Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KONSEP DASAR DAN DAMPAK TERHADAP PEMENUHAN


KEBUTUHAN DASAR MANUSIA PADA NEONATAL DENGAN
RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME (RDS)
Dosen Pengampu : Ns. Mila Sartika, S.Kep, M.Kep.

Oleh:
Feby Alicia Futri (0203196493)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


INSTITUT MEDIKA Drg. SUHERMAN
Jalan Raya Mayor Oking Jaya Atmaja No.9 Cibinong – Bogor
Telp. (021) 89111110 (Hunting) Fax. (021) 8905196
E-mail: info@imds.ac.id Website: www.imds.ac.id
Tahun 2020 – 2021
KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan
Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan anugerah dan berkat – Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Dasar Dan Dampak Terhadap
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Pada Neonatal Dengan Respiratory Distress
Syndrome (Rds)” dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam mata kuliah Keperawatan Anak.
Dalam penyusunan makalah mungkin ada sedikit hambatan. Namun berkat
bantuan dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari dosen pengampu bapak agung
surachman ali sstp sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran
menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis juga tidak lupa mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak atas bantuan, dukungan dan doanya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca
makalah. Makalah ini mungkin kurang sempurna, untuk itu kami mengharap kritik dan
saran untuk menyempurnakan makalah ini.
Cibinong, 24 November 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada hakikatnya, setiap manusia memiliki kebutuhan dasar yang harus
dipenuhi agar kehidupan dapat berjalan dengan baik. Adapun teori mengenai kebutuhan
dasar manusia yang sangat populer, yaitu hierarki kebutuhan Maslow. Hierarki
kebutuhan Maslow diperkenalkan oleh Abraham Maslow, yang merupakan seorang
teoretikus dan psikolog, pada tahun 1943. Hierarki ini menunjukkan jika manusia
termotivasi untuk memenuhi kebutuhan dasar sebelum memenuhi kebutuhan lain.
Terdapat lima tingkat yang berbeda pada hierarki kebutuhan Maslow, mulai dari yang
paling dasar hingga yang sifatnya kompleks. Hierarki Maslow umumnya digambarkan
dalam bentuk piramida, di mana tingkat terendah piramida terdiri dari kebutuhan paling
dasar, sedangkan kebutuhan yang paling kompleks ada di atas piramida.
Setelah kebutuhan pada tingkat yang paling rendah terpenuhi, maka manusia
dapat beralih ke tingkat kebutuhan berikutnya. Maslow mempercayai jika kebutuhan
serupa dengan naluri dan memainkan peran utama untuk memotivasi perilaku. Berikut
lima macam kebutuhan manusia dalam teori Maslow: kebutuhan fisiologis
(physiological needs), kebutuhan aman dan keselamatan (security and safety needs),
kebutuhan rasa kasih sayang dan rasa memiliki (love and belongingness needs),
kebutuhan penghargaan (esteem needs), dan kebutuhan aktualisasi diri (self-
actualization needs).
Neonatal Respiratory Distress Syndrome, atau Neonatal RDS, mungkin terjadi
jika paru-paru belum berkembang seutuhnya. Neonatal RDS biasanya terjadi pada bayi
prematur. Bayi dengan neonatal RDS memiliki kesulitan bernafas secara normal.
Surfaktan adalah cairan yang memungkinkan bagi paru-paru untuk mengembang dan
berkontraksi. Selain itu, surfaktan menyimpan kantung udara pada paru-paru, disebut
juga dengan alveoli, untuk terbuka.
Bayi prematur mengalami kekurangan surfaktan. Hal ini menyebabkan
masalah paru-paru dan kesulitan bernafas. RDS juga mungkin terjadi karena masalah
perkembangan yang berhubungan dengan genetik. Neonatal RDS juga disebut sebagai
penyakit membran hyaline dan infant respiratory distress syndrome.
1.2 Rumusan Masalah
Beberapa rumusan masalah yang dapat diambil dari masalah ini adalah :
a. Apa konsep dasar Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia ?
b. Apa dampak RDS Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia ?
c. Bagaimana Asuhan Keperawatan RDS  (Respiratory Distress Syndrome) ?

