Anda di halaman 1dari 77

MODUL

PRAKTIKUM INSTRUMENTASI

LABORATORIUM INSTRUMENTASI DAN


ELEKTRONIKA

Oleh :

Tim Laboratorium

SEKOLAH TINGGI ENERGI DAN MINERAL


Jl. Gajahmada No. 38 Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, 58315
Telp. 0296-421897, Faks. 0296-425939
2013
Daftar Isi
I. PANDUAN UMUM KESELAMATAN DAN PENGGUNAAN PERALATAN
LABORATORIUM................................................................................................................1
KALIBRASI RTD .....................................................................................................................3
KALIBRASI PRESSURE GAUGE ..........................................................................................7
KALIBRASI DP CELL PNEUMATIC LEVEL TRANSMITTER ........................................18
KALIBRASI TERMOKOPEL ................................................................................................22
PRESSURE TRANSMITTER.................................................................................................26
TEMPERATUR TRANSMITTER ..........................................................................................32
ORIFICE METER ...................................................................................................................35
LEVEL MEASUREMENT .....................................................................................................43
Modul Praktikum INSTRUMENTASI

I. PANDUAN UMUM KESELAMATAN DAN PENGGUNAAN PERALATAN


LABORATORIUM

KESELAMATAN
Pada prinsipnya, untuk mewujudkan praktikum yang aman diperlukan partisipasi seluruh
praktikan dan asisten pada praktikum yang bersangkutan. Dengan demikian, kepatuhan setiap
praktikan terhadap uraian panduan pada bagian ini akan sangat membantu mewujudkan
praktikum yang aman.
BAHAYA LISTRIK
• Perhatikan dan pelajari tempat‐tempat sumber listrik (stop‐kontak dan circuit breaker)
dan cara menyala‐matikannya. Jika melihat ada kerusakan yang berpotensi
menimbulkan bahaya, laporkan pada asisten
• Hindari daerah atau benda yang berpotensi menimbulkan bahaya listrik (sengatan
listrik/ strum) secara tidak disengaja, misalnya kabel jala‐jala yang terkelupas dll.
• Tidak melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya listrik pada diri sendiriatau
orang lain
• Keringkan bagian tubuh yang basah karena, misalnya, keringat atau sisa air wudhu
• Selalu waspada terhadap bahaya listrik pada setiap aktivitas praktikum Kecelakaan
akibat bahaya listrik yang sering terjadi adalah tersengat arus listrik. Berikut ini adalah
hal‐hal yang harus diikuti praktikan jika hal itu terjadi:
 Jangan panik
 Matikan semua peralatan elektronik dan sumber listrik di meja masing‐masing dan
di meja praktikan yang tersengat arus listrik
• Bantu praktikan yang tersengat arus listrik untuk melepaskan diri dari sumber listrik
• Beritahukan dan minta bantuan asisten, praktikan lain dan orang di sekitar andatentang
terjadinya kecelakaan akibat bahaya listrik

BAHAYA API ATAU PANAS BERLEBIH


• Jangan membawa benda‐benda mudah terbakar (korek api, gas dll.) ke dalam
ruangpraktikum bila tidak disyaratkan dalam modul praktikum
• Jangan melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan api, percikan api atau panas yang
berlebihan
• Jangan melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya api atau panas berlebih
pada diri sendiri atau orang lain
• Selalu waspada terhadap bahaya api atau panas berlebih pada setiap aktivitas praktikum
Berikut ini adalah hal‐hal yang harus diikuti praktikan jika menghadapi bahaya api atau panas
berlebih:
• Jangan panik
• Beritahukan dan minta bantuan asisten, praktikan lain dan orang di sekitar anda tentang
terjadinya bahaya api atau panas berlebih
• Matikan semua peralatan elektronik dan sumber listrik di meja masing‐masing Menjauh
dari ruang praktikum

Laboratorium Instrumentasi dan Elektronika 1


Modul Praktikum INSTRUMENTASI

BAHAYA BENDA TAJAM DAN LOGAM


• Dilarang membawa benda tajam (pisau, gunting dan sejenisnya) ke ruang praktikum
bila tidak diperlukan untuk pelaksanaan percobaan
• Dilarang memakai perhiasan dari logam misalnya cincin, kalung, gelang dll.
• Hindari daerah, benda atau logam yang memiliki bagian tajam dan dapat melukai
• Tidak melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan luka pada diri sendiri atau orang
lain
LAIN-LAIN
• Dilarang membawa makanan dan minuman ke dalam ruang praktikum

Laboratorium Instrumentasi dan Elektronika 2


Modul Praktikum INSTRUMENTASI

KALIBRASI RTD

1. Tujuan
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu :
a. Melakukan kalibrasi RTD dengan cara membandingkan suhu pengukuran dengan
alat standar (dalam hal ini termometer gelas)
b. Membandingkan perubahan resistansi yang terjadi dengan perubahan suhu

2. Bahan/Reagen
Kebutuhan bahan untuk satu kali praktikum (5 orang praktikan) yaitu sebagai berikut :
No. Bahan/Reagen Volume Satuan
1. Minyak pelumas 500 ml

3. Peralatan
a. RTD

b. Multimeter

c. Breaker Glass

d. Hot plate

Laboratorium Instrumentasi dan Elektronika 3


Modul Praktikum INSTRUMENTASI

e. Handler Stand

f. Termometer Gelas (sebagai standar)

4. Keselamatan Kerja
a. Gunakan APD yang sesuai
b. Berhati-hati dalam melaksanakan praktikum ini karena menggunakan fluida
yang dipanaskan

5. Dasar Teori
RTD (Resistance Temperature Detector) merupakan salah satu sensor dalam pengukuran
temperatur. RTD sering dipakai dalam pengukuran dikarenakan sifatnya yang linear dan
mempunyai range yang cukup lebar.
Nilai resistansi dari konduktor metal akan meningkat sesuai dengan kenaikan suhu.
Rumus dasar : R = R0 [1+α(t – t0)]
Dengan α = koefisien temperature dari resistansi
Ada beberapa konfigurasi dari RTD :
• 2 wire RTD
• 3 wire RTD
• 4 wire RTD

6. Langkah Kerja
a. Menyiapkan peralatan kerja.
b. Merangkai peralatan sesuai dengan gambar percobaan
c. Menghidupkan hot plate untuk memanaskan pelumas yang berada dalam breaker glass
d. Mengamati besar perubahan temperatur pada termometer dan resistansi yang terjadi
melalui multimeter dari suhu 50 oC sampai 100 oC pada setiap kenaikan 10 oC.
e. Mematikan hot plate untuk menurunkan suhu.
f. Mengamati besar perubahan temperatur pada termometer dan resistansi yang terjadi
melalui multimeter dari suhu 100oC sampai dengan 50 oC pada setiap penurunan 10 oC.

Laboratorium Instrumentasi dan Elektronika 4


Modul Praktikum INSTRUMENTASI

g. Membandingkan data hasil pengamatan dan perhitungan (dengan menggunakan table


RTD).

7. Pehitungan
a. Dengan menggunakan tabel RTD, ubah titik-titik pengukuran ke dalam ohm dan
masukkan ke dalam tabel.
b. Nilai standar = ohm titik pengukuran
c. Hitung deviasi (error) = data hasil pengukuran – nilai standar.

8. Tugas:
a. Mencatat data hasil percobaan dan memasukkan ke dalam tabel
b. Membuat grafik hubungan antara RTD dan termometer gelas

9. Data hasil praktikum


Titik Pengukuran
Resistance (Ω) Error
ukur Standard
(oC) Naik Turun (Ω) Naik Turun
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90

10. Pembahasan dan Kesimpulan

Laboratorium Instrumentasi dan Elektronika 5


Modul Praktikum INSTRUMENTASI

11. Lampiran

Laboratorium Instrumentasi dan Elektronika 6


Modul Praktikum INSTRUMENTASI

KALIBRASI PRESSURE GAUGE

1. Tujuan
Setelah mengikuti praktikum mateeri Kalibrasi Tekanan, mahasiswa mampu :
a. Mengetahui range kerja dari alat ukur tekanan.
b. Melakukan instalasi pemasangan alat ukur tekanan.
c. Melaksanakan kalibrasi tekanan.
d. Menghitung error alat ukur tekanan.
e. Mengetahui baik dan tidaknya alat ukut
f. Membedakan antara tekanan atmospher, tekanan absolut dan tekanan vacuum.

2. Bahan/Reagen :
Kebutuhan bahan untuk satu kali praktikum (5 orang praktikan) yaitu sebagai berikut :

No. Bahan/Reagen Volume Satuan


1. Oli Tellus 250 ml
2. Majun 1/4 Kg
3. O ring set 1 Buah

3. Peralatan :
a. Dead Weight Tester (DWT)
b. Beban Dead Weight Tester (DWT)
c. Pressure gauge (alat ukur tekanan)
d. Meja kerja untuk menempatkan DWT

Gambar 1. Dead Weight Tester Gambar 2. Dead Weight Tester

Laboratorium Instrumentasi dan Elektronika 7


Modul Praktikum INSTRUMENTASI

Gambar 3 Beban DWT Gambar 4. Preesure Gauge

4. Keselamatan Kerja :
a. Pada saat melakukan praktikum di laboratorium, peserta pelatihan diharapkan
menggunakan alat keselamatan kerja/alat pelindung.
Diantaranya :
• Kaca mata
• Kaos tangan
• Sepatu safety
• Pakaian kerja
• Topi safety
b. Sebelum pekerjaan kalibrasi alat uku dilakukan, beban DW perlu dibersihkan (dilap),
untuk supaya tidak licin dan lebih akurasi.
c. Pada saat meletakan beban DWT, ke tempatnya atau mengambil dari tempatnya,
dilakukan dengan hati-hati dan satu persatu.
d. Pada saat menambah atau mengurangi yang digunakan, jika penambahan atau
pengurangan secara ekstrim, maka tekanannya harus diturunkan hingga seperti awal,
setelah beban yang diinginkan sudah pada posisinya lalu tekanan dinaikkan seperti yang
diharapkan.
e. Untuk mengeraskan pressure gauge ke DWT tidak perlu menggunakan tools (cukup
dengan kekuatan tangan) sesuai dengan buku panduan alat kerja (DWT).
f. Hindari kebocoran dari yang terjadi
g. Tumpahan oli jika berlebihan akan menimbulkan kondisi kerja tidak safety (licin)
h. Pada saat pembacaan alat diharapkan pandangan tegak lurus untuk menghindari
kesalahan (paralaks)

5. Dasar Teori
Ada tiga (3) macam skala untuk pengukuran tekanan, yaitu :
• Gauge pressure scale

Laboratorium Instrumentasi dan Elektronika 8


Modul Praktikum INSTRUMENTASI

• Absolute pressure gauge


• Vacuum pressure gauge
Perbedaan antara gauge pressure scale dengan absolute pressure scale, adalah terletak
pada lokasi titik nolnya. Pada gauge pressure scale titik nolnya adalah pada tekanan
atmosfir. Pada absolute pressure gauge scale titik nolnya pada absolute zero pressure
point. Vacuum scale mempunyai titik nol pada tekanan atmhosphere dan titik
maksimumnya berada pada absolute zero pressure point. Jadi dengan demikian skala
digunakan untuk menunjukkan tekanan gauge negatif. Tekanan atmhosphere adalah
tekanan yang ada dipermukaan bumi dan bervariasi karena ketinggian dari permukaan air
laut.
Gauge pressure adalah tekanan yang terbaca pada lat ukur. Absolute pressure adalah
tekanan yang diukur mulai dari titik nol absolute. Jika tekanan ini melebihi tekanan
atmhosphere lokal maka tekanan ini dapat dinyatakan sebagai jumlah dari tekanan
atmhosphere lokal dengan tekanan gauge.
Satuan tekanan
Tekanan dapat didefinisikan sebagai gaya berat persatuan luas.
P = F/A;
Dimana ,
P = Tekanan
F = Gaya ; F weight = m.g
A = Area of Piston
Beberapa satuan tekanan yang sering digunakan adalah sebagai berikut :
1 atm = 14,696 pound per square inch (psi)
= 1,01325 x 105 Newton persquare meter.
= 2116 Pound force persquare foot (lbf/ft2)
= 101,3 kPa = 1,013 Bar
1 N/m2 = 1 Pascal
1 Kpa = 1000 pascal (Pa)
100 kPa = 1 Bar
1 in Hg = 70,73 lbf/ft2
1 mm Hg = 133,32 Pa
1 Psi = 27,73 in H2O

Metode Pengukuran Tekanan


Banyak bentuk dan cara kerja alat pengukur tekanan yang dipakai dalam suatu proses.
Secara garis besar metode pengukuran tekanan dapat dibagi sebagai berikut :
• Gravitation instrument
• Elastic Devormation instrument
• Special type

Laboratorium Instrumentasi dan Elektronika 9


Modul Praktikum INSTRUMENTASI

Gravitation Instrument
Adalah metode pengukuran tekanan dengan jalan mengimbangi tekanan yang diketahui
dengan yang tidak diketahui seperti misalnya:
• Liquid colum gauge
- U tube manometer
- Well type manometer
- Inclined manometer
• Piston gauge

Elastic Devormation Instrument


Pengukuran tekanan dengan membuta kesetimbangan antara tekanan yang tidak
diketahui dengan calibrated spring, contohnya elemen-elemen ini adalah :
• Bourdon tube element
- C tube
- Spiral
- Hellical
• Methalic diaphragm element
• Capsule element
• Bellows element

Metode elektrik
Adalah pengukuran tekanan dengan methode yang berbeda dengan diatas yanitu
menggunakan :
• Strain gauge
• Piezo electric crystal

Bourdon tube
Adalah metode pengukur tekanan yang paling banyak digunakan karena selain sederhana
dapat digunakan untuk pengukuran besara- besaran yang lain seperti temperature, flow dan
sebagainya.

