98% 100%
persalinan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki
kopetensi kebidanan
4. Cakupan pelayanan nifas 92% 94% 96% 98% 100%
5. Cakupan neonatus dengan 84% 88% 92% 96% 100%
komplikasi yang ditangani
6. Cakupan kunjungan bayi 92% 94% 96% 98% 100%
7. Cakupan desa/kelurahan 100% 100% 100% 100% 100%
Universal Child
immunization (UCI)
8. Cakupan pelayanan anak 92% 94% 96% 98% 100%
balita
9. Cakupan pemberian 100% 100% 100% 100% 100%
makanan pendamping ASI
pada anak usia 6-24 bulan
kelurga miskin
10. Cakupan balita gizi buruk 100% 100% 100% 100% 100%
mendapat perawatan
11. Cakupan penjaringan 100% 100% 100% 100% 100%
kesehatan siswa SD
12. Cakupan peserta KB aktif 76% 82% 88% 94% 100%
13. Penerimaan AFF (Accute 100% 100% 100% 100% 100%
Flaccid Paralysis)
14. Penemuan dan penanganan 100% 100% 100% 100% 100%
penderita pneumonia balita
15. Penemuan dan penanganan 100% 100% 100% 100% 100%
pasien batu TB BTA positif
16. Penemuan dan penanganan 100% 100% 100% 100% 100%
penderita DBD
17. Penemuan dan penanganan 100% 100% 100% 100% 100%
penderita diaree
18. Cakupan pelayanan 100% 100% 100% 100% 100%
kesehatan dasar masyarakat
miskin
B Penyelidikan epidemiologi dan penanggulanganan KLB
19. Cakupan desa/kelurahan 100% 100% 100% 100% 100%
mengalami KLB yang
dilakukan penyelidikan
epidemiologi < 24 jam
C. Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
20. Cakupan desa siaga aktif 84% 88% 92% 96% 100%

TUGAS 2

Sejarah Ilmu Gizi

Sejarah Ilmu Gizi di Dunia

Pada tahun 1561 – 1636 Santorio Sanctorius yang berasal dari italia melalukan percobaan
dalam metabolisme manusia yaitu dengan cara menimbang badannya sendiri setelah makan lalu
menganalisis apa yang terjadi apakah berat badan naik atau turun. Pada tahun 1683-1757 Rene
Reamur yang berasal dari prancis melakukan percobaaan yang sama yaitu percobaan dalam
metabolisme hewan dengan cara memberi makan burung kemudian dipeajari apa yang terjadi.
Tahun 1774 Lind yang berasal dari Britania Raya melakukan percobaan dengan cara memberi
jus lemon pada orang yang terkena sariawan. Tahun 1894 Atwater yang berasal dari Amerika
mencoba membuat Tabel Komposisi Bahan Makanan. Tahun 1897 Eijkman dari Belanda
mempelajari perkembangan beri beri pada anak ayam yang diberi beras giling. Pada tahun 1904
Mc Carrison berasal dari india melakukan penelitian tentang gondok di bagian barat laut india.
Pada tahun 1945 FAO (Food and Agriculture Organization of United Nations) mulai dibentuk.
Pada tahun 1948 WHO (World Health Organization) di bentuk.