1.3 Tujuan Masalah


Adapun tujuan dari masalah ini adalah :
a. Dapat memahami Konsep Dasar Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Manusia.
b. Dapat memahami Dampak RDS Terhadap Pemenuhsn Kebutuhan Dasar
Manusia.
c. Dapat mengetahui dan memahami isi dari Asuhan Keperawatan Pada Kasus
Neonatal Yang Mengalami RDS.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia


2.2.1 Pengertian
Sebelum kita mempelajari kebutuhan dasar manusia, kita harus mengenal
konsep manusia terlebih dahulu, karena sasaran asuh kita sebagai seorang perawat
adalah manusia dari berbagai kelompok umur dan manusia dengan segala
kebutuhannya. Manusia dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu manusia sebagai
makhluk holistik dan manusia sebagai sistem.
1. Manusia sebagai Makhluk Holistik
Manusia sebagai makhluk holistik merupakan makhluk yang utuh atau paduan
dari unsur biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Sebagai makhluk biologis, manusia
tersusun atas sistem organ tubuh yang digunakan untuk mempertahankan hidupnya,
mulai dari lahir, tumbuh kembang, hingga meninggal. Sebagai makhluk psikologis,
manusia mempunyai struktur kepribadian, tingkah laku sebagai manifestasi kejiwaan,
dan kemampuan berpikir serta kecerdasan. Sebagai makhluk sosial, manusia perlu
hidup bersama orang lain, saling bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan dan
tuntutan hidup, mudah dipengaruhi kebudayaan, serta dituntut untuk bertingkah laku
sesuai dengan harapan dan norma yang ada. Sebagai makhluk spiritual, manusia
memiliki keyakinan, pandangan hidup, dan dorongan hidup yang sejalan dengan
keyakinan yang dianutnya.
Jadi maksudnya di sini adalah bila kita memandang manusia, kita harus
melihatnya secara utuh menyeluruh tidak boleh di penggal-penggal. Misalnya apabila
seseorang sedang dirawat karena sakit, sebagai makhluk holistik, dia akan mengalami
beberapa gangguan, selain gangguan fisik/biologis, secara bersamaan dia juga
mengalami gangguan psikologis, sosial dan spiritual, oleh karena itu sebagai seorang
perawat, dalam memberikan asuhan keperawatan harus memperlakukan manusia/klien
secara holistik/menyeluruh tidak terpisah-pisah, misalnya kalau klien dirawat karena
kanker payudara, yang diperhatikan bukan hanya payudaranya (fisik/biologis) saja
tetapi secara utuh bagaimana psikologis, sosial dan spiritualnya. Demikian saudara,
konsep manusia secara holistik.
2. Manusia sebagai Sistem
Manusia sebagai sistem terdiri atas sistem adaptif, personal, interpersonal, dan
sosial. Sistem adaptif merupakan proses perubahan individu sebagai respons terhadap
perubahan lingkungan yang dapat mempengaruhi integritas atau keutuhan. Sebagai
sistem personal, manusia memiliki proses persepsi dan bertumbuh kembang. Sebagai
sistem interpersonal, manusia dapat berinteraksi, berperan, dan berkomunikasi terhadap
orang lain. Sedangkan sebagai sistem sosial, manusia memiliki kekuatan dan wewenang
dalam pengambilan keputusan di lingkungannya, baik dalam keluarga, masyarakat,
maupun lingkungan.
Contoh: apabila seseorang sedang dirawat karena sakit...sebagai sistem, dia
akan melakukan penyesuaian terhadap lingkungan rumah sakit, terhadap orang-orang
yang merawat, terhadap sesama klien, dan secara bersamaan juga dia akan mengalami
gangguan terhadap semua hal tersebut apabila dia tidak bisa melakukan adaptasi.
Namun apabila dia tidak mampu beradaptasi dia akan mengalami gangguan.
2.2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia
Kebutuhan menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar
yaitu: kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri (Potter dan
Patricia,1997). Manusia memiliki kebutuhan dasar yang bersifat heterogen. Setiap orang
pada dasarnya memiliki kebutuhan yang sama, akan tetapi karena budaya, maka
kebutuhan tersebutpun ikut berbeda. Dalam memenuhi kebutuhan manusia
menyesuaikan diri dengan prioritas yang ada. Dalam memenuhi kebutuhan kita sebagai
manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1. Model Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Beberapa Ahli. Berikut akan
dibahas beberapa ahli yang memahami kebutuhan dasar manusia.
a. Abraham Maslow
Nama Maslow, beliau membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam lima
tingkat berikut: Kebutuhan fisiologis, merupakan kebutuhan paling dasar dan
memiliki prioritas tertinggi dalam kebutuhan Maslow. Kebutuhan fisiologis
merupakan hal yang mutlak harus terpenuhioleh manusia untuk bertahan hidup.
Kebutuhan tersebut terdiri dari pemenuhan oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan
cairan (minuman), nutrisi (makanan), eliminasi, istirahat dan tidur, aktivitas,
keseimbangan suhu tubuh, dan kebutuhan seksual, kebutuhan kedua adalah
Kebutuhan rasa aman dan perlindungan yang dibagi menjadi perlindungan fisik dan
perlindungan psikologis. Perlindungan fisik meliputi perlindungan atas ancaman
terhadap tubuh atau hidup seperti penyakit, kecelakaan, bahaya dari lingkungan dan
sebagainya, sedangkan perlindungan psikologis, yaitu perlindungan atas ancaman
dari pengalaman yang baru dan asing. Misalnya, kekhawatiran yang dialami
seseorang ketika masuk sekolah pertama kali, karena merasa terancam oleh
