Disusun Guna Memenuhi Penugasan pada State Gawat Darurat dan Kritis
PENDAHULUAN
A. Latar Berlakang
Peritonitis adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa yang sering bersamaan
dengan kondisi bakteremian dan sindroma sepsis (Harrison, 2011). Menurut Jitowiyono
dan Kristiyanasari (2012) peritonitis adalah peradangan peritonium, suatu lapisan
endotelial tipis yang kaya dengan vaskularisasi dan aliran limpa.
Menurut Tarigan, (2012) peritonitis didefenisikan suatu proses inflamasi membran
serosa yang membatasi rongga abdomen dan organ-organ yang terdapat didalamnya.
Peritonitis dapat bersifat lokal maupun generalisata, bakterial ataupun kimiawi.
Peradangan peritoneum dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, bahan kimia iritan,
dan benda asing. Kemudian disebutkan juga bahwa peritonitis merupakan salah satu
penyebab kematian tersering pada penderita bedah dengan mortalitas sebesar 10-40%.
Peritonitis difus sekunder yang merupakan 90% penderita peritonitis dalam praktek
bedah dan biasanya disebabkan oleh suatu perforasi gastrointestinal ataupun kebocoran
(Tarigan, 2012). Suatu perforasi dapat terjadi akibat trauma dan non trauma. Non trauma
misalnya akibat volvulus, spontan pada bayi baru lahir, ingesti obat-obatan, tukak,
malignansi, dan benda asing. Sedangkan trauma dapat berupa trauma tajam maupun
trauma tumpul, misalnya iatrogenik akibat pemasangan pipa nasogastrik. Sementara itu
beberapa contoh lokasi kebocoran atau perforasi gastrointestinal yang menyebabkan
peritonitis sekunder adalah kebocoran pada lambung maupun kebocoran pada usus
(duodenum, jejenum, ileum, colon, maupun appendik). Kebocoran lambung dapat
disebabkan oleh ulkus gaster atau yang biasanya disebut tukak lambung. Tukak lambung
umumnya terjadi pada pria, orang tua, dan kelompok dengan tingkat sosioekonomi
rendah. Walaupun tukak duodenum lebih sering terjadi dari pada tukak lambung, tetapi
tukak lambung yang perforasi mempunyai mortalitas lebih tinggi daripada tukak
duodenum yang perforasi. Pada kebanyakan kasus tingkat kematiannya mencapai 15-
20% dan kebanyakan perforasi lambung tersebut terjadi pada daerah antrum atau
prepilorik. Tukak lambung adalah penyakit yang umum ditemukan, mempengaruhi
sekitar lebih dari 6 juta penduduk di Amerika Serikat, menjadikannya suatu penyakit
yang dipertimbangkan dan menjadi salah satu penyakit dengan pengeluaran besar. Di
Indonesia tukak lambung ditemukan antara 6-15% pada usia 20-50 tahun. Terutama pada
lesi yang hilang timbul dan paling sering didiagnosis pada orang dewasa usia
pertengahan sampai usia lanjut, tetapi lesi ini mungkin sudah muncul sejak usia muda. Di
Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi tukak lambung yang disebabkan oleh
Helicobacter pylori pada anak-anak berumur 0-14 tahun sekitar 7,2-28%, sedangkan
pada umur diatas 15 tahun antara 36.54,3%. Di Indonesia jumlah penderita peritonitis
berjumlah sekitar 7 % dari jumlah penduduk atau sekitar 179.000 orang (Depkes, 2008).
Di Jawa Tengah tahun 2009 jumlah kasus peritonitis dilaporkan sebanyak 5.980 dan 177
diantaranya menyebabkan kematian. Tindakan pembedahan atau yang sering disebut
laparatomi sering kali membuat pasien mengeluh nyeri akibat adanya luka operasi. Nyeri
akut timbul karena adanya trauma atau luka pembedahan. Nyeri akut biasanya
berlangsung secara singkat yaitu kurang dari 6 bulan. Nyeri akut biasanya terjadi pada
nyeri patah tulang atau pembedahan abdomen. Nyeri akut mengidentifikasi bahwa
kerusakan atau cidera telah terjadi dan akan menurun kualitasnya seiring dengan adanya
penyembuhan. Nyeri akut biasanya akan menghilang dengan atau tanpa pengobatan
setelah area yang rusak kembali pulih (Potter & Perry, 2012).
Dari data tersebut, masih adanya kasus peritonitis di indonesia oleh sebab itu kelompok
tertarik untuk mengambil kasus peritonitis untuk dilakukan pembuatan asuhan
keperawatan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu memahami konsep teori dan asuhan
keperawatan dengan masalah peritonitis.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat mengetahui definisi peritonitis
b. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi peritonitis
c. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis peritonitis
d. Mahasiswa dapat mengetahui pathway peritonitis
e. Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi peritonitis
f. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang peritonitis
g. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan medis peritonitis
h. Mahasiswa dapat mengetahui asuham keperawatan peritonitis
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Peritonitis adalah peradangan yang disebabkan oleh infeksi atau kondisi aseptik pada
selaput organ perut (peritoneum) (Japanesa, asril & selfi R. 2016).
Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum ( lapisan membran serosa rongga
abdomen ) dan organ didalamnya (Muttaqin & Sari, 2011)
Peritonitis adalah peradangan yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada selaput
rongga perut (peritoneum) (Ratu dan Adwan,2013).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa peritonitis yaitu infeksi atau
terjadi peradangan pada peritoneum.
B. Etiologi
Penyebab terjadinya peritonoitis adalah bakteri, bakteri ini masuk ke rongga
peritoneum dan terjadi peradangan. Menurut Muttaqin (2011) bakteri yang sering
menyebabkan peritonoitis yaitu Escheria coli (40%), Klebsiella pneumoniae (7%),
Streptococcus pneumoniae (15%0, pseudomonas species, Proteu species, dan gram
negatif lainnya (20%), Streptoccous lainnya (15%), Staphylococcus (3%).
Menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2012) peritonis juga bisa disebabkam secara
langsung dari luar seperti operasi yang tidak seteril, terkontaminasi talcum veltum,
lypodium, dan sulfonamida, serta trauma pada kecelakaan seperti ruptur limpa, dan
ruptur hati.
C. Manifestasi Klinis
Menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2011) , tanda dan gejala dari peritonitis yaitu
syok (neurologik dan hipovolemik) terjadi pada penderita peritonitis umum, demam,
distensi abdomen, nyeri tekan abdomen, bising usus tidak terdengar, nausea, dan
vomiting.
D. Pathway
Ivasi kuman ke lapisan peritonium oleh berbagai
Kelainan oleh sistem gastointestinal dan penyebaran infeksi
Dari organ abdomen atau perforasi organ pasca trauma abdomen
Ketidakefektifan
Ketidakmampuan
bersihan jalan
batuk efektif
E. Komplikasi
Menurut Haryono, (2013) komplikasi potensial peritonitis yang memerlukan pendekatan
kolaboratif dalam perawatan yaitu :
1. Septikemia dan syok septic
2. Syok hipovelmia
3. Sepsis intra abdomen rekuren yang tidak dapat dikontrol dengan kegagalan multi
system
4. Abses residual intraperitoneal
5. Eviserasi luka
6. Obstruksi usus
7. Oliguri
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Kristiyanasari, (2012) ada beberapa pemeriksaan diagnostik yang perlu
diketahui yaitu test laboratorium : leukositosis, hematokrit meningkat dan asidosis
metabolik meningkat. Pemeriksaan X-Ray : foto polos abdomen 3 posisi (anterior,
posterior, lateral), akan didapatkan ileus, usus halus dan usus besar dilatasi, dan udara
dalam rongga abdomen terlihat pada kasus perforasi. USG dan CT Scan : pemeriksaan
USG dan CT Scan dapat dilakukan untuk mencari penyebab peritonitis.
G. Penatalaksaan Medis
Menurut Netina, (2015) penatalaksanaan pada peritonitis yaitu :
1. Penggantian cairan, koloid dan elektrolit merupakan fokus utama dari
penatalaksanaan medik
2. Analgesik untuk nyeri, antiemetik untuk mual dan muntah
3. Intubasi dan penghisap usus menghilangkan distensi abdomen
4. Terapi oksigen dengan nasal kanul atau masker untuk memperbaiki fungsi
ventilasi
5. Kadang dilakukan intubasi jalan nafas dan bantuan ventilator juga diperlukan
6. Terapi antibiotik masif (sepsis merupakan penyebab kematian utama)
7. Pada sepsis yang luas perlu dibuat diversi fekal
H. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh (00002) b.d. asupan diet
kurang
2. Nyeri akut (00132) b.d. agens cedera fisik
3. Ansietas (00146) b.d. ancaman pada status terkini
4. Hipertermia (00007) b.d. dehidrasi
5. Kerusakan integritas kulit (00046) b.d hipertermia
6. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas (00031) b.d. terpajan asap
7. Resiko infeksi (00004)
I. Intervensi keperawatan
1. Nanda : ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
NOC : Status nutrisi (1004)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan status nutrisi
pasien dapat ditingkatkan dari level (......) ke level (......) dengan kriteria hasil :
a. Asupan makan
b. Asupan cairan
c. Asupan gizi
NIC : Manajemen gangguan makan (1030)
a. Tentukan pencapaian berat badan harian sesuai keinginan
b. Monitor perilaku klien yang berhubungan dengan pola makan, penambahan dan
kehilangan berat badan
c. Observasi klien selama dan setelah pemberian makan
d. Batasi aktifitas fisik sesuai kebutuhan untuk meningkatkan berat badan
e. Monitor berat badan klien klien secara rutin
2. Nanda : nyeri akut
NOC : Tingkat nyeri (2102)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan status tingkat
nyeri pasien dapat ditingkatkan dari level (......) ke level (......) dengan kriteria hasil :
a. Klien dapat melaporkan nyeri yang dirasakan
b. Ekspresi wajah tidak merintih kesakitan
c. Tanda-tanda vital (tensi, nadi, respirasi dan suhu) dalam batas normal
NIC : Manajemen nyeri (1400)
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, onset/durasi,frekuensi,kualitas,intensitas atau berat nyeri dan
faktor pencetus
b. Observasi adanya petunjuk non verbal mengenai ketidaknyamanan
c. Ajarkan tehnik non farmakologi
d. Pastikan perawatan analgesik bagi pasien dengan pemantauan yang ketat
3. Nanda : Ansietas
NOC : Tingkat kecemasan (1211)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 diharapkan tingkat kecemasan
pasien dapat ditingkatkan dari level (......) ke level (......) dengan kriteria hasil :
a. Tidak ada wajah tegang
b. Dapat beristirahat
c. Tidak ada perasaan gelisah
NIC : Pengurangan Kecemasan (5820)
a. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
b. Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan
c. Dorong keluarga untuk mendampingi klien
d. Instruksikan klien untuk menggunakan tehnik relaksasi
KASUS
Keluarga Tn. R mengatakan sebelum masuk RS Tn. R mengalami sesak nafas, nyeri
perut dan mual selama dirumah sejak minggu sore. Karena kondisi yang makin memburuk
Tn. R kemudian dibawa ke RSUD Medika dan diagnosa susp. Abdominal pain ec. Peritonitis.