Bourdon C Tube
Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut, karena luas permukaan bagian luar lebih besar dari
bagian dalam, maka bila ada perubahan- perubahan tekanan dari proses akan menyebabkan
tube mengalami penyimpangan keluar arah. Gerakan yang kecil dari bourdon ini melalui
elemen signal conditioning (link and gear) diperbesar dan gerakannya dirubah menjadi
gerakan berputar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 7.

Laboratorium Instrumentasi dan Elektronika 10


Modul Praktikum INSTRUMENTASI

Gambar 16. Pressure Gauge yang terpasang Dead Weight Tester (DWT)
iv. Dan perlu diingat bahwa kalibrasi bukan pekerjaan untuk memperbaiki suatu
pressure gauge, tetapi pekerjaan ini hanya membandingkan antara alat standar
dengan pressure gauge.
v. Pekerjaan kalibrasi pressure gauge untuk tekanan nol (zero) tidak dapat dapat
dikalibrasi, beban (weight) tidak nol, jadi untuk melakukan kalibrasi harga nol
tidak diperkenankan.
vi. Untuk melakukan pekerjaan kalibrasi pressure gauge yang mempunyai
toleransi 0,1 sampai dengan 0,2 (alat ukur untuk industri) dibagi menjadi 5 titik
yaitu 20, 40, 60, 80 dan 100%. Dan dilakukan pengulangan tiga kali.
vii. Pekerjaan kalibrasi pressure gauge dilakukan dengan tekanan naik (yaitu dari
20, 40, 60, 80 dan 100%) dan tekanan turun (yaitu 100, 80, 60, 40 dan 20%)
atau 10, 25, 50, 75, 90% dan 90, 75, 50,25,10%.
viii. Hasil dari pekerjaan kalibrasi pressure gauge dicatat disetiap titiknya baik
tekanan naik dan tekanan turun serta setiap langkahnya juga dicatat.
ix. Setelah selesai pekerjaan kalibrasi pressure gauge, maka pressure dilepas
dari koneksinya, dan disimpan pada tempat yang telah tersedia.
d. Pekerjaan kalibrasi pressure selesai dilakukan
i. Dead Weight Tester (DWT) dibersihkan dari oli yang digunakan melakukan
pekerjaan kalibrasi pressure gauge.
ii. Tuas pemompaan yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kalibrasi
pressure gauge juga dilepas dari kedudukannya.
iii. Dead Weight Tester (DWT) dibersihkan, ditutup dan disimpan pada tempatnya.
iv. Beban DWT dibersihkan, disusun rapi berdasarkan urutannya dan kemudian
ditutup dengan tempatnya sendiri lalu dismpan pada tempat yang tersedia.
v. Meja kerja dibersihkan , dirapikan.
vi. Membuat laporan sementara hasil pekerjaan kalibrasi pressure gauge

Laboratorium Instrumentasi dan Elektronika 16


Modul Praktikum INSTRUMENTASI

Normal Accuracy Class


Size 0.1 0.25 0.6 1 1.6 2.5 4
40 and 50
63
80
100
150 and
160
250

Table 1. Nominal size vs accuracy

7. Pehitungan
Untuk perhitungan yang dilakukan pada saat pekerjaan kalibrasi pressure gauge biasanya
berupa konversi dari psi ke kg/cm2, atau dari bar ke kg/cm2. Dan menghitung selisih antara
alat ukur standar dengan alat ukur yang di kalibrasi, yaitu, error = alat ukur standar –
penunjukkan alat ukur yang dikalibrasi.

8. Tugas
a. Menghitung ulang hasil percobaan supaya didapat hasil yang baik.
b. Membuat laporan hasil pekerjaan kalibrasi pressure gauge

9. Data hasil praktikum


Kalibrasi pressure gauge akan menghasilkan data dan laporan hasil pekerjaan pressure
gauge. Data dapat berupa data mentah yang memerlukan konversi yang benar, dan data dari
masing-masing titik percobaan serta masing- masing pengulangan.
Table 2. Data Hasil Kalibrasi

As-found data
Test Point Unit Under Error Unit Under Error Hysterisis Error
(%) Test Standard
Test reading Test reading
Reading (psi) ( ) ( ) (% FS)
( ) ( )
10 20 19 -1 19 -1 0
25 50 49 -1 50 0 0.5
50 100 99 -1 100 0 0.5
75 150 149 -1 151 1 1
90 180 179 -1 180 0 0.5

10. Pembahasan dan Kesimpulan

Laboratorium Instrumentasi dan Elektronika 17


Modul Praktikum INSTRUMENTASI

KALIBRASI DP CELL PNEUMATIC LEVEL TRANSMITTER

1. Tujuan
Setelah mengikuti praktikum ini Mahasiswa mampu :
a. Menjelaskan prinsip kerja D/P Cell Pneumatic Level Transmitter
b. Mengidentifikasi elemen-elemen pada D/P Cell Pneumatic Level Transmitter
c. Melakukan kalibrasi pada D/P Cell Pneumatic Level Transmitter
d. Melakukan adjustment pada D/P Cell Pneumatic Level Transmitter

2. Bahan/Reagen
-

3. Peralatan
a. D/P Cell Pneumatic Level Transmitter

b. Pressure Gauge dan Water Column & water tank/reservoir

c. Kunci pas & Obeng

Laboratorium Instrumentasi dan Elektronika 18


Modul Praktikum INSTRUMENTASI

4. Keselamatan Kerja
a. Gunakan APD yang sesuai
b. Jangan melakukan percobaan sebelum diberi perintah oleh instruktur
c. Laporkan segera ke instruktur bila terjadi kegagalan alat dan kecelakaan kerja.
d. Lalukan pekerjaan dengan serius dan konsentrasi.

5. Dasar Teori
D/P Cell Pneumatic Level Transmitter adalah Differential Cell Transmitter, yang bisa
untuk mengukur ketinggian fluida berdasarkan prinsip beda tekanan. Dalam hal ini
menggunakan rumus P = ρgh. Sedangkan transmitter sendiri adalah alat instrumen yang
berfungsi untuk mengukur besaran proses sehingga menghasilkan output berupa sinyal
standar yang nilainya sebanding dengan besaran yang diukur. Instrumen ini menggunakan
sensor diafragma capsule yang tergantung range pengukuran. Besaran-besaran fisis dari
proses akan dikonversikan ke besaran sinyal standar pneumatik 3-15 psi Langkah Kerja

6. Langkah Kerja
a. Membuat rangkaian seperti gambar

b. Mengatur air supply dengan memutar regulator air supply sampai 20 psi.
c. Atur regulator input sehingga level di water column pada posisi minimum (0 %).
d. Amati pressure gauge output dan catat hasilnya
e. Atur regulator input sehingga level di water column pada posisi maksimum (100 %).
f. Amati pressure gauge output dan catat hasilnya.
g. Ulangi langkah c. sampai dengan f. untuk nilai 25%, 50% dan 75%.
h. Apabila terjadi deviasi lakukan adjustment dengan cara :
1) Lakukan langkah huruf c dan huruf d, kemudian atur zero adjuster pada transmitter
menggunakan obeng.

Laboratorium Instrumentasi dan Elektronika 19


Modul Praktikum INSTRUMENTASI

Span adjuster

2) Lakukan langkah huruf e. dan huruf f. kemudian atur span adjuster pada transmitter
menggunakan kunci
3) Ulangi langkah h.1) dan h.2) beberapa kali sehingga menunjukkan hasil
yang tepat.
4) Ulangi langkah no. 4) sampai dengan h. dan catat hasilnya.
7. Pehitungan
Besarnya sinyal output transmitter, secara perhitungan dapat dicari dengan rumus :

− .
= + .

− .
= ( − ) +

− .
= ( ) +

Laboratorium Instrumentasi dan Elektronika 20


Modul Praktikum INSTRUMENTASI

8. Tugas:
a. Mencatat hasilnya dan memasukkan ke dalam table
b. Membuat grafik hubungan antara input dan output.

9. Data hasil praktikum


Data kalibrasi sebelum adjustment
Output
Input Persentase
Percobaan Perhitungan Error (psi)
(inch H2O) (%)
(psi) (psi)
Naik Turun Naik Turun Naik Turun Naik Turun Naik Turun
0 100
25 75
50 50
75 25
100 0
Data kalibrasi setelah adjustment
Output
Input Persentase
Percobaan Perhitungan Error (psi)
(inch H2O) (%)
(psi) (psi)
Naik Turun Naik Turun Naik Turun Naik Turun Naik Turun
0 100
25 75
50 50
75 25
100 0

10. Pembahasan dan Kesimpulan

Laboratorium Instrumentasi dan Elektronika 21


Modul Praktikum INSTRUMENTASI

KALIBRASI TERMOKOPEL

1. Tujuan
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu :
a. Membandingkan suhu pengukuran dengan alat standar (dalam hal ini digunakan
thermometer gelas) dan termokopel.
b. Membandingkan perubahan tegangan yang terjadi dengan perubahan suhu.
2. Bahan/Reagen
Kebutuhan bahan untuk satu kali praktikum (5 orang praktikan) yaitu sebagai berikut :

No. Bahan/Reagen Volume Satuan


1. Minyak pelumas 500 ml

3. Peralatan
a. Termokopel jenis K

b. Multimeter
c. Breaker Glass
d. Hot Plate
e. Handler Stand
f. Alat Ukur Suhu ruangan
g. Termometer Gelas (sebagai Standar)

4. Keselamatan Kerja
a. Gunakan APD yang sesuai
b. Berhati-hati dalam melaksanakan praktikum ini karena menggunakan fluida yang
dipanaskan.

5. Dasar Teori
Pengukuran temperatur dengan metode elektrik yang paling banyak adalah menggunakan
termokopel. Prinsip kerja dari sensor ini ditemukan oleh Seebeck tahun 1821, yang terdiri
dari dua kawat logam yang tidak sejenis dan kedua ujungnya disambung menjadi satu.
Termokopel jenisnya bervariasi dari jenis yang terbuat dari logam mahal atau yang
paling umum digunakan pada aplikasi - aplikasi industri.

Laboratorium Instrumentasi dan Elektronika 22


Modul Praktikum INSTRUMENTASI

Output termokopel :

Jenis – jenis Termokople

Termokopel jenis K adalah kombinasi dari chromel-alumel dimana kaki negatif adalah
alumel dan kaki positif adalah chromel. Pada kawat extention di beri tanda dengan konektor
kuning dan isolasi kuning. Konduktor-konduktor kawat ext yang berdiri sendiri dibungkus
dengan isolasi kuning, untuk kawat ext positif, dan isolasi merah untuk kaki negatif.

6. Langkah Kerja
a. Menyiapkan peralatan kerja.
b. Merangkai peralatan sesuai dengan gambar percobaan.

Laboratorium Instrumentasi dan Elektronika 23


Modul Praktikum INSTRUMENTASI

c. Mengamati dan catat suhu ruangan pada termometer saat percobaan dimulai, dan pada
titik-titik pengukuran
d. Menghidupkan hot plate untuk memanaskan pelumas yang berada dalam breaker glass.
e. Mengamati besar perubahan temperatur pada termometer dan tegangan yang terjadi
melalui multimeter dari suhu 50 oC sampai 100 oC pada setiap kenaikan 10 oC
f. Mematikan hot plate untuk menurunkan suhu.
g. Mengamati besar perubahan temperatur pada termometer dan tegangan yang terjadi
melalui multimeter dari suhu 100 oC C sampai dengan 50 oC pada setiap penurunan 10
o
C.
h. Membandingkan data hasil pengamatan dan perhitungan (dengan menggunakan table
termokopel).

7. Pehitungan
a. Dengan menggunakan tabel termokopel, ubah titik-titik pengukuran ke dalam
milivolt dan masukkan ke dalam tabel.
b. Suhu ruang yang tercatat diubah ke dalam milivolt dan masukkan ke tabel
c. Nilai standar = milivolt titik pengukuran – suhu ruang (sebagai reference junction)
d. Hitung deviasi (error) = data hasil pengukuran – nilai standar.

8. Tugas:
a. Mencatat data hasil percobaan dan memasukkan ke dalam tabel
b. Membuat grafik hubungan antara termokopel dan termometer gelas

9. Data hasil praktikum


Titik Pengukuran Pembacaan Suhu Nilai Error
Standart (oC) Thermocouple (mV) Ruang Percobaan (mV)
(1) (2) (3) (4) (5)
Rata-
Naik Turun mV Naik Turun (oC) mV (4) = (2) – (3) (5) = (4)- (1)
rata
50 50
60 60
70 70
80 80
90 90
100 100

10. Pembahasan dan Kesimpulan

Laboratorium Instrumentasi dan Elektronika 24


Modul Praktikum INSTRUMENTASI

11. Tabel Termokopel

Laboratorium Instrumentasi dan Elektronika 25


Modul Praktikum INSTRUMENTASI

PRESSURE TRANSMITTER

1. Tujuan :
Setelah mengikuti praktikum Pressure Transmitter, Mahasiswa mampu :
a. Menjelaskan metoda pengukuran tekanan
b. Menyebutkan tujuan pengukuran tekanan pada proses
c. Menyebutkan jenis alat-alat ukur tekanan elektronik
d. Menggambar skema alat ukur transmitter tekanan.
e. Menjelaskan prinsip kerja dari masing-masing alat ukur transmitter tekanan.
f. Menjelaskan faktor-faktor yang merusak penampilan alat ukur tekanan dan cara
mengatasinya.