keharusan untuk berinteraksi dengan orang lain dan sebagainya. Kebutuhan rasa
cinta dan kasih sayang yaitu kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki, antara lain
memberi dan menerima kasih sayang, kehangatan, persahabatan, mendapat tempat
dalam keluarga, kelompok sosial, dan sebagainya, kebutuhan akan harga diri
maupun perasaan dihargai oleh orang lain kebutuhan ini terkait, dengan keinginan
untuk mendapatkan kekuatan, meraih prestasi, rasa percaya diri dan kemerdekaan
diri.
Selain itu, orang juga memerlukan pengakuan dari orang lain, dan yang
terakhir/ke lima kebutuhan aktualiasasi diri, merupakan kebutuhan tertinggi dalam
hierarki Maslow, berupa kebutuhan untuk berkontribusi pada orang lain/lingkungan
serta mencapai potensi diri sepenuhnya.
b. Imogine King
King berpendapat bahwa manusia merupakan individu reaktif yang dapat
bereaksi terhadap situasi orang dan objek tertentu. Beliau juga mengatakan bahwa
manusia sebagai makhluk yang berorientasi pada waktu, dia tidak terlepas dari tiga
kejadian dalam hidupnya, yaitu masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan
datang. Sebagai makhluk sosial, manusia hidup bersama orang lain dan selalu
berinteraksi satu sama yang lain. Sesuai dengan hal tersebut, King membagi
kebutuhan manusia menjadi: 1) Kebutuhan akan informasi kesehatan 2) Kebutuhan
akan pencegahan penyakit 3) Kebutuhan akan perawatan jika sakit.
c. Martha E. Rogers
Beliau berpendapat bahwa manusia merupakan satu kesatuan yang utuh serta
memiliki sifat dan karakter yang berbeda. Manusia selalu berinteraksi dengan
lingkungan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Dalam proses
kehidupannya, manusia diciptakan dengan karakteristik dan keunikan nya masing-
masing. Dengan kata lain, setiap Kebutuhan aktualisasi diri Kebutuhan harga diri
Kebutuhan rasa cinta dan kasih sayang Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Kebutuhanfisiologis (oksigen, makan, minum, eliminasi, tidur, seks) individu tidak
ada yang sama satu sama yang lainnya, walaupun mereka dilahirkan kembar.
Konsep Martha E. Rogers ini dikenal dengan konsep manusia sebagai unit.
d. Johnson
Johnson mengungkapkan pandangannya dengan menggunakan pendekatan
sistem perilaku. Dalam pendekatan ini, individu dipandang sebagai sistem perilaku
yang selalu ingin mencapai keseimbangan dan stabilitas, baik dalam lingkungan
internal maupun eksternal. Individu juga memiliki keinginan untuk mengatur dan
menyesuaikan dirinya terhadap pengaruh yang terjadi karena hal tersebut.
e. Virginia Henderson
Ibu Virginia Henderson (dalam Potter dan Perry, 1997) membagi kebutuhan
dasar manusia ke dalam 14 komponen berikut yaitu manusia harus dapat bernafas
secara normal, makan dan minum yang cukup, setiap hari harus bisa buang air
besar dan buang air kecil (eliminasi) dengan lancar, bisa bergerak dan
mempertahankan postur tubuh yang diinginkan, bisa tidur dan istirahat dengan
tenang, memilih pakaian yang tepat dan nyaman dipakai, mempertahankan suhu
tubuh dalam kisaran normal dengan menyesuaikan pakaian yang dikenakan dan
memodifikasikan lingkungan, menjaga kebersihan diri dan penampilan,
menghindari bahaya dari lingkungan dan menghindari membahayakan orang lain,
berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresikan emosi,
kebutuhan,kekhawatiran, dan opini, beribadah sesuai dengan agama dan
kepercayaan, bekerja sedemikian rupa sebagai modal untuk membiayai kebutuhan
hidup, bermain atau berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi dan belajar,
menemukan atau memuaskan rasa ingin tahu yang mengarah pada perkembangan
yang normal, kesehatan dan penggunaan fasilitas kesehatan yang tersedia.
f. Jean Watson
Jean Watson (dalam B. Taleuto, 1995) membagi kebutuhan dasar manusia ke
dalam dua peringkat utama yaitu kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah (lower
order needs) dan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi (higher order needs).
Pemenuhan kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah tidak selalu membantu upaya
kompleks manusia untuk mencapai aktualisasi diri. Tiap kebutuhan dipandang
dalam konteksnya terhadap kebutuhan lain, dan semuanya dianggap penting.
g. Sister Calista Roy
Pendapat Roy, bahwa manusia sebagai individu dapat meningkatkan
kesehatannya dengan mempertahankan perilaku yang adaptif dan mengubah
perilaku mal adaptif. Sebagai makhluk biopsikososial, manusia selalu berinteraksi
dengan lingkungannya. Untuk mencapai suatu posisi seimbang/homeostasis,
manusia harus bisa beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Adaptasi tersebut
dilakukan dengan beberapa rangsangan, yaitu: rangsangan fokal, konstektual dan
residual. Dalam proses penyesuaian diri, individu harus meningkatkan energinya
agar mampu mencapai tujuan berupa kelangsungan hidup, perkembangan,
reproduksi serta keunggulan. Dengan demikian individu selalu mempunyai tujuan
untuk respons adaptif. Bila disingkat pendapat Roy, dikatakan bahwa individu
sebagai makhluk biopsikososiospiritual merupakan satu kesatuan yang utuh,
memiliki mekanisme koping untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang
terjadi melalui interaksi yang dilakukan terhadap perubahan lingkungan tersebut.

