Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengetahuan tentang “akil balig” dalam syari‟at Islam merupakan salah satu
pengetahuan penting. Setiap anak yang dilahirkan di keluarga Muslim akan menerima
“beban hukum Islam” ketika mereka memasuki usia baligh. Rentang usia pra akil
balig merupakan saat yang paling penting untuk dipersiapkan melalui pendidikan
(sekolah dan luar sekolah), memasuki usia baligh dengan sejumlah kewajiban dan
tanggung jawab sebagai pemeluk agama Islam dan hamba Allah yang taat. Kegagalan
dalam mempersiapkan anak memasuki usia akil balig akan berdampak Ilahiyah
(hubungan dengan Tuhannya), sosiologis,psikologis, dan edukatif.
Dalam Islam masa pubertas/masa remaja sebagaimana dikatakan Fase
Badriah,...”disebut dengan istilah masa akil balig yaitu masa di mana usia yang telah
sampai pada masa taklif „Pembebanan Syari‟at Islam‟”.2 Akil balig (Bahasa Arab:
'aqala =berakal, mengetahui, atau memahami; balagha = sampai). Sementara itu
menurut Khairul akil balig adalah seseorang yang sudah sampai pada usia tertentu
untuk dibebani hukum syariat (taklif) dan mampu mengetahui atau mengerti hukum
tersebut. Orang yang akil balig disebut mukallaf. Orang yang berakal adalah orang
yang sehat sempurna pikirannya, dapa membedakan baik dan buruk, benar dan salah,
mengetahui kewajiban, yang dibolehkan dan yang dilarang, serta yang bermanfaat dan
yang merusak.3 Jadi, akil balig adalah seseorang yang sehat pikirannya dan pada usia
tertentu ia dibebani hukum syari‟at juga ia mengerti dan memahami kewajiban dan
tanggung jawabnya sebagai Muslim yang taat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Baligh?
2. Apa Pengertian Dan Macam-Macam Mimpi?
3. Bagaimana Ciri-Ciri Akil Baligh?
4. Bagaimana Perbedaan Tanda Baligh Laki-Laki Dan Perempuan ?
5. Apa Kewajiban Setelah Baligh?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Baligh

Dalam Islam, dikenal istilah akil balig, yang menandai apakah seseorang
sudah dapat dibebani kewajiban menjalankan syariat sepenuhnya atau belum.
Terdapat tanda-tanda umum kapan seseorang, baik lelaki maupun perempuan, sudah
memasuki usia akil balig. Akil yang secara bahasa artinya berakal, memahami, atau
mengetahui. Sementara itu, balig dapat didefinisikan sebagai seseorang yang sudah
mencapai usia tertentu dan dianggap sudah dewasa, atau sudah mengalami perubahan
biologis yang menjadi tanda-tanda kedewasaannya (Rasjid, 2010: 83).

Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) mendefinisikan dewasa dalam


beberapa arti sampai umur atau akil baligh, sedangkan kedewasaan adalah hal atau
eadaan telah dewasa, pendewasaan yaitu perihal yang menjadikan dewasa. Secara
etimologi, istilah dewasa (adult) berasal dari bahasa latin, bentuk lampau partisipel
dari kata kerja adultus yang berarti “telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang
sempurna.

Kesimpulan : Baligh merupakan istilah dalam hukum Islam yang menunjukkan


seseorang telah mencapai kedewasaan. Nah, bagi orang tua, wajib
hukumnya untuk memberikan pengetahuan terkait dengan baligh kepada
anak-anaknya.

B. Pengertian Dan Macam-Macam Mimpi

Dalam al-Quran mimpi diistilahkan dengan ‫الرؤيا‬al-ru’ya yang artinya


penglihatan dalam keadaan tidur, disebut juga ‫ري‬GG‫ البش‬al-busyra yang berarti kabar
gembira, sedikit berbeda dengan ‫الرؤية‬al-ru’yah yang artinya melihat dengan mata
kepala. ( M. Quraisy Syihab: 7 : 506) kata al-ru’ya dalam al-Quran disajikan dengan
bentuk dan perubahan sebagai berikut:

