Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS BIAYA MODAL

Oleh:

KELOMPOK 4

Ni Kadek Piora Puspita ( 2007531022 )


Ni Wayan Bawa Antari ( 2007531067 )
Anindya Jasmine Kayla ( 2007531049 )
I Made Yoga Mahardika Raharja ( 2007531061 )
Nyoman Dewi Ayu Ratih Arya Dewanti ( 2007531241 )

Dosen Pengampu Mata Kuliah :


Dr. Ida Bagus Panji Sedana, S.E., M.Si.

MATA KULIAH MANAJEMEN KEUANGAN


PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan rahmatnya
sehingga makalah berjudul “Analisis Biaya Modal” telah dapat kami selesaikan tepat waktu.
Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, kami tidak akan mampu menyelesaikan tugas ini dengan
baik. Kami juga mengucapkan terima kasih sebesar - besarnya kepada Yang Terhormat Bapak
dosen pengampu mata kuliah Manajemen Keuangan yaitu : Dr. Ida Bagus Panji Sedana, S.E.,
M.Si. karena, atas ilmu nya lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Resume ini
disusun guna memenuhi tugas mata kuliah : Manajemen Keuangan. Kami berharap makalah
ini dapat dimengerti serta dipahami dengan baik dan jelas bagi pembaca.

Kami menyadari bahwa makalah yang telah kami buat ini masih perlu banyak
penyempurnaan, baik karena kesalahan penulisan, segi tata bahasa ataupun kurangnya
informasi yang tertera dalam makalah ini. Oleh sebab itu, kami terbuka terhadap setiap kritik
dan saran mengenai makalah yang telah dibuat ini. Sehingga kesalahan yang dimaksud dapat
diubah sebagaimana mestinya. Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga makalah ini dapat
diterima dengan baik dan dapat menambah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata
untuk masyarakat luas.

Denpasar, 29 November 2021

Anggota Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. ii

BAB I ......................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1

1.1 LATAR BELAKANG ..................................................................................................... 1

1.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................................................. 1

1.3 TUJUAN PENULISAN ................................................................................................... 1

BAB II........................................................................................................................................ 2

MATERI REVIEW.................................................................................................................... 2

2.1 BIAYA MODAL INDIVIDU .......................................................................................... 2

2.1.1 Biaya Modal yang Berasal dari Hutang Jangka Pendek ........................................... 2

2.1.2 Biaya Modal yang Berdasarkan dari Hutang Jangka Panjang .................................. 4

2.1.3 Biaya Modal yang Berasal dari Saham Preferen ...................................................... 6

2.1.4 Biaya Modal yang Berasal dari Laba Ditahan .......................................................... 6

2.1.5 Biaya Modal yang Berasal dari Emisi Saham Biasa Baru ........................................ 7

2.2 BIAYA MODAL KESELURUHAN (WACC) ............................................................... 7

BAB III .................................................................................................................................... 14

KESIMPULAN ........................................................................................................................ 14

3.1 KESIMPULAN .............................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Biaya modal memegang peranan penting di dalam Perusahaan sebagai cut off
dalam pengambilan keputusan investasi. Biaya modal menjadi dasar penilaian apakah
investasi atau proyek yang akan dilaksanakan feasible atau tidak, terutama di dalam
penilaian profitabilitas investasi yang menggunakan metode discounted (NPV dan PI).
Biaya modal Sering menjadi tingkat keuntungan minimal yang disyaratkan dari suatu
investasi atau proyek, sehingga biaya modal akan menjadi discount factor dalam
perhitungan present value cash flow perusahaan.
Berdasarkan pentingnya biaya modal dalam penilaian investasi atau proyek,
disini akan dibahas biaya modal individual dan biaya modal secara keseluruhan. Biaya
modal individual yang diuraikan meliputi biaya modal yang berasal dari hutang jangka
pendek seperti: hutang dagang, hutang wesel dan kredit jangka pendek, biaya modal
yang berasal dari hutang jangka panjang (obligasi), biaya saham preferen, biaya laba
ditahan dan biaya modal saham biasa. Pada bagian akhir diuraikan tentang biaya modal
secara keseluruhan yang dipergunakan perusahaan, yang merupakan cut off penilaian
profitabilitas investasi atau proyek.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.2.1 Apa yang Dimaksud dengan Biaya Modal Individu ?
1.2.2 Apa yang Dimaksud dengan Biaya Modal Keseluruhan (WACC) ?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1.3.1 Untuk Mengetahui Biaya Modal Individu.
1.3.2 Untuk Mengetahui Biaya Modal Keseluruhan (WACC).