2.2 Dampak Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia


Dampak Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia (Dalam Konteks
Keluarga):
1. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Klien tidak bisa menjaga pola makan dan sering sekali minum minuman yang
manis secara berlebihan dan belum tahu mengenai penyakit diabetes mellitus, jika
sakit klien selalu memeriksakan kesehatanya ke rumah sakit atau klinik terdekat.
Selama sakit, klien mengatakan cemas akan penyakitnya.
2. Pola Pemenuhan Nutrisi dan metabolisme
Klien dengan diabetes makan 3x sehari dengan makanan diet Diabetes dan
tidak dihabisakan ½ porsi. Minum 11-12 gelas/hari dengan minuman yang disediakan
keluarga dengan jenis minuman teh tawar dan air putih.
3. Pola Eliminasi
Klien saat dirawat di rumah klien BAB 1 kali perhari dengan karakteristik
feces lunak berbentuk, bau khas BAK 8-9 kali perhari dengan karakteristik urine
kuning jernih, bau khas, jumlah 1400cc.
4. Pola Aktivitas
Selama sakit klien merasa lelah saat setelah melakukan aktifitas dan melakukan
aktifitas pun perlu dibantu keluarga dan seperti makan, minum, pergi kekamar mandi
dan beraktifitas di tempat tidur.
5. Pola Tidur dan Istirahat
Pola tidur 4-5 jam atau saat dirawat di rumah klien tidur lebih /hari karena
klien merasa cemas dengan kondisinya saat ini dan merasakan pegal-pegal pada
daerah paha dan pingang.
6. Pola koping dan stress
Saat ada masalah pastikan didiskusikan dengan keluarga dan maupun saudara
saudara terdekatnya dan menyelesaikan masalahnya dengan musyawarah. Klien
terlihat cemas dan stress akan penyakit yang di deritanya. Maka dari itu perlu
perhatian dan dukungan dari keluarganya. Dalam penatalaksanaan di rumah dan dapat
dilakukan keluarga dengan cara:
a. Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan
diabetes mielitus. Penatalaksanaan di rumah dan dapat dilakukan keluarga
dengan cara: Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari
penatalaksanaan diabetes mielitus.
- Penentuan gizi, hitung persentase, Relatief Body Weigth.
- Jika kerja berat atau latihan berat maka jumlah kalori bertambah.
- Untuk klien DM pekerja biasa:
1) Kurus; < 90% : BB x 40-60 kal/hr.
2) Normal; 90-110% : BB x 30 kal/hr.
3) Gemuk; > 110% : BB x 20 kal/hr.
- Komposisi diet
1) Lemak 20%
2) Protein 20%
3) Karbohidrat 60%
b. Latihan atau Olahraga
Menimbulkan penurunan kadar gula darah yang disebabkan oleh tingginya
penggunaan glukosa didarah perifer dan mengurangi faktor resiko
kardiovaskuler. Tidak berlaku bagi klien dengan kadar gula darah tinggi.
c. Pemantauan Glukosa
d. Terapi atau Obat-obatan
Pengobatan dengan oral, hipoglikemik agent yaitu bagi klien yang belum
pernah mendapat terapi insulin, ibu atau klien yang tidak hamil, pasien gemuk
dan pasien yang berusia >40 tahun. Pengobatan dengan injeksi insulin 2 x/hari
atau bahkan lebih sering lagi dalam sehari.
e. Pendidikan dan Pertimbangan Perawatan di Rumah
Contoh : Diabetes merupakan penyakit kronis yang memerlukan perilaku
penanganan mandiri yang khusus seumur hidup, sehingga harus belajar
keterampilan untuk merawat diri sendiri setiap hari. Pasien diabetes juga harus
memiliki perilaku prepentif dalam gaya hidupnya untuk mencegah komplikasi
sehingga memerlukan pendidikan atau informasi. Keluarga juga harus perlu
mendukung untuk perawatan lebih optimal terhadap pasien diabetes agar lebih
memperhatikan kesehatan serta pola hidup sehat dalam keluarga.
2.2.1 Dampak Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Pada Penderita RDS
Peneliti berpendapat bahwa kebutuhan oksigen bayi tidak terpenuhi
dikarenakan pada usia kehamilan yang prematur mengakibatkan bayi lahir dengan
system organ tubuh yang belum sempurna salah satunya adalah system organ
pernafasan yakni paru-paru yang imatur. Usia kehamilan juga mempunyai pengaruh
dengan tingkat saturasi oksigen Pada saat baru lahir bayi mengalami proses transisi
yakni bayi bernafas dengan udara menggunakan paru-parunya untuk mendapatkan
oksigen. Hal ini sesuai dengan penelitian (Health Study, 2008), Bayi prematur setelah
lahir tetap melanjutkan untuk perkembangan paru. Sedangkan Penelitian oleh (Clair et
al, 2008) melakukan studi di Amerika, menjelaskan bahwa insiden RDS menurun
dengan peningkatan usia kehamilan. Rata-rata insiden RDS pada studi populasi ini
menunjukkan 3,8% 7 (8/210), insiden RDS 80% (4/5) untuk kelahiran >32,9 minggu,
2,4% (3/127) pada usia kehamilan 33 – 36,9 minggu dan 1,3% (1/78) untuk usia
kehamilan > 37 minggu. Ini menunjukkan bahwa semakin kecil usia kehamilan, maka
neonatus prematur semakin berisiko terjadinya RDS. Dimana salah satu penyebab
utama adalah kurangnya pulmonary surfaktan.