1. Dengan masdar yaitu lafaz yang tidak terikat oleh waktu yaitu lafaz ar- ru’ya
(penglihatan)

2
2. Dengan menggunakan fiil mudhari yaitu kata kerja yang menunjukkan perbuatan
yang sedang atau akan dilakukan seperti ara filmanam (aku melihat dalam tidur)
arani (kulihat diriku) inni ara (sesungguhnya aku melihat)

3. Dengan fiil madhi yaitu bentuk kata kerja yang menunjukkan perbuatan yang
sudah dilakukan atau sudah terjadi seperti raaitu (aku telah melihat)

Selain al-ru‘ya al-Quran juga menggunakan kata al-hilm, berbeda dengan al-
ruya yang tidak didahului oleh sibuknya otak memikirkan sesuatu sebelum tidur dan
tidak ada campur tangan syaithan, sebagai contoh bila orang yang lapar menginginkan
makanan lalu dalam tidurnya dia melihat sesuatu yang ada hubungannya dengan
makanan maka itulah hilm bukan ru‘ya dan bila dalam tidur seseorang dia melihat
sesutu yang bertentangan dengan aturan Allah maka itu merupakan mimpi dari
syaithan.
Mimpi itu ada tiga macam yaitu hadis al-nafsi, (bisikan jiwa) ketakutan yang
bersumber dari syaithan dan kabar gembira dari Allah SWT.
Mimpi pada kategori awal adalah bisikan hati yang terjadi karena sebelum
tidur seseorang memiliki angan-angan, keinginan dan yang semisalnya yang
memenuhi fikirannya sehingga terbawa dalam tidur jenis inilah yang dikemukakan
Freud melalui teori pemadatan (condensation) dan pemindahan (displacement) di
mana mimpi sebagai jalan pemenuhan keinginan (wish-fulfillment) dari alam bawah
sadar yang kita represi. Sedangkan mimpi pada ketegori kedua merupakan permainan
dan gangguan syaithan yang bermaksud melahirkan rasa takut dan sedih pada diri
manusia yang mengakibatkan murung, lesu dan penuh kekhawatiran yang terbawa
sampaisaat orang itu terjaga, mimpi jenis ini yang diistilahkan Nabi saw. dengan
Ahawil mina al-syaithan.
Potongan hadis ini menunjukkan adanya campur tangan syaithan dalam mimpi
manusia dan memang sudah merupakan janjinya untuk mengganggu anak cucu Adam
kapan dan di mana pun manusia berada seperti riwayat dari Jabir Nabi bersabda:
syaithan suka mendatangi kalian dalam setiap keadaan sampai pada waktu makan,
maka apabila makanannya jatuh pungut dan bersihkan, kemudian makanlah dan
janganlah menyisakan untuk syaithan dan apabila telah selesai maka jilatlah jari-
jarinya karena sesungguhnya ia tidak tahu dari makanan mana terdapat berkah.(Hadis
ini diriwayatkan oleh lima imam kecuali Bukhari)

3
Mimpi yang masuk kategori ketiga adalah mimpi yang benar dan memiliki arti
yang berasal dari Allah swt dan mimipi -mimpi inilah yang diangkat dalam al-Quran.
Kesimpulan :“Mimpi itu ada tiga. Mimpi baik yang merupakan kabar gembira dari
Allah, mimpi karena bawaan pikiran seseorang (ketika terjaga), dan
mimpi menyedihkan yang datang dari setan. Jika kalian mimpi sesuatu
yang tak kalian senangi, maka jangan kalian ceritakan pada siapa pun,
berdirilah dan shalatlah!” (HR Muslim).
Berdasarkan hadits di atas dapat dipahami bahwa tidak semua mimpi
yang dialami oleh seseorang dapat dijadikan sebagai petunjuk, sebab ada
kemungkinan mimpi yang dialami bukan berasal dari petunjuk Allah, tapi
karena bisikan setan atau tersibukkannya seseorang dalam memikirkan
suatu objek tertentu hingga objek itu terbawa dalam mimpinya.