1
BAB II
MATERI REVIEW

2.1 BIAYA MODAL INDIVIDU


Biaya modal individual atas perusahaan adalah biaya modal rata – rata dari biaya jenis
modal yang dikeluarkan. Adapun jenis biaya modal individual diantaranya.

2.1.1 Biaya Modal yang Berasal dari Hutang Jangka Pendek


Hutang jangka pendek adalah hutang yang dipergunakan perusahaan dengan jangka
waktu maksimum 1 (satu) tahun, terdiri dari hutang dagang, hutang wesel dan kredit jangka
pendek dari bank. Biaya modal masing- masing diuraikan sebagai berikut :

1. Biaya hutang dagang


Biaya hutang dagang adalah eksplisit. Bila perusahaan kehilangan
kesempatan mendapatkan cash discount selama setahun maka biaya eksplisitnya
dapat dihitung dengan membandingkan cash discount yang hilang dengan jumlah
rata-rata hutang dagang selama setahun.
Contoh
Cash discount yang hilang selama setahun sebesar Rp 5.000.000,00 dan
hutang dagang rata-rata sebesar Rp 50.000.000,00 maka biaya hutang dagang
yang eksplisit sebelum pajak adalah
5.000.000
= 10% = 10%
50.000.000

Biaya ini adalah “tax deductible expense” karena bunga modal diperhitungkan
sebelum kena beban pajak, sehingga dengan adanya bunga maka keuntungan
yang kena pajak menjadi lebih kecil.
Biaya penggunaan hutang setelah pajak (after-tax cost of debt) dapat dihitung
dengan cara : Biaya hutang setelah pajak - biaya hutang sebelum pajak x
Misalkan
Tingkat pajak penghasilan 40% maka biaya hutang setelah pajak adalah :
Biaya hutang setelah pajak.
Biaya hutang setelah pajak = 10% x (1-0,4)

= 0,1 x 0,6

= 0,06 (6%)

2
Perusahaan yang dikelola dengan baik, umumnya membayar hutang dagang
dalam periode discount sehingga tidak memiliki beban eksplisit.
2. Hutang Wesel
Hutang wesel mempunyai bunga yang tetap yang dihitung dari harga
nominalnya. Bunga yang dibayar harus dihubungkan dengan jumlah uang yang
diterima atau tersedia secara efektif untuk digunakan.
3. Kredit Jangka Panjang
Biasanya bank langsung memotong bunga hutang di muka dari jumlah uang
yang diberikan sehingga penerima kredit menerima jumlah uang yang lebih kecil
dari hutang nominal.
Contoh
Misalnya hutang wesel sebesar Rp 1.000.000,00 dengan bunga 15% per tahun
dengan umur satu tahun. Kita hanya menerima uang sebesar Rp 850.000 (Rp
1.000.000-150.000), sehingga tingkat bunga yang sebenarnya sebelum pajak
adalah :
150.000
= 17,65%
850.000
Bila tingkat pajak sebesar 40% maka biaya setelah pajak adalah :
17,65% x (1-04) = 10,59%