2. Bahan/Reagen :
Kebutuhan bahan untuk satu kali praktikum (5 orang praktikan) yaitu sebagai berikut:
No. Nama Barang Volume Satuan
1. Tubing plastik 5 Meter
2. Fitting plastik 10 Pcs
3. Majun 0,2 Kg
4. Seal tape 2 Buah

3. Peralatan :
No. Nama Barang Volume Satuan
1. Pressure Transmitter 2 Unit
2. Multifunction Calibrator 1 1
3. Multi meter 1 Unit
4. Tools 1 Set
5. Sumber listrik - -

Gambar 1. Electronic Pressure Transmitter

Laboratorium Instrumentasi dan Elektronika 26


Modul Praktikum INSTRUMENTASI

6. Langkah Kerja
Peralatan di rangkai untuk dilakukan pengukuran dan kalibrasi, seperti rangkaian berikut.

Gambar 8. Rangkaian Kalibrasi Pressure Transmitter

Keterangan :
a. Pada saat membuat rangkaian Pengukuran dan Kalibrasi Pressure Transmitter
Elektronik, dipastikan semua peralatan dalam kondisi OFF.
b. Rangkaian instalasi Pressure Transmitter Elektronik dilakukan dengan cermat,dan
benar, karena jika sampai terjadi kesalahan akan merusak peralatan yang digunakan.
Sebelum melakukan kalibrasi alangkah baiknya dimengerti masing-masing peralatan
yang digunakan :
1) Multifunction Calibrator, merupakan perangkat yang membangkitkan tekanan
yang dibutuhkan oleh Pressure Transmitter. Multifunction Calibrator dapat di set
sesuai dengan kebutuhan/disesuaikan dengan Input Pressure Transmitter.
2) Pressure Transmitter Elektronic, merupakan equipment yang akan di kalibrasi, dan
Pressure Transmitter Elektronik mempunyai batasan pengukuran sesuai dengan plat
tag transmitter dan output 4 – 20 mA dan Pressure Transmitter Elektronik ini juga
dilengkapi dengan display. Sehingga apabila input tekanan yang diberikan dapat
ditampilkan di display tersebut.
3) Multimeter, merupakan alat ukur standard dan dapat disesuaikan dengan
kebutuhan, penunjukkan di display Pressure Transmitter Elektronik harusnya sesuai
dengan penunjukkan di Multimeter
c. Setelah rangkaian pengukuran dan kalibrasi pressure transmitter elektronik dan
perangkat lainnya diyakinkan sudah benar, maka langkah pengukuran dilakukan,
pertama perhatikan range ukur transmitter yang sebelumnya telah terkalibrasi dan
lakukan pemetaan terhadap range yang ada dalam transmitter seperti tabel pengambilan
data dibawah.
d. Berikan input udara bertekanan ke dalam Junction upstream transmitter berlabel H
“high” secara bertahap sesuai pemetaan range awal. Setelah itu perhatikan pula current
output yang dihasilkan transmistter dan lakukan pengambilan data sesuai dengan tabel
dibawah

7. Pehitungan
Formula yang digunakan sebagai berikut :

Output= (Imax - Imin ). ((Ref.Pressure - Min.Pressure) / (Max.Pressure - Min.Pressure))+ (Imin )

Laboratorium Instrumentasi dan Elektronika 30


Modul Praktikum INSTRUMENTASI

Keterangan :
- Nilai (Imax) = Maximum Range dari Pressure Transmitter
- Nilai (Imin) = Minimum Range dari Pressure Transmitter
- Ref. Pressure = Pembacaan actual saat pengukuran
- Min. Pressure = Minimum Range Pressure Transmitter
- Max. Pressure = Maximum Range Pressure Transmitter

8. Tugas
a. Menyelesaikan perhitungan manual
b. Membandingkan hasil perhitungan manual dengan data yang didapat dari kalibrasi.
c. Membuat laporan hasil perhitungan dengan data hasil kalibrasi.

9. Data hasil praktikum


Data hasil praktikum sebagai berikut :
a. Sebelum Adjustment :
Nilai Perhitungan Hasil Percobaan
Nilai Operasi
Multimeter Tekanan Error
(%) Arus (mA)
(mA) (bar/Psi, etc)
Naik Turun Naik Turun Naik Turun Naik Turun Naik Turun
0 100
25 75
50 50
75 25
100 100
b. Setelah Adjustment :
Nilai Perhitungan Hasil Percobaan
Nilai Operasi
Multimeter Tekanan Error
(%) Arus (mA)
(mA) (bar/Psi, etc)
Naik Turun Naik Turun Naik Turun Naik Turun Naik Turun
0 100
25 75
50 50
75 25
100 100

10. Pembahasan dan Kesimpulan

Laboratorium Instrumentasi dan Elektronika 31


Modul Praktikum INSTRUMENTASI

TEMPERATUR TRANSMITTER

1. Tujuan
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu :
a. Melakukan kalibrasi Temperatur Transmitter dengan cara membandingkan suhu
pengukuran dengan alat standar (dalam hal ini termometer gelas) dan sinyal standar
dan output standart elektronik.
b. Membandingkan perubahan arus yang terjadi dengan perubahan suhu

2. Bahan/Reagen
Kebutuhan bahan untuk satu kali praktikum (5 orang praktikan) yaitu sebagai berikut :
No. Bahan/Reagen Volume Satuan
1. Minyak pelumas 500 ml

3. Peralatan
a. Sensor Temperatur : RTD & Thermocouple
b. Mulltimeter
c. Breaker Glass
d. Hot Plate
e. Handler Stand
f. Thermometer Gelas (sebagai Standart)
g. Temperature Transmitter

Gambar 1. Temperature Transmitter

4. Keselamatan Kerja
a. Gunakan APD yang sesuai
b. Berhati-hati dalam melaksanakan praktikum ini karena menggunakan fluida yang
dipanaskan

Laboratorium Instrumentasi dan Elektronika 32


Modul Praktikum INSTRUMENTASI

5. Dasar Teori

“Smart” Temperature Transmitter Analog Temperrature Transmitter

Apply temperature here Apply temperature here

6. Langkah Kerja
Peralatan dirangkai untuk dilakukan pengukuran dan kalibrasi, seperti rangkaian berikut.

Laboratorium Instrumentasi dan Elektronika 33


Modul Praktikum INSTRUMENTASI

a. Terminal

b. Input

7. Pehitungan
Formula yang digunakan sebagai berikut :
Output= (Imax - Imin ) . ((Ref.Temp - Min.Temp) / (Max.Temp - Min.Temp)) + (Imin )
Keterangan :
- Nilai (Imax) = Maximum Range dari Temperatur Transmitter
- Nilai (Imin) = Minimum Range dari Temperatur Transmitter
- Ref. Temp = Pembacaan actual saat pengukuran
- Min. Temp = Minimum Range Temperatur Transmitter
- Max. Temp = Maximum Range Temperatur Transmitter

8. Tugas
a. Menyelesaikan perhitungan manual
b. Membandingkan hasil perhitungan manual dengan data yang didapat dari kalibrasi.
c. Membuat laporan hasil perhitungan dengan data hasil kalibrasi.

9. Data hasil praktikum


Data hasil praktikum sebagai berikut :
Nilai Perhitungan Hasil Percobaan
Nilai Operasi
Multimeter Temperatur Error
(oC) Arus (mA)
(mA) ( C, etc)
o

Naik Turun Naik Turun Naik Turun Naik Turun Naik Turun
40 90
50 80
60 70
70 60
80 50
90 40

10. Pembahasan dan Kesimpulan

Laboratorium Instrumentasi dan Elektronika 34


Modul Praktikum INSTRUMENTASI

ORIFICE METER

1. Tujuan :
Setelah mengikuti praktikum Flow Measurement ini, Mahasiswa mampu :
a. Menjelaskan metoda pengukuran aliran fluida
b. Menyebutkan tujuan pengukuran laju aliran fluida dan laju alir massa fluida pada
Orifice meter
c. Menjelaskan faktor-faktor yang terjadi dalam pengukuran laju aliran fluida.

2. Bahan/Reagen :
Kebutuhan bahan untuk satu kali praktikum (5 orang praktikan) yaitu sebagai berikut:
No. Nama Barang Volume Satuan
1. Tubing plastik 5 Meter
2. Fitting plastik 10 Pcs
3. Majun 0,2 Kg
4. Seal tape 2 Buah

3. Peralatan :
No. Nama Barang Volume Satuan
1. Simulasi RT 390 1 Unit
2. Digital Pressure Gauge 2 Unit
3. DP Transmitter 1 1
4. Jangka Sorong 1 Unit
5. Tools 1 Set
6. Sumber listrik - -

Gambar 1. Simulator RT 390

4. Keselamatan Kerja :
a. Pada saat melakukan praktikum di ruang praktik (workshop), mahasiswa wajib
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)

Laboratorium Instrumentasi dan Elektronika 35


Modul Praktikum INSTRUMENTASI

b. Pada saat melakukan praktikum di ruang praktik, jika menggunakan sumber


tegangan listrik, lakukan dengan hati-hati dan perhatikan indikasi yang ada pada
sumber listrik tersebut.
c. Pada saat melakukan koneksi antara peralatan-peralatan yang digunakan dilakukan
dengan hati-hati (sesuai dengan SOP) peralatan itu sendiri.
d. Pastikan peralatan yang menggunakan sumber listrik, sebelum dikoneksikan peralatan
tersebut dalam kondisi OFF.
e. Lakukan percobaan dengan hati -hati, baik dan jangan bergurau.

5. Dasar Teori
Persamaan laju alir untuk pengukuran fluida yang mengalir dalam pipa menggunakan meter
orifice terdiri dari dua yaitu persamaan teoritis dan praktis atau sering dikenaal dengan
industrial praktis. Untuk memahami persamaan laju alir dapat melihat skmea fluida gambar
dibawah ini.

P1 P2

h1 D d h2
V2
V1

Gambar 1. Skema Aliran Fluida pada Orifice


Keterangan :
P1 = Tekanan upstream Pengukuran
P2 = Tekanan downstream Pengukuran
D = Diamater dalam pipa (m)
d = Diameter Orifice (m)
V1 = Kecepatan fluida pada sisi hulu (m/s)
V2 = Kecepatan fluida pada sisi hilir (m/s)
h1 = Tinggi pipa pada sisi hulu
h2 = Tinggi pipa pada sisi hilir

Laboratorium Instrumentasi dan Elektronika 36


Modul Praktikum INSTRUMENTASI

Persamaan laju alir teoritis


Persamaan laju alir teoritis diperoleh melalui beberapa tahapan, dimana mulai dengan
persamaan kesetimbangan energi – mekanik sebagai berikut :
.[ − ] + [ℎ − ℎ ] + ∫ +∑ + = 0 ......................................(1)
Jika fluida yang diukur adalah fluida incompressible maka hasil dari integral menjadi
sebagai berikut :
.[ − ] + [ℎ − ℎ ] + + ∑ + = 0 ......................................(2)
Dari gambar 1 jika pada proses pengukuran diasumsikan tidak ada energi mekanik dan
gesekan yang bekerja maka persamaan menjadi Bernoulli sebagai berikut :
ℎ + + = ℎ + + ...............................................................................(3)
Kemudian persamaan tersebut digabungkan dengan persamaan kesetimbangan massa
untuk kondisi steady state sebagai berikut :
= = .............................................................................................(4)

ℎ + + =ℎ + + ........................................................................(5)
Dimana : g = gaya gravitasi bumi (m/s2)
 = massa jenis fluida (kg/m3)
Untuk proses pengukuran dalam pipa horizontal diperoleh h1 = h2 = 0, diperoleh persamaan
sebagai berikut :
( ⁄ )
− = .............................................................................................(6)
( )
= [( ⁄ ) ]
.....................................................................................................(7)
( )
= [( ⁄ ) ]
(SI) ..............................................................................................(8)
( )
= [( ⁄ ) ]
(English) ......................................................................................(9)
(Geankoplis, 1993)
Jika pengukuran menggunakan meter orifice, dimana point 1 adalah titik sebelum orifice
dan point 2 adalah titik di plate orifice, maka persamaan tersebut menjadi : (Miller,1996)
= .....................................................................................................................(10)
( )
= [ ( ⁄ ) ]
.........................................................................................................(11)
Dimana V2 adalah kecepatan fluida pada persamaan (11) dalam m/s, d adalah diameter bore
orifice dalam m dan D adalah diameter dalam tube orifice dalam m, maka lajur alir fluida
melalui orifice meter menjadi sebagai berikut :
( )
= [ ( ⁄ ) ]
.............................................................................................(12)
qcms adalah lajur alir aktual fluida dalam m3/s. Sedangkan untuk lajur alir massa fluida
sebagai berikut :
Laboratorium Instrumentasi dan Elektronika 37
Modul Praktikum INSTRUMENTASI