2.3 Asuhan Keperawatan RDS ( (Respiratory Distress Syndrome)


RDS Adalah gangguan pernafasan yang sering terjadi pada bayi premature
dengan tanda-tanda takipnue (>60 x/mnt), retraksi dada, sianosis pada udara kamar,
yang menetap atau memburuk pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorak yang
spesifik. Tanda-tanda klinik sesuai dengan besarnya bayi, berat penyakit, adanya infeksi
dan ada tidaknya shunting darah melalui PDA (Stark 1986).
Menurut Petty dan Asbaugh (1971), definisi dan kriteria RDS bila didapatkan
sesak nafas berat (dyspnea ), frekuensi nafas meningkat (tachypnea ), sianosis yang
menetap dengan terapi oksigen, penurunan daya pengembangan paru,adanya gambaran
infiltrat alveolar yang merata pada foto thorak dan adanya atelektasis, kongesti vascular,
perdarahan, edema paru, dan adanya hyaline membran pada saat otopsi.
Sindrom gawat napas (RDS) (juga dikenal sebagai idiopathic respiratory
distress syndrome) adalah sekumpulan temuan klinis, radiologis, dan histologis yang
terjadi terutama akibat ketidakmaturan paru dengan unit pernapasan yang kecil dan sulit
mengembang dan tidak menyisakan udara diantara usaha napas. Istilah-istilah Hyaline
Membrane Disease (HMD) sering kali digunakan saling bertukar dengan RDS (Bobak,
2005).
Respiratory Distress Syndrome adalah penyakit yang disebabkan oleh
ketidakmaturan dari sel tipe II dan ketidakmampuan sel tersebut untuk menghasilkan
surfaktan yang memadai. (Dot Stables, 2005).

2.3.1 Etiologi

RDS terjadi pada bayi prematur atau kurang bulan, karena kurangnya produksi
surfaktan. Produksi surfaktan ini dimulai sejak kehamilan minggu ke-22, makin muda
usia kehamilan, makin besar pula kemungkinan terjadi RDS. Ada 4 faktor penting
penyebab defisiensi surfaktan pada RDS yaitu prematur, asfiksia perinatal, maternal
diabetes, seksio sesaria.. Surfaktan biasanya didapatkan pada paru yang matur. Fungsi
surfaktan untuk menjaga agar kantong alveoli tetap berkembang dan berisi udara,
sehingga pada bayi prematur dimana surfaktan masih belum berkembang menyebabkan
daya berkembang paru kurang dan bayi akan mengalami sesak nafas. Gejala tersebut
biasanya muncul segera setelah bayi lahir dan akan bertambah berat.