Prinsip ini juga diterapkan dalam menghitung biaya penggunaan hutang dari
kredit jangka pendek yang diberikan oleh bank.
Contoh
Misalnya bank memberikan kredit jangka pendek sebesar Rp 1.000.000,00
dengan bunga 2% per bulan selama 8 bulan dengan syarat bahwa jaminan aktiva
diasuransikan selama umur kredit misalnya premi asuransi sebesar Rp 50.000,00
Jumlah uang yang dibayarkan bank sebesar Rp 1.000.000,00 bunga selama 8
bulan premi asuransi yaitu:
Rp 1.000.000 - (160.000 + 50.000) = Rp 790.000
Beban selama 8 bulan yang sesungguhnya ditanggung adalah Rp 210.000 (yaitu
Rp 160.000+Rp 50.000), sehingga biaya penggunaan hutang sebelum pajak
(before-tax cost of debt) selama 8 bulan adalah :
210.000
𝑥 100% = 26,582% = 26,582%
790.000

3
Biaya kredit sebelum pajak perbulan = 26,582%
= 3,323% = 3,323%
8

Misalnya pajak 50% maka biaya setelah pajak adalah :


3,323% x (1 – 0,5) = 1,6615%

2.1.2 Biaya Modal yang Berdasarkan dari Hutang Jangka Panjang


Secara umum bentuk hutang jangka panjang perusahaan ialah obligasi. Dimana
perhitungan biaya obligasi harus memperhitungkan jumlah dana bersih yang diterima dengan
pengeluaran kas karena penggunaan dana tersebut. Dalam menghitung biaya hutang jangka
panjang dengan bentuk obligasi dapat digunakan cara seperti perhitungan tingkat pendapatan
investasi dalam obligasi dengan rumus (shortcut) atau dengan menggunakan present value.

Contoh Soal:

Obligasi dikeluarkan dengan harga nominal per lembar Rp. 10.000 dengan umur 10
tahun. Hasil penjualan obligasi bersih yang diterima yaitu sebesar Rp. 9.700. Besaran bunga
atau kupon obligasi per tahun nya ialah 4%. Hitunglah besarnya biaya obligasi tersebut!

A. Dengan menggunakan rumus shortcut atau dasar kira – kira (approximate method)
terdapat empat (4) langkah dalam metode ini :
1) Mengadakan estimasi jumlah rata – rata dari dana yang tersedia bagi kita selama
sepuluh (10) tahun.
2) Menghitung biaya rata – rata tahunan dari penggunaan dana tersebut.
3) Menghitung presentase biaya rata – rata tahunan dari jumlah dana rata – rata
yang tersedia.
4) Menyesuaikan biaya obligasi berdasarkan biaya setelah pajak.

Jawab :

a. Dana rata – rata yang tersedia yang akan digunakan selama sepuluh (10) tahun
9.700 +10.000
ialah : 2
= 9.850

b. Biaya ekstra sebesar Rp. 300 (Selisih antara dana yang diterima dengan dengan
jumlah dana yang harus dibayar setelah 10 tahun). Apabila biaya ekstra tersebar
𝑅𝑝 300
merata 10 tahun maka biaya ekstra pertahun nya ialah Rp.30x( )
10

ditambahkan pada bunga yang dibayar setiap tahunnya selama 10 tahun ialah
sebesar Rp.400 (yaitu 4% x Rp. 10.000) + Rp.30 (biaya ekstra) sebingga
berjumlah 430.

4
c. Menghitung presentase biaya tahunan rata – rata dari jumlah dana rata – rata
430
yang tersedia, biaya bunga sebelum pajak yaitu : 9.850 𝑥 100% = 4,36%

d. Biaya obligasi juga dapat dihitung dengan rumus pendapatan obligasi yaitu :
10.000 −9.700
400+ 400+30 430
10
9.700 +10.000 = = 9.850 = 4,36%
9.850
2