= = ..............................................................................................(13)
( )
= [ ( ⁄ )]
..................................................................................................(14)
Dimana qm adalah laju alir massa fluida dalam kg/s. Jika fluida yang diukur merupakan
fluida compressible, untuk mengkoreksi persamaan diatas dikarenakan fluida berekspansi
maka faktor ekspansi gas dibuat, berdasarkan persamaan kesetimbangan energi mekanik di
atas untuk fluida gas, dengan asumsi ekspansi adiabatik dari titik 1 ke titik 2 diperoleh hasil
integral (Miller, 1996) :
= konstan..........................................................................................................(15)
/
[ − ] + [ℎ − ℎ ] + 1− + ∑ + ...................(16)
Sehingga diperoleh persamaan lajur alir massa sebagai berikut :
( )
= ( ⁄ )
................................................................................................(17)
Dimana Y1 adalah faktor ekspansi gas adiabatik pada tap pengukuran tekanan di upstream
orifice, dengan persamaan :
= 1 − (0.41 + 0.35 ) ........................................................................................(18)
Sedangkan untuk Y2 yaitu faktor ekspansi gas jika tap pengukuran di downstream orifice,
dengan persamaan :
= 1+ − (0.41 + 0.35 ) .................................................................(19)
Dengan x1, bila tekanan statis hulu diukur, maka menggunakan persamaan :
∆ ∗
= ,
(SI)..........................................................................................................(20)

= ,
(English).................................................................................................(21)
Persamaan laju alir diatas merupakan persamaan laju alir dengan pendekatan teoritis,
dimana digunakan asumsi – asumsi dalam pembuatannya. Oleh karena iru diperlukan
faktor koreksi perhitungan yang dikenal dengan Coefficient Discharge (C), dimana untuk
orifice dengan flange tap dan Re>4000 persamaan Discharge Coefficient dengan D* (in
mm) sebagai berikut : (Miller, 1996)
= + ...............................................................................................................(22)
Dengan nilai b = 91,706 2,5 dan nilai eksponen n = 0,75
Untuk D*  58,4 mm
= 0,5959 + 0,0312 − 0,184 + 2,286 ∗( )
− 0,856 ∗ ............................(23)
,
= 0,5959 + 0,0312 − 0,184 + 0,039 ( )
− 0,856 ∗
.........................(23)
Sehingga persamaan lajur alir melalui plate orifice square edge sebagai berikut :
( )
= [ ( ⁄ ) ]
............................................................................................(24)

Laboratorium Instrumentasi dan Elektronika 38


Modul Praktikum INSTRUMENTASI

Persamaan laju alir praktis


Persamaan laju alir untu meter orifice yang banyak digunakan diindustri adalah salah
satunya perhitungan yang mengacu pada standar yang dikeluarkan International
Organization for Standardization (ISO). Dimana standar yang digunakan adalah ISO 5167
Measurement of fluida flow by means of pressure differential devices inserted in circural
cross-section conduits running full.
Dasar persamaan aliran massa meter orifice dalam ISO 5167 sebagai berikut :
= 2∆ ..........................................................................................(25)
Ev adalah faktor pendekatan velositas yang dihitung menggunakan persamaan sebagai
berikut :
= .................................................................................................................(26)
Dengan  adalah rasio antar diameter bore orifice dan diameter dalam pipa pada kondisi
mengalir.

= ∗
...........................................................................................................................(27)
Dimana D adalah diameter dalam pipa meter orifice pada kondisi mengalir dan dihitung
pada suhu referensi 68 oF atau 20 oC menggunakan persamaan sebagai berikut :
D* = D*meas x F*aD ..........................................................................................................(28)
D* = D*meas (1 + *P (Tkl – 20 oC)).................................................................................(29)
Sedangkan d adalah diameter lubang pelat orifice pada kondisi mengalir dan dihitung pada
suhu referensi 68 oF atau 20 oC menggunakan persamaan sebagai berikut :
d* = d*meas x F*ad ............................................................................................................(28)
D* = D*meas (1 + *PE (Tkl – 20 oC))
Persamaan nilai Coeffcient Discharge (C) pada standar ISO 5167 adalah sebagai berikut :
,
= 0,5961 + 0,0261 − 0,216 + 0,000521 + (0,0188 +
,
,
0,0063 ) + (0,043 + 0,08 − 0,123 ) (1 − 0,11 ) −
, ,
0,031 − 0,8 .........................................................................................(29)
Dengan nilai
= ................................................................................................................(30)
,
= ......................................................................................................(31)
,
Untuk flange tapping, = =
Bilangan Reynold fluida pada pipa dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai
berikut:
= ......................................................................................................................(32)

Laboratorium Instrumentasi dan Elektronika 39


Modul Praktikum INSTRUMENTASI

Sizing Plat Orifice


Sizing plat orifice yang dimaksdu adalah mendesain lubang (bore) diameter dari plat orifice
yang sesuai dengan kebutuhan dari penggukuran minimum, normal dan maksimum dari
fluida yang melewati Orifice Meter tersebut. Desain orifice didapat setelah data – data
proses seperti tekanan, spesifikasi gas, temperature dan lainnya telah ditetapkan pada saat
awal desai. Jika ada perubahan dari data proses maka perubahan lubang ukuran dapat
berubah. Berdasarkan engineering standar (ISO 5167 dan ASME MFC – 3M) besar lubang
(bore) diameter plat orifice ditentukan pada nilai beta ratio () orifice meter sebesar
0,1<<0,75.

Gambar 2. Geometri Plat Oriffice


(sumber : ISO 5167 Part 2 : Oriffice Plate)
Keterangan :
d = Diameter Oriffice (m)
D = Diamater dalam Pipa (m)
E = Ketebalan plate oriffice (mm), ketebalan antara e dan 0,005D
e = Ketebalan bore plate oriffice (mm), ketebalan antara 0,005D dan 0,002D
 = sudut bevel orifice sebesar 45o

Jenis Oriffice Plate

Laboratorium Instrumentasi dan Elektronika 40


Modul Praktikum INSTRUMENTASI

6. Langkah Kerja
a. Buka mur baut pada oriffice plate dan flange dengan urutan sebagai berikut :

b. Ukur bagian D : diamater dalam pipa (m) dan d : Diameter Orifice (m), dengan
menggunakan jangka sorong.
c. Kencangkan kembali mur baut pada oriffice plate dan flange dengan urutan seperti
semula
d. Peralatan pada percobaaan ini dirangkai, seperti gambar dibawah ini :

e. Usahakan fluida yang ada didalam tubing plastik adalah fluida yang akan diukur.

Laboratorium Instrumentasi dan Elektronika 41


Modul Praktikum INSTRUMENTASI

f. Lakulah pengamatan Flowrate, P1, P2 pada simulator RT 390 dan P1, P2 pada pressure
gauge dan atur flowrate dengan menggunakan valve no. 6 (adjustment of flowrate).

7. Pehitungan
Formula yang digunakan sebagai berikut :
a. Gunakan persamaan secara pendekatan teoritis pada persamaan lajur alir fluida (12)
dan lajur alir massa fluida (13) untuk fluida incompressible.
b. Hitung deviasi error antara perhitungan secara teoritis dengan lajur alir yang
ditampilkan pada simultor RT 390.

8. Tugas
a. Menyelesaikan perhitungan manual
b. Membandingkan hasil perhitungan manual dengan data refrerensi alat ukur
lainnya(master measurement).
c. Membuat laporan hasil perhitungan dengan data perbandingan dari flowrate refference.

9. Data hasil praktikum


Data hasil praktikum sebagai berikut :
Flowrate Flowrate Flowrate
reff. P1 sim P2 sim Psim P1 P2 Ppsg d D  hit. sim hit. psg Error sim Error psg
(l/h) (l/h) (l/h)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 = 11-1 14 = 12-1

10. Pembahasan dan Kesimpulan

Laboratorium Instrumentasi dan Elektronika 42


Modul Praktikum INSTRUMENTASI

LEVEL MEASUREMENT

1. Tujuan :
Setelah mengikuti praktikum Level Measurement ini, Mahasiswa mampu :
a. Menjelaskan metoda pengukuran level
b. Menyebutkan tujuan pengukuran tekanan pada proses
c. Menjelaskan faktor-faktor yang terjadi dalam pengukuran aliran fluida.

2. Bahan/Reagen :
Kebutuhan bahan untuk satu kali praktikum (5 orang praktikan) yaitu sebagai berikut:
No. Nama Barang Volume Satuan
1. Tubing plastik 5 Meter
2. Fitting plastik 10 Pcs
3. Majun 0,2 Kg
4. Seal tape 2 Buah

3. Peralatan :
No. Nama Barang Volume Satuan
Modular Process Control
1. 1 Unit
Plant
2. Level control module 2 Unit
3. DP Transmitter 1 1
4. Tools 1 Set
5. Sumber listrik - -

Gambar 1. Simulator Modular Process Control

4. Keselamatan Kerja :
a. Pada saat melakukan praktikum di ruang praktik (workshop), mahasiswa wajib
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)

Laboratorium Instrumentasi dan Elektronika 43


Modul Praktikum INSTRUMENTASI

b. Pada saat melakukan praktikum di ruang praktik, jika menggunakan sumber


tegangan listrik, lakukan dengan hati-hati dan perhatikan indikasi yang ada pada
sumber listrik tersebut.
c. Pada saat melakukan koneksi antara peralatan-peralatan yang digunakan dilakukan
dengan hati-hati (sesuai dengan SOP) peralatan itu sendiri.
d. Pastikan peralatan yang menggunakan sumber listrik, sebelum dikoneksikan peralatan
tersebut dalam kondisi OFF.
e. Lakukan percobaan dengan hati -hati, baik dan jangan bergurau.

5. Dasar Teori
Salah satu parameter yang diukur hampir di setiap proses industri adalah level, ada banyak
cara mengukurannya, salah satunya adalah menggunakan metode hydrostatic pressure.
Setiap zat cair yang menempati sebuah bejana/vessel/tangki, akan memiliki tekanan
hidrostatik yang besarnya sebanding dengan level zat cair tersebut, dengan asusmsi masa
jenis (sg=specific gravity)-nya tetap.

P1 P1 P1 P1

P2

Gambar 2. Tekanan dalam media tanki kolom


Gambar di atas adalah sebuah tangki terbuka (permukaannya terhubung ke atmosfer),
dimana disitu akan bekerja tekanan P1 sebesar tekanan atmosfer, yang kemudian akan kita
abaikan karena kita akan mengukur tekanan “gauge”.
Tekanan hidrostatik (P2) yang dihasilkan dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
P =  x g h ...................................................................................................................(1)
Dimana :
 = massa jenis air, kg/m3
g = gaya gravitasi bumi, m/s2
h = ketinggian air dasar tanki, m
Perhitungan range transmitter pada pengukuran level dengan tangki tertutup dibedakan
pada metode instalasinya, yaitu Dry Outside Leg dan Wet Outside Leg dimana masing-
masing metode mempunyai cara perhitungan range yang berbeda-beda.
Dry Outside Leg :
Perhitungan range dengan menggunakan Dry Outside Leg baik pada tangki terbuka maupun
tangki tertutup adalah :
H = x.GL
e = d.GL + z.Gs

Laboratorium Instrumentasi dan Elektronika 44


Modul Praktikum INSTRUMENTASI

Range = e s.d (e+H)


Dimana :
X = jarak vertikal antara minimum terhadap maksimum level yang diukur (in.)
Y = jarak vertikal antara tapping pressure transmitter terhadap level minimum yang
diukur (in.)
GL = specific gravity fluida yang diukur.
GS = specific gravity fill liquid.
H = maximum head pressure yang diukur (inchec H2O)
h = jarak antara process tapping point dengan transmitter (inch)
e (zero suppression) = head pressure yang dihasilkan oleh Y (inches H2O).

Gambar 3. Zero Suppresion


Wet Outside Leg :
Perhitungan range dengan menggunakan Wet Outside Leg adalah :
h = (X)(GL)
e = (Y)(GL)
s = (z)(Gs)
Range = e –s s.d h + e –s.
Dimana :
X = jarak vertikal antara minimum terhadap maksimum level yang diukur (in.)
Y = jarak vertikal antara tapping pressure transmitter terhadap level minimum yang
diukur (in.)
z = jarak vertikal antara wet leg bagian atas terhadap tapping pressure transmitter
(in.)
GL = specific gravity cairan fluida yang diukur.
GS = specific gravity fill liquid pada wet leg
H = maximum head pressure yang diukur (inches H2O).
h = jarak antara process tapping point dengan transmitter = 40 inch.
e (zero suppression) = head pressure yang dihasilkan oleh Y (inches H2O)
s (zero elevation) = head pressure yang dihasilkan oleh z (inches H2O).

Gambar 4. Zero elevation

Laboratorium Instrumentasi dan Elektronika 45


Modul Praktikum INSTRUMENTASI

6. Langkah Kerja
a. Rangkai alat dengan skema sebagai berikut :

b. Usahakan cairan yang ada pada sisi upstream transmitter terisi dengan fluida yang akan
diukur.
c. Tunggu instruksi dari instruktur laboratorium untuk menetapkan LRV dan URV dari
pengukuran level tersebut, kemudian ukur bagian level yang dibutuhkan.
d. Lakukan perhitungan sesuai dengan persamaan diatas, dan masukan hasil perhitungan
LRV dan URV kedalam DP transmitter.
e. Lakulah pengamatan tekanan yang tertampil di transmitter.

7. Pehitungan
Formula yang digunakan sebagai berikut :
a. Gunakan persamaan secara pendekatan teoritis pada persamaan hidrostatis diatas .
b. Hitung deviasi error antara perhitungan secara teoritis dengan tekanan yang
ditampilkan pada transmitter.

