Anda di halaman 1dari 23

RESPON FISIOLOGI TANAMAN KANGKUNG DARAT

(Ipomoea reptans Poir) TERHADAP CEKAMAN


KEKERINGAN

PAPER

OLEH :

YORETTA S BANGUN
160301067
AGRONOMI II

MATA KULIAH FISIOLOGI ADAPTASI TANAMAN TROPIS


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
PAPER

OLEH :

YORETTA S BANGUN
160301067
AGRONOMI II

Paper Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memenuhi Komponen Penilaian Di
Mata Kuliah Fisiologi AdaptasiTanaman Tropis Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

MATA KULIAH FISIOLOGI ADAPTASI TANAMAN TROPIS


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan paper ini

tepat pada waktunya.

Adapun judul paper ini adalah “Respon Fisologi Tanaman

Kangkung Darat (Ipomoea reptans Poir) Terhadap Cekaman

Kekeringan” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memenuhi

komponen penilaian di Matakuliah Fisiologi Adaptasi Tanaman Tropis

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

dosen pengajar matakuliah yaitu, Dr. Nini Rahmawati, SP., M.Si; Dr. Ir.

Lisa Mawarni, MP dan Dr. Ir. Chairani Hanum, MS yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan paper ini.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan paper ini masih jauh

dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran

yang sifatnya membangun demi kebaikan penulis dimasa mendatang.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga paper ini

bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN
Latar Belakang....................................................................................1
Tujuan Penulisan.................................................................................2
Kegunaan Penulisan............................................................................2

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman..................................................................................3
Syarat Tumbuh.....................................................................................4
Iklim...........................................................................................4
Tanah.........................................................................................6

“Respon Fisologi Tanaman Kangkung Darat (Ipomoea reptans Poir) Terhadap


Cekaman Kekeringan” Pengertian Cekaman Kekeringan...........................8
Kekurangan Air Pada Tanaman..........................................................9
Dampak Cekaman Kekeringan Pada Tanaman................................11
Respon Tanaman Terhadap Cekaman Kekeringan...........................12
Pengaruh Cekaman Kekeringan Pada Tanaman Kangkung Darat
(Ipomoea reptans Poir).....................................................................14

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Suatu respons fisiologi yang cukup penting ialah kemampuan tanaman

mempertahankan tekanan turgor dengan menurunkan potensial osmotik sebagai

mekanisme toleransi terhadap cekaman kekeringan. Banyak proses fisiologi dan

biokimia dalam tumbuhan yang sangat dipengaruhi oleh perubahan tekanan

turgor. Faktor yang dapat membantu mempertahankan turgor ialah penurunan

potensial osmotik dan kemampuan mengakumulasi senyawa-senyawa terlarut

(Hamim et al. 1996).

Kangkung darat (Ipomoea reptans Poir) adalah tanaman semusim atau

tahunan yang merupakan sayuran daun yang penting di kawasan Asia Tenggara

dan Asia Selatan. Sayuran kangkung mudah dibudidayakan, berumur pendek dan

harga relatif murah. Karena itu, kangkung merupakan sumber gizi yang baik bagi

masyarakat secara umum. Konsumsikangkung mulai digemari oleh masyarakat

terbukti dengan sadarnya masyarakat peduli dengan gizi yang terkandung

disayuran kangkung. Kandungan gizi kangkung cukup tinggi terutama vitamin A,

vitamin C, zat besi, kalsium, potasium, dan fosfor (Sofiari, 2009).

Kangkung darat (Ipomea reptans Poir) merupakan salah satu tanaman

hortikultura yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia karena rasanya yang

gurih. Tanaman ini termasuk kelompok tanaman semusim dan berumur pendek

dan tidak memerlukan areal yang luas untuk membudidayakannya sehingga

memungkinkan dibudidayakan di kota yang pada umumnya lahannya terbatas.

Tanaman ini berasal dari India namun kemudian menyebar ke berbagai negara di

Asia dan Afrika (Plucknett dan Beemer, 1981). Selain rasanya yang gurih, gizi
2

yang terdapat pada sayuran kangkung cukup tinggi, seperti vitamin A, B dan C

serta berbagai mineral terutama zat besi yang berguna bagi pertumbuhan badan

dan kesehatan (Emilia dan Ainun, 1999).