e. Langkah terakhir yaitu penyesuaian biaya obligasi dengan pajak. Apabila


tingkat pajak sebesar 40% maka biaya setelah pajak nya ialah :
4.36% (1 – 0,4) = 2,62%
B. Menggunakan pendekatan Present Value (PV) atau metode accurate
Dalam metode ini mencari tingkat bunga yang menjadikan nilai sekarang dari
pembayaran bunga tahunan sebesar Rp.400 + pembayaran akhir sebesar Rp.10.000
sama dengan nilai sekarang dari penerimaan sebesar Rp.9.700 persamaan nya ialah :
𝑅𝑝 400 𝑅𝑝 400 𝑅𝑝 400 𝑅𝑝 10,000
9.700 = (1+𝑟)1 + (1+𝑟)2 + … + (1+𝑟)10 + ( 1+𝑟) 10

Dengan menggunakan tingkat bunga 4% dan 6% untuk interpolasi maka :


Tingkat bunga 4%
Biaya bunga tahunan selama 10 tahun
(Rp. 10.000 x 8,11) Rp. 3.244
Pembayaran pokok pada akhir tahun ke – 10
(Rp. 10.000 x 0,676) Rp. 6.760
Rp. 10.004
Tingkat bunga 6%
Biaya bunga tahunan selama 10 tahun
(Rp. 400 x 7,360) Rp. 2.944
Pembayaran pokok pada akhir tahun ke – 10
(Rp. 400 x 0,558) Rp. 5.580
Rp 8,524

Seisih PV outflows dengan


Selisih Bunga Selisih PV
inflows
4% Rp. 10.004 Rp. 10.004
6% Rp. 8.524 Rp. 9.700
2% Rp. 1.479 Rp. 304
Selisih :

5
204
𝑥 2% = 0,4%
1.480
r = 4% + 0,4% = 4, 4%
Biaya obligasi sebelum pajak 4,4%
Biaya obligasi setelah pajak 4,4% (1 – 0,4) = 2,64%

2.1.3 Biaya Modal yang Berasal dari Saham Preferen


Saham preferen memiliki sifat antara hutang dengan saham biasa, bersifat hutang
dikarenakan mengandung kewajiban tetap untuk membayar dividen preferen dan dalam
likuidasi pemegang saham preferen memiliki hak mendahului dibandingkan dengan saham
biasa. Namun, tidak seperti hutang kegagalan membayar dividen preferen tidak mengakibatkan
pembubaran perusahaan. Risiko saham preferen lebih kecil dari hutang tetapi lebih besar dari
pada saham biasa.

Biaya penggunaan dana yang berasal dari saham preferen dapat dihitung dengan
membagi dividen per lembar saham preferen (Dp) dengan harga bersih penjualan saham
preferen (Pn)

𝐷𝑝
Biaya Saham Preferen = 𝑃𝑛

Contoh Soal :

Misalnya perusahan mengeluarkan saham preferen baru dengan nilai nominal Rp.
10.000 per lembar dengan dividen sebesar Rp. 600. Hasil penjualan bersih yang didapatkan
dari saham preferen tersebut ialah Rp. 9.000

600
Biaya saham preferen =9.000 x 6,667%

Biaya saham preferen sudah termasuk atas dasar setelah pajak sehingga tidak perlu
disesuaikan dengan pajak.

2.1.4 Biaya Modal yang Berasal dari Laba Ditahan


Pengguna laba di tahan juga memiliki biaya, biaya penggunaan dana yang
berasal dari laba ditahan adalah sebesar tingkat pendapatan investasi dalam saham yang
diharapkan diterima oleh para investor atau biayanya sama dengan biaya penggunaan
dana yang berasal dari saham biasa.

Deviden
+ Tingkat pertumbuhan
Harga jual

6
Contoh :

Misalnya perusahaan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 400 per lembar


saham dan dibayarkan sebagai deviden Rp 200. Hasil netto penjualan saham sebesar
Rp 4.000 perlembarnya. Keuntungan, deviden dan harga saham mempunyai tingkat
pertumbuhan sebesar 5% setahun dan tingkat pertumbuhan diharapkan berlangsung
terus. Tingkat pendapatan investasi yang diharapkan dalam saham sebesar:

Rp 200
+ 5% = 5% + 5% =10%
Rp 4.000

Karena besarnya biaya laba ditahan adalah sebesar tingkat pendapatan investasi
saham maka dalam contoh diatas biaya laba ditahan adalah sebesar 10% sama seperti
biaya shama preferen biaya laba ditahn juga sudah berdasarkan atas dasar setelah pajak.

