Anda di halaman 1dari 7

No.

Sifat : Urgent

Perihal : Pengaduan Kelalaian BP2MI dan Kemnaker atas kasus mangkraknya penempatan CPMI

Kepada

Kepala Ombudsman Republik Indonesia

Di Jakarta

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Selamat pagi dan salam sejahtera, Om Swastiastu,
Namo Buddhaya, Salam kebajikan.

(CPMI) Taiwan yang gagal terbang mengadukan perihal mall adiministrasi yang dilakukan oleh Badan
Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (B2MI) dan Kementerian Tenaga Kerja Republik Indonesia.

Mengingat :

1. UU 18 Tahun 2017 tentang Pelindungan Pekerja Migran Indonesia

Pasal 1 point 1,5,6, Pasal 2 point I,j, Pasal 3 point a,b, Pasal 6 point (1) a,c,d,h,I, Pasal 7 point a,
Pasal 8 point (1) a,b (2) a,b (3) a,c,d, Pasal 32 point (2), Pasal 39 point b,c,e,m, Pasal 45 point a,
Pasal 47 point (a) 3,5

2. PP NO 59 Tahun 2021 Tentang Pelaksanaan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia


Pasal 1 point 1,2,3,26, Pasal 2, Pasal 3 point 1,2, Pasal 4 point 1,2,3, Pasal 7 point 1,3,5, Pasal 11
point 1,2, Pasal 35 point a,b,c,e,h,m, Pasal 36 point d,e,f, Pasal 37, Pasal 38 point a,b,c,d, asal 44
point 2,5, Pasal 59 point a (4)b, Pasal 84 point b,c, Pasal 86 point 1, Pasal 88 point 1, Pasal 89,
Pasal 90, Pasal 91

3. Perpres 90 Tahun 2019 Tentang Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI)
Pasal 1 point 1,2, Pasal 4, Pasal 5 point (1) a,b,d,e,f,g

4. Permenaker 18 Tahun 2018 Tentang Jaminan Sosial Pekerja Migran

Pasal 1 point 1,16, Pasal 3 point 1, Pasal 5 point a, Pasal 6 point 1, Pasal 9 point 2,4,5,6, Pasal 11
point 1,2, Pasal 16 point 1a,2g.
5. Permenaker 9 Tahun 2019 Tentang Tata CaraPenempatan Pekerja Migran Indonesia
Pasal 1 point 1, Pasal 2 point a, Pasal 6 point a, Pasal 7 point a, Pasala 8 point 1,3,4,6, Pasal 21,
Pasal 22, Pasal 32, Pasal 37 point 1,2,3, Pasal 38 point 3.

6. Permenaker 17 Tahun 2019 Tentang Penghentian Dan Pelarangan Penemapatan PMI

Pasal 1 point 1, Pasal 4, Pasal 9, Pasal 10 point 2,3, Pasal 15, Pasal 16 point 1,2

7. UU NO. 37 tahun 2008, pasal 1 angka 3 tentang Maladministrasi

8. Peraturan Ombudsman (PO) nomor 26 tahun 2017 tentang tata cara penerimaan, pemeriksaan
dan penyelesaian laporan. Setidaknya ada 10 bentuk Maladministrasi.

9. Peraturan Presiden No. 18 Tahun 2015 pasal 3 tentang tugas Kementerian Tenaga Kerja

Menimbang :

1. Kenapa Taiwan Tutup untuk CPMI.

Pengiriman CPMI resmi ditutup mulai 18 maret 2020 berdasarkan keputusan Menteri Tenaga Kerja No.
151 tahun 2020 tentang Penghentian Sementara Penempatan PMI dengan alasan melindungi CPMI dari
wabah pandemi.