Susp. Perforasi gaster, kemudian dirawat di bangsal edelweis. Tanggal 29 maret 2020 Tn. R
dilakukan tindakan operasi laparatomy. Masuk di IGD dilakukan pemeriksaan TTV dengan
hasil TD : 112/80 mmHg, N : 136x/menit, RR : 22x/menit, Suhu : 37oC. Pasien di jadwalkan
rawat inap sebelum operasi besok pagi, pasien operasi jam 10.00 WIB dan setelah itu
langsung di pindahkan ke ruang ICU. Tn. R datang ke ruang ICU tanggal 29 maret 2020
pukul 12.45 WIB dengan kesadaran coma (FOUR SCORE : E: 1 M: 2 B: 4 R: 1 = 8). Pasien
terpasang ET 7,5. Tanda-tanda vital TD: 87/53mmHg, MAP : 60, N 96x/menit, RR
17x/menit, SpO2 100%.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Biodata :
1. Pasien
Nama : Tn. R
Tgl Lahir/Umur : 65 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Petani
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Yogyakarta
Tanggal masuk RS : 28 Maret 2010
Jam masuk RS : 05.20 WIB
Diagnosa Medis : Post Op Laparatomy peritonitis
2. Pasien
Nama : Tn. T
Umur : 29 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Yogyakarta
Hubungan dengan klien : Anak Klien
B. Alasan Masuk RS
Pasien dibawa ke IGD pada tanggal 28 Maret 2020 pukul 17.00 WIB oleh anaknya
dengan keluhan sesak nafas, nyeri pada perutnya dan mual-mual
C. Keluhan utama
Tn. R mengeluhkan badannya lemas
D. Primary Survey
1. Air Way
Pasien bernafas dengan spontan, tidak ada penumpukan secret, tidak terdengar suara
nafas tambahan seperti snoring, wheezing atau stridor.
2. Breathing
a. Frekuensi pernapasan 28x/menit
b. Irama reguler
c. Ada penggunaan otot bantu pernapasan
Penggunaan ventilator: YA/TIDAK (coret yang tida perlu)
Mode :
PEEP/CPAP: Tidal Volume:
FiO2: I: E Ratio SaO2:
RR setting : Pressure inspirasi:
RR: pressure Support :
Terapi Oksigen : NRM 10 Lpm
Pemeriksaan AGD:
pH: 7.33
SaO:: 100%
PaO2: 206mmHg
PaCO2: 35,3mmHg
HCO3: 18,7 mmol/L
3. Circulation
a. TD:105/65 mmHg
b. Turgor kulit elastis
c. CRT: 2 detik
d. Tidak terdapat edema pada ekstremitas atas dan bawah
e. Nadi : 104x/menit
f. Suhu : 36.2°C
g. Tidak terdapat sianosis
4. Disability
Kesadaran : Composmentis, GCS : E: 4, V: 5, M: 6
Tn. R bedrest selama dilakukan perawatan, pemenuhan ADL bergantung oleh
perawat.
5. Exposure/Environtment
Terdapat luka bekas insisi operasi di area abdomen, terpasang drain di
abdomen bagian kanan yaitu 2 atas dan bawah dengan produk drain cairan
berwarna kemerahan. Terpasang NGT ukuran 16 yang dialirkan dengan
produksi berwarna hijau jernih.
E. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Penyakit Sekarang :
Keluarga Tn. R mengatakan sebelum masuk RS Tn. R mengalami sesak nafas, nyeri
perut dan mual selama dirumah sejak minggu sore. Karena kondisi yang makin
memburuk Tn. R kemudian dibawa ke RSUD Medika dan diagnosa susp. Abdominal
pain ec. Peritonitis. Susp. Perforasi gaster, kemudian dirawat di bangsal edelweis.
Tanggal 29 maret 2020 Tn. R dilakukan tindakan operasi laparatomy. Masuk di IGD
dilakukan pemeriksaan TTV dengan hasil TD : 112/80 mmHg, N : 136x/menit, RR :
22x/menit, Suhu : 37oC. Pasien di jadwalkan rawat inap sebelum operasi besok pagi,
pasien operasi jam 10.00 WIB dan setelah itu langsung di pindahkan ke ruang ICU.