2.1.5 Biaya Modal yang Berasal dari Emisi Saham Biasa Baru
Biaya saham biasa baru adalah lebih tinggi dari biaya penggunaan dana yang berasal
dari laba ditahan karena emisi saham baru dibebani biaya emisi. Biaya saham biasa baru dapat
dihitung dengan cara :
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑟𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛
1 − 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑒𝑚𝑖𝑠𝑖 (harga jual sebelum dikurangi emisi)
Contoh :
Suatu perusahaan mengadakan emisi saham biasa baru dengan harga jual per lembar
saham Rp.4000. Biaya emisi per lembar sebesar Rp 400 sehingga hasil penjualan netto yang
diterima sebesar Rp. 3.600 per lembarnya. Rate of return atau tingkat pendapatan yang
diharapkan dari investasi saham adalah sebesar 10%.
Dari contoh tersebut biaya emisi adalah sebesar :
400
= 10%
4000

Berdasarkan rumus di atas maka besarnya “cost of new common stock” dapat dihitung
sebagai berikut :
10% 10%
Biaya Saham Baru = = 11,1%
1−0,10 0,9

Seperti biaya saham preferen maka biaya saham biasa baru sudah berdasarkan atas
dasar setelah pajak sehingga tidak perlu disesuaikan dengan pajak.

2.2 BIAYA MODAL KESELURUHAN (WACC)


Tingkat biaya modal yang harus dihitung oleh perusahaan adalah tingkat biaya modal
perusahaan secara keseluruhan, karena masing-masing biaya modal berbeda maka untuk

7
menetapkan biaya modal secara keseluruhan perlu menghitung "weighted average" dari
berbagai sumber . Penerapan "weight" atau bobot dapat berdasarkan

1. Jumlah rupiah dari masing- masing komponen struktur modal


2. Proporsi modal dalam struktur modal dinyatakan dalam presentase

Dengan mengalikan masing-masing komponen modal dengan biaya masing-masing


komponen modal dapat dihitung besarnya biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average
Cost Of Capital)

Contoh : PT WISTAWAN memiliki struktur modal sebagai berikut: (dalam jutaan)

Hutang jangka panjang Rp 60.000,00


Saham preferen Rp 10.000,00
Modal sendiri Rp 130.000,00
Jumlah Rp 200.000,00

Biaya Penggunaan dana dari masing- masing sumber tersebut adalah :

Hutang jangka panjang = 6% (sebelum pajak)


Saham preferen = 7%
Modal sendiri = 10%
Pajak = 50%

Jawaban :

1. Menyesuaikan pajak dengan biaya hutang :

 6%(1-0,5) = 3%

Perhitungan Weighted average cost of capital dapat dihitung sebagai berikut :

a) Menggunakan jumlah modal rupiah untuk menetapkan “Weight”

Perhitungan Biaya Modal


(dalam jutaan rupiah)
Komponen Jumlah Biaya Jumlah Biaya
Modal Modal Individual Komponen
(1) (2) (3) (3x4)

8
Hutang Jangka
Panjang Rp 60.000 3% Rp 1.800
Saham Preferen Rp 10.000 Rp 700
Modal Sendiri Rp 130.000 7% Rp 13.000
Rp 200.000 10% Rp 15.500
Weighted average cost of capital = 15.500/200.000 = 7,75%

b) Menggunakan proporsi modal untuk menetapkan “Weight”