8. Tugas
d. Menyelesaikan perhitungan manual
e. Membandingkan hasil perhitungan manual dengan data refrerensi alat ukur lainnya
(master measurement).
f. Membuat laporan hasil perhitungan dengan data perbandingan dari differential
pressure transmitter..

Laboratorium Instrumentasi dan Elektronika 46


Modul Praktikum INSTRUMENTASI

9. Data hasil praktikum


a. Data hasil praktikum posisi transmitter (tx) dibawah tangki sebagai berikut :
Level Ptx H1 H2 Hx Phit
Error (mmH2O)
(%) (mmH2O) (mm) (mm) (mm) (mmH2O)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 = 8 - 3 11 = 9 - 4
Naik Turun Naik Turun Naik Turun
0 100
25 75
50 50
75 25
100 0
b. Data hasil praktikum posisi transmitter (tx) diatas tanki sebagai berikut :
Level Ptx H1 H2 Hx Phit
Error (mmH2O)
(%) (mmH2O) (mm) (mm) (mm) (mmH2O)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 = 8 - 3 11 = 9 - 4
Naik Turun Naik Turun Naik Turun
0 100
25 75
50 50
75 25
100 0

10. Pembahasan dan Kesimpulan

Laboratorium Instrumentasi dan Elektronika 47


Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II

1. SISTEM KOMBINASIONAL
I. TUJUAN
Setelah melaksanakan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat :
 Memahami cara kerja rangkaian dasar logika dalam studi kasus
 Memahami cara kerja rangkaian kombinasional.
 Memahami cara kerja saklar digital

II. KESELAMATAN KERJA


1. Jangan bekerja sendirian jika bekerja dengan peralatan listrik yang bertegangan tinggi,
peralatan yang menyimpan energi listrik, atau mesin-mesin yang dioperasikan dengan listrik
seperti mesin bor.
2. Ketika merakit, membongkar, atau memodifikasi eksperimen atau proyek, aliran listrik
harus diputus dari peralatan. Hubungkan titik-titik dengan tegangan tinggi ke tanah
(grounding) dengan penghubung yang terinsulasi dengan baik. Ingat! Kapasitor dapat
menyimpan energi dengan kuantitas yang membahayakan.
3. Lakukan pengukuran pada sirkuit aktif atau kapasitor dengan menggunakan alat ukur yang
pegangannya terinsulasi dengan baik, serta menjaga salah satu tangan tetap di belakang
tubuh atau di dalam saku. Jangan biarkan terjadi kontak antara bagian tubuh manapun baik
dengan bagian manapun pada sirkuit maupun peralatan yang terhubung ke sirkuit.
4. Berhati-hatilah dalam menggunakan peralatan yang dapat menyebabkan arus pendek jika
terhubung dengan elemen-elemen sirkuit yang lain. Gunakan hanya peralatan yang memiliki
pegangan dengan insulasi yang baik.
5. Jika terjadi kontak antara seseorang dengan listriktegangan tinggi segera matikan sumber
listrik. Jangan mencoba untuk menarik orang tersebut kecuali jika kita dalam keadaan
terinsulasi. Jika korban tidak bernafas, segera beri CPR (bantuan pernafasan) secepatnya
sampai korban tersadar, dan segera hubungi pihak rumah sakit.
6. Periksa spesifikasi kabel jika menggunakan arus tinggi. Pastikan timah yang digunakan
dapat digunakan untuk tegangan tinggi. Demikian juga untuk timah-timah pada instrumen.

III. TEORI DASAR


Pada dasarnya rangkaian logika (digital) dibentuk dari beberapa gabungan
komponen elektronik yang terdiri dari bermacam-macam gate dan komponen-komponen
lainnya. Analisis rangkaian kombinasional terbagi atas 2 bagian, yaitu rangkaian-rangkaian
logika kombinasional dan rangkaian-rangkaian logika sekuensial. Rangkaian logika
kombinasional merupakan rangkaian yang keluaran-keluarannya tergantung hanya pada
1
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II

masukan-masukannya, selain itu tidak tedapat loop umpan balik (feedback loops) dan
dideskripsikan dengan menggunakan ekspresi-ekspresi Boolean dan/atau tabek-tabel
kebenaran. Sedangkan untuk rangkaian logika sekuensial merupakan rangkaian yang
keluaran-keluarannya tidak hanya tergantung pada masukan-masukannya, tetapi juga pada
masukan-masukan masa lampau (the past sequence of inputs). Selain itu rangkaian
sekuensial mengandung logika kombinasional dan elemen-elemen memory yang terbentuk
melalui “feedback loops” dan rangkaian ini dideskripsikan dengan “state transition tables”
dan “diagram-diagram”.

PERANCANGAN RANGKAIAN KOMBINASI


“Rangkaian kombinasi mempunyai komponen-komponen masukan, rangkaian
logika, dan keluaran, tanpa umpan balik. Persoalan yang dihadapi dalam perancangan
(design) suatu rangkaian kombinasi adalah memperoleh fungsi Boole beserta diagram
rangkaiannya dalam bentuk susunan gerbang-gerbang. Seperti telah diterangkan
sebelumnya, fungsi Boole merupakan hubungan aljabar antara masukan dan keluaran yang
diinginkan. Langkah pertama dalam merancang setiap rangkaian logika adalah menentukan
apa yang hendak direalisasikan oleh rangkaian itu yang biasanya dalam bentuk uraian kata-
kata (verbal). Berdasarkan uraian kebutuhan ini ditetapkan jumlah masukan yang
dibutuhkan serta jumlah keluaran yang akan dihasilkan. Masing-masing masukan dan
keluaran diberi nama simbolis. Dengan membuat tabel kebenaran yang menyatakan
hubungan masukan dan keluaran yang diinginkan, maka keluaran sebagai fungsi masukan

2
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II

dapat dirumuskan dan disederhanakan dengan cara-cara yang telah diuraikan dalam bab-bab
sebelumnya.
Berdasarkan persamaan yang diperoleh ini, yang merupakan fungsi Boole dari
pada rangkaian yang dicari, dapat digambarkan diagram rangkaian logikanya Ada kalanya
fungsi Boole yang sudah disederhanakan tersebut masih harus diubah untuk memenuhi
kendala yang ada seperti jumlah gerbang dan jenisnya yang tersedia, jumlah masukan setiap
gerbang, waktu perambatan melalui keseluruhan gerbang (tundaan waktu), interkoneksi
antar bagian-bagian rangkaian, dan kemampuan setiap gerbang untuk mencatu (drive)
gerbang berikutnya. Harga rangkaian logika umumnya dihitung menurut cacah gerbang dan
cacah masukan keseluruhannya. Ini berkaitan dengan cacah gerbang yang dikemas dalam
setiap kemasan.
Gerbang-gerbang logika yang tersedia di pasaran pada umumnya dibuat dengan
teknologi rangkaian terpadu (Integrated Circuit, IC). Pemaduan (integrasi) gerbang-gerbang
dasar seperti NOT, AND, OR, NAND, NOR, XOR pada umumnya dibuat dalam skala kecil
(Small Scale Integration, SSI) yang mengandung 2 sampai 6 gerbang dalam setiap kemasan.
Kemasan yang paling banyak digunakan dalam rangkaian logika sederhana berbentuk DIP
(Dual- In-line Package), yaitu kemasan dengan pen-pen hubungan ke luar disusun dalam
dua baris sejajar. Kemasan gerbang-gerbang dasar umunya mempunyai 14-16 pen, termasuk
pen untuk catu daya positif dan nol (Vcc dan Ground). Setiap gerbang dengan 2 masukan
membutuhkan 3 pen (1 pen untuk keluaran) sedangkan gerbang 3 masukan dibutuhkan 4
pen. Karena itu, satu kemasan 14 pen dapat menampung hanya 4 gerbang 2 masukan atau 3
gerbang 3 masukan.
Dalam praktek kita sering terpaksa menggunakan gerbang-gerbang yang tersedia di
pasaran yang kadang-kadang berbeda dengan kebutuhan rancangan kita. Gerbang yang
paling banyak tersedia di pasaran adalah gerbang-gerbang dengan 2 atau 3 masukan.
Umpamanya, dalam rancangan kita membutuhkan gerbang dengan 4 atau 5 masukan dan
kita akan mengalami kesulitan memperoleh gerbang seperti itu. Karena itu kita harus
mengubah rancangan sedemikian sehingga rancangan itu dapat direalisasikan dengan
gerbang-gerbang dengan 2 atau 3 masukan. Kemampuan pencatuan daya masing-masing
gerbang juga membutuhkan perhatian. Setiap gerbang mampu mencatu hanya sejumlah
tertentu gerbang lain di keluarannya (disebut sebagai fan-out). Ini berhubungan dengan
kemampuan setiap gerbang dalam menyerap dan mencatu arus listrik. Dalam perancangan
harus kita yakinkan bahwa tidak ada gerbang yang harus mencatu terlalu banyak gerbang
lain di keluarannya. Ini sering membutuhkan modifikasi rangakaian realisasi yang berbeda

3
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II

dari rancangan semula. Mengenai karakteristik elektronik gerbang-gerbang logika dibahas


dalam Lampiran A.” (Albert Paul Malvino, Ph.D.)

IMPLEMENTASI RANGKAIAN GERBANG LOGIKA DENGAN GERBANG NAND


Gerbang NAND (NOT And)
“Gerbang NAND dan NOR merupakan gerbanguniversal, artinya hanya dengan
menggunakan jenisgerbang NAND saja atau NOR sajadapat menggantikan fungsi dari 3
gerbang dasar yang lain (AND, OR, NOT). Multilevel, artinya: dengan mengimplementasi
kan gerbang NAND atau NOR, akan ada banyak level / tingkatan mulai dari sisitem input
sampai kesisi output. Keuntungan pemakaian NAND saja atau NOR saja dalam sebuah
rangkaian digital adalah dapat mengoptimalkan pemakaian seluruh gerbang yang terdapat
dalam sebuah IC, sehingga menghemat biaya
Gerbang NAND adalah pengembangan dari gerbang AND. Gerbang ini sebenarnya
adalah gerbang AND yang pada outputnya dipasang gerbang NOT. Gerbang yang paling
sering digunakan untuk membentuk rangkaian kombinasi adalah gerbang NAND dan NOR,
dibanding dengan AND dan OR. Dari sisi aplikasi perangkat luar, gerbang NAND dan NOR
lebih umum sehingga gerbang-gerbang tersebut dikenal sebagai gerbang yang “universal”.
Gerbang-gerbang NOT, AND dan OR dapat di-substitusi ke dalam bentuk NAND saja,
dengan hubungan seperti gambar 2.

Gambar 4. Substitusi Beberapa Gerbang Dasar Menjadi NAND

4
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II

Rangkaian Asal Rangkaian Dengan NAND saja

Gambar 5, impelemtasi Gergang NAND

Untuk mendapatkan persamaan dengan menggunakan NAND saja, maka persamaan


asal harus dimodifikasi sedemikian rupa, sehingga hasil akhir yang didapatkan adalah
persamaan dengan NAND saja. Gerbang NAND sangat banyak di pakai dalam computer
modern dan mengeti pemakaiannya sangat berharga bagi kita, untuk merancang jaringan
gerbang NAND ke NAND, gunakan prosedur tabel kombinasi untuk ungkapan jumlah hasil
kali,
Dalam perancangan logika, gerbang logika siskrit tidak selalu digunakan ttapi
biasanya beisi banyak gerbang, karena itu, biasanya lebih disukai untuk memanfaatkan satu
jenis gerbang, dan bukan campuran beberapa gerbang untuk alasan ini konversi gerbang
digunakan untuk menyatukan suatu fungsi gerbang tertentu dengan cara mengombinasikan
beberapa gerbang yang bertipe sama, suatu misal implementasi gerbang NAND ke dalam
gerbang NO, gerbang AND dan gerbang OR (Kf Ibrahim, “Tehnik Digital”)
Pertimbangan lain nya dalam impelemtasi fungis boole berkaitan dengan jenis gate
yang digunakan, seringkali di rasakan perlu nya untuk mengimplimentasikan fungsi boole
dengan hanya menggunakan gate-gate NAND saja, walaupun mungkin tidak merupakan
implementasi gate minimum, teknik tersebut memiliki keuntungan dan keteraturan yang
dapat menyederhanakan proses pembuatan nya di pabrik. (wiliam steling).

IV. BAHAN DAN PERALATAN


1. Digital Trainer Kit 1 buah
2. Tools kit(tang) 1 buah
3. IC 7408, 7432, 7404, 7486 @ 1 buah
4. Kabel penghubung secukupnya
5
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II

V. LANGKAH KERJA
1. a) Gunakan bagian Basic Logic Gates pada digital trainer kit yang disediakan
b) Buatlah rangkaian digital kombinasional jika kondisi sebagai berikut :
- Terdapat 2 motor yang berlainan tempat
- Jika motor A ada di lapangan A dan motor B di lapangan B.
- Motor A dijalankan kemundian motor B
- Motor B tidak bisa dijalankan jika motor A belum jalan
- Motor A dapat dimatikan jika motor B mati.
- Jika motor B dijalankan maka motor tidak bisa dimatikan.
c) Berikan input berupa start A dan start B dengan menggunakan Logic Switch.
d) Berikan input berupa stop A dan stop B dengan menggunakan Logic Switch.
e) Bacalah output rangkaian dengan melihat pada logic monitor.