Di Indonesia dikenal dua tipe kangkung yaitu kangkung darat dan

kangkung air. Kangkung tergolong sayuran yang sangat populer, karena banyak

peminatnya. Kangkung disebut juga Swamp cabbage, Water convovulus, Water

spinach, berasal dari Indiayang kemudian menyebar ke Malaysia, Burma,

Indonesia, China Selatan Australia dan bagian negara Afrika. (Suroso, B dan

Antoni, R.E.N. 2013)

Dalam proses penyesuaian osmosis, senyawa-senyawa terlarut yang biasa

diakumulasi ialah gula dan asam amino terutama prolina. Secara umum kadar

prolina daun mengalami peningkatan akibat cekaman kekeringan. Kekurangan air

pada tanaman dapat menghambat laju fotosintesis, karena turgiditas sel penjaga

stomata akan menurun (Girousse et al. 1996).

Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pengaruh cekaman

kekeringan pada tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans Poir).

Kegunaan Penulisan

Kegunaan penulisan dari paper ini adalah sebagai salah satu syarat untuk

dapat memenuhi komponen penilaian di Matakuliah Fisiologi Adaptasi Tanaman

Tropis Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara, Medan serta sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.
3

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Kangkung merupakan tanaman yang dapat tumbuh lebih dari satu tahun.

Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-cabang akar

menyebar kesemua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60 hingga 100

cm, dan melebar secara mendatar pada radius 150 cm atau lebih, terutama pada

jenis kangkung air (Djuariah, 2007).

Tanaman kangkung darat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom :

Plantae(tumbuhan) ; Subkingdom : Tracheobionta(berpembuluh) ; Superdivisio :

Spermatophyta(menghasilkan biji) ; Divisio :Magnoliophyta(berbunga) ; Kelas :

Dicotyledone(berkeping dua/dikotil) ; Sub kelas : Asteridae ; Ordo : Solanales ;

Familia : Convolvulaceae(suku kangkung-kangkungan) ; Genus : Ipomea ;

Spesies : Ipomea reptans Poir. (Suratman, 2000)

Kangkung merupakan tanaman yang dapat tumbuh lebih dari satu tahun.

Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-cabangnya

akar menyebar kesemua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60hingga

100 cm, dan melebar secara mendatar pada radius 150 cm atau lebih, terutama

pada jenis kangkung air (Djuariah, 2007).

Batang kangkung bulat dan berlubang, berbuku-buku, banyak

mengandung air (herbacious) dari buku-bukunya mudah sekali keluar

akar.Memiliki percabangan yang banyak dan setelah tumbuh lama batangnya akan

menjalar (Djuariah, 2007).

Kangkung memiliki tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di

ketiak daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru.
4

Bentuk daun umumnya runcing ataupun tumpul, permukaan daun sebelah atas

berwarna hijau tua, dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda.

Selama fase pertumbuhanya tanaman kangkung dapat berbunga, berbuah, dan

berbiji terutama jenis kangkung darat. Bentuk bunga kangkung umumnya

berbentuk “terompet” dan daun mahkota bunga berwarna putih atau merah

lembayung (Maria, 2009).

Buah kangkung berbentuk bulat telur yang didalamnya berisi tiga butir

biji. Bentuk buah kangkung seperti melekat dengan bijinya. Warna buah hitam

jika sudah tua dan hijau ketika muda. Buah kangkung berukuran kecil sekitar 10

mm, dan umur buah kangkung tidak lama. Bentuk biji kangkung bersegi-segi atau

tegak bulat. Berwarna cokelat atau kehitam-hitaman, dan termasuk biji berkeping

dua. Pada jenis kangkung darat biji kangkung berfungsi sebagai alat perbanyakan

tanaman secara generatif (Maria, 2009).

Syarat Tumbuh

Iklim

Kangkung (Ipomea reptans) dapat tumbuh pada daerah yang beriklim panas dan

beriklim dingin.Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini

berkisar antara 1500-2500 mm/tahun. Pada musim hujan tanaman kangkung

pertumbuhannya sangat cepat dan subur, asalkan di sekelilingnya tidak tumbuh

rumput liar. Dengan demikian, kangkung pada umumnya kuat menghadapi

rumput liarsehingga kangkung dapat tumbuh di padang rumput, kebun/ladang

yang agak rimbun (Aditya, 2009).