C. Ciri-Ciri Akil Baligh


1. Mimpi basah
CIRI pertama adalah mimpi basah dengan keluarnya mani dari
kemaluan, ini bisa terjadi baik ketika anak tertidur atau pun tidak tidur. Hal ini
sesuai dengan firman Allah yaitu:
“Dan apabila anak-anakmu telah ihtilaam, maka hendaklah mereka
meminta izin, seperti orang-orang yang sebelum mereka meminta izin.” (QS.
An-Nuur [24]: 59)
2. Tumbuh rambut disekitar kemaluan
CIRI berikutnya adalah tumbuhnya rambut disekitar kemaluannya. Hal
ini seperti yang diriwayatkan Ibnu Qudamah rahimahullah sebagai berikut:
“Adapun al-inbaat,  yaitu tumbuhnya rambut kasar di
sekitar dzakar laki-laki atau farji wanita, yang hendaknya dibersihkan dengan
pisau cukur. Adapun bulu-bulu halus, maka tidak dianggap. Bulu halus ini
biasanya sudah tumbuh pada masa anak-anak. Inilah yang menjadi pendapat
Imam Malik, dan juga Imam Asy-Syafi’i dalam salah satu pendapatnya.” (Al-
Mughni, 4: 551)
3. Menurut kalender hijriyah, anak genap memasuki usia 15 tahun
Dawud adh-Dhahiri berpendapat bahwa tidak ada batasan tertentu
untuk usia baligh. Batasan yang benar menurutnya ialah ditandai mimpi basah
atau pun haid. Namun diriwayatkan oleh Nafi' rahimahullah dalam (HR.
Bukhari 2664 dan Muslim no. 1490) sebagai berikut:
“Telah menceritakan kapadaku Ibnu ‘Umar radhiyallahu
‘anhuma bahwa dia pernah menawarkan diri kepada Rasulullah shallallahu

4
‘alaihi wa sallam untuk ikut dalam perang Uhud. Saat itu umurnya masih
empat belas tahun, namun beliau tidak mengijinkannya. Kemudian dia
menawarkan lagi pada perang Khandaq. Saat itu usiaku lima belas tahun dan
beliau mengijinkanku.”
4. Bagi perempuan mengalami haid atau datang bulan
“Allah tidak menerima shalat perempuan  haid, kecuali ia telah
berkerudung.” (HR. Ibnu Huzaimah dari Aisyah).
Dalam riwayat tersebut, maksud dari kata khimar/berkerudung adalah
pakaian yang ditujukan untuk perempuan yang sudah baligh. Ketika shalat
perempuan diwajibkan menutup kepala, leher dan dada.
Ketika perempuan mengalami haid, maka ia tidak mengerjakan salat,
dan salatnya itu tidak diqadha (diganti). Umumnya perempuan akan
mengalami tanda ini ketika memasuki usia 9 tahun.
Kesimpulan: (1)Sempurna umurnya 15 tahun pada laki – laki dan perempuan, (2)
Mimpi basah atau keluarnya air mani bagi laki – laki dan perempuan
setelah melewati sembilan tahun dengan menghitung tanggal hijriah, (3)
Keluarnya darah pada wanita berusia sembilan tahun.

D. Perbedaan Tanda Baligh Laki-Laki Dan Perempuan


Masa baligh adalah salah satu fase pertumbuhan anak dalam Islam yang
dikenal juga dengan masa pubertas. Pada laki-laki ditandai dengan tumbuhnya rambut
di bagian tubuh tertentu, mimpi basah, tumbuh jakun, dan suara semakin berat.
Sedangkan pada perempuan ditandai dengan tumbuhnya rambut di bagian tubuh
tertentu, menstruasi, suara semakin nyaring, dan tumbuhnya payudara.
Selain itu, terdapat pula tanda-tanda psikologis, seperti kesadaran bertanggung
jawab, emosi yang tidak stabil, mudah marah dan tersinggung. Dalam Islam, anak
yang sudah baligh dikatakan sebagai “mukallaf” atau orang yang sudah diwajibkan
untuk menjalankan syari’at Islam, seperti sholat lima waktu dan puasa ramadhan.
Namun, dalam lingkup keluarga hal-hal seperti ini masih tabu untuk dibicarakan,
akibatnya anak tidak mempunyai cukup pengetahuan dalam menghadapi masa
pubertas. Bahkan keluarga juga cenderung melimpahkan tanggung jawab untuk
menjelaskan hal seperti ini kepada pihak sekolah.
Tanda Balig: Aktifnya Organ Reproduksi
Allah berfirman dalam Surah an-Nur:59, "Dan apabila anak-anakmu telah
sampai ihtilam (umur balig), maka hendaklah mereka meminta izin, seperti orang-