VI. ANALISIS
VII. SIMPULAN
VIII. SARAN
IX. DAFTAR PUSTAKA

6
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II

2. ADDER & SUBTRACTOR


I. TUJUAN
Setelah melaksanakan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat :
 Memahami cara kerja rangkaian adderdan rangkaian subtractor
 Memahami cara kerja rangkaian adder.
 Memahami cara kerja rangkaian subtractor.

II. KESELAMATAN KERJA


1. Jangan bekerja sendirian jika bekerja dengan peralatan listrik yang bertegangan tinggi,
peralatan yang menyimpan energi listrik, atau mesin-mesin yang dioperasikan dengan listrik
seperti mesin bor.
2. Ketika merakit, membongkar, atau memodifikasi eksperimen atau proyek, aliran listrik
harus diputus dari peralatan. Hubungkan titik-titik dengan tegangan tinggi ke tanah
(grounding) dengan penghubung yang terinsulasi dengan baik. Ingat! Kapasitor dapat
menyimpan energi dengan kuantitas yang membahayakan.
3. Lakukan pengukuran pada sirkuit aktif atau kapasitor dengan menggunakan alat ukur yang
pegangannya terinsulasi dengan baik, serta menjaga salah satu tangan tetap di belakang
tubuh atau di dalam saku. Jangan biarkan terjadi kontak antara bagian tubuh manapun baik
dengan bagian manapun pada sirkuit maupun peralatan yang terhubung ke sirkuit.
4. Berhati-hatilah dalam menggunakan peralatan yang dapat menyebabkan arus pendek jika
terhubung dengan elemen-elemen sirkuit yang lain. Gunakan hanya peralatan yang memiliki
pegangan dengan insulasi yang baik.
5. Jika terjadi kontak antara seseorang dengan listriktegangan tinggi segera matikan sumber
listrik. Jangan mencoba untuk menarik orang tersebut kecuali jika kita dalam keadaan
terinsulasi. Jika korban tidak bernafas, segera beri CPR (bantuan pernafasan) secepatnya
sampai korban tersadar, dan segera hubungi pihak rumah sakit.
6. Periksa spesifikasi kabel jika menggunakan arus tinggi. Pastikan timah yang digunakan
dapat digunakan untuk tegangan tinggi. Demikian juga untuk timah-timah pada instrumen.

III. TEORI DASAR


Rangkaian aritmetik merupakan rangkaian logika kombinasionalyang dapat
menambahkan, mengurangkan, mengalikan dan membagi. Dalam percobaan ini akan
dipraktekkan Half Adder, Full Adder, Half Subtractordan Full Subtractoryang menjadi dasar
dari semua rangkaian dengan fungsi tersebut.

7
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II

Half Adder
Penjumlahan dua bilangan biner dilakukan mirip dengan penjumlahan bilangan
desimal. Berikut adalah contoh penjumlahan desimal.

Posisi least-significant-digit(LSD) dikerjakan terlebih dahulu, menghasilkan jumlah 7. Digit-


digit di posisi kedua (digit puluhan)kemudian dijumlahkan untuk menghasilkan jumlah 11,
yang menghasilkan carry1 ke posisi ketiga. Terakhir, digit-digit pada posisi ketiga dan carrydari
posisi kedua dijumlahkan untuk mendapatkan nilai 8. Langkah-langkah tersebut juga dilakukan
pada penjumlahan biner. Namun hanya ada empat kasus yang dapat terjadi pada penjumlahan
dua digit biner, yaitu :
0+0=0
1+0=1
1 + 1 = 10 = 0 + carry1 ke posisi selanjutnya
1 + 1 + 1 = 11 = 1 + carry1 ke posisi selanjutnya

Kasus terakhir terjadi ketika dua bit pada posisi tertentu adalah 1 dan terdapat carry1 dari
posisi sebelumnya. Berikut adalah beberapa contoh penjumlahan biner.

Aturan-aturan penjumlahan biner dapat diwakili tabel kebenaran berikut.


Tabel 1. Tabel Kebenaran Half Adder.

8
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II

VI. HASIL PENGAMATAN


Tabel 1. Tabel percobaan Half Adder

Tabel 2. Tabel percobaan Full Adder

Tabel 3. Tabel percobaan Half Subtractor

12
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II

Tabel 4. Tabel percobaan Full Subtractor

VII. ANALISIS
VIII. SIMPULAN
IX. SARAN
X. DAFTAR PUSTAKA

13
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II

3. MULTIVIBRATOR IC TIMER 555

I. TUJUAN
Setelah melaksanakan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat :
 Menjelaskan prinsip kerja rangkaian multivibrator sebagai pembangkit clock
 Membedakan rangkaian multivibrator astable danmonostable
 Membuat rangkaian multivibrator astable dari IC 555
 Mengukur frekuensi dan siklus kerja dari 555 astable
 Mengukur lebar pulsa dari timer 555 monostable

II. KESELAMATAN KERJA


1. Jangan bekerja sendirian jika bekerja dengan peralatan listrik yang bertegangan tinggi,
peralatan yang menyimpan energi listrik, atau mesin-mesin yang dioperasikan dengan listrik
seperti mesin bor.
2. Ketika merakit, membongkar, atau memodifikasi eksperimen atau proyek, aliran listrik
harus diputus dari peralatan. Hubungkan titik-titik dengan tegangan tinggi ke tanah
(grounding) dengan penghubung yang terinsulasi dengan baik. Ingat! Kapasitor dapat
menyimpan energi dengan kuantitas yang membahayakan.
3. Lakukan pengukuran pada sirkuit aktif atau kapasitor dengan menggunakan alat ukur yang
pegangannya terinsulasi dengan baik, serta menjaga salah satu tangan tetap di belakang
tubuh atau di dalam saku. Jangan biarkan terjadi kontak antara bagian tubuh manapun baik
dengan bagian manapun pada sirkuit maupun peralatan yang terhubung ke sirkuit.
4. Berhati-hatilah dalam menggunakan peralatan yang dapat menyebabkan arus pendek jika
terhubung dengan elemen-elemen sirkuit yang lain. Gunakan hanya peralatan yang memiliki
pegangan dengan insulasi yang baik.
5. Jika terjadi kontak antara seseorang dengan listriktegangan tinggi segera matikan sumber
listrik. Jangan mencoba untuk menarik orang tersebut kecuali jika kita dalam keadaan
terinsulasi. Jika korban tidak bernafas, segera beri CPR (bantuan pernafasan) secepatnya
sampai korban tersadar, dan segera hubungi pihak rumah sakit.
6. Periksa spesifikasi kabel jika menggunakan arus tinggi. Pastikan timah yang digunakan
dapat digunakan untuk tegangan tinggi. Demikian juga untuk timah-timah pada instrumen.

14
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II

III. TEORI DASAR


Multivibrator adalah suatu rangkaian yang berfungsi untuk menghasilkan pulsa-
pulsa.Yang dimaksud dengan pulsa disini adalah suatu gelombang yang terdiridari 1 kondisi
rendah dan 1 kondisi tinggi. Pada suatu rangkaian Digital, pulsa-pulsa ini memiliki peranan
yang amat penting untuk mengeksekusi suatu proses atau mengubah satu kondisi menjadi
kondisi berikut dimana pada suatu gelombang pulsa mengandung suatu proses yang disebut
dengan sinyal Clock. Yang dimaksud dengan sinyal Clock adalah suatu perubahan atau
transisi dari kondisi rendah menjadi kodisi tinggi atau juga sebaliknya dari suatu
gelombang pulsa. S inyal Clock inilah yang memiliki peranan penting pada suatu
rangkaian Digital. Multivibrator inilah yang dijadikan sebagai rangkaian yang berfungsi
untuk menghasilkan sinyal-sinyal clock dari gelombang pulsa yang dihasilkan.
Secara umum ada dua type rangkaian Multivibrator, yaitu Astable Multivibrator
atau yang disingkat dengan AMV dan Monostable Multivibrator atau yang disingkat dengan
MMV. AMV adalah suatu rangkaian Multivbrator yang berfungsi untuk menghasilkan
pulsa-pulsa secara terus menerus dengan frekuesi dan lebar pulsa yang tetap, sedangkan MMV
adalah suatu rangkaian Multivbrator yang berfungsi untuk menghasilkan hanya 1 pulsa
keluaran apabila diberikan satu sinyal trigger kepadanya.
Salah satu IC (Integrated Circuit) yang umum digunakan sebagai rangkaian
Multivibrator adalah type IC 555. Dengan konfigurasi rangkaian RC yang terhubung ke IC
555 akan dihasilkan suatu rangkaian Multivibrator baik AMV atau MMV. Prinsip kerjan
dari rangkaian Multivibrator IC 555 dengan rangkaian RC ekstern adalah dengan
mengubah waktu pengisian atau pengosongan muatan kapasitor menjadi suatu keluaran
logika tinggi atau rendah. Pada waktu pengisian muatan kapasitor akan dihasilkan
keluaran tinggi dan pada waktu pengosongan muatan kapasitor akan dihasilkan keluaran
rendah oleh output IC 555. Adapun rangkaian AMV dan MMV dengan IC 555 diperlihatkan
pada gambar berikut.

Gambar 1. Rangkaian IC 555 AMV dan MMV.

15
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II

A. IC 555 sebagai Multivibrator Astable


Aplikasi IC 555 yang satu ini merupakan kebalikan dari aplikasi sebelumnya yaitu
monostable. pada astable sesuai dengan namanya yaitu astable yang artinya tidak stabil karena
rangkaian ini tidak memiliki keadaan output yang stabil atau berubah-ubah. dari keadaan
tersebut dapat dimanfaatkan untuk beberapa aplikasi dalam rangkaian kendali. keadaan ini
diperoleh dari pengisian dan pengosongan kapasitor.
Pada aplikasi ini IC 555 beroperasi sebagai osilator gelombang kotak (Square Wave
Oscilator). kegunaannya sebagai generator pulsa, alarm keamanan, pemodulasi, lampu blink
(kedip), dan sebagainya rangkaian dasar astable multivibrator adalah sebagai berikut :

Gambar 2. Rangkaian IC 555 AMV

Rangkaian ini paling sering digunakan sebagai osilator gelombang kotak / pembangkit pulsa,
terdapat perhitungan untuk nilai frekuensi output yang kita inginkan :
f = 1 / { ln (2) . (R1 + 2.R2) . C }
atau
karena nilai ln (2) ~ 0,7 sering juga dirumuskan sebagai berikut :
f = 1 / { 0,7 . (R1 + 2.R2) . C } (nilai 0,7 dari ln (2)).
sedangkan nilai frekuensi adalah
f = 1 / T atau T = 1 / f
dengan keterangan sbb. :
f = frekuensi (Hz)
T = periode gelombang (detik/sekon)
C = kapasitor rangkaian (Farad/F)
R1 dan R2 = resistor rangkaian (Ohm)

Sedangkan bentuk gelombang yang dihasilkan oleh IC555 sebagai Multivibrator Astable
adalah sebagai berikut :

16
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II

Gambar 3. Bentuk Gelombang Rangkaian IC 555 AMV.

Berikut ini karakteristik dari IC 555 adalah sebagai berikut :


Reset Threshold Trigger Output
< 1V - - 0
- > 2/3 Vcc - 0
> 1V < 2/3 Vcc < 1/3 Vcc 1
> 1V < 2/3 Vcc > 1/3 Vcc Memori
Control Voltage terhadap Common /GND terpasang Capasitor 0,001 mF

Dalam pengaplikasiannya selain nilai frekuensi yang kita cari masih ada parameter lain yang
harus kita perhatikan yaitu duty cycle. Duty Cycle ialah perbandingan pulsa high dan pulsa
low pada satu gelombang. jika dalam suatu rangkaian astable MV dikatakan memiliki
frekuansi output 2 KHz dengan duty cycle 70% berarti dalam sebuah periode gelombang
output rangkaian 70% -nya adalah pada periode High.
Rumus duty cycle :
D = 1 - R2 / (R1 + 2.R2)
Untuk periode high dan low
Th = D . T
R1 = {T / (0,7 . C)} – 2.R2
dan
Tl = T - Th
R2 = Tl / (0,7 . C)

Keterangan :
D = Duty cycle (%)
T = periode (detik/sekon)
Th = periode pulsa High (detik/sekon)
Tl = periode pulsa Low (detik/sekon)
C = kapasitor rangkaian (Farad/F)
R1 dan R2 = resistor rangkaian (Ohm)
17
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II

Gambar 4. Pengukuran Frekuensi Output

Dalam pengukuran diatas diapat dilihat periode gelombang adalah 508,7 us

Gambar 5. Pengukuran Duty Cycle Th

Dalam pengukuran diatas periode gelombang pada saat pulsa high adalah 352,5 us.
Duty Cycle = (352,5/508,7) x 100% = 69,92% atau kira-kira 70%

B. IC 555 sebagai Monostable Multivibrator


Monostable berasal dari kata mono yang berarti satu dan stable yang berarti stabil / ajeg.
mengapa dinamakan demikian karena sifat dari rangkaian ini IC 555 berfungsi menghasilkan
satu keadaan mantap (one-shot) pada outputnya (standby kondisi low dan high selama selang
waktu tertentu setelah dipicu). sifat ini dapat dimanfaatkan sebagai pewaktu tunda, pendeteksi
pulsa yang hilang, saklar tanpa riak sinyal (bouncefree switch), saklar sentuh, pembagi
frekuensi, pulse wide moulation (PWM), dan kapasitansi meter.

