Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

PRINSIP ATRAUMATIK CARE


Dosen Pengampu : Ns. Yulidian Nurpratiwi, M.Kep

Oleh:
Debi Firta Artima (0203196492)
Febi Alicia Futri (0203196493)
Siti Masropah (0203196497)
Umiyanti Azizah (0203196498)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


INSTITUT MEDIKA Drg. SUHERMAN
Jalan Raya Mayor Oking Jaya Atmaja No.9 Cibinong – Bogor
Telp. (021) 89111110 (Hunting) Fax. (021) 8905196
E-mail: info@imds.ac.id Website: www.imds.ac.id
Tahun 2020 – 2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG 1
1.2 RUMUSAN MASALAH 1
1.3 TUJUAN PENULISAN 1
BAB II PEMBAHASAN 2
2.1 KONSEP ANAK 2
2.2 DEFINISI ATRAUMATIK CARE 3
2.3 PRINSIP ATRAUMATIK CARE 4
2.4 APLIKASI ATRAUMTAIK CARE 7
BAB III PENUTUP 9
3.1 KESIMPULAN 9
3.2 SARAN 9
DAFTAR PUSTAKA 10

i
KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa, yang telah melimpahkan anugerah dan berkat – Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Prinsip Atraumatik Care pada Anak” dengan baik. Makalah ini disusun
untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mata kuliah Keperawatan Anak.
Dalam penyusunan makalah mungkin ada sedikit hambatan. Namun berkat bantuan
dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari dosen pengampu bapak agung surachman ali
sstp sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran menambah
pengetahuan bagi para pembaca. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak atas bantuan, dukungan dan doanya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah.
Makalah ini mungkin kurang sempurna, untuk itu kami mengharap kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini.
Cibinong, 5 Oktober 2020
Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Atraumatik care atau asuhan yang tidak menimbulkan trauma pada anak dan keluarganya
merupakan asuhan yang terapeutik karena bertujuan sebagai terapi bagi anak. Dasar pemikiran
pentingnya asuhan ini adalah bahwa walaupun ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
pediatrik telah berkembang pesat, tindakan yang dilakukan pada anak tetap menimbulka trauma,
rasa nyeri, marah, cemas dan takut pada anak. Sangat disadari bahwa sampai saat ini belum ada
teknlogi yang dapat mengatasi masalah yang timbul sebagai dampak perawatan tersebut. Hal ini
memerlukan perhatian khusus dari tenaga kesehatan, khususnya perawatan dalam melaksankan
tindakan pada anak dan orang tua (Supartini, 2004)

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep anak?
2. Apa definisi dari atraumatik care?
3. Bagaimana prinsip atraumatik care?
4. Apa saja aplikasi dalam atraumatik care?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui bagaimana konsep anak.
2. Mengetahui definisi dari atraumatik care.
3. Mengetahui bagaimana prinsip atraumatik care.
4. Mengetahui aplikasi dalam atraumatik care.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Anak


2.1.1 Paradigma Keperawatan Anak
Paraigma keperawatan anak menurut Supartini 2004, dikelompokkan sebaai 4 komponen
yaitu:
a. Manusia (Anak)
Manusia sebagai klien dalam keperawatan anak adalah individu yang berusia antara 0 sampai
18 tahun, yang sedang dalam proses tumbuh kembang, mempunyai kebutuhan yang spesifik
(fisik, psikologis, dan spiritual) yang berbeda dengan orang dewasa.
b. Sehat
Sehat dalam keperawatan anak adalah sehat dalam rentang sehat – sakit. Sehat adalah
kesejahretaan optimal antara fisik, mental dan sosial yang harus dicapai sepajang kehidupan anak
dalam rangka mencapai tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang optimal sesuai dengan
usianya.
c. Lingkungan
Lingkungan terdiri atas lingkungan interna dan lingkungan eksternal yang dapat
mempengaruhi kesehatan anak. Lingkungan interna, yaitu genetika (keturunan), kematangan
biologis, jenis kelamin, ntelektual, emosi dan adanya predisposisi atau resistensi terhadap
penyakit. Lingkungan eksternal yaitu status nutrisi, orang tua, saudara kandung (sibling),
masyarakat atau kelopok sekolah dan lain - lain
d. Keperawatan
Untuk memperoleh pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, perawat dapat membantu
anak dan keluarganya memnuhi kebutuhan yang spesifik dengan cara membina hubungan
terapeutik dengan anak atau keluarga melalui perannya sebagai pembela, pemulihan atau
pemeliharaan kesehatan, koordinator, kolaborator, pembuat keputusan etik dan perencana
kesehatan.