Sejarah Ilmu Gizi di Indonesia


Pada tahun 1898 Eijkman menemukan perkembangan beri beri setelah diberi beras giling.
1921 dilakukan penelitian epidemiologi tentang defisiensi yodium. Pada 1934 Instituut Voor
Onderzoek der Volksvoeding (IOVV) “Lembaga penelitian makanan” Pada tahun 1950 Prof. Dr.
Poerwo Soedarmo mendapat amanah untukmemimpin Insituut voor Volksvoeding, selanjutnya
dinamakan sebagai Lembaga Makanan Rakyatyang bertempat di Gedung Eijkmandi jalan
Diponegoro No. 69, Jakarta, yaitu salah satu gedung yang berada dalam lokasi Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo. Secara garis besar, Lembaga Makanan Rakyat bertugas mempelajari
kesehatan penduduk dalam hubungannya dengan makanan, serta memperbaiki konsumsi
makanan untuk meningkatkan taraf kesehatan penduduk. Pada tahun 1951 Lembaga Makanan
Rakyat mendirikan sekolah Ahli Diet yang menerima siswa lulusan Sekolah Guru Kepandaian
Puteri dan dididik selama 1,5 tahun untuk menjadi tenaga ahli di bidang dietik bagi rumah-rumah
sakit besar. Sejumlah 14 orang lulusan sekolah ini ditugaskan di Rumah Sakit Umum di Jakarta,
Bandung, Semarang dan Medan. Kebutuhan tenaga ahli gizi untuk program kesehatan
masyarakat semakin dirasakan, sehingga Lembaga Makanan Rakyat pada tahun 1952 mengubah
kurikulum Sekolah Ahli Diet menjadi 3 tahun setelah SMA bagian B dibawah Departemen
Kesehatan. Selain untuk rumah-rumah sakit, para lulusan dipekerjakan di Dinas Kesehatan
Rakyat di tingkat Provinsi sebagai staf Inspektur Kesehatan (IKES).

Sejak tahun 1960 Lembaga Makanan Rakyat memperingati dimulainya pengkaderan


sumber daya manusia di bidang gizi setiap tahunnya di tanggal 25 Januari, dan diteruskan oleh
Direktorat Gizi Masyarakat hingga kini yang lebih dikenal dengan Hari Gizi Nasional dan
menjadi salah satu agenda tahunan resmi Kementerian Kesehatan. Pada tahun 1963 Digunakan
Rda (DKGA) untuk orang indonesia. Tahun 1965 Berdiri Puslitbang Gizi.Pada tahun 1967
dibentuk APN (Applied Nutrition Program) atau UPGK. Pada tahun 1967 adanya Kursus
Penyegar Ilmu Gizi. Pada tahun 1969 Penganugerahan Poorwo Soedarmo sebagai Bapak perintis
Ilmu Gizi. Pada tahun 1982 Penganugerahan Poorwo Soedarmo sebagi Bapak Gizi Indonesia.
Pada tahun 1992 PUGS kemudian diubah menjadi PGS. Pada tahun 1995 Dimasukkan dalam
Repelita V. Pada tahun 2009 Gizi Seimbang dimasukkan dalam Program Perbaikan Gizi. Pada
tahun 2014 Pedoman Gizi Seimbang (Permenkes 41/2014) dg 4 PILAR.

Sejarah Pendidikan Gizi


Pada tahun 1950 Kementrian Kesehatan mendirikan Kursus Achli Makanan (Sekolah
Achli Diet di Jakarta).Tahun 1955 Akademi Pendidikan Nutrisionis dan Ahli Diet di
Bogor.Tahun 1965 Akademi Pendidikan Nutrisionis dipindah ke Jakarta. Tahun 1966 Akademi
Pendidikan Nutrisionis diganti menjadi Akademi Gizi Jakarta bergelar BSc. Pada tahun 1982 –
1995 Secara bertahap didirikan Akademi Gizi diberbagai propinsi termasuk Mataram pada tahun
1983. Tahun 1984 dididrikan SPAG di Mataram.Tahun 1993 SPAG Mataram Konversi menjadi
Akademi Gizi Mataram. Pada tahun 1991 Dibuka pertama kali Diploma IV Gizi di UI Jakarta.
Tahun 1994 berubah menjadi Akademi Gizi Kembali. Tahun 2001 Melebur kedalam Politeknik
Kesehatan dan menjadi Jurusan Gizi. Tahun 2003 Program Sarjana Gizi di Perguruan Tinggi.
Tahun 2012 Program Diploma IV berubah menjadi Sarjana Terapan Gizi (STr Gz).