Perhitungan Biaya Modal


(dalam jutaan rupiah)
Komponen Jumlah Biaya Jumlah Biaya
Modal Modal Individual Komponen
(1) (2) (3) (3x4)
Hutang Jangka 30% 3% 0,0090
Panjang
Saham Preferen 5% 7% 0,0035
Modal Sendiri 65% 10% 0,0650
100% 0,0775
Weighted average cost of capital = 7,75%
Biaya modal rata-rata tertimbang akan berubah bila struktur modal berubah.
Biaya modal rata-rata tertimbang akan tidak berubah meskipun ada tambahan
modal yang digunakan bila perimbangan modal sama dan biaya modal juga tetap.
Tetapi bila tambahan modal cukup besar dan harus mengadakan emisi saham baru
maka akan mengakibatkan kenaikan “marginal cost of capital” karena biaya sham
lebih besar daripad biaya laba ditahan.

Contoh :

Hutang dagang Rp 200,00


Hutang wesel Rp 200,00
Hutang lancar lainnya Rp 60,00
Rp 460,00
Hutang jangka panjang Rp 320,00 22%
Saham preferen Rp 14,00 1%

9
Saham biasa Rp 1.120,00 77%
Rp 1.454,00 100%
Jumlah hutang dan modal Rp 1.914,00
Biaya penggunaan dana dari masing- masing komponen tersebut adalah
Hutang = 6% (sebelum pajak)
Saham Preferen = 6%
Modal sendiri = 10%
Pajak = 50%
Biaya hutang setelah pajak = 6% (1-0,5) = 3%

Perhitungan biaya modal rata-rata tertimbang adalah sebagai berikut :

Perhitungan Biaya Modal


(dalam jutaan rupiah)
Komponen Jumlah Biaya Jumlah Biaya
Modal Modal Individual Komponen
(1) (2) (3) (3x4)
Hutang Jangka
Panjang 22% 3% 0,0066
Saham Preferen 1% 6% 0,0006
Modal Sendiri 77% 10% 0,0770
100% 0,0842
Weighted average cost of capital = 8,42%

Dalam perhitungan biaya modal keseluruhan hutang jangka pendek tidak


dimasukan karena perhitungan biaya modal rata-rata tertimbang digunakan
terutama untuk pengambilan keputusan mengenai investasi jangka panjang.
Misalnya tahun yang akan datang keuntungan netto perusahaan setelah pajak adalah
Rp 600 juta dan dibayarkan sebagai dividen sebesar Rp 200 juta dan ditahan sebesar
Rp 400 juta.
Untuk mempertahankan biaya modal keseluruhan sebesar 8,42% perusahaan
harus menjaga agar tambahan dana sebesar 400 juta tetap merupakan bagian sebesar
77% dari keseluruhan modal. Jika laba ditahan sebesar Rp 400 juta dan merupakan

10
bagian sebesar 77% dari keseluruhan modal maka besarnya dana baru keseluruhan
yang diperlukan adalah sebesar :
400/0,77 = 519,480 dibulatkan menjadi Rp 519 juta
Sehingga tambahan modal baru untuk mempertahankan biaya modal keseluruhan
agar tetap 8,42% terdiri dari (dalam jutaan)
Hutang (22%) = Rp 114,00
Saham preferen (1%) = Rp 5,00
Modal sendiri (77%) = Rp 400,00
= Rp 519,00
Hal ini dibuktikan dengan perhitungan sebgai berikut :

Perhitungan Biaya Modal


(dalam jutaan rupiah)
Komponen Jumlah Biaya Jumlah Biaya
Modal Modal Individual Komponen
(1) (2) (3) (3x4)
Hutang Jangka
Panjang Rp 114,00 3% Rp 3,24
Saham Preferen Rp 5 6% Rp 0,30
Modal Sendiri Rp 400 10% Rp 40,00
Rp 519 Rp 43.72
Weighted average cost of capital
= 43.720 x 100% = 8,42%
519.000

Dari perhitungan diatas maka tambahan dana maksimal untuk mempertahankan


biaya modal rata-rata tertimbang adalah sebesar Rp519 juta dengan laba ditahan
sebesar Rp 14 juta, saham perferen sebesar Rp 5 juta dan hutang jangka panjang
sebesar Rp 400 juta. Bilakebutuhan dana lebih besar dari 8,42% karena perusahaan
terpaksa mengeluarkan saham biasa baru. Yang dibebani biaya emisi, jika
perusahaan menambah hutang jangka panjang maka solvabilitas perusahaan akan
turun.