Ditahun dan bulan yang sama, Kepala Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) juga
mengeluarkan surat edaran No. 4 tahun 2020 tentang penghentian semantara layanan penempatan
PMI, efektif mulai 26 maret 2020

Kemudian penempatan PMI dibuka lagi pada bulan Juli 2020 dengan alasan untuk membantu
memulihkan perekonomian akibat pandemi dengan cara mengemas CPMI secara steril dari Covid 19

Pada tanggal 4 Desember 2020 giliran Taiwan memutuskan menangguhkan CPMI masuk ke negaranya
dengan alasan ada 127 CPMI yang positif covid 19 saat pemeriksaan masuk ke Taiwan oleh tim medis
Taiwan, dan parahnya lagi dari 127 tersebut ada 76 (60%) CPMI yang membawa hasil pemeriksaan PCR
negatif dari Indonesia

Kemudian pada tanggal 16 desember 2020 Taiwan mengumumkan memperpanjnang masa


penangguhan CPMI sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Di kutip Fokus Taiwan, Menteri
Kesehatan Taiwan Chen Shih Chung mengaku bingung terhadap hasil tes PCR di Indonesia "Hasil hasilnya
semakin tidak akurat, seiring berjalannya waktu. Kami tidak tahu apa masalahnya"
2. Komunikasi yang telah dilakukan ke BP2MI dan Naker oleh CPMI adalah sebagai berikut.

a) perwakilan RPMI melakukuan pertemuan dan diskusi pad tanggal 27 januari 2021 di BP2MI

b) perwakilan RPMI melakukan pertemun dengn Kantor Staf Presiden (KSP) dan Naker pad tanggal 17
juni 2021.

c) perwakilan CPMI korea melakukan pertemuan dan diskusi dengan Naker dan Komisi IX pad tanggal 2
juni 2021. Kemudian tanggal 3 juni 2021 ketemu Kabadan

Berdasarkan uraian di atas. Bentuk bentuk mal administrasi yang dilakukan BP2MI & Kemenaker atas
mangkraknya penempatan CPMI adalah sebagai berikut:

A. Tidak kompeten (Keteledoran).

1). Kasus CPMI yang membawa hasil tes PCR negatif dari Indonesia, kemudian menjadi positif saat di
periksa di Taiwan, menunjukan ada sebuah ketidakprofesionalan dari BP2MI sebagai pelaksana
kebijakan penempatan PMI. Sebuah keteledoran dalam menyelenggarakan pelayanan penempatan.
Seperti yang diamanatkan UU No. 18 tahun 2017, pasal 47 huruf a nomer 3 dan perpres no. 90 tahun
2019, pasal 5 huruf a dan d

B. Penundaan Berlarut

(Gerak lamban).

1). Dalam kasus mangkraknya penempatan CPMI Taiwan. BP2MI Tidak mempunyai target, planing dan
aksi yang jelas untuk kasus CPMI Taiwan mangkrak. Penundaan penyelesaian berlarut membuat CPMI
Taiwan mangkrak penempatan begitu lama. Lambannya kinerja BP2MI menjadi sorotan.

Seperti di kutip antaranews.com (6 desember 2020) bahwa pada tanggal 26 Agustus 2020 Taiwan secara
tertulis minta klarifikasi ke BP2MI terkait PMI tidak boleh dibebani biaya. Namun permintaan Taiwan
tidak direspon positif oleh BP2MI.

Selain permintaan Taiwan kepada BP2MI soal klarifikasi zero cost yang terkesan ditunda tunda, juga
permintaan Taiwan untuk investigasi kasus PCR CPMI yang tidak valid, tidak mendapat respon dengan
baik. Hasil investigasi diberikan terlambat, dan isi investigasi pun tidak sesuai dengan keinginan. Taiwan.
Permintaan Taiwan terkait Sarkes yang ditunjuj bersama pun tidak cepat ditanggapi BP2MI, padahal
TETO sudah minta sejak desember 2020

C. Penyimpangan Prosedur.

1. Carut marutnya penempatan PMI ada pada Perban 09/2020, dimana ada 4 pasal yg menjadi
penghambat dilaksanakannya pasal 30 dan perban 09/2020.