5
orang sebelum mereka meminta izin". Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib bahwa
Nabi Muhammad saw. bersabda, "Terangkatlah pertanggungjawaban dari tiga
golongan, yaitu orang tidur hingga ia bangun, anak-anak hingga ia ihtilam (bermimpi
basah dan mengeluarkan mani), dan orang gila hingga ia sembuh (kembali berakal)."
Berdasarkan ayat dan riwayat tersebut, dipahami seseorang disebut sudah balig ketika
ia sudah mengeluarkan mani, baik dalam keadaan sadar atau tidur (mimpi basah).
Ketika seseorang sudah sampai tahap itu, maka ia bertanggungjawab untuk
menjalankan syariat sebagai muslim yang seutuhnya. Keterangan lebih lanjut
tercantum dalam Kitab al-Mughni karya Ibnu Qudamah, bahwa air mani yang keluar
dari kemaluan, entah dengan cara seperti apa (terjaga, tidur, jimak, ihtilam, atau hal
lain) adalah tanda balig.
Tanda Balig untuk Perempuan: Sudah Haid
Tanda lain seseorang sudah balig, khusus untuk perempuan, adalah haid.
Diriwayatkan dari jalur Aisyah, bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda, "Allah tidak
menerima salat perempuan yang telah haid kecuali dengan kerudung". Ketika
perempuan mengalami haid, maka ia tidak mengerjakan salat, dan salatnya itu tidak
diqadha (diganti). Ini berbeda dengan puasa. Jika tiba bulan Ramadan, sedangkan
perempuan berhalangan karena haid, maka ia wajib menggantinya pada hari lain di
luar bulan puasa. Jika seorang anak sudah mengalami salah satu dari tiga tanda
tersebut, ia sudah dianggap sudah balig, yang berarti menanggung beban perintah-
perintah syariat. Oleh karenanya, menjadi tugas orangtua untuk mempersiapkan anak
menjalankan kewajiban, misalnya salat lima waktu sejak dini, sehingga ia sudah
terbiasa dengan ibadah ketika sudah tiba pada masa balig.
Kesimpulan: Pada laki-laki ditandai dengan tumbuhnya rambut di bagian tubuh
tertentu, mimpi basah, tumbuh jakun, dan suara semakin berat.
Sedangkan pada perempuan ditandai dengan tumbuhnya rambut di
bagian tubuh tertentu, menstruasi, suara semakin nyaring, dan tumbuhnya
payudara

E. Kewajiban Setelah Baligh


Ketika seseorang telah mencapai masa baligh, maka ia telah dianggap dewasa
dan mampu membedakan perkara yang benar dan salah. Menurut Ningrum Puji
Lestari dalam Hukum Islam, baligh berasal dari Bahasa Arab yang artinya “sampai”.
Maksudnya seseorang telah sampai pada tahap kedewasaan.