Contoh :

11
Misalnya perusahaan membutuhkan tambahan dana lag sebesar Rp 100 juta
untuk mempertahankan struktur modal optimum maka kebutuhan tersebut harus
dipenuhi dengan modal sendiri Rp 77 juta (77%), saham preferen Rp 1 juta (1) dan
hutang jangka panjang sebesar Rp 22 juta (22%).
Biaya saham preferen 6%, biaya hutang 3% dan blaya saham biasa dihitung
dengan misalnya biaya emisi 10% dan biaya saham biasa adalah 10% sehingga
biaya saham biasa baru adalah:
10% = 11,1%
(1-0.1)

Berdasarkan biaya saham biasa baru maka biaya modal rata-rata tertimbang adalah
:

Perhitungan Biaya Modal


(dalam jutaan rupiah)
Komponen Jumlah Biaya Jumlah Biaya
Modal Modal Individual Komponen
(1) (2) (3) (3x4)
Hutang Jangka
Panjang Rp 22 3% Rp 0,66
Saham Preferen Rp 1 6% Rp 0,06
Modal Sendiri Rp 77 11,1% Rp 8.55
Rp 100 Rp 9.27
Weighted average cost of capital
= 9.267 x 100% = 9,267% = 9,3%
100.000
Dari perhitungan di atas dapat Kunci bahwa:
(1) Selama kebutuhan tambahan dana tidak melebihi Rp 519 juta dan
pemenuhannya tetap dipertahankan atas dasar pertimbangan 77:1:22 yaitu laba
ditahan, saham preferen, dan hutang maka biaya modal keseluruhannya akan dapat
dipertahankan sebesar 8,42%
(2) Saat kebutuhan tambahan dana melebihi Rp 519 juta maka biaya modal rata-
rata tertimbang akan meningkat menjadi 9,3%
(3) biaya penggunaan dana yang berasal dari depresiasi

12
Diketahui biaya penggunaan dana berasal dari utang, saham preferen, laba yang
ditahan dan saham biasa baru. Sebagaimana kita ketahui depresiasi merupakan
salah satu sumber dana. Kalau perusahaan mau menggunakan dana yang berasal
dari depresiasi apakah tanpa biaya? Mengingat bahwa dana yang berasal dari
depresiasi itu dapat ditanamkan kembali untuk menghasilkan "rate of return", maka
perusahaan harus menentukan apakah dana tersebut akan ditanamkan dalam
perusahaan atau dibagikan kepada pemberi dana.
Keputusan tersebut adalah tergantung kepada persoalan apakah perusahaan
akan dapat menginvestasikan kembali dana tersebut dalam perusahaan dengan
menghasilkan "rate of return" yang lebih besar dari biayanya atau tidak. Besarnya
biaya penggunaan dana yang berasal dari depresiasi (cost of depresiciation) adalah
sama besarnya dengan biaya modal rata- rata sebelum menggunakan dana yang
bersumber dari emisi saham baru.
Oleh karena biaya penggunaan dana yang berasal dari depresiasi ini sama
besarnya dengan biaya modal rata-rata, maka biaya dana depresiasi itu tidak
diikutkan dalam perhitungan biaya modal rata-rata.
Perusahaan akan menggunakan dana yang berasal dari depresiasi itu hanya
kalau penggunaan dana tersebut akan menghasilkan "rate of return" lebih besar
daripada biaya modal rata-ratanya. Penggunaan dana yang berasal dari depresiasi
akan mempunyai pengaruh memperbesar batas jumlah meksimal kebutuhan
tambahan dana yang akan dapat mempertahankan biaya modal rata-rata
sebelumnya. Kalau contoh diatas misalkan perusahaan mempunyai dana yang
berasal dari depresiasi sebesar Rp.40 juta maka batas jumlah maksimum tambahan
dana vang akan dapat mempertahankan biaya modal rata-rata sebesar 8,42% naik
dari Rp.519 juta menjadi Rp 559 juta (Rp519 + Rp 40), sehingga kebutuhan dana
di atas Rp 559 juta baru menaikkan "marginal cost of capital"-nya.