Adapun waktu tanam kangkung yang baik adalah pada musim hujan untuk

kangkung darat dan musim kemarau untuk kangkung air. Sementara waktu tanam

kangkung yang dibudidayakan untuk di ambil bijinya (pembibitan) adalah pada

musim kemarau. Untuk kangkung darat, umumnya dikembangbiakkan dengan

biji. Persiapan lahan untuk penanaman kangkung darat dilakukan dengan cara

pencangkulan tanah, kemudian diberi pupuk kandang atau kompos. Sementara

panjang bedengan tergantung keadaan lahan dan keinginan (Sunanjono, 2003).

Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat sinar

matahari yang cukup. Di tempat yang terlindung (ternaungi) tanaman kangkung

akan tumbuh memanjang (tinggi) tetapi kurus-kurus. Kangkung sangat kuat

menghadapi panas terik dan kemarau yang panjang. Apabila ditanam di tempat

yang agak terlindung, maka kualitas daun bagus dan lemas sehingga disukai

konsumen. Suhu udara dipengaruhi oleh ketinggian tempat, setiap naik 100 m

tinggi tempat, maka temperatur udara turun 1ºC (Aditya, 2009).

Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik sepanjang tahun. Kangkung darat

dapat tumbuh pada daerah yang beriklim panas dan beriklim dingin. Jumlah curah

hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar antara 500-5000

mm/tahun. Pada musim hujan tanaman kangkung pertumbuhannya sangat cepat

dan subur, asalkan di sekelilingnya tidak tumbuh rumput liar. Dengan demikian,

kangkung pada umumnya kuat menghadapi rumput liar, sehingga kangkung dapat

tumbuh di padang rumput, kebun/ladang yang agak rimbun (Kuswanto, 1997).


Tanah

Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat sinar

matahari yang cukup. Di tempat yang terlindung (ternaungi) tanaman kangkung

akan tumbuh memanjang (tinggi) tetapi kurus-kurus. Kangkung sangat kuat

menghadapi panas terik dan kemarau yang panjang. Apabila ditanam di tempat

yang agak terlindung, maka kualitas daun bagus dan lemas sehingga disukai

konsumen (Sofiari, 2009).

Kangkung darat (Ipomea reptans) menghendaki tanah yang subur, gembur

banyak mengandung bahan organik dan tidak dipengaruhi keasaman tanah.

Tanaman kangkung darat tidak menghendaki tanah yang tergenang, karena akar

akan mudah membusuk. Sedangkan kangkung air membutuhkan tanah yang selalu

tergenang air. Tanaman kangkung (Ipomea reptans) membutuhkan tanah datar

bagi pertumbuhannya, sebab tanah yang memiliki kelerengan tinggi tidak dapat

mempertahankan kandungan air secara baik (Haryoto, 2009).

Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah

sampai dataran tinggi (pegunungan) ± 2000 meter dpl. Baik kangkung darat

maupun kangkung air, kedua varietas tersebut dapat tumbuh di mana saja, baik di

dataran rendah maupun di dataran tinggi. Hasilnya akan tetap sama asal jangan

dicampur aduk (Anggara, 2009).

Kangkung adalah salah satu jenis tanaman sayuran daun yang mampu

hidup di darat atau di air. Tanaman kangkung tidak memerlukan persyaratan

tempat tumbuh yang sulit. Salah satu syarat yang penting adalah air yang cukup.

Apabila kekurangan air pertumbuhannya akan mengalami hambatan. Kangkung

diperbanyak dengan stek batang yang panjangnya 20-25 cm atau dengan biji.
Untuk penanaman kangkung di darat digunakan benih dari biji, namun dapat pula

digunakan stek. Untuk mempercepat perkecambahan diperlukan perendaman

benih di dalam air selama satu malam sebelum benih itu disebarkan (Sutarya,

1995).

Pertanian organik dapat memberi perlindungan terhadap lingkungan dan

konservasi sumber daya yang tidak dapat diperbaharui, memperbaiki kualitas hasil

pertanian, menjaga pasokan produk pertanian sehingga harganya relatif stabil,

serta memiliki orientasi dan memenuhi kebutuhan hidup ke arah permintaan

pas.Tanaman kangkung membutuhkan tanah datar bagi pertumbuhannya, sebab

tanah yang memiliki kelerengan tinggi tidak dapat mempertahankan kandungan

air secara baik (Sunanjono, 2003).


8

Respon Fisologi Tanaman Kangkung Darat (Ipomoea reptans Poir) Terhadap


Cekaman Kekeringan

Pengertian Cekaman Kekeringan

Cekaman kekeringan pada tanaman disebabkan oleh kekurangan suplai air

di daerah perakaran dan permintaan air yang berlebihan oleh daun dalam kondisi

laju evapotranspirasi melebihi laju absorbsi air oleh akar tanaman. Serapan air

oleh akar tanaman dipengaruhi oleh laju transpirasi, sistem perakaran, dan

ketersediaan air tanah (Lakitan, 1996).