RDS merupakan penyebab utama kematian bayi prematur. Sindrom ini dapat
terjadi karena ada kelainan di dalam atau diluar paru, sehingga tindakan disesuaikan
dengan penyebab sindrom ini. Kelainan dalam paru yang menunjukan sindrom ini
adalah pneumothoraks/pneumomediastinum, penyakit membran hialin (PMH).

2.3.2 Patofisologi

Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur


disebabkan oleh alveoli masih kecil sehingga kesulitan berkembang, pengembangan
kurang sempurna kerana dinding thorax masih lemah, produksi surfaktan kurang
sempurna. Kekurangan surfaktan mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-
paru menjadi kaku. Hal tersebut menyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga daya
pengembangan paru (compliance) menurun 25% dari normal, pernafasan menjadi berat,
shunting intrapulmonal meningkat dan terjadi hipoksemia berat, hipoventilasi yang
menyebabkan asidosis respiratorik.

Telah diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein,
lipoprotein ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli
tetap mengembang. Secara makroskopik, paru-paru nampak tidak berisi udara dan
berwarna kemerahan seperti hati. Oleh sebab itu paru-paru memerlukan tekanan
pembukaan yang tinggi untuk mengembang. Secara histologi, adanya atelektasis yang
luas dari rongga udara bahagian distal menyebabkan edema interstisial dan kongesti
dinding alveoli sehingga menyebabkan desquamasi dari epithel sel alveoli type II.
Dilatasi duktus alveoli, tetapi alveoli menjadi tertarik karena adanya defisiensi surfaktan
ini.

Dengan adanya atelektasis yang progresif dengan barotrauma atau volutrauma


dan keracunan oksigen, menyebabkan kerosakan pada endothelial dan epithelial sel
jalan pernafasan bagian distal sehingga menyebabkan eksudasi matriks fibrin yang
berasal dari darah. Membran hyaline yang meliputi alveoli dibentuk dalam satu
setengah jam setelah lahir. Epithelium mulai membaik dan surfaktan mulai dibentuk
pada 36- 72 jam setelah lahir. Proses penyembuhan ini adalah komplek; pada bayi yang
immatur dan mengalami sakit yang berat dan bayi yang dilahirkan dari ibu dengan
chorioamnionitis sering berlanjut menjadi Bronchopulmonal Displasia (BPD).

2.3.3 Pencegahan RDS

Tindakan pencegahan yang harus dilakukan untuk mencegah komplikasi pada


bayi resiko tinggi adalah mencegah terjadinya kelahiran prematur, mencegah tindakan
seksio sesarea yang tidak sesuai dengan indikasi medis, melaksanakan manajemen yang
tepat terhadap kehamilan dan kelahiran bayi resiko tinggi. Tindakan yang efektif utntuk
mencegah RDS adalah:

a. Mencegah kelahiran < bulan (premature).

b. Mencegah tindakan seksio sesarea yang tidak sesuai dengan indikasi medis.

c. Management yang tepat.

d. Pengendalian kadar gula darah ibu hamil yang memiliki riwayat DM.

e. Optimalisasi kesehatan ibu hamil.

f. Kortikosteroid pada kehamilan kurang bulan yang mengancam.

g. Obat-obat tocolysis (β-agonist : terbutalin, salbutamol) relaksasi uterus Contoh :


Salbutamol (ex: Ventolin Obstetric injection) 5mg/5 ml (utk asma: 5 mg/ml) Untuk
relaksasi uterus : 5 mg salbutamol dilarutkan dalam infus 500 ml dekstrose/NaCl
diberikan i.v (infus) dgn kecepatan 10 – 50 μg/menit dgn monitoring cardial effect. Jika
detak jantung ibu > 140/menit kecepatan diturunkan atau obat dihentikan

h. Steroid (betametason 12 mg sehari untuk 2x pemberian, deksametason 5 mg setiap


12 jam untuk 4 x pemberian)

i. Cek kematangan paru (lewat cairan amniotic pengukuran rasio


lesitin/spingomielin : > 2 dinyatakan mature lung function)