4 Masalah Gizi Di Indonesia

1. Kurang Energi Protein (KEP)

2. Kurang Vitamin A (KVA)

3. Anemia Gizi Besi (AGB)

4. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)

Masalah Gizi di Indonesia

• Masalah Gizi Mikro (GAKY, KVA, Anemia, dan masalah gizi mikro lain (Zn, Se)

• Masalah Gizi Makro (KEP, KEK, BBLR, Gizi Lebih berikut penyakit degeneratif lainnya
seperti : Hipertensi, PJK, Asam Urat dll)

Masalah Gizi Ganda (Double Burden Of Malnutrition)

• Kekurangan Gizi

• Kelebihan Gizi

Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional adalah dokumen perencanaan


pembangunan nasional yang merupakan jabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintahan Negara
Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dalam bentuk visi, misi, dan arah pembangunan nasional (UU No.17/2007 Bab 2
pasal 3).

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) disusun sesuai arahan Visi dan Misi
Presiden yang mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP). RPJM selanjutnya
dijabarkan dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan sebagai dasar pada penyusunan Rencana
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN). RPJM juga kemudian diturunkan menjadi
Rencana Strategis Kementerian dan Lembaga (Rentra K/L) dan menjadi dasar dalam penyusunan
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian dan Lembaga (RKA K/L) yang berisi laporan kinerja
pembangunan, kinerja anggaran dan kinerja organisasi.

Indikator RPJM tahun 2020 – 2024

1. Prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) pada balita.


2. Prevalensi wasting (kurus dan sangat kurus) pada balita
3. Jumlah balita yg mendapatkan suplementasi gizi mikro
4. Persentase Ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK)
5. Persentase Kabupaten/ kota yang melaksanakan Surveilans gizi
6. Persentase Puskesmas mampu tatalaksana gizi buruk pada balita
7. Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Eksklusif
8. Persentase Balita yang dipantau Pertumbuhan dan Perkembangannya

Indikator Kinerja Gizi Masyarakat tahun 2020 – 2024

1. Persentase balita underweight


2. Persentase ibu hamil anemia
3. Persentase bayi dengan berat badan lahir rendah (berat badan < 2500 gram)
4. Persentase bayi usia 6 bulan mendapat ASI Eksklusif
5. Persentase ibu hamil yang mendapatkan Tablet Tambah Darah (TTD) minimal 90 tablet
selama masa kehamilan
6. Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) yang mendapat makanan tambahan
7. Persentase balita gizi kurang yang mendapat makanan tambahan
8. Persentase remaja puteri mendapat TTD
9. Persentase bayi yang baru lahir mendapat IMD
10. Persentase balita yang ditimbang berat badannya
11. Persentase balita mempunyai buku KIA/KMS
12. Persentase balita ditimbang yang naik berat badannya
13. Persentase balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A
14. Persentase ibu nifas mendapat kapsul vitamin A
15. Persentase rumah tangga mengonsumsi garam beriodium
16. Persentase kasus balita gizi buruk yang mendapat perawatan

MANAJEMEN PROGRAM GIZI PUSKESMAS

Ada beberapa Dasar hukum di puaskesmas Permenkes No 75 tahun 2014: PUSKESMAS


PMK no.44 tahun 2016: Pedoman Manajemen Puskesmas UU No.36 tahun 2014: Tenaga
Kesehatan. Pengertian puskesmas yaitu dalam fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama.

Beberapa prinsip penyelenggaraan puskesmas:

1. Paradigma Sehat: adalah pola pikir pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, proaktif
antisipatif, dengan melihat masalah kesehatan sebagai masalah yang dipengaruhi oleh banyak
faktor secara dinamis dan lintas sektoral

2. Pertanggung jawaban wilayah

3. Kemandirian masyarakat

4. Pemerataan

5. Teknologi tepat guna; dan

6. Keterpaduan dan kesinambungan.

STANDAR PELAYANAN GIZI DI PUSKESMAS


Sistem pelayanan kesehatan adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya
bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung untuk menjamin derajat kesehatan yg
setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam UUD 1945.
Salah satu pelayanan kesehatan yaitu Puskesmas atau Pusat Kesehatan Masyarakat.