Tn. R datang ke ruang ICU tanggal 29 maret 2020 pukul 12.45 WIB dengan
kesadaran coma (FOUR SCORE : E: 1 M: 2 B: 4 R: 1 = 8). Pasien terpasang ET 7,5.
Tanda-tanda vital TD: 87/53mmHg, MAP : 60, N 96x/menit, RR 17x/menit, SpO2
100%.
F. Genogram
G. Secondary Survey
1. Kepala :
a. Kulit : Kulit kepala tampak bersih, tidak ada hematoma atau lesi
b. Rambut : Rambut tipis, dan sedikit rontok, rambut tampak sudah beruban
c. Muka : Bentuk muka simetris, tidak terdapat lesi atau memar di muka
d. Mata :
1) Konjungtiva : Tampak ananemis, tidak pucat
2) Sclera : sclera tidak ikterik
3) Bentuk Pupil : Pupil isokor
4) Ukuran Pupil : Simetris antara kanan dan kiri
5) Reflek Pupil :+/+
6) Palpebra : Tidak terdapat udema pada palpebra
7) Lensa : Tidak keruh
8) Visus : Tidak terkaji
2. Hidung : Simetris, antara kanan dan kiri,tidak terdapat polip, terpasang
selang NGT berukuran 16 pada hidung sebelah kanan
3. Mulut : Tidak terdapat stomatitis, tidak sianosis
4. Gigi : Tidak terdapat gigi palsu, gigi tampak bersih
5. Bibir : Bibir simetris, tidak ada bibir sumbing, tidak terdapat sianosis,
tampak bibir kering
6. Telinga : Simetris antara kanan dan kiri, tidak terdapat cairan, bersih
dan tidak ada luka
7. Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid ataupun kelenjar
limfe
8. Tenggorokan : Terdapat secret
9. Dada :
a. Pulmo
Inspeksi : Pengembangan paru kanan dan kiri sama. Terdapat otot bantu
pernafasan, Terdapat retraksi dinding dada
Palpasi : Saat dipalpasi pengembangan paru-paru kanan dan kiri sama
Perkusi : Sonor di semua lapang paru
Auskultasi : Suara vesikuler
b. Cor
Inspeksi : Tidak tampak ictus cordis, bentuk dada simetris
Palpasi : Iktus cordis teraba di ICS 5
Perkusi : Batas jantung atas ICS 2 parastenalis sinistra
Batas jantung bawah ICS 5 midclavikula sinistra
Batas jantung kanan ICS 2-4 parasternalis dextra
Batas jantung kiri ICS 5 midaxila
Auskultasi : Bunyi jantung S1 S2 tunggal dan tidak terdengar suara S3 murmur
atau gallop
10. Abdomen
Inspeksi : Terdapat balutan luka post op laparatomy dengan panjang sekitar 13-
14 cm, balutan bersih, tidak terdapat acites
Auskultasi : Bising usus 5 x/menit.
Palpasi : Perut teraba supel
Perkusi : Terdengar suara timpani pada area lambung.
11. Punggung
Inspeksi : Tidak ada luka dekubitus, tidak ada lesi
Palpasi : Tidak terdapat kelainan bentuk tulang, tidak ada benjolan dan nyeri
tekan
12. Genetalia
a. Alat vital Tn. R terlihat bersih.
b. Tidak terdapat pembesaran scrotum
c. Tidak ada kelainan.
d. Tn. R berjenis kelamin laki-laki
e. Terpasang selang kateter
13. Rectum : Anus Ny.S terlihat bersih, tidak ada hemoroid
14. Ektremitas
Atas : Tangan sebelah kanan terpasang infus albumin dan mendapatkan
terapi dengan syring pump di bagian epidural yaitu obat fentanyl 50mg.
Bawah : Tidak ada edema, akral teraba hangat, tidak ada sianosis, ROM kaki
kanan dan kiri aktif
Kekuatan otot 3333 3333
5555 5555
Berpegangan pada
benda – benda sekitar. 30
(Kursi, lemari,meja).
4 Terapi intravena : Tidak 0
Pasien terpasang
Apakah saat ini 20
Ya 20 infus.
terpasang infus.
5 Gaya Berjalan / cara
Berpindah: Pasien bedrest/tidak
Normal / Besrest / 0 0 dapat bergerak
immobile (tidak dapat sendiri
bergerak sendiri)
Lemah tidak
10
bertenaga.
Gangguan atau
tidak
20
normal(pincang
/diseret).
6 Status mental:
Menyadari kondisi 0 Pasien tidak
dirinya. mengalami
0
keterbatasan daya
M mengalami ingat.
keterbatasan daya 15
ingat.
Total nilai 20
4. Nutrisi
a. Sebelum Sakit
DS : Keluarga pasien menggatakan pasien tidak mengalami gangguan makan,
pasien biasa makan 2 sampai 3 kali dalam sehari dengan berisi lauk pauk
b. Selama Sakit
DS : Keluarga Tn. R mengatakan selama sakit Tn. R tidak mau makan karena
perutnya terasa penuh
DO : A: BB : 50 kg
TB : 160 cm
IMT : 19,5
B: Hb : 16,3 g/dl
Ht : 47,3 %
Albumin : 2,40
C: Mata : konjungtiva Ny.S tampak ananemis.
