Oleh:
Feby Alicia Futri (0203196493)
Dengan segala kerendahan hati kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan
Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan anugerah dan berkat – Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Dasar Dan Dampak Terhadap
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Pada Neonatal Dengan Respiratory Distress
Syndrome (Rds)” dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam mata kuliah Keperawatan Anak.
Dalam penyusunan makalah mungkin ada sedikit hambatan. Namun berkat
bantuan dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari dosen pengampu bapak agung
surachman ali sstp sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran
menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis juga tidak lupa mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak atas bantuan, dukungan dan doanya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca
makalah. Makalah ini mungkin kurang sempurna, untuk itu kami mengharap kritik dan
saran untuk menyempurnakan makalah ini.
Cibinong, 24 November 2020
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
2.3.1 Etiologi
RDS terjadi pada bayi prematur atau kurang bulan, karena kurangnya produksi
surfaktan. Produksi surfaktan ini dimulai sejak kehamilan minggu ke-22, makin muda
usia kehamilan, makin besar pula kemungkinan terjadi RDS. Ada 4 faktor penting
penyebab defisiensi surfaktan pada RDS yaitu prematur, asfiksia perinatal, maternal
diabetes, seksio sesaria.. Surfaktan biasanya didapatkan pada paru yang matur. Fungsi
surfaktan untuk menjaga agar kantong alveoli tetap berkembang dan berisi udara,
sehingga pada bayi prematur dimana surfaktan masih belum berkembang menyebabkan
daya berkembang paru kurang dan bayi akan mengalami sesak nafas. Gejala tersebut
biasanya muncul segera setelah bayi lahir dan akan bertambah berat.
RDS merupakan penyebab utama kematian bayi prematur. Sindrom ini dapat
terjadi karena ada kelainan di dalam atau diluar paru, sehingga tindakan disesuaikan
dengan penyebab sindrom ini. Kelainan dalam paru yang menunjukan sindrom ini
adalah pneumothoraks/pneumomediastinum, penyakit membran hialin (PMH).
2.3.2 Patofisologi
Telah diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein,
lipoprotein ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli
tetap mengembang. Secara makroskopik, paru-paru nampak tidak berisi udara dan
berwarna kemerahan seperti hati. Oleh sebab itu paru-paru memerlukan tekanan
pembukaan yang tinggi untuk mengembang. Secara histologi, adanya atelektasis yang
luas dari rongga udara bahagian distal menyebabkan edema interstisial dan kongesti
dinding alveoli sehingga menyebabkan desquamasi dari epithel sel alveoli type II.
Dilatasi duktus alveoli, tetapi alveoli menjadi tertarik karena adanya defisiensi surfaktan
ini.
b. Mencegah tindakan seksio sesarea yang tidak sesuai dengan indikasi medis.
d. Pengendalian kadar gula darah ibu hamil yang memiliki riwayat DM.
Berat dan ringannya gejala klinis pada penyakit RDS ini sangat dipengaruhi
oleh tingkat maturitas paru. Semakin rendah berat badan dan usia kehamilan, semakin
berat gejala klinis yang ditujukan.
Manifestasi dari RDS disebabkan adanya atelektasis alveoli, edema, dan
kerosakan sel dan selanjutnya menyebabkan kebocoran serum protein ke dalam alveoli
sehingga menghambat fungsi surfaktan. Gejala klinikal yang timbul yaitu : adanya sesak
nafas pada bayi prematur segera setelah lahir, yang ditandai dengan takipnea (> 60
x/minit), pernafasan cuping hidung, grunting, retraksi dinding dada, dan sianosis, dan
gejala menetap dalam 48-96 jam pertama setelah lahir. Berdasarkan foto thorak,
menurut kriteria Bomsel ada 4 stadium RDS yaitu :pertama, terdapat sedikit bercak
retikulogranular dan sedikit bronchogram udara, kedua, bercak retikulogranular
homogen pada kedua lapangan paru dan gambaran airbronchogram udara terlihat lebih
jelas dan meluas sampai ke perifer menutupi bayangan jantung dengan penurunan aerasi
paru. ketiga,alveoli yang kolaps bergabung sehingga kedua lapangan paru terlihat lebih
opaque dan bayangan jantung hampir tak terlihat, bronchogram udara lebih luas.
keempat, seluruh thorax sangat opaque ( white lung ) sehingga jantung tak dapat dilihat.
2.3.5 Kasus
Seorang ibu membawa anaknya By.AK yang baru berusia 6 hari, dan si ibu
mengatakan si bayi terdengar suara nafas yang sesak, setelah dilakukan pemeriksaan
terdapat hasil suhu 37 derajat C, N : 86x/menit, RR : 22x/menit. Bayi terlihat kebiruan,
dan tidak terdapat wheezing dan ronkhi.
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : By. AK
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 6 Hari
Diagnosa medis : RDS
2. Riwayat Keperawatan
1) Riwayat keperawatan sekarang
a. Keluhan utama :
Sesak nafas
b. Observasi dan Pengkajian Fisik (HEAD TO TOE)
Keadaan Umum :
Tanda-tanda Vital
S : 37˚C
N : 86 x/menit
RR : 22 x/menit
B. Analisis Data
C. Intervensi
D. Implementasi
3.1 Kesimpulan
Respiratoty distress syndrome merupakan perkembangan yang imatur pada
sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan
sebagai Hyaline Membrane Diseasa. Respiratory Distres Syndrom hampir selalu terjadi
pada bayi prematur; semakin prematur, semakin besar kemungkinan terjadinya
sindroma ini. RDS terjadi pada bayi prematur atau kurang bulan, karena kurangnya
produksi surfaktan.
3.2 Saran
Dengan makalah ini diharapkan seluruh komponen tenaga kesehatan pada
khususnya dapat memberikan asuhan keperawatan kepada anak dengan respiratory
distress syndrome dengan baik dan sesuai dengan prosedur keperawatan serta tentunya
memperhatikan aspek-aspek tertentu yang berhubungan dengan prosedur yang
dilakukan
DAFTAR PUSTAKA