18
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II

Gambar 6. Rangkaian IC 555 MMV


konsep utama rangkaian ini adalah memanfaatkan pengisian dan pengosongan kapasitor
sebagai waktu tundanya. untuk lamanya penundaan dapat dihitung dengan rumus berikut :

Td = 1,1 RC

keterangan :
Td = time delay / waktu tunda (sekon)
R = resistor rangkaian (Ohm)
C = kapasitor rangkaian (Farad)

Seperti yang sudah kita ketahui sifat dari resistor adalah penghambat arus maka untuk nilai
tunda akan sebanding dengan nilai resistor begitupun untuk kapasitornya.
Pada rangkaian monostable ini IC 555 memerlukan trigger/picu pada kaki no. 2 yaitu kaki
TRIG, untuk memberi picu ada beberapa cara akan tetapi yang paling mudah adalah
menggunakan tombol. berikut contoh rangkaian pemicunya :

Gambar 7. Rangkaian Pemicu Menggunakan Tombol


19
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II

IV. BAHAN DAN PERALATAN


5. Digital Trainer Kit 1 buah
6. Tools kit (tang) 1 buah
7. IC 555 @ 1 buah
8. Resistor = 2200Ω, 3300Ω, 6800Ω, 100KΩ, 470Ω, 10KΩ, 470KΩ @ 1 buah
9. Kapasitor = 10uF, 100uF, 1nF, 10nF, 100nF @ 1 buah
10. Kabel penghubung secukupnya

V. LANGKAH KERJA
1. a) Gunakan bagian Basic Logic Gates pada digital trainer kit yang disediakan
b) Buatlah rangkaian 1.

c) Pasang R1= 2200 Ω, R2 = 3300 Ω dan C1 = 100uF


d) Isikan hasil pengukuran pada tabel 1.
e) Ulangi Pengukuran untuk R1= 2200 Ω, R2 = 6800 Ω dan C1 = 100uF
f) Isikan hasil pengukuran pada tabel 1.
g) Simpan atau foto hasil pengukuran pada osiloskop
h) Diskusikan apa perbedaan dari kedua percobaan di atas

2. a) Gunakan bagian Basic Logic Gates pada digital trainer kit yang disediakan
b) Buatlah rangkaian 2.

20
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II

c) Pasang R2= 100KΩ


d) Isikan hasil pengukuran waktu tunda td pada tabel 2.
e) Ulangi Pengukuran untuk R2= 470KΩ
f) Isikan hasil pengukuran waktu tunda td pada tabel 2.
g) Simpan atau foto hasil pengukuran pada osiloskop
h) Diskusikan apa perbedaan dari kedua percobaan di atas

VII. HASIL PENGAMATAN


Tabel 1. Tabel percobaan AMV
R1, Ω R2, Ω Fteori Dtoeri FPengukuran DPengukuran
2200 3300
2200 6800

Tabel 2. Tabel percobaan MMV


R2, KΩ Td teori Td Pengukuran

100
470

VIII. ANALISIS
IX. SIMPULAN
X. SARAN
XI. DAFTAR PUSTAKA

21
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II

4. UP/DOWN COUNTER & IC TIMER 555

I. TUJUAN
Setelah melaksanakan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat :
 Menjelaskan prinsip kerja rangkaian multivibrator sebagai pembangkit clock
 Membuat rangkaian multivibrator astable dari IC 555
 Memahami cara kerja rangkaian up counterdan down counter
 Memahami cara kerja rangkaian up counter
 Memahami cara kerja rangkaian down counter

II. KESELAMATAN KERJA


1. Jangan bekerja sendirian jika bekerja dengan peralatan listrik yang bertegangan tinggi,
peralatan yang menyimpan energi listrik, atau mesin-mesin yang dioperasikan dengan listrik
seperti mesin bor.
2. Ketika merakit, membongkar, atau memodifikasi eksperimen atau proyek, aliran listrik
harus diputus dari peralatan. Hubungkan titik-titik dengan tegangan tinggi ke tanah
(grounding) dengan penghubung yang terinsulasi dengan baik. Ingat! Kapasitor dapat
menyimpan energi dengan kuantitas yang membahayakan.
3. Lakukan pengukuran pada sirkuit aktif atau kapasitor dengan menggunakan alat ukur yang
pegangannya terinsulasi dengan baik, serta menjaga salah satu tangan tetap di belakang
tubuh atau di dalam saku. Jangan biarkan terjadi kontak antara bagian tubuh manapun baik
dengan bagian manapun pada sirkuit maupun peralatan yang terhubung ke sirkuit.
4. Berhati-hatilah dalam menggunakan peralatan yang dapat menyebabkan arus pendek jika
terhubung dengan elemen-elemen sirkuit yang lain. Gunakan hanya peralatan yang memiliki
pegangan dengan insulasi yang baik.
5. Jika terjadi kontak antara seseorang dengan listriktegangan tinggi segera matikan sumber
listrik. Jangan mencoba untuk menarik orang tersebut kecuali jika kita dalam keadaan
terinsulasi. Jika korban tidak bernafas, segera beri CPR (bantuan pernafasan) secepatnya
sampai korban tersadar, dan segera hubungi pihak rumah sakit.
6. Periksa spesifikasi kabel jika menggunakan arus tinggi. Pastikan timah yang digunakan
dapat digunakan untuk tegangan tinggi. Demikian juga untuk timah-timah pada instrumen.

22
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II

III. TEORI DASAR


Pencacah naik (atau kadang disebut pencacah maju) adalah pencacah yang urutan
pencacahannya dari kecil ke besar, sedangkan sebaliknya pencacah turun (atau kadang
disebut pencacah mundur) mencacah dari nilai tinggike rendah. Pada labsheet sebelumnya
telah dijelaskan bagaimana menyusun pencacah naik dan pencacah turun dengan
menggunakan serangkaian Flip-Flop. Untuk keperluan praktis, terdapat dua jenis IC
pencacah naik dan turun yang sering digunakan yaituIC 74192 dan 74193. IC counter 74192
adalah decade up/down counter yang mencacah dari nilai 0000 s/d 1001 biner atau 0 s/d 9
desimal. Sedangkan IC 74193 adalah IC up/down counteryang mencacah dari 0000 s/d 1111
biner atau 0 s/d 15 desimal. Pada Gambar 1 diperlihatkan diagram koneksi kaki IC 74192 yang
disebut Synchronous 4-Bit Up/Down Decade Counterdalam lembar datanya.

Gambar 1. Diagram koneksi kaki-kaki IC 74193

Untuk memudahkan pemilihan operasi apakah pencacah naik atau pencacah turun
maka dibuat suatu rangkaian kendali yang memanfaatkan gerbang-gerbang logika. Dengan
memanfaatkan sifat gerbang NAND, yaitu apabila salah satu input berlogika 0 maka output
akan selalu 1, sehingga kondisi ini dapat mengunci output pada satu kondisi meskipun
kondisi input kaki yang lain berubah-ubah. Dengan demikian rangkaian kendali up/down
counter bisa direalisasikan. Rangkaian ini diperlihatkan pada Gambar Rangkaian 1.
Walaupun IC 74192 merupakan pencacah dekade, namun bila kita menginginkan
untuk membentuk pencacah MOD-n, dengan n < 10, kita dapat mewujudkannya, seperti
diperlihatkan pada gambar rangkaian 3. Adanya kaki Carry Out dan Borrow Out
memungkinkan lebih dari satu IC 74192 dirangkai cascade untuk membentuk pencacah 0-99,
0-999, dan seterusnya, seperti diperlihatkan di gambar rangkaian 4. Selain itu IC 74192 juga
23
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II
mempunyai kaki masukan A, B, C, D, dan Loadyang memungkinkan kita mempunyai nilai
awal pencacah tertentu, tidak harus 0.
MERANCANG PEMBANGKIT IC TIMER 555
Jika semisal kita akan membuat sebuah osilator gelombang kotak dengan fout = 20 Hz dengan
duty cycle = 60%, berikut adalah langkah-langkahnya :
Tentunkan nilai kapasior (C) yang akan dipakai : misal 1 nF
(kita sebenarnya dapat memilih menentukan besar C atau R2 terlabih dahulu tetapi penulis
menyarankan menentukan C saja karena jika yang dihitung adalah C biasanya nilainya sulit
dicari di pasaran sedangkan R dapat menggunakan R variabel)
cari periode gelombang
T = 1/f = 1/20000 = 50 us
cari periode masing-masing keadaan
Th = D . T = 60% . 50 us = 30 us
Tl = T - Th = 50 - 30 = 20 us
hitung nilai R2
R2 = Tl / 0,7 . C
R2 = 0,00002 / 0,7 . 0,000000001
R2 = 2000 / 0,7
R2 = 28571 Ohm ~ 29K
hitung nilai R1
R1 = (T / 0,7 . C) - 2 . R2
R1 = (0,00005 / 0,7 . 0,000000001) - 2 . 28571
R1 = 71428 - 57142
R1 = 16986 Ohm ~ 17K
24
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II

Gambar 2. Desain IC Timer 555 frekuensi 20 Khz

Gambar 3. Grafik frekuensi 20 Khz

IV. BAHAN DAN PERALATAN


11. Digital Trainer Kit 1 buah
12. Tools kit (tang) 1 buah
13. IC 555 @ 1 buah
14. IC 74192, 7447, 7400
15. Resistor
16. Kapasitor
17. Kabel penghubung secukupnya

V. LANGKAH KERJA
1. a) Gunakan bagian Basic Logic Gates pada digital trainer kit yang disediakan
b) Buatlah rangkaian 1.

25
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II

Gambar Rangkaian 1. Pembangit pulsa

c) rancang pembangkit pulsa sesuai tabel 1 yaitu 1Hz, 10Hz, 100Hz


d) hubungkan rancangan anda dengan gambar rangakain 2
e) Dokumentasikan hasil rancangan dan gambar gelombang di osiloskop

2. a) Gunakan bagian Basic Logic Gates pada digital trainer kit yang disediakan
b) a) Gunakan bagian Basic Logic Gates pada digital trainer kit yang disediakan.
b) Buatlah rangkaian gabungan rangkaian 2 dan rangkaian 3.
c) Berikan input dengan menggunakan Logic Switch.
d) Bacalah output rangkaian dengan melihat pada logic monitor 7-segment.
e) Ubahlah input sesuai dengan tabel 1 dan masukkan hasil pengamatan pada tabel tersebut.
f) Buatlah rangkaian 4 dan masukkan hasil pengamatan pada tabel 2.

Gambar Rangkaian 2. Kendali up/down counter

26
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II

Gambar Rangkaian 2. Up/down Counter

Gambar Rangkaian 4. Pencacah MOD-6

BAHAN DISKUSI
1. Jelaskan bagaimana rangkaian pengendali up/down counterbekerja.
2. Jelaskan perbedaan keluaran seven segment pada masukan dari pembangkit pulsa dengan
frekuensi berbeda-beda

VI. HASIL PENGAMATAN

27
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II

Tabel 1. Tabel percobaan pencacah naik/turun

Catatan:
- jelaskan apakah pencacah menaik atau menurun, dan seberapa cepat pencacah beroperasi
(dapat dilihat dari seberapa cepat angkapada tampilan 7-segment berubah)
Tabel 2. Percobaan pencacah MOD-6

Catatan:
- jelaskan pencacah menaik atau menurun hingga angka berapa.

VII. ANALISIS
VIII. SIMPULAN
IX. SARAN
X. DAFTAR PUSTAKA

28
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II

5. ADC & DAC 0808

I. TUJUAN
Setelah melaksanakan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat :
 Memahami perubahan anolog ke digital
 Merangkai hubungan komponen dari ADC
 Menganalisa keluaran dari ADC

II. KESELAMATAN KERJA


1. Jangan bekerja sendirian jika bekerja dengan peralatan listrik yang bertegangan tinggi,
peralatan yang menyimpan energi listrik, atau mesin-mesin yang dioperasikan dengan listrik
seperti mesin bor.
2. Ketika merakit, membongkar, atau memodifikasi eksperimen atau proyek, aliran listrik
harus diputus dari peralatan. Hubungkan titik-titik dengan tegangan tinggi ke tanah
(grounding) dengan penghubung yang terinsulasi dengan baik. Ingat! Kapasitor dapat
menyimpan energi dengan kuantitas yang membahayakan.
3. Lakukan pengukuran pada sirkuit aktif atau kapasitor dengan menggunakan alat ukur yang
pegangannya terinsulasi dengan baik, serta menjaga salah satu tangan tetap di belakang
tubuh atau di dalam saku. Jangan biarkan terjadi kontak antara bagian tubuh manapun baik
dengan bagian manapun pada sirkuit maupun peralatan yang terhubung ke sirkuit.
4. Berhati-hatilah dalam menggunakan peralatan yang dapat menyebabkan arus pendek jika
terhubung dengan elemen-elemen sirkuit yang lain. Gunakan hanya peralatan yang memiliki
pegangan dengan insulasi yang baik.
5. Jika terjadi kontak antara seseorang dengan listriktegangan tinggi segera matikan sumber
listrik. Jangan mencoba untuk menarik orang tersebut kecuali jika kita dalam keadaan
terinsulasi. Jika korban tidak bernafas, segera beri CPR (bantuan pernafasan) secepatnya
sampai korban tersadar, dan segera hubungi pihak rumah sakit.
6. Periksa spesifikasi kabel jika menggunakan arus tinggi. Pastikan timah yang digunakan
dapat digunakan untuk tegangan tinggi. Demikian juga untuk timah-timah pada instrumen.