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan


masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dan lebih mengutamakan
promotif dan preventif yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
suatu wilayah kerja tertentu. Standar pelayanan minimal atau biasa disingkat SPM adalah standar
pelayanan minimal yang harus didapatkan oleh masyarakat dan menjadi program yang
ditetapkan oleh pemerintah pusat dan pelaksanaanya diwajibkan kepada pemerintah daerah
sesuai dengan sumber daya dan kemampuan daerah, dan berikut 17 target SPM di pelayanan
Puskesmas Tahun 2013 ditetapkan 17 indikator SPM yaitu :

1. Cakupan kunjungan ibu hamil K4 target 88% ; 2014 95%


2. Cakupan kompllikasi kebidanan yang ditangani target 73%; 2014 80%
3. Pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang mempunyai kompetensi kebidanan
target 88% ; 2014 90%
4. Cakupan pelayanan nifas target 88%; tahun 2014 90%
5. Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani target 70%; 2014 80%
6. Cakupan kunjungan bayi target 86%; 2014 90%
7. Cakupan kelurahan/desa UCI target 90%; 2014 100%
8. Cakupan pelayanan anak balita 81% ; 2014 90%
9. Cakupan pemberian MPASI pada anak usia 6 sampai 24 bulan keluarga miskin target
100% ; 2014 100%
10. Cakupan penderita gizi buruk mendapatkan perawatan target 100%; 2014 100%
11. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan sederajattarget 100% ; 2014 100
12. Cakupan peserta KB aktif target 63%; 2014 70%
13. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakitAFP, pneumonia balita, TB paru,
DBD dan Diare; 100, 100, 85, 100
14. Cakupan yankesdas masyarakat miskin target 100%; 2014 100%
15. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan masyarakat miskin; 2014 100%
16. Cakupan pelayanan Gadar level 1 yg harus diberikansarana kesehatan kabupaten/kota;
2014 100%
17. Cakupan desa siaga aktif target 100%; 2014 100%

Manajemen Program Gizi Puskesmas

Dalam hal ini Peralatan dalam kesehatan di Puskesmas harus memenuhi persyaratan
standar mutu, keamanan, keselamatan, memiliki izin edar sesuai ketentuan peraturan
perundangundangan, dan diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh institusi penguji dan
pengkalibrasi yang berwenang. dan mempunyai SDM puskesmas yaitu Tenaga Kesehatan
merupakan salah satu profesi yang mempunyai tanggung jawab sosial yang sangat besar, tenaga
kesehatan yang bertugas merawat pasien dan tenaga non kesehatan. Sebagai Pusat Penggerak
Pembangunan Kesehatan Menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah kerjanya agar
menyelenggarakan pembangunan berwawasan kesehatan Aktif memantau & melaporkan dampak
kesehatan dr setiap penyelenggaraan program pembangunan Mengutamakan pemeliharaan kesh
& pencegahan penyakit tnp mengabaikan penyembuhan dan pemulihan.

Tata kerja dalam melakukan kerja puskesmas yaitu mempunyai Koordinasi dengan
kantor kecamatan dan Bertanggung jawab kepada Dinas kesehatan Kota/Kab, Bermitra dengan
sarana pelayanan kesehatan tk pertama lainnya,Menjalin kerjasama dengan fasilitas rujukan,
Berkoordinasi dengan lintas sektor, Bermitra dg TOMA yg peduli kesmas.

Dalam puskesmas mempunyai struktur organisasi yaitu Kepala Puskesmas

1. Kepala TU

2. Unit pelaksana fungsional

3. Jaringan pelayanan

• Puskesmas pembantu: Pembantu merupakan jaringan pelayanan Puskesmas yang memberikan


pelayanan kesehatan secara permanen di suatu lokasi dalam wilayah kerja Puskesmas

• Puskesmas keliling: adalah kegiatan puskesmas yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan terutama yang berhubungan dengan promotif dan preventif. ... Memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat di daerah terpencil yang tidak terjangkau oleh pelayanan
Puskesmas atau Puskesmas Pembantu

• Bidan Desa/komunitas

PROSES ASUHAN GIZI (PAG) PADA PEMBERIAN MAKAN BAYI DAN ANAK
(PMBA)

Sistematika Penyajian

a. Rekomendasi Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA)


1. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
 Proses menyusui dimulai segera setelah lahir yang dilakukan dengan cara
kontak kulit ke kulit antara bayi dan ibu dan berlangsung selama minimal
satu jam.
 IMD memberikan perlindungan alamiah bagi bayi, karena ketika bayi
merayap di dada ibu, bayi menjilat kulit ibu dan menelan bakteri non
patogen dari kulit ibu, dapat bermanfaat untuk meningkatkan kekebalan
tubuhnya.
 Bayi lebih cepat mendapat kolostrum yang penting untuk kelangsungan
hidupnya.
2. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif
 ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan (0-5
bulan 29 hari), tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan
atau minuman lain.
 Pemberian ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh, sehingga bayi tidak
mudah terkena diare atau infeksi lainnya.
3. Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) mulai bayi usia 6 bulan
 MP ASI diberikan saat bayi memasuki usia 6 bulan, untuk melengkapi
kekurangan zat gizi yang terdapat dalam ASI.
 Menu MP ASI harus memenuhi prinsip gizi seimbang, yaitu adanya
makanan pokok, protein hewani, nabati, sayuran dan buah-buahan (menu
4 bintang).
 Semakin beragam bahan makanan yang digunakan untuk MP ASI, maka
MP ASI tersebut akan semakin baik.
4. Melanjutkan pemberian ASI sampai anak berusia 2 tahun atau lebih
 Saat berusia 6 bulan dan mulai mendapat MPASI, bayi harus tetap
diberikan ASI sampai usia 24 bulan atau lebih.
 Tenaga pelaksana gizi atau bidan dapat menyampaikan 4 Rekomendasi
PMBA pada setiap kontak dengan ibu menyusui (Kontak 7+ ≈ Program
KIA)
b. Kontak 7+ ≈ Program KIA
Kontak 1 dan 2:
 Minimal 2 kali dari 4 kunjungan ANC : K2 (4-5 bulan) dan K3 (6-7 bulan)
 Nakes melakukan edukasi terkait IMD dan ASI
Kontak 3:
 Saat persalinan
 Memastikan penerapan IMD (jika tidak ada penyulit pada ibu dan bayi)
Kontak 4:
 Pada 7-48 jam setelah bayi lahir (KN1)
 Ibu perlu mendapat bantuan menyusui dari tenaga kesehatan.
 Sebelum ibu kembali ke rumah, nakes perlu memastikan bahwa ibu mendapatkan
dukungan dari keluarga
 Ibu dapat berdiskusi dengan nakes jika ibu memerlukan bantuan
Kontak menyusui selanjutnya pasca bersalin (Kontak 5-7 dan selanjutnya):
 Hari ke 3-7 (Kontak 5, KN2)
 Hari ke 8-28 (Kontak 6, KN3)
 Bayi berusia 2 bulan (Kontak 7, imunisasi DPT 1)
 Bayi berusia 3 bulan (Kontak 7+, imunisasi DPT 2)
 Bayi berusia 4 bulan (Kontak 7+, imunisasi DPT 3)
 Bayi berusia 9 bulan (Kontak 7+, imunisasi Campak)
c. Proses Asuhan Gizi pada PMBA
Proses asuhan gizi pada Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA)
Anak yang mengalami gangguan pertumbuhan sebaiknya diperiksakan kesehatannya ke
tenaga kesehatanuntuk memperoleh asuhan gizi.
Proses Asuhan Gizi PMBA, terdiri dari :
 Pengkajian (P)
 Diagnosis (D)
 Intervensi (I)
 Monitoring dan Evaluasi (ME)
d. Studi Kasus

LANGKAH-LANGKAH PAG DI PUSKESMAS

1. PENGKAJIAN GIZI

TUJUAN: Mengumpulkan, memverifikasi dan mengintepretasikan data yang dibutuhkan


untuk mengidentifikasikan masalah gizi terkait penyebabnya secara signifikan. Proses
berlangsung dinamis , melibatkan pengumpulan data awal, proses pengkajian ulang dan
analisa data status klien/ populasi dibandingkan kriteria spesifik (standar referensi)