Yaitu :

(a). Pasal 39 Pemerintah Pusat harus menyediakan anggaran bagi Pelatihan dan Sertifikasi dengan
menggunakan anggaran Pendidikan. Di sini pun belum ada kepastian
(b). Pasal 40 Pemerintah Provinsi harus menyediakan anggaran bagi Pelatihan dan Sertifikasi serta
Vokasi dgn menggunakan anggaran Pendidikan. Ditingkatan ini pun belum ada kepastian anggaran

(c). Pasal 41 Pemerintah Kabupaten/kota harus menyediakan anggaran bagi Pelatihan dan Sertifikasi
dengan menggunakan anggaran Pendidikan. Sama dengan kasus diatas, belum ada kepastian anggaran

(d) Pasal 31 Pemerintah harus membuat Perjanjian Bilateral dengan Negara negara Penempatan.

Setelah 4 pasal ini sukses dilaksanakan pemerintah, maka Pasal 30 dan Perban 09/2020 baru bisa
dikeluarkan

Karena yg terjadi saat ini terbalik, Pasal 30 duluan diterapkan BP2MI, yang lain belakangan. Otomatis
tidak bisa jalan, bagaimana PMI bisa menjadi kompeten bila anggarannya tidak ada? Karena yg boleh

Artinya ZERO PENEMPATAN yg terjadi, bukan ZERO COST

2. Tumpang Tindih dan Miskomunikasi Regulasi BP2MI

Peraturan BP2MI NO 9 Tahun 2020 mengenai Pembebasan Biaya Penempatan bagi Pekerja Migran
Indonesia Non Formal adalah kesalahan interpretasi Pasal 30 UU 18 Tahun 2017 Tentang Pelindungan
Pekerja Migran Indonesia, setelah peraturan tersebut diterbitkan menimbulkan pro dan kontra. Dengan
ditunda nya pemberlakuan aturan tersebut, yang sebelum nya Januari 2021 menjadi Juli 2021. Selain itu
penolakan majikan Taiwan terhadap aturan tersebut berdampak dengan dihentikan nya pengiriman
CPMI Formal dikarenakan besar nya biaya yang dibebankan kepada Majikan jika menggunakan CPMI
Indonesia.

Surat Kepala BP2MI Ke Direktur Utama PT. Bank Negara Indonesia NO B.490/KA/VI/2021 Prihal
Pembiayaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia, tertanggal 16 Juni 2021 bertentangan dengan
Peraturan BP2MI NO 9 Tahun 2020 Tentang Pembebasan Biaya Penempatan Dan UU 18 Tahun 2017
Tentang Pelindungan Pekerja Migran Indonesia.

Keputusan Kepala BP2MI NO 214 Tahun 2021 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Tekhnis Pembebasan Biaya
Penempatan otomatis menjadi masalah karna dibuat dengan referensi Peraturan BP2MI NO 9 Tahun
2020.

Instruksi Kepala BP2MI NO 2 Tahun 2021 Tentang Penerbitan Surat Rekomendasi pengajuan Kredit
Tanpa Agunan oleh Kepala Unit Pelaksana Tekhnis BP2MI. Adalah turunan dari aturan yang bermasalah
Peraturan BP2MI NO 9 Tahun 2020.

3. Perbedaan Pendapat BP2MI Dan Kemenaker

Perbedaan Pendapat BP2MI Dan Kemenaker dalam menafsirkan & pelaksanaan Pasal 30 tentang Biaya
Penempatan UU 18 Tahun 2017, mempersulit CPMI yang tertunda keberangkatan nya, Disharmoni
Kemenaker Dan BP2MI membuat komunikasi dan kordinasi tidak berjalan dengan baik.

Ada 2 Bukti yang bias dijadikan acuan :


a. Surat Dirjen Binapenta Kemenaker NO 51951/PK 0200/VII/2020 tertanggal 23 Desember 2020
Point 5 surat tertulis Kemenaker tidak dilibatkan dalam penyusunan draf Peraturan Badan N0 9
Tahun 2020 Tentang Pembebasan Biaya Penempatan.
b. Surat Mentri Ketenagakerjaan RI Nomor B-M/327/PK.02.00/VII/2021 tertanggal 30 Juli 2021
adanya permintaan penyempurnaan Peraturan BP2MI NO 9 Tahun 2020 Tentang Pembebasan
Biaya Penempatan agar dapat diimplementasikan sesuai dengan ketentuan UU 18 Tahun 2017
Tentang Pelindungan Pekerja Migran Indonesia.