2.3.4 Manifestasi Klinis

Berat dan ringannya gejala klinis pada penyakit RDS ini sangat dipengaruhi
oleh tingkat maturitas paru. Semakin rendah berat badan dan usia kehamilan, semakin
berat gejala klinis yang ditujukan.
Manifestasi dari RDS disebabkan adanya atelektasis alveoli, edema, dan
kerosakan sel dan selanjutnya menyebabkan kebocoran serum protein ke dalam alveoli
sehingga menghambat fungsi surfaktan. Gejala klinikal yang timbul yaitu : adanya sesak
nafas pada bayi prematur segera setelah lahir, yang ditandai dengan takipnea (> 60
x/minit), pernafasan cuping hidung, grunting, retraksi dinding dada, dan sianosis, dan
gejala menetap dalam 48-96 jam pertama setelah lahir. Berdasarkan foto thorak,
menurut kriteria Bomsel ada 4 stadium RDS yaitu :pertama, terdapat sedikit bercak
retikulogranular dan sedikit bronchogram udara, kedua, bercak retikulogranular
homogen pada kedua lapangan paru dan gambaran airbronchogram udara terlihat lebih
jelas dan meluas sampai ke perifer menutupi bayangan jantung dengan penurunan aerasi
paru. ketiga,alveoli yang kolaps bergabung sehingga kedua lapangan paru terlihat lebih
opaque dan bayangan jantung hampir tak terlihat, bronchogram udara lebih luas.
keempat, seluruh thorax sangat opaque ( white lung ) sehingga jantung tak dapat dilihat.

2.3.5 Kasus

Seorang ibu membawa anaknya By.AK yang baru berusia 6 hari, dan si ibu
mengatakan si bayi terdengar suara nafas yang sesak, setelah dilakukan pemeriksaan
terdapat hasil suhu 37 derajat C, N : 86x/menit, RR : 22x/menit. Bayi terlihat kebiruan,
dan tidak terdapat wheezing dan ronkhi.

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : By. AK
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 6 Hari
Diagnosa medis : RDS

2. Riwayat Keperawatan
1) Riwayat keperawatan sekarang
a. Keluhan utama :
Sesak nafas
b. Observasi dan Pengkajian Fisik (HEAD TO TOE)
Keadaan Umum :
Tanda-tanda Vital
S : 37˚C
N : 86 x/menit
RR : 22 x/menit
B. Analisis Data

Data Masalah Etiologi


S:- Pola napas tidak efektif Kestabilan alveoler
O:
a. Bayi Ny. AK sesak
nafas
b. Bayi Ny.
AK terlihat kebiruan
c. RR 90 x/menit
d. Nadi : 150
e. Wheezing : -
f.  Ronkhi : -     
g. Capillary refill : 3 detik
h.Terpasang oksigen 1
lt/menit

S: Hipotermia Berada di lingkungan


O: yang dingin.
a. Suhu : 35,9 ‘C
b. Terpasang OGT
c.Bayi Ny. AK terlihat
pucat
d. Berat badan:1505 gram

S: Resiko infeksi. Prosedur infasif.


O:
a. Terpasang infus
D10%5 tts/mnt umbilikal
b. Hasil Laboratorium
Leucosit : 10.31 /uL   
c. Tali pusat masih basah

C. Intervensi

N Diagnosa Noc Nic


o Keperawatan
1 Pola nafas Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor respirasi
tidak efektif keperawatan selama 3x24 dan status oksigen
b.d jam, Status respirasiventilasi 2. Auskultasi suara
Ketidakstabila menjadi efektif, yang dibuktikan nafas, catat area
n alveolar dengan indikator sbb:  penurunan dan
a.Tidak bernafas menggunakan ketidak adanya
otot pernafasan tambahan ventilasi dan bunyi
b. Pernafasan 25 - 60 kali nafas
permenit 3. Posisikan klien
untuk memaksimalkan
ventilasi dan
mengurangi dispnea
4. Kolaborasi medis
untuk pemberian obat
pernapasan

2 Hipotermia Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor gejala dari


b.d Berada di keperawatan selama 2x24 jam hopotermia: fatigue,
lingkungan Termoregulasi neonatus stabil, lemah, apatis,
yang dingin yang dibuktikan dengan indikator perubahan warna kulit
sbb: 2. Pindahkan bayi dari
a. Suhu axila 36-37˚ C lingkungan yang
b. Warna kulit merah muda dingin ke dalam
lingkungan / tempat
yang hangat (didalam
inkubator)
3. Segera ganti
pakaian bayi yang
dingin dan basah
dengan pakaian yang
hangat dan kering,
berikan selimut.
4. Monitor intake dan
output