SUMBER DATA PENGKAJIAN

Perseorangan Kelompok Masyarakat

 Hasil laboratorium  Pertanyaan awal tentang  Survey gizi


 Rekam medis klien komunitas pada diskusi  Survey kesehatan
 Hasil wawancara klien kelompok terarah  Penelitian epidemiologi
 Hasil wawancara pada  Untuk terapi kelompok  Data kegiatan rutin:
pendamping termasuk sumber data Pencatatan pelaporan,
 Pengamatan dan perorangan dan wawancara
pemeriksaan  Untuk promosi grup  Penilaian kebutuhan
menyertakan data masyarakat secara
masyarakat
strategis (melalui proses
Musyawarah
Masyarakat Desa
(MMD))

KATEGORI DATA PENGKAJIAN GIZI

a. Pengukuran Antropometri
b. Data biokimia, tes medis, dan prosedur data laboratorium
c. Data pemeriksaan fisik/klinis terkait gizi
d. Riwayat terkait asupan makanan dan gizi
e. Riwayat klien

2. DIAGNOSIS GIZI
Rangkuman masalah gizi dari data penilaian gizi (kesehatan pasien, hasil lab,
diagnosa medis, masalah atau gejala), bersifat sementara sesuai dengan perubahan respon
pasien/klien. Bertujuan untuk mengidentifikasi dan menggambarkan masalah gizi
spesifik yang dapat diatasi atau diperbaiki melalui intervensi gizi oleh seorang tenaga
kesehatan. Kategori diagnosis gizi yaitu domain asupan, domain klinis dan domain
perilaku dan lingkungan.
Cara menentukan diagnosis gizi:
• Integrasi dan analisis data hasil asesmen
• Penelusuran kemungkinan problem
• Tentukan etiologi (penyebab problem)
Contoh: Diagnosis Medis = Dislipidemia, Diagnosis Gizi = P E S
Kelebihan asupan lemak berkaitan dengan seringnya mengonsumsi makanan cepat
saji ditandai dengan pemeriksaan kolesterol 230 mg/dl dan mengkonsumsi
hamburger/sandwich 5 kali/minggu.

3. INTERVENSI GIZI
Memperbaiki atau meningkatkan kondisi gizi berdasarkan rencana dan penerapan
intervensi gizi yang tepat sesuai kebutuhan. Tujuan intervensi mengarah pada problem
(P) berdasarkan etiologi (E) dengan target memperbaiki sign/ symptom (S) yang harus
terukur dan waktu tertentu. Intervensi gizi pada masyarakat berfokus pada promosi
kesehatan dan mencegah penyakit yang dirancang atau direncanakan untuk merubah
kondisi sebelumnya yang berakaitan dengan perilaku masyarakat, lingkungan dan
kebijakan.

4. MONITORING DAN EVALUASI


Hasil dari asuhan gizi yang secara langsung berkaitan dengan diagnosis gizi dan
tujuan intervensi yang direncanakan. Bertujuan untuk menilai efektivitas intervensi yang
dilakukan oleh tenaga gizi, melihat perkembangan dan pencapaian tujuan yang
diharapkan, mengidentifikasi outcome yang berhubungan dengan diagnosis dan tujuan
intervensi gizi yang direncanakan.

PROSES PEMANTAUAN PERTUMBUHAN

Proses Pemantauan Pertumbuhan adalah mengikuti pertumbuhan balita secara terus


menerus dan teratur melalui pengukuran antropometri. Bertujuan untuk mengikuti pertumbuhan
balita secara terus menerus dan teratur melalui pengukuran antropometri dengan cara PP pada
balita dilakukan melalui penimbangan Berat Badan (BB) setiap bulan di Posyandu atau
Fasyankes. Status pertumbuhan seorang anak dapat diketahui dengan cara melihat kenaikan BB
pada grafik pertumbuhan yang terdapat pada KMS atau Buku KIA.

Status gizi merupakan salah satu indikator kualitas sumber daya manusia yang
menentukan tingkat kesehatan masyarakat. Penilaian status gizi pada balita dilakukan dengan
cara membandingkan hasil penimbangan dengan standar antropometri berdarkan indeks BB/U,
TB/U, BB/TB.

Anda mungkin juga menyukai