Kekeringan merupakan suatu kondisi kekurangan pasokan air dalam tanah,

bisa disebabkan karena cuaca panas terus menerus atau curah hujan di bawah rata-

rata. Keadaan demikian mengharuskan makhluk hidup untuk mampu beradaptasi

agar tercukupinya kebutuhan air dan metabolisme tetap berjalan. Begitu halnya

dengan tumbuhan, meskipun tidak bisa berpindah secara leluasa seperti hewan,

tumbuhan tetap memiliki cara tersendiri untuk bertahan dalam kondisi kekeringan

(Harjadi dan Yahya, 1988).

Cekaman kekeringan adalah segala perubahan kondisi lingkungan atau

pengaruh buruk kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan yang mungkin

akan menurunkan atau merugikan pertumbuhan atau perkembangan tumbuhan.

Dampak ekonomi dan ekologi kekeringan merupakan suatu proses hingga batasan

kekeringan dalam setiap bidang dapat berbeda-beda. Namun demikian, suatu

kekeringan yang singkat tetapi intensif dapat pula menyebabkan kerusakan yang

signifikan (Salisbury dan Ross, 1995).

Kekeringan adalah kekurangan pasokan air pada suatu daerah dalam masa

yang berkepanjangan (beberapa bulan hingga bertahun-tahun). Biasanya kejadian


9

ini muncul bila suatu wilayah secara terus menerus mengalami curah hujan

dibawah rata-rata. Musim kemarau yang panjang akan menyebabkan kekeringan

karena cadangan air tanah akan habis akibat penguapan (evaporasi), transpirasi,

ataupun penggunaan lain oleh manusia (Salisbury dan Ross, 1995).

Cekaman kekeringan dapat menurunkan tingkat produktivitas (biomassa)

tanaman karena menurunkan aktivitas metabolisme primer, penyusutan luas daun

dan aktivitas fotosintesis sehingga akumulasi biomassa semakin rendah.

Penurunan akumulasi biomassa setiap jenis tanaman yang diakibatkan cekaman

air tidak sama, hal ini dipengaruhi oleh tanggapan masing-masing jenis tanaman

(Hanum dkk, 2007).

Kekurangan Air Pada Tanaman

Kebutuhan air bagi tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain

jenis tanaman dalam hubungannya dengan tipe dan perkembangannya, kadar air

tanah dan kondisi cuaca. Kekurangan air pada tanaman terjadi karena ketersediaan

air dalam media tidak cukup dan transpirasi yang berlebihan atau kombinasi

kedua faktor tersebut. Di lapangan walaupun di dalam tanah air cukup tersedia,

tanaman dapat mengalami cekaman (kekurangan air). Hal ini terjadi jika

kecepatan absorpsi tidak dapat mengimbangi kehilangan air melalui proses

transpirasi (Sasli, 2004).

Kekurangan air pada tanaman dapat menghambat laju fotosintesis, karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun. Hal ini menyebabkan stomata

menutup. Penutupan stomata sebagai respon cekaman kekeringan diawali dengan

sintesis asam absisik (ABA). Penutupan stomata pada daun akan mengurangi laju
penyerapan CO2 sehingga akan mengurangi laju fotosintesis. Perubahan ini juga

akan mempengaruhi absorpsi dan translokasi hara mineral, transpirasi serta

translokasi fotosintat (Goldsworthy dan Fisher, 1992).

Kondisi kekeringan atau kekurangan air desebut juga dengan defisit air,

pada tumbuhan istilah ini ditunjukkan dengan banyaknya air dalam jaringan yang

hilang dibandingkan dengan kandungan air pada kondisi turgor penuh. Semakin

besar defisit air semakin rendah air yang tersedia untuk metabolisme. Kekurangan

air pada tanaman akan dapat menghambat pembentukan dan perkembangan sel

sehingga menyebabkan pertumbuhan akar tanaman terhambat dan penyebaran

akar relatif sempit akibatnya absorbsi air dan unsur hara menurun sehinggga

metabolisme karbohidrat, protein dan zat pengatur tumbuh terganggu dan

akhirnya tanaman menjadi kerdil (Hanum dkk, 2007).