13
BAB III
KESIMPULAN

3.1 KESIMPULAN
Biaya modal menjadi dasar penilaian apakah investasi atau proyek yang akan
dilaksanakan feasible atau tidak, terutama di dalam penilaian profitabilitas investasi yang
menggunakan metode discounted (NPV dan PI). Biaya modal terbagi atas dua yaitu: biaya
modal individual dan biaya modal keseluruhan. Biaya modal individual atas perusahaan adalah
biaya modal rata – rata dari biaya jenis modal yang dikeluarkan. Adapun jenis biaya modal
individual antara lain yaitu: biaya modal yang berasal dari hutang jangka pendek, biaya modal
yang berdasarkan dari hutang jangka panjang, biaya modal yang berasal dari saham preferen,
biaya modal yang berasal dari laba ditahan, dan biaya modal yang berasal dari emisi saham
biasa baru.

Biaya modal yang berasal dari hutang jangka pendek adalah hutang yang dipergunakan
perusahaan dengan jangka waktu maksimum 1 (satu) tahun, terdiri dari hutang dagang, hutang
wesel dan kredit jangka pendek dari bank. Sedangkan, biaya modal dari bentuk hutang jangka
panjang perusahaan ialah obligasi. Dimana perhitungan biaya obligasi harus memperhitungkan
jumlah dana bersih yang diterima dengan pengeluaran kas karena penggunaan dana tersebut.

Selain itu terdapat pula, biaya modal dari saham preferen memiliki sifat antara hutang
dengan saham biasa, bersifat hutang dikarenakan mengandung kewajiban tetap untuk
membayar dividen preferen dan dalam likuidasi pemegang saham preferen memiliki hak
mendahului dibandingkan dengan saham biasa. Terdapat juga biaya saham biasa baru adalah
lebih tinggi dari biaya penggunaan dana yang berasal dari laba ditahan karena emisi saham
baru dibebani biaya emisi. Seperti biaya saham preferen maka biaya saham biasa baru sudah
berdasarkan atas dasar setelah pajak sehingga tidak perlu disesuaikan dengan pajak.

Dan yang terakhir ialah biaya modal yang berasal dari laba ditahan. Pengguna laba di
tahan juga memiliki biaya, biaya penggunaan dana yang berasal dari laba ditahan adalah
sebesar tingkat pendapatan investasi dalam saham yang diharapkan diterima oleh para investor
atau biayanya sama dengan biaya penggunaan dana yang berasal dari saham biasa.

Untuk model biaya modal yang selanjutnya dimana tingkat biaya modal yang harus
dihitung oleh perusahaan adalah tingkat biaya modal perusahaan secara keseluruhan, karena
masing-masing biaya modal berbeda maka untuk menetapkan biaya modal secara keseluruhan

14
perlu menghitung "weighted average" dari berbagai sumber . Penetapan "weight" atau bobot
dapat berdasarkan

 Jumlah rupiah dari masing- masing komponen struktur modal


 Proporsi modal dalam struktur modal dinyatakan dalam presentase

15
DAFTAR PUSTAKA

Wiagustini, Ni Luh Putu. (2014) "Managemen Keuangan". Denpasar : Udayana


University Press.

16

Anda mungkin juga menyukai