3 Resiko infeksi Setelah di berikan asuhan 1. Cuci tangan


b.d Prosedur keperawatan selama 3×24jam sebelum dan sesudah
infasif diharapkan tidak terjadiinfeksi yan tindakan kperawtan
g dibuktikan dengan indikator 2. Gunakan celemek
sbb : dan sarung tangan
a. Tidak terjadi tanda dan gejala sebagai alat pelindung
infeksi 3. Pertahankan
b. Hasil laboratorium tidak lingkungan aseptik
menunjukan tanda dan gejala selama pemasangan
infeksi alat dan tindakan ganti
balut
4. Kolaborasi
pemberian terapi medi
s
5. Kolaborasi
pemeriksaan
laboratorium

D. Implementasi

N Implementasi Evaluasi formatif Evaluasi hasil Tt


o d
dx
1 1. Memantau keadaan S:- S:-
umum bayi dan O: -Keadaan umum O :-RR:75x/menit
memberikan terapi baik, masih terpasang Bayi masih terpasang
O2 : 1 oksigen 1lt/menit oksigen 1 lt/menit
lt/menit                     S;- Kesadaran bayi
2. Melakukan O:-Kesadaran composmentis
auskultasi suara composmentis A : Masalah pola
nafas, mencatat area -RR : 75x/menit, nafas tidak efektif
penurunanfungsi Capilery refill : 3 menit b.dketidakstabilan
paru danmencatat bun S:-               alveolar belum
yi nafas tambahan O:-Tidakditemukan teratasi
3. Memposisikan wheezing, ronkhi, dan P : Pertahankan
tubuh bayi agar suara tambahan intervensi no. 1, 2,
maksimal dalam lainnya      3, dan 4
bernafas dan S:-
mengurangi sesak O: Dexametason 0,2cc
nafas. masuk
4. Melakukan terapi
injeksi Dexametason
3 x 0,2 cc   

2 1. Memonitor S:- S:-


hipotermi bayi 1 jam O: -Suhu:35,9‘C     O :
sekali S:- Bayi masihdidalam
seperti : fatigue, O: -Bayi Ny. S inkubator
lemah, apatis, didalam inkubator Bayi masih terpasang
perubahan warna S: sonde
kulit dan pemeriksaan O: Bayi Ny. S terlihat A: Masalah
suhu nyaman          hipotermia b.d
2. Menempatkan bayi S:- berada di lingkungan
kedalam inkubator O: Balance cairan : yang dingin belum
3. Sesegera mungkin +68’2cc           teratasi.
mengganti pakaian Bayi terpasang sonde P: Pertahankan
bayiyang basah intervensi no. 1, 2,
dengan pakaian yang 3, dan 4
kering dan
menyelimutinya.
4. Menghitung
balance cairan bayi

3 1. Melakukan cuci S:- S:


tangan sesuai standar O: -Cuci tangan O: Hasil
IPCN dilakukan           Laboratorium Leuco
2. Menggunakan S: sit : 10,31 /uL   
celemek dan sarung O: -Terpasang infus Tali pusat masih
tangan steril dalam umbilikal                        basah
melakukan asuhan    Terpasang infus
keperawatan S:- umbilikal
3. Mempertahankan O: Tali pusat masih A : Masalah resiko
lingkungan aseptic basah infeksi b.d Prosedur
selama proses S:- infasif masih dalam
tindakan ganti balut O: Lekosit :10,31 tahap observasi
4. Mengisi blangko /UL       Menurut expert [dr.
pemeriksaan S:-  sp.A] Masalah resiko
laboratorium O: Injeksi masuk infeksiberlangsung
5. Melakukan selama 3 hari
injeksiCefotaksim P : Pertahankan
2x75 mg/ IV dan intervensi no. 1, 2, 3,
Dexamethasone 3 x 4, 5
0,2 mg / IV
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Respiratoty distress syndrome merupakan perkembangan yang imatur pada
sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan
sebagai Hyaline Membrane Diseasa. Respiratory Distres Syndrom hampir selalu terjadi
pada bayi prematur; semakin prematur, semakin besar kemungkinan terjadinya
sindroma ini. RDS terjadi pada bayi prematur atau kurang bulan, karena kurangnya
produksi surfaktan.

3.2 Saran
Dengan makalah ini diharapkan seluruh komponen tenaga kesehatan pada
khususnya dapat memberikan asuhan keperawatan kepada anak dengan respiratory
distress syndrome dengan baik dan sesuai dengan prosedur keperawatan serta tentunya
memperhatikan aspek-aspek tertentu yang berhubungan dengan prosedur yang
dilakukan
DAFTAR PUSTAKA

Kasiati. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia I. Jakarta : KKRI


Hidayat. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika
Nughoro. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah dan Dalam.
Yogyakarta : Nuha Medika
Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha
Medika

Anda mungkin juga menyukai