Tampak kurus, mukosa bibir kering, rambut sedikit rontok
D: Tn. R puasa
Terpasang NGT no 16
6. Oksigenasi
a. Sebelum Sakit
DS : keluarga pasien mengatakan sebelum sakit, pasien tidak ada masalah
keluhan pada pernapasan selama istirahat atau beraktivitas
b. Selama Sakit
DS : Tn. R mengatakan tidak mengalami sesak nafas, tidak ada gangguan pada
pernapasannya
DO : Pasien terpasang oksigen NRM 10 lpm, RR 28x/menit, SpO2 100%,
tampak tak ada masalah pada saluran pernapasan
7. Eliminasi Fekal/Bowel
a. Sebelum Sakit
DS : Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit, tidak ada gangguan dalam
BAB, pasien BAB 1x/hari dengan konsistensi lunak berwarna kecoklatan
b. Selama Sakit
DS : Klien mengatakan selama sakit dan dirawat di RS belum BAB
DO : Pasien belum BAB sejak masuk ICU, terpasang pampers tetapi masih
bersih
8. Eliminasi urin
a. Sebelum Sakit
DS : Keluarga pasien mengatakan, sebelum sakit pasien tidak ada mengeluh
nyeri saat berkemih, pasien BAK 5-6x/hari
b. Selama Sakit
DS :-
DO : Pasien terpasang kateter urin, urin pasien tampak kuning jernih, urin
pasien 150cc
b. Selama Sakit
DS : Tn. R mengatakan tidak mengalami masalah pada penglihatan, penciuman
masih baik dan dapat mendengar dengan jelas
DO : Pasien tidak menggunakan alat bantu penglihatan dan pendengaran
Tn. R mampu merespon saat diajak berbicara
c. Budaya :
1) Budaya yang diikuti klien adalah:
Keluarga pasien mengatakan budaya yang dianut adalah jawa
2) Kebudayaan yang dianut merugikan kesehatannya:
Keluarga pasien mengatakan tidak ada budaya yang merugikan
kesehatannya
d. Spiritual :
1) Aktivitas ibadah sehari-hari
Keluarga pasien mengatakan pasien biasa sholat 5 waktu
2) Kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan
Keluarga pasien mengatakan pasien biasa mengikuti pengajian di tempat
tinggalnya
3) Keyakinan klien tentang peristiwa/masalah kesehatan yang sekarang
sedang dialami :
pasien mengatakan yakin akan sembuh dan bisa berkumpul dirumah
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Hasil pemeriksaan laboratorium
Jenis Pemeriksaan : Darah rutin
Hari/Tanggal : Sabtu 28/03/2020
NO JENIS NILAI NORMAL HASIL INTERPRETASI
PEMERIKSAAN
Hematologi
Hemoglobin 14.00-18.00 (g/dl) 16.3
Hematokrit 42.00-52.00 (%) 47,3
Leukosit 4.0 – 10.5 (ribu/ul) 8.00
Trombosit 150 - 450 (ribu/ul) 385
Eritrosit 4.50 – 6.00 (juta/ul 5.44
Diabetes
GDS 60 - 140 (mg/dl) 118
Fungsi Hati
Albumin 3.3 - 5.5 (g/dl) 2.4
Elektrolit
Natrium 132 - 146 (mmol/L) 135
Kalium 3.3 - 5.4(mmol/L) 5.2
Clorida 95-100(mmol/L) 102.5
Ginjal
Ureum 10-50mg/dL 106
Creatinin 0.7-1.4mg/dL 3.24
Thorax
Kesan :
a. Kedua apex pulmo tenang
b. Cardiomegali
c. Lusensi di diafragma dextra dan sinistra cenderung suatu
pneumoperitoneum/perforasi
J. Terapi Medis :
Jenis Terapi Nama Obat Dosis Rute Fungsi
Untuk pengobatan
hidrasi isotonik
Cairan IV NaCl 20 tpm IV
ekstraseluler, deplesi,
natrium
Untuk mengatasi
Cefotaxime 1gr/8 jam
infeksi akibat bakteri
Untuk mengobati dan
mencegah penyakit
50 mg/12 perut dan
Ranitidin
jam kerongkongan oleh
Obat
terlalu banyak asam
parenteral
lambung
Untuk mengobati
bebrapa kondisi seperti
40mg/24ja
Omeprazole nyeri ulu hati, tukak
m
lambung akibat infeksi
bakteri
Pengganti albumin
yang kurang dalam
100mg/4ja darah
Albumin 25%
m (hipoalbuminemia) dan
meningkatkan tekanan
dalam pembuluh darah
Obat diuretik untuk
mengurangi cairan
berlebih dalam tubuh
40mg/12ja
Furosemide (edema) yang
m
disebabkan oleh
kondisi gagal jantung,
penyakit hati dan ginjal
Obat antibiotik untuk
500mg/8ja mengobati berbagai
Metronidazole
m jenis infeksi akibat
bakteri
Obat pereda nyeri yang
digunakan untuk
Fentanyl 50mg
meredakan rasa nyeri
yang hebat.