2
3

2.1.2 Prinsip Perawatan Anak


Prinsip – prinsip dalam asuhan keperawatan anak menurut Hidayat 2005, yaitu:
1. Anak bukan miniature orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik. Prinsip ini
mengandung arti bawa tidak boleh memandang anak dari ukuran fisik saja, karena anak
mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan menuju proses kematangan.
2. Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai dengan tahap
perkembangan.
3. Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan penyakit dan
peningkatan derajat kesehatan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian.
4. Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada kesejahteraan
anak sehingga perawat bertanggung jawab komperhensif dalam memberikan asuhan keperwatan
anak misalnya anak tidak merasakan gangguan psikologis, rasa cemas dan takut.
5. Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan keluarga untuk mencegah,
mengkaji, mengintervensi, dan meningkatkan kesejahteraan hidup dengan menggunakan proses
keperawatan yang sesuai dengan aspek moral (etik) dan aspek hukum (legal).
6. Tujuan keperawatan anak dan remaja adalah untuk meningkatkan maturasi atau
kematangan yang sehat bai anak dan remaja sebagai makhluk biopsikosial dan spiritual dalam
konteks keluarga dan masyarakat.
7. Pada masa yang akan datang kecenrugan keperawatan anak akan berfokus pada ilmu
tumbuh kembang

2.2 Definisi Atraumatik Care


Atraumatic care adalah tindakan yang berhubungan dengan siapa, apa, kapan, mengapa,
dimana dan bagaimana setiap prosedur tindakan pada anak yang dapat mencegah ataupun
mengurangi stress psikologi dan fisik yang dialami selama di rawat dirumah sakit (Supartini,
2012).
Menurut Kyle (2008), atraumatic care adalah tindakan untuk mengurangi pengalaman
stress yang dialami anak dan orang tua yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan dirumah
sakit, perawat anak, spesialis anak, dan tenaga kesehatan lainnya.
Pelayanan Atraumatic care merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan
menggunakan intervensi tertentu untuk mengurangi stres fisik dan psikologi anak dan keluarga
selama menjalani hospitalisasi (Rini, 2013).
4

Atraumatic care berfokus pada pencegahan terhadap trauma yang dialami anak dan orang
tua yang menjalani hospitalisasi dan merupakan bagian dari keperawatan anak (Hidayat, 2008).
Perawatan tersebut melibatkan proses membimbing anak dan keluarga melalui pengalaman
mereka selama menjalani perawatan kesehatan dengan pendekatan yang berpusat pada keluarga
serta mempromosikan peran keluarga, membina dukungan keluarga anak, dan menyediakan
informasi yang tepat (Kyle, 2008).
Perawatan terapeutik diharapkan mampu mengurangi stres psikologis dan fisik dari
tindakan yang diberikan selama menjalani hospitalisasi (Hidayat, 2008). Tindakan tersebut
berupa membantu mereka mengatasi pengalaman selama menjalani hospitalisasi, melakukan
persiapan berupa orientasi sebelum anak menjalani hospitalisasi, menerapkan komunikasi
terapeutik, permainan terapeutik, serta edukasi pada anak dan orang tua sehingga membantu
memahami tentang alasan anak perlu dirawat di rumah sakit serta pemeriksaan dan tindakan yang
akan dilakukan (Kyle, 2008).

2.3 Prinsip Atraumatik Care


Prinsip tersebut berupa mencegah bahkan dapat mengurangi perpisahan anak dari orang
tua, kemampuan orang tua dalam mengawasi perawatan anaknya meningkat, dan dapat mencegah
dan mengurangi cidera anak selama menjalani perawatan di rumah sakit. Sedangkan menurut
Supartini (2012) ; Hidayat (2008), terdapat 5 prinsip atraumatic care yang dapat diterapkan oleh
perawat yaitu :
1. Mencegah serta mengurangi perpisahan anak dari orang tua.
Dampak dari perpisahan anak dengan keluarga selama proses hospitalisasi dapat berupa
gangguan psikologis pada anak seperti cemas, ketakutan yang dapat menghambat penyembuhan
anak dan proses tumbuh kembang anak (Hidayat, 2008).
Pendekatan berbasis pada keluarga (family centered care) dapat diterapkan dalam
mencegah atau mengurangi dampak perpisahan anak dari orang tua. Tindakan mencegah bahkan
dapat mengurangi perpisahan anak dari orang tua dapat dilakukan sebagai berikut (Supartini,
2012):
a. Orang tua berperan aktif selama proses hospitalisasi, salah satunya dengan
memperbolehkan orang tua tinggal bersama anak selama 24 jam (rooming in).
b. Apabila rooming in tidak mampu dilaksanakan, izinkan orang tua untuk memantau anak
setiap waktu untuk mempertahankan kontak antara ibu dan anak.
5