4. Tidak patut.

Dalam suasana pandemi dan ketidakjelasan nasib ribuan CPMI. Tidak patut Kabadan dan jajarannya
melakukan kunjungan ke beberapa daerah untuk sosialisasi perkabadan. Padahal koordinasi bisa
dilakukan via zoom. sehingga bisa menghemat uang rakyat tanpa melanggar prokes saat pandemi. Tidak
perlu juga foto jalan jalan dan makan makan kabadan dan jajarannya dishare di media sosial. Padahal
disisi lain ribuan CPMI menunggu kerja nyata penempatan untuk CPMI.

Tidak patut juga buzer buzer BP2MI melawan CPMI yang bertanya pnempatan di media sosial.

Surat edaran perkabadan no: B559 KA/VI/2021 yang meminta apresiasi Kepada P3MI atas pelaksanaan
lounching pembebasan biaya penempatan juga sangat tidak patut. Karena prestasi itu real adanya
bukan minta pengakuan

5. Tidak ada layanan.

BP2MI idak ada layanan dalam hal vaksinasi untuk seluruh CPMI yang gagal terbng. Sehingga terkesan
tidak ada persiapan penempatan

Sedangkan bentuk mal administrasi Kementerian Tenaga Kerja adalah:

a) Tidak Kompeten.

1. Keputusan Mentri Tenaga Kerja NO 151 Tahun 2020 Tentang Penghentian Sementara Penempatan
PMI menjadi masalah karna tidak ada penanganan terhadap hak-hak CPMI yang gagal berangkat dan
fasilitasi pemberian Vaksin Covid-19 kepada CPMI yang gagal diberangkatkan. Selain itu tidak ada
peraturan atau kebijakan yang diterbitkan Kemenaker untuk Tata Kelola dan Penanganan CPMI yang
telah siap diberangkatkan.

2. Kasus penutupan CPMI Taiwan yang membawa hasil tes PCR negatif dari Indonesia, kemudian
menjadi positif saat di periksa di Taiwan, menunjukan adanya sebuah ketidakprofesionalan dari
Kementerian Tenaga Kerja dalam hal penyusunan norma dan standar pengawasan penyelenggaraan
penempatan. Tidak kompeten dalam menjalankan UU No. 18 Tahun 2017 pasal 45 huruf a nomer 3.

b) Penundaan Berlarut.

Terjadinya kasus mangkrak penempatan CPMI Taiwan yang sudah berlangsung lama merupakan bukti
bahwa kementerian tenaga kerja tidak cekatan dalam mengurusi masalah penempatan dan peningkatan
penempatan tenaga kerja (amanat Perpres No.18 tahun 2015 pasal 3 huruf a). Kemenker tidak
mempunyai planing dan aksi yang tersistematis untuk menyelesaikan kasus CPMI mangkrak, dibiarkan
berlarut larut tanpa kejelasan

C. Tidak ada layanan.

Ketika penempatan CPMI ke Negara penempatan ditutup, otomatis tidak ada layanan penempatan ke
negara tujuan, bahkan Kemenaker tidak mempunyai Planning penempatan kembali yang sistematis.

MEMOHON

Berdasarkan Fakta-Fakta tersebut diatas maka kami memohon Kepada Ombusdman RI untuk
menyatakan bahwa telah terjadi Maladministrasi pada BP2MI dan Kementrian Ketenagakerjaan RI kasus
berhentinya penempatan CPMI Taiwan.

Karena kasus mangkrak penempatan yang sangat lama yaitu hampir dua tahun, dan belum adanya
kejelasan penempatan. Serta karena adanya ketidakharmonisan BP2MI dan Kementrian
Ketenagakerjaan RI.

Demikian Surat Pengaduan Ini Disampaikan.

Lampung, 25 September 2021

Koordinator RPMI Koordinator Harian RPMI Sekretaris RPMI

Burhanuddin H, S.IP Yuliani Venty

Anda mungkin juga menyukai