ANALISA DATA
Nama klien : Tn. R No. Register :
Umur : 65 Diagnosa Medis : Post op Laparatomy
peritonitis
Ruang Rawat : ICU Cempaka
Alamat : Yogyakarta
TGL/JAM DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM
30/03/2020 DS : -
DO : Kerusakan integritas
jarigan
- Terdap Prosedur bedah
at balutan luka post op Kode : 00044
laparatomy dengan panjang
sekitar 13-14 cm
30/03/2020 DS : -
Ketidakefektifan
DO : pola nafas
Hiperventilasi
-Tampak terpasang NRM 10 lpm Kode 00032
-RR : 28x/menit
-Terdapat retraksi dinding dada
30/03/2020 DS : -
DO :
- Pasien Defisit perawatan
bedrest diri
- Hasil Kelemahan
perhitungan ADL Indeks (perawatan diri,
Barthel : 0 (ketergantungan eliminasi, mandi)
total)
- Semua
kebutuhan pasien dibantu oleh
perawat
30/03/2020 DS : -
DO :
- Hasil Risiko
pemeriksaan lab ketidakseimbangan
- Ureum volume cairan
: 106 mg/dL Kode 00025
- Creatin
in 3.24 mg/dL
- BC
-744
30/03/2020 DS : Agen cedera fisik Nyeri akut
O : Tn. R merasakan nyeri selesai Kode : 00132
post op laparatomy
P : nyeri yang dirasakan bertambah
karena bergerak dan berkurang saat
beristirahat
Q : nyeri dirasakan seperti tertusuk-
tusuk
R : nyeri yang dirasakan di bagian
perut
S : skala nyeri 2 (ringan)
T : nyeri yang dirasakan hilang
timbul
DO :
- Tn. R
tampak terbaring lemah di
tempat tidur dan terdapat luka
post op laparatomy
- Diberi
kan injeksi obat fentanyl
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
CATATAN PERKEMBANGAN I
Nama
: Tn. R No Register :
Klien
Post op laparatomy
Umur : 65 Tahun Diagnosa Medis :
peritonitis
P : lanjutkan intervensi
1) Monitor status
hidrasi
2) Memberikan obat
diuretik
3) Memberikan
terapi IV yang
sesuai
CATATAN PERKEMBANGAN II
Nama
: Tn. R No Register :
Klien
Post op laparatomy
Umur : 65 Tahun Diagnosa Medis :
peritonitis
P : lanjutkan intervensi
4) Monitor status
hidrasi
5) Memberikan obat
diuretik
6) Memberikan
terapi IV yang
sesuai
2. 31/3/2020 8. Monitor karakteristikS :
luka termasuk drainase,
warna, ukuran dan bau O : - luka tampak bersih
DO : Tampak luka bersih,
- Ukuran luka 13-
ukuran luka 13-14 cm, dan 14cm
tidak berbau - Luka dibersihkan
menggunakan
9. Berikan perawatan luka nacl
pada area yang di insisi - Luka tampak
ditutup
DO : tampak luka
menggunakan
dibersihkan menggunakan kassa
Nacl
10. Berikan balutan yangA : Tujuan tercapai
sesuai
DO : tampak luka ditutupP : Lanjutkan intervensi
menggunakan kassa 1) Monitor
karakteristik luka
2) Observasi adanya
tandanya infeksi
3) Berikan terapi
yang sesuai
CATATAN PERKEMBANGAN III
Nama
: Tn. R No Register :
Klien
Post op laparatomy
Umur : 65 Tahun Diagnosa Medis :
peritonitis
DO : - tampak retraksi
dinding dada P : Lanjutkan intervensi
- Terdapat penggunaan 1) Monitor kecepatan,
otot bantu irama dalam
pernafasan
pernapasan
2) Catat pergerakan
dada serta
penggunaan otot-otot
bantu pernafasan
3) Monitor aliran
oksigen
3. 1/3/2020 5. Melakukan pengkajian S : Klien mengatakan
nyeri secara tidak merasakan nyeri
komprehensif
DS :
O : - diberikan obat
O : Tn. R mengatakan fentanyl 50mg
nyeri dirasakan dibagian
- Pasien tampak
perut
tenang tidak
P : Nyeri bertambah saat gelisah
bergerak dan berkurang
A : Tujuan tercapai
saat beristirahat
Q : Nyeri yang dirasakan
seperti tertusuk-tusuk P : Lanjutkan intervensi
R : Nyeri dibagian perut 6) Lakukan
bekas operasi pengkajian nyeri
secara
S : skala nyeri 2 (ringan)
komprehensif
T : Nyeri yang dirasakan 7) Berikan obat
hilang timbul analgetik untuk
menurunkan nyeri
DO : Tn. R tampak lemah
8) Observasi adanya
terbaring ditempat tidur
petunjuk non
6. Berikan terapi verbal mengenai
analgetik untuk ketidaknyamanan
mengurangi nyeri
DO : Tampak diberikan
obat fentanyl 50mg
melalui syringe pump
7. Mengobservasi
adanya petunjuk non
verbal mengenai
ketidaknyamanan
DO : pasien tampak
tenang tidak gelisah
3 31/3/2020 13. Memonitor status S : Klien mengatakan
hidrasi badannya lemes
DO : mukosa bibir
tampak kering, tugor kulit
O : -mendapatkan obat
elastis
diuretik furosemide 40mg
Tidak terdapat
- Mukosa bibir
pembengkakan
lembab
14. Memberikan obat - Turgor kulit
diuretik furosemide elastis
40mg - Diberikan terapi
Nacl 20 tpm
DO : Tampak diinjeksi
obat furosemide melalui
IV A : Tujuan tercapai
sebagian
15. Memberikan terapi IV
DO : tampak diberikan