6
Dalam fiqih, usia baligh merupakan salah satu syarat untuk menjadi mukallaf,
yaitu seseorang yang sudah dikenai kewajiban syariat. Syarat lainnya adalah berakal
atau aaqilun.
Aqil adalah lawan dari ma'tuh (bodoh), majnun (orang gila), dan muskir
(orang mabuk). Orang bodoh dan gila tidak dibebani hukum karena mereka tidak
dapat membedakan baik dan buruk atau benar dan salah
Dalam kitab Kasyifatus Saja, Syaikh Nawawi Al-Bantani secara singkat padat
memaparkan penjelasan ketiga tanda tersebut sebagai berikut: 1. Sempurnanya umur
lima belas tahun berlaku bagi anak laki-laki dan perempuan dengan menggunakan
perhitungan kalender hijriah atau qamariyah. Seorang anak—baik laki-laki maupun
perempuan—yang telah mencapai umur lima belas tahun ia telah dianggap baligh
meskipun sebelumnya tidak mengalami tanda-tanda baligh yang lain. 2. Tanda baligh
kedua adalah keluarnya sperma (ihtilaam) setelah usia sembilan tahun secara pasti
menurut kalender hijriyah meskipun tidak benar-benar mengeluarkan sperma, seperti
merasa akan keluar sperma namun kemudian ia tahan sehingga tidak jadi keluar.
Keluarnya sperma ini menjadi tanda baligh baik bagi seorang anak laki-laki maupun
perempuan, baik keluar pada waktu tidur ataupun terjaga, keluar dengan cara
bersetubuh (jima’) atau lainnya, melalui jalannya yang biasa ataupun jalan lainnya
karena tersumbatnya jalan yang biasa. 3. Adapun haid atau menstruasi menjadi tanda
baligh hanya bagi seorang perempuan, tidak bagi seorang laki-laki. Ini terjadi bila
umur anak perempuan tersebut telah mencapai usia sembilan tahun secara perkiraan,
bukan secara pasti, dimana kekurangan umur sembilan tahunnya kurang dari enam
belas hari menurut kalender hijriyah.
Bila ada seorang anak yang hamil pada usia tersebut, maka tanda balighnya
bukan dari kehamilannya tetapi dari keluarnya sperma sebelum hamil (lihat
Muhammad Nawawi Al-Jawi, Kaasyifatus Sajaa, (Jakarta: Darul Kutub Islamiyah,
2008), hal. 31). Seorang anak yang telah mengalami salah satu dari tiga hal tersebut
dianggap telah baligh atau biasa disebut telah mukallaf yang berarti menanggung
beban perintah-perintah syari’at. Ia telah berkewajiban melakukan shalat lima waktu
sebagaimana mestinya, puasa di bulan Ramadlan, berhaji bila mampu dan kewajiban-
kewajiban lainnya. Lebih lanjut Syaikh Nawawi juga menjelaskan bahwa secara
fardlu kifayah seorang anak yang telah mencapai usia tujuh tahun dan telah mumayyiz
adalah wajib bagi orang tuanya untuk memetintahkannya melakukan shalat beserta
segala hal yang berkaitan dengannya seperti wudlu dan lainnya.

7
Orang tua juga wajib memerintahkannya untuk melakukan kewajiban-
kewajiban syari’at lainnya seperti berpuasa bila mampu. Perintah ini tentunya disertai
dengan kalimat ancaman seperti “bila engkau tidak mau shalat maka uang jajanmu
tidak diberikan” atau kalimat lainnya. Pada usia ini pula kepada sang anak orang tua
wajib mengenalkannya perihal Nabi Muhammad SAW, kapan dan di mana beliau
dilahirkan, meninggal dan dikebumikan. Adapun batasan seorang anak telah
mumayyiz adalah apabila ia telah mampu makan, minum, dan beristinja’ secara
mandiri. Bila anak telah mumayyiz namun belum mencapai usia tujuh tahun maka
orang tua hanya disunahkan, bukan diwajibkan, memerintahkan anaknya melakukan
kewajiban-kewajiban syari’at. Saat usianya telah mencapai sembilan tahun dan di
pertengahan menuju usia sepuluh tahun bila sang anak masih belum juga mau
melakukan kewajiban-kewajiban tersebut maka orang tua wajib memukulnya
tentunya dengan pukulan yang tidak menyakitkan. Ini dikarenakan pada usia ini ada
kemungkinan sang anak telah masuk masa baligh.
Kesimpulan : sebelum anak mencapai status baligh atau mukallaf orangtua
semestinya telah membiasakannya dengan melakukan kewajiban-
kewajiban syari’at agar kelak ketika sang anak telah baligh ia telah
terbiasa dengan kewajiban-kewajiban tersebut.

8
DAFTAR PUSTAKA

http://www.nu.or.id/post/read/80726/tiga-tanda-seorang-anak-dikatakan-baligh
https://swararahima.com/2018/08/02/baligh-perspektif-fiqh/
https://www.popmama.com/big-kid/6-9-years-old/ninda/apa-itu-akil-baligh-tanda-
tandanya-dan-dalilnya/3
https://m.oase.id/read/WMLEb3-beritahukan-pada-anak-berikut-3-tanda-baligh-
dalam-islam

Anda mungkin juga menyukai