c. Fasilitasi pertemuan anak dengan teman sekolah dan guru yang anak inginkan untuk
mempertahankan kontak dengan kegiatan sekolah selama menjalani proses hospitalisasi.
2. Kemampuan orang tua dalam mengawasi perawatan anaknya meningkat.
Meningkatnya kemampuan orang tua dalam mengawasi perawatan anaknya, diharapkan
anak akan menjadi lebih mandiri. Kemandirian anak tersebut dapat berupa berhatihati dalam
menjalankan kegiatan sehari-hari dan bersikap waspada (Hidayat, 2008). Peningkatan
kemampuan orang tua dalam mengawasi perawatan anak dapat dilakukan melalui pemberian
edukasi tentang perawatan anak (Supartini, 2012). Upaya meningkatkan kemampuan orang tua
dalam mengawasi perawatan anak dapat dilakukan dengan cara:
a. Jika selama proses hospitalisasi anak bersikap kooperatif dengan perawat, maka
pembatasan fisik dapat dilakukan. Jika anak harus diisolasi, modifikasi lingkungan dapat
dilakukan untuk mengurangi stres pada anak dan orang tua.
b. Buatlah jadwal kegiatan untuk setiap prosedur yang akan dilakukan, therapeutic play dan
aktivitas lainnya untuk menangani perubahan yang terjadi pada anak.
c. Beri kesempatan anak untuk mengambil keputusan dari setiap tindakan keperawatan
dengan melibatkan orang tua sehingga ketergantungan terhadap perawat dapat
diminimalisir.
d. Orang tua diperbolehkan untuk mengetahui keadaan kesehatan anaknya.
e. Pertahankan kegiatan harian anak seperti ketika di rumah.
f. Libatkan orang tua dan anak dalam asuhan keperawatan yang akan dilakukan dari proses
perencanaan sampai evaluasi.
3. Mencegah dan mengurangi cidera anak selama menjalani perawatan di rumah
sakit.
Saat melaksanakan asuhan keperawatan pada anak, manajemen nyeri perlu dilakukan
untuk mengurangi nyeri sehingga tidak mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak
selama menjalani hospitalisasi. Manajemen nyeri yang dapat dilakukan dapat berupa tehnik
distraksi, relaksasi, dan guided imagery (Hidayat, 2008). Tindakan untuk mencegah dan
mengurangi cidera anak selama menjalani perawatan di rumah sakit yaitu :
a. Menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang dapat menyebabkan nyeri serta berikan
dukungan psikologis kepada orang tua.
b. Terapkan therapeutic play pada anak sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang
dapat menyebabkan nyeri.
6

c. Libatkan orang tua dalam setiap melakukan tindakan keperawatan yang dapat
menyebabkan nyeri.
d. Sikap empati perawat diperlukan sebagai pendekatan untuk mengurangi nyeri.
e. Orientasi kamar bedah, tindakan yang akan dilakukan, perawat yang bertugas melalui
therapeutic play dapat dilakukan sebagai persiapan anak yang akan menjalani tindakan
pembedahan.
f. Cegah dan minimalisir dampak dan tindakan yang menyebabkan nyeri seperti injeksi
apabila memungkinkan.
g. Cegah dan minimalisir stres fisik yang dirasakan anak selama proses hospitalisasi seperti
bau tidak enak di ruang rawat.
h. Teknik anastesi dapat digunakan setiap prosedur tindakan keperawatan yang
menyebabkan nyeri.
i. Restrain dapat digantikan dengan tindakan alternatif berupa therapeutic hugging.
j. Apabila anak akan menjalani prosedur operasi, persiapan yang dapat dilakukan dengan
melatih anak teknik relaksasi.
4. Tidak melakukan kekerasan terhadap anak.
Tindakan kekerasan anak saat menjalani hospitalisasi dapat berupa membuat stres anak
seperti memaksa anak untuk makan dan minum obat, melakukan restrain pada anak yang
ditandai anak menangis dan tidak mau berhenti, serta tidak kooperatif selama dilakukan
tindakan (Rahmah & Agustina, 2016).
Gangguan psikologis pada anak selama proses hospitalisasi dapat terjadi apabila anak
mendapatkan tindakan kekerasan. Kekerasan pada anak dapat mengganggu proses tumbuh
kembang anak sehingga akan terjadi keterlambatan pencapaian kematangan anak (Hidayat,
2008).

5. Modifikasi lingkungan fisik


Modifikasi lingkungan fisik di ruang rawat anak ataupun di ruang tindakan anak dapat
dilakukan dengan membuat ruangan menjadi bernuansa anak sehingga dapat mengurangi stres
anak dan meningkatkan rasa aman dan nyaman anak selama menjalani hospitalisasi (Hidayat,
8 2008). Modifikasi lingkungan yang dapat dilakukan seperti (Santoso, 2014):
a. Mengusahakan ruang rawat anak dan ruang tindakan anak selalu bersih, rapi, aman untuk
anak, tidak berisik, suhu sesuai dengan keadaan anak, serta terdapat jendela dan ventilasi.
7

b. Lemari, kursi, tempat tidur, serta meja di dalam ruang rawat maupun ruang tindakan harus
tersusun rapi dan sesuai dengan aturan kerja yang benar.
c. Ruang rawat dan ruang tindakan anak dibuat semenarik mungkin dengan melakukan
dekorasi seperti menempelkan stiker di dinding.
d. Adanya tempat bermain untuk anak di setiap bangsal ruang rawat anak dan ruang
tindakan anak.