terapi Nacl 20 tpm P : lanjutkan intervensi
7) Monitor status
hidrasi
8) Memberikan obat
diuretik
9) Memberikan
terapi IV yang
sesuai
2 31/3/2020 16. Monitor karakteristikS :
luka termasuk drainase,
warna, ukuran dan bau O : - luka tampak bersih
DO : Tampak luka bersih,
- Ukuran luka 13-
ukuran luka 13-14 cm, dan 14cm
tidak berbau - Luka tampak
bersih tidak ada
17. Observasi adanya tanda tanda tanda
infeksi infeksi
- Diberikan obat
DO : tampak luka bersih
metronidazole
tidak ada tanda tanda terjadi
infeksi A : Tujuan tercapai
18. Berikan terapi yang
sesuai
P : Lanjutkan intervensi
DO : tampak diberikan obat
4) Monitor
metronidazole 500mg karakteristik luka
5) Bersihkan area
insisi
6) Berikan balutan
yang sesuai
7) Observasi adanya
tandanya infeksi
8) Berikan terapi
yang sesuai
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
1. Pengkajian
Berdasarkan teori pengkajian pada klien dengan peritonitis biasanya
ditemukan gejala klinis pasien mengalami nyeri perut, hipotensi, kondisi lemah, mual.
Dari hasil pengkajian yang dilakukan di ruang ICU Cempaka RSUD Medika pada Tn.
R didapatkan hasil kesadaran pasien composmentis, respirasi 28x/menit, TD :
85/53mmHg, N: 96x/menit, SpO2 100% pasien terpasang NRM 10 lpm, terdapat
retraksi dinding dada, terdapat otot bantu nafas, dispnea, terdapat luka post op
laparatomy, aktivitas pasien seperti perawatan diri semua dibantu oleh perawat seperti
mandi dan berpakaian.
2. Diagnosa Keperawatan
Hasil pengkajian yang didapatkan pada penderita peritonitis selanjutnya akan
difokuskan untuk menentukan diagnosa keperawatan. Untuk membuat diagnosa
keperawatan maka harus sesuai dengan prioritas masalah yang harus segera di
selesaikan. Berdasarkan hasil analisa data dari pengkajian yang dilakukan pada Tn. R
muncul prioritas diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien, yaitu:
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d hiperventilasi ditandai dengan dispnea
2. Kerusakan integritas jaringan b.d prosedure bedah ditandai dengan
kerusakan jaringan
3. Nyeri akut b.d agen cedera fisik ditandai dengan ekspresi wajah nyeri
4. Risiko ketidakseimbangan volume cairan
5. Defisit perawatan diri b.d kelemahan ditandai dengan pemenuhan ADL
bergantung pada perawat
Selain itu adapun diagnosa tambahan sesuai dengan kondisi pasien yaitu
kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan prosedur bedah dimana pasien Tn.
R telah dilakukan tindakan pembedahan laparatomy, risiko ketidakseimbangan
volume cairan dimana pada pasien Tn. R terjadi peningkatan pada ureum dan
creatinin sehingga perlu dipantau untuk volume cairannya dan defisit perawatan diri
(perawatan diri, eliminasi, mandi) diangkat sebagai diagnosa agar perawatan ADL
pasien tetap teratasi.
3. Perencanaan
Perencanaan dalam proses keperawatan dimulai setelah data terkumpul,
dikelompokkan, dianalisa dan ditetapkan masalah keperawatan. Perencanaan disusun
berdasarkan prioritas masalah yang disesuaikan dengan kondisi klien. Setelah masalah
ditentukan berdasarkan prioritas, tujuan pelayanan keperawatan ditetapkan. Tujuan
bisa ditetapkan dalam jangka panjang atau jangka pendek, harus jelas, dapat diukur
dan realistis. Ditegaskan dalam bentuk perubahan, kriteria hasil sebagai alat ukur
pencapaian tujuan yang mengacu pada tujuan yang disusun pada rencana
keperawatan.
Perencanaan keperawatan yang sesuai dengan berdasarkan hasil pengkajian
adalah pada diagnosa ketidakefektifan pola nafas dengan tujuan status pernafasan :
ventilasi dan intervensi monitor pernafasan dan terapi oksigen. Kerusakan integritas
jaringan dengan tujuan keperawatan integritas jaringan : kulit dan membran mukosa
dan intervensi perawatan luka dan intervensi perlindungan infeksi, pada diagnosa
nyeri akut ditegakkan tujuan keperawatan tingkat nyeri dan intervensi manajemen
nyeri dengan melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif dan pemberian terapi
obat. Pada diagnosa perawatan diri tujuan keperawatan yaitu aktivitas klien terpenuhi
seperti kebersihan diri dan mulut terpenuhi, pasien tampak rapi dan intervensi bantu
pasien mandi, berpakaian dan eliminasi, pada diagnosa risiko ketidakseimbangan
volume cairan intervensi yang direncanakan yaitu manajemen cairan.