III. TEORI DASAR


Antarmuka ke Dunia Analog
Kebanyakan variable fisik pada dasarnya bersifat analog, yaitu dapat mempunyai nilai
berapapun dalam sebuah jangkauan kontinyu dari nilai-nilai. Misalnya tegangan listrik,
29
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II

temperatur, tekanan, intensitas cahaya, dan lain-lain. Ketika sebuah sistem digital seperti komputer
digunakan untuk memantau dan/atau mengendalikan sebuah proses fisik, kita harus menangani
perbedaan antara sifat digital dari komputer dan sifat analog dari variabel proses.
Gambar 1 memperlihatkan lima komponen yang terlibat ketika sebuah komputer digunakan
untuk memantau dan mengendalikan sebuah variabel fisik analog.

Gambar 1. Penggunaan ADC dan DAC dalam Sistem Digital

Berikut adalah penjelasan komponen-komponen yang terlibat.


1. Tranduser. Variabel fisik biasanya merupakan kuantitas non-elektrik. Sebuah tranduser
adalah sebuah piranti yang mengubah variabel fisik ke sebuah variabel elektrik. Contoh
tranduser misalnya thermistor, tachometer, tranduser tekanan, photodioda, dan lain-lain.
Keluaran elektrik tranduser adalah arus atau tegangan yang besarnya proporsional dengan
variabel fisik yang dipantau. Sebagai contoh, variabel fisik yang dipantauadalah suhu air
dalam sebuah tangki besar yang mempunyai masukan dari pipa air dingin dan pipa air
panas. Suhu air pada sebuah tangki berkisar antara 80 sampai 150° C, dan sebuah rangkaian
thermistor akan menghasilkan keluaran tegangan yang berkisar antara 800 mV hingga 1500
mV.
2. Analog-to-digital Converter (ADC). Keluaran analog elektrik dari tranduser bertindak
sebagai masukan analog ke ADC. ADC mengonversi masukan analog menjadi sebuah
keluaran digital. Keluaran digital terdiri dari sejumlah bit yang mewakili nilai masukan
analog. Misalnya, ADC akan mengubah nilai analog keluaran tranduser yang berkisar dari
800-1500 mV menjadi nilai biner yang berkisar dari 0101000 (8010) hingga 10010110
(15010). Perhatikan bahwa keluaran biner dari ADC proporsional dengan tegangan analog
masukan, sehingga setiap unit dari keluaran digital mewakili 10 mV.
3. Komputer.Representasi digital dari variabel proses ditransmisikan dari ADC ke komputer
digital, yang akan menyimpan nilai digital dan mengolahnya sesuai dengan sebuah program
yang dieksekusi. Program tersebut dapat melakukan perhitungan atau operasi yang lain
terhadap representasidigital dari suhu air, untuk kemudian menghasilkan sebuah keluaran
digital yang pada akhirnya akan digunakan untuk mengendalikan suhu.

30
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II

4. Digital-to-analog Converter (DAC). Keluaran digital dari komputer dihubungkan dengan


sebuah DAC, yang akan mengubah keluaran tersebut ke tegangan atau arus analog yang
sebanding. Contoh, komputer mungkin menghasilkan keluaran digital yang berkisar dari
00000000 hingga 11111111, yang akan dikonversi DAC menjadi tegangan yang berkisar
dari 0 hingga 10 V.
5. Aktuator. Sinyal analog dari DAC sering dihubungkan dengan sebuah piranti atau rangkaian
yang bertindak sebagai sebuah aktuator untuk mengendalikan variabel fisik. Pada contoh
suhu air di atas, aktuator mungkin adalah katup yang dikendalikan secara elektrik, yang
mengatur aliran air panas kedalam tangki sesuai dengan tegangan analog dari DAC.
Kecepatan aliran akan bervariasisebanding dengan tegangan analog, misalnya 0 V akan
membuat katup tertutup dan 10 V akan menghasilkan aliran maksimal.

DIGITAL TO ANALOG CONVERTER


Karena kebanyakan metode konversi A/D menggunakan konversi D/A dalam proses konversinya,
kita akan meninjaukonversi D/A terlebih dahulu. DAC adalah suatu rangkaian elektronik yang
berfungsi mengubah sinyal/data digital menjadi sinyal analog. Banyak sistem menerima data digital
sebagai sinyal masukan dan kemudian mengubahnya menjadi tegangan atau arus analog. Data
digital dapat disajikan dalam berbagai macam sandi/kode, yang paling lazim adalah dalam bentuk
kode biner murni atau kode desimal dalam bentuk biner (Binary Coded Desimal/ BCD).
Keluaran Voutdari suatu DAC n bit diberikan oleh rumus:

Koefisien-koefisien a di atas menggunakan kata biner, a = 1 atau 0, jika bit bit ke-n adalah 1atau 0.
Tegangan Vref adalah tegangan acuan stabil yang digunakan dalam rangkaian. Bit paling berarti
(Most Significant Bit/ MSB) adalah bit yang bersesuaian dengan an-1, dan bobotnya adalah Vref/
2, sedangkan bit paling tak berarti (LSB) bersesuaian dengan a0, dan bobotnya sama dengan Vref
/ (2n). Rangkaian DAC mempunyai banyak jenis dan tipe, salah satunya adalah DAC tipe tangga.
Susunan tangga dalam rangkaian ini merupakan piranti pembagi arus, dan karena itu perbandingan
hambatannya merupakan hal yang paling penting dari harga mutlaknya. Konfigurasi DAC tipe
tangga adalah penguat jumlah, dengan R masukan yang naik 2n kalinya.

Logika digital diwujudkan dengan nilai tegangan D0, D1, D2, D3= 0 Volt untuk logika “0”
(Low) dan 5 Volt untuk logika “1” (High).

31
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II

Gambar 2. DAC tipe tangga.

DAC yang lain adalah tipe R-2R seperti gambar berikut. Rangkaian DAC tipe ini lebih sederhana
dan mudah dibangun karena nilai-nilai resistor yang digunakan dalam rangkaian hanya R dan 2R.

Gambar 3. DAC tipe R-2R dengan penguat Op-Amp

Resolusi (step size)


Resolusi dari sebuah DAC didefinisikan sebagai perubahan keluaran analog yang paling kecil yang
bisa terjadi sebagai hasil perubahan pada input digital. Resolusi juga disebut step size, karena
mewakili besarnya perubahan di Voutseiring perubahan di masukan digital satu langkah demi

32
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II

langkah. Pada gambar di bawah ini, resolusi atau step sizebesarnya adalah 1 V. pada contoh
tersebut, saat pencacah memberikan masukan 1111, maka keluaran DAC adalah 15 V, nilai ini
disebut keluaran skala-penuh(full-scale output). Dengan demikian keluaran analog dari sebuah
DAC dapat dirumuskan sebagai:
keluaran analog = step sizex masukan digital
Cara lain untuk menghitung resolusi ataustep size dari sebuah DAC adalah:

dengan Afs adalah keluaran analog skala penuh dan n adalah cacah bit nilai digital. Untuk ADC,
pada dasarnya resolusi (step size) dapat dihitung dengan cara yang sama, hanya sinyal analog
adalah masukan dan sinyal digital adalah keluaran.

Gambar 4. Keluaran dari DAC dengan masukan dari pencacah.

DAC0808

Pada praktikum ini akan digunakan IC 0808 sebagai DAC untuk mengkonversi tegangan digital
yang diberikan melalui toogle pada DT, untuk kemudian diukur tegangan analognya menggunakan
multimeter. Output dari DAC ini masih berupa arus. Oleh karena itu outputnya disambung dengan
OpAmp sebagai buffer untuk mendapatkan output berupa tegangan yang lebih mudah diukur.
Vref+ yang digunakan adalah 5V sedangkan Vref- nya adalah -15V. Pada OpAmp digunakan
Vref+ 15V dan Vref- -15V. Untuk melakukan konversi, kita hanya perlu memasukkan logika
inputan pada pin input dan outputnya akan keluar secara langsung.

33
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II

Rangkaian DAC

Konfigurasi pin DAC 0808 Blok diagram DAC

Besarnya Arus output dapat dihitung menggunakan rumus sbb:

 A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 
Io  Iref        
2 4 8 16 32 64 128 256 

Vref ()  Vref ()


dimana Iref 
Rref

34
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II

ANALOG TO DIGITAL CONVERTER


ADC adalah sebuah perangkat elektronik yang dirancang untuk mengubah sinyalsinyal atau
informasi yang bersifat analog menjadi sinyal-sinyal digital. Ada beberapa cara
untuk mengubah sinyal analog menjadi sinyal digital, yaitu :
1. Succesive approximation,
2. Integration (single, dual, dan quad slope),
3. Counter comparator dan servo,
4. Paralel conversion,
5. Windows comparator, dan lain lain.
ADC adalah komponen yang berfungsi untuk mengubah sinyal analog menjadi sinyal digital.
Parameter-parameter yang perlu diketahui dari ADC adalah:
1. Rentang tegangan sinyal input analog
2. Resolusi ADC
3. 1 LSB ( Least Significant Bit )
4. Waktu konversi (conversion time)

Rentang tegangan sinyal input analog adalah batas nilai tegangan sinyal input analog yang
bisa terbaca oleh ADC. Apabila tegangan sinyal input analog di luar dari batas ini maka hasil
konversi akan error atau terjadi kesalahan pembacaan.
Resolusi ADC adalah ukuran ketelitian pembacaan. Makin besar resolusinya maka makin
tinggi ketelitian pembacaannya. Resolusi ADC biasanya sama dengan jumlah bit outputnya.
Misalkan jumlah output bitnya adalah n bit, maka resolusinya adalah:
Resolusi ADC = 2n …………………………………………………….(1)
1 LSB (Step Size) adalah besarnya perubahan tegangan sinyal input analog yang bisa
terbaca oleh ADC. Nilai 1 LSB adalah:

……………………………(2)

Waktu konversi (conversion time) adalah lamanya waktu konversi yang diperlukan ADC
sampai proses konversi selesai.

ADC0808
ADC0808 memiliki delapan jalur input analog dan satu jalur output digital 8 bit. Pemilihan
jalur input dilakukan oleh jalur address ADD A, ADD B dan ADD C. Cara pemilihan jalur input

35
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II

bisa dilihat pada lampiran datasheet ADC0808 Table 1 hal.5. Beberapa jalur kontrol lainnya yang
diperlukan dalam proses konversi adalah CLOCK, ALE, START, EOC dan OE.

Parameter-parameter yang perlu diketahui dari ADC0808 adalah:


1. Rentang tegangan sinyal input analog:
Rentang tegangan sinyal input analog = Vref(+) – Vref(-) …….…(3)
2. Resolusi = 8 bit.
Dari persamaan (5):
Resolusi = 28 = 256
3. 1 LSB
Dari persamaan (6) dan persamaan (7):
Vref ()  Vref ()
1LSB  ………………………………………..(6)
256
4. Conversion time = 100us (Datasheet ADC0808)
Gambar 2.4 menunjukan konfigurasi kaki ADC 0808.

(a) (b)
Gambar 2.4 (a) Konfigurasi kaki ADC0808 (b) Simbol ADC0808

Proses konversi pada ADC 0808 adalah sebagai berikut:


1. Set semua jalur kontrol pada kondisi low.
2. Beri sinyal clock pada kaki CLOCK.
3. Kaki START dan ALE bisa disatukan langsung dan di high kan selama tWS, kemudian
di low kan.

36
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II

4. Proses konversi dimulai keitka kondisi START menjadi low dan selesai ketika kondisi
EOC menjadi high.
5. Sinyal digital 8 bit hasil konversi di keluarkan ke jalur outkput dengan cara memberi
sinyal high pada kaki OE.
Timing diagram cara dan proses konversi bisa dilihat pada lampiran datasheet ADC 0808 .

IV. BAHAN DAN PERALATAN


1. Digital Trainer Kit 1 buah
2. Tools kit (tang) 1 buah
3. Multimeter
4. IC DAC 0808
5. IC 741 Op Amp
6. Resistor 4K7
7. Kapasitor 0.1 uF

V. LANGKAH KERJA
Percobaan ke 1 ADC
1. a) Gunakan bagian Basic Logic Gates pada digital trainer kit yang disediakan.
b) Buatlah rangkaian 1.

c) Berikan input dengan menggunakan Logic Switch.


d) Bacalah output rangkaian dengan melihat pada logic monitor.
e) Ubahlah input sesuai dengan tabel 1 dan masukkan hasil pengamatan pada tabel tersebut.
37
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II

Percobaan ke 2 DAC
1. a) Gunakan bagian Basic Logic Gates pada digital trainer kit yang disediakan.
b) Buatlah rangkaian 1.

c) Berikan input dengan menggunakan Logic Switch.


d) Bacalah output rangkaian dengan melihat pada logic monitor.
e) Ubahlah input sesuai dengan tabel 1 dan masukkan hasil pengamatan pada tabel tersebut.

VI. HASIL PENGAMATAN


Tabel 1. Tabel percobaan ADC

38
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II

Tabel 2. Tabel percobaan DAC

Catatan:
Step sizedihitung dengan rumus berikut :

VII. ANALISIS
VIII. SIMPULAN
IX. SARAN
X. DAFTAR PUSTAKA

39

Anda mungkin juga menyukai