2.4 Aplikasi Penerapan Prinsip Atraumatik Care


Semakin baik penerapan atraumatik care yang diberikan maka semakin kecil resiko
kecemasan yang dialami anak saat proses hospitalisasi. Diharapkan perawat dapat memberikan
pelayanan atraumatik care kepada pasien anak sehingga dapat meminimalkan kecemasan pada
anak dan dapat mengoptimalkan kemampuan orang tua dalam mengontrol kesehatan anak
sehingga proses hospitalisasi dapat berjalan dengan baik.
Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan merupakan suatu
metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi anak bermain tidak sekedar mengisi waktu,
teapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan, inta kasih dan lain – lain.
Anak – anak memerlukan berbagai variasi permainan untuk kesehatan fisik, mental dan
perkembangan emosinya. Dengan bermain anak dapat menstimulasi petumbuhan otot – ototnya,
kognifinya dan juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh emosinya, perasaannya
dan pikirannya.
Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan dimana dengan kesenangan ini mereka
mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan cukup
untuk bermain juga akan mendapatkan kesempatan yang ukup untuk mengenal sekitarnya
sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila
dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain
Macam – macam bermain :
a. Bermain aktif
Pada permainan ini anak berperan aktif secara aktif, kesenangan diperoleh dari apa yang
diperbuat oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi:
1) Bermain mengamati atau menyelidiki (exploratory play)
8

Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan tersebut,
memperhatikan, mengocok – ook apakah ada bunyi, mencium, meraba, menekan dan kadang
– kadang berusaha membongkar
2) Bermain konstruksi (construction play)
Pada anak umur 3 tahun dapat menyusun balok – balok menjadi rumah
3) Bermain drama (dramatic play)
Misanya bermain sandiwara boneka, main rumah – rumahan dengan teman – temannya
4) Bermain fisik
Misalnya bermain bola, berlompat tali dan lain – lain.
b. Bermain pasif
Pada permainan ini anak bermain pasif anatar lain dengan melihat dan mendengar.
Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bermain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk
mengatasi kebosanan dan keletihannya.
Contohnya seperti melihat gambar atau majalah, mendengar cerita atau musik, menonton
televisi dsb. Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan delam bermain,
yaitu apabila terdapat hal – hal seperti :
1) Kesehatan anak menurun, anak yang sakit tidak mempunyai energi untuk aktif bermain
2) Tidak ada variasi dari alat permainan
3) Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya
4) Tidak mempunyai teman bermain
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Atraumatic care adalah penyediaan asuhan terapeutik dalam lingkungan oleh personal dan
melalui penggunaan intervensi yang menghapuskan atau memperkecil distress psikologis dan
fisik yang diderita oleh anak-anak dan keluarga mereka dalam system pelayanan kesehatan.
Prinsip-prinsip yang dilakukan oleh perawat yaitu menurunkan atau mencegah dampak
perpisahan dari keluarga, meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontril perawatan
anak, mencegah dan mengurangi cedera (injury) nyeri (dampak psikologis), tidak melakukan
kekerasan pada anak dan modifikasi lingkungan fisik.
Aplikasi penerapan prinsip atraumatic care yaitu alat permainan sesuai dengan kebutuhan
anak dan ajarkan kebiasaan mencuci tangan kepada anak dan keluarga.

3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat dan mohon untuk
memberikan kritik yang baik.

9
DAFTAR PUSTAKA

Fetianingsih, I. (2017). Hubungan Atraumatic Care Dengan Kepuasan Orang Tua Selama
Anak Mengalami Hospitalisasi Di Ruang Cempaka Rsud Dr. R. Goeteng Tharoenadibrata
(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Purwokerto). Diakses pada tanggal 5 Oktober
2020
Anonim. (2014, Januari 3). Makalah Atraumatic Care. Retrieved Oktber 4, 2020, from
Scribd: https://www.scribd.com/doc/197249660/Makalah-Atraumatic-Care. Diakses pada tanggal
5 Oktober 2020
Rista, A. (2014, OKTOBER 4). ATRAUMATIC CARE. Retrieved OKTOBER 4, 2020,
from Slideshare: https://www.slideshare.net/ristaayustri/bab-i-40050739. Diakses pada tanggal 5
Oktober 2020

10

Anda mungkin juga menyukai