4. Pelaksanaan
Setelah rencana keperawatan dibuat, kemudian dilanjutkan dengan
pelaksanaan. Pelaksanaan rencana asuhan keperawaan merupakan kegiatan atau
tindakan yang diberikan kepada pasien sesuai dengan rencana keperawatan yang telah
dibuat. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada Tn. R harus sesuai dengan
rencana keperawatan pada Tn. R saat melakukan implementasi keperawatan, semua
respon pasien harus diperhatikan dan dicatat agar selanjutnya dapat dievaluasi
keberhasilan dari rencana keperawatan yang telah direncanakan. Implementasi
dilakukan selama 3 hari lalu dilanjutkan dengan evaluasi setiap pemberian tidakan.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan. Tahap evaluasi dalam
proses keperawaan menyangkut pengumpulan data subjektif dan data objektif yang
akan menunjukkan apakah tujuan asuhan keperawatan sudah tercapai sepenuhnya,
sebagian atau belum tercapai. Serta menentukan masalah apa yang perlu dikaji,
direncanakan, dilaksanakan dan dinilai kembali. Tujuan tahap evaluasi adalah untuk
memberikan umpan balik rencana keperawatan, menilai, meningkatkan mutu asuhan
keperawatan melalui perbandingan asuhan keperawatan yang meningkatkan diberikan
serta hasilnya dengan standar yang telah ditetapkan lebih dahulu. Adapun evaluasi
dari tindakan keperawatan diatas dilakukan selama 3x24 jam. Hasilnya selama 3 hari:
Pada diagnosa ketidakefektifan pola nafas pasien tujuan belum tercapai masih
terpasang NRM, dan terdapat otot bantu pernafasan. Dan pada diagnosa lainnya sudah
tercapai berdasarkan tujuan dan kriteria hasil yang sudah ditetapkan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Peritonitis adalah peradangan yang disebabkan oleh infeksi atau kondisi aseptik pada
selaput organ perut (peritoneum). Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum ( lapisan
membran serosa rongga abdomen ) dan organ didalamnya. Tanda dan gejala dari peritonitis
yaitu syok (neurologik dan hipovolemik) terjadi pada penderita peritonitis umum, demam,
distensi abdomen, nyeri tekan abdomen, bising usus tidak terdengar, nausea, dan vomiting.
Pada kasus peritonitis dalam proses penanganan harus selalu diobservasi untuk
melihat perkembangan pasien, pada pasien Tn. R telah dilakukan perawatan dan telah
ditetapkan beberapa diagnose keperawatan seperti, ketidakefektifan pola nafas, kerusakan
integritas jaringan, nyeri akut, risiko ketidakseimbangan volume cairan dan defisit perawatan
diri. Kelolaan pasien selama 3 hari: hanya Pada diagnosa Ketidakefektifan bersihan jalan
napas saja tujuan belum tercapai kondisi nafas klien masih terdapat penggunaan otot bantu
nafas dan masih terpasang NRM. Dan pada diagnosa lainnya sudah tercapai berdasarkan
tujuan dan kriteria hasil yang sudah ditetapkan.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Agar dapat terus meningkatkan wawasan tentang asuhan keperawatan peritonitis.
Mahasiswa diharapkan kedepannya dapat menerapkan ilmu asuhan keperawatan
peritonitis
2. Bagi Perawat
Perawat perlu meningkatkan kualitas dalam memberikan asuhan keperawatan pada
klien dengan peritonitis sehingga dapat meminimalkan masalah keperawatan.
3. Bagi Rumah Sakit
Asuhan keperawatan ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi rumah sakit untuk
menetapkan standar pelayanan asuhan keperawatan pada pasien dengan peritonitis.
DAFTAR PUSTAKA
Sugeng, Jitowiyono dan Weni Kristiyanasari. 2012. Asuhan Keperawatan Post Operasi,
Yogyakarta: Nuha Medika.
Adrian Ratu & Radwan. (2013). Penyakit Hati, Lambung, Usus, dan Ambeien. Yogyakarta :
Nuha Medika
Muttaqin, Arif & Sari, Kumala. (2011). Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medika Bedah. Jakarta : Salemba Medika
Departemen Kesehatan RI. (2008). Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta : Depkes RI
Potter, P.A & Perry, A.G. (2012) Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep Proses dan
Praktik. Jakarta : EGC
Tarigan. (2012) Kadar Serum Laktat Sebelum dan Sesusah EGDT pada Pasien Peritonitis
Difus yang disertai Sepsi Berat di Rs Haji Adam. Tesis Program Pendidikan Dokter Spesialis
Departemen Bedah FKUSU. Medan
Japanesa, Zahari & Rusdji. (2016). Pola Kasus dan Penatalaksanaan Peritonitis Akut di
Bangsal Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas Vol 5 No 1.