Pertumbuhan sel sangat sensitif terhadap stres air. Penghambatan

pembesaran sel terjadi karena penurunan turgor sel yang berakibat bagian

tanaman yang dibentuk berukuran kecil. Pengaruh kekurangan air selama tingkat

perkembangan vegetatif ialah berkembangnya daun-daun yang lebih kecil. Selama

perkembangan vegetatif kekurangan air sekecil apapun dapat mengurangi laju

pelebaran daun dan luas daun pada tingkat perkembangan berikutnya (Islami dan

Utomo, 1995).

Tanaman kontrol cenderung lebih baik pertumbuhannya dibandingkan

tanaman yang mendapatkan cekaman kekeringan. Hal ini disebabkan oleh peranan

air yang penting bagi pertumbuhan tanaman. Fungsi air bagi tanaman yaitu

sebagai pelarut dan medium untuk reaksi kimia, sebagai medium untuk transpor,

medium untuk memberikan turgor pada sel tanaman, hidrasi dan netralisis
muatan pada molekul-molekul koloid, bahan baku untuk fotosintesis, dan

transpirasi untuk medinginkan permukaan tanaman (Gardner et al, 1991).

Dampak Cekaman Kekeringan Pada Tanaman

Cekaman kekeringan yang sedikit saja sudah cukup menyebabkan lambat

atau berhentinya pembelahan dan pembesaran sel (antara lain perluasan daun).

Jika suatu tanaman mengalami cekaman air yang semakin besar, diferensiasi

organ-organ baru dan perluasan maupun pembesaran organ yang telah ada

merupakan bagian yang pertama kali menunjukkan respon. Stres yang lebih lanjut

akan menyebabkan berkurangnya laju fotosintesis (Harjadi dan Yahya, 1988).

Respon tanaman yang mengalami cekaman kekeringan mencakup

perubahan ditingkat seluler dan molekuler seperti perubahan pada pertumbuhan

tanaman, volume sel menjadi lebih kecil, penurunan luas daun, daun menjadi

tebal, adanya rambut pada daun, peningakatan ratio akar-tajuk, sensitivitas

stomata, penurunan laju fotosintesis, perubahan metabolisme karbon dan nitrogen,

perubahan produksi aktivitas enzim dan hormon, serta perubahan ekspresi gen

(Hamim, 2003).

Cekaman kekeringan dari tingkat paling ringan sampai paling berat

mempengaruhi proses-proses biokimia yang berlangsung dalam sel. Kekeringan

mempengaruhi reaksi-reaksi biokimia fotosintesis, sehingga laju fotosintesis

menurun. Salah satu aspek fotosintesis yang sangat sensitif terhadap cekaman

kekeringan, termasuk cekaman tingkat ringan, ialah biosintesis klorofil, di

samping itu pembentukan protoklorofil terhambat pada potensial air sedikit di

bawah 0 atm (Hamim, 2003).


Prolin merupakan senyawa penciri biokimia atau metabolit osmotik yang

banyak disintesis dan diakumulasi pada berbagai jaringan tanaman terutama pada

daun apabila tanaman menghadapi cekaman kekeringan. Tanaman yang

mengakumulasi prolin pada kondisi tercekam pada umumnya memiliki

kenampakan morfologi yang lebih baik serta memiliki ketahanan hidup yang lebih

tinggi daripada tanaman yang tidak mengakumulasikannya (Hamim dkk., 2008).

Cekaman kekeringan dapat mengakibatkan peningkatan sintesis prolin

yang berperan sebagai senyawa osmoprotektan dalam penyesuaian osmotik sel

dan penetralisir senyawa toksik amina. Cekaman kekeringan dapat mengakibatkan

terhambatnya sintesis protein dan menyebabkan hidrolisis atau degradasi.

Degradasi protein menghasilkan asam amino, senyawa volatil, amida, peptida dan

amina (Mathius dkk., 2001).

Respon Tanaman Terhadap Cekaman Kekeringan

Secara umum tanaman akan menunjukkan respon tertentu bila mengalami

cekaman kekeringan. Cekaman kekeringan dapat dibagi ke dalam tiga kelompok

yaitu: Cekaman ringan :jika potensial air daun menurun 0.1 Mpa atau kandungan

air nisbi menurun 8 – 10 % ; Cekaman sedang: jika potensial air daun menurun

s/d 1.5 Mpa atau kandungan air nisbi menurun 10 – 20 % ; Cekaman

berat: jika potensial air daun menurun >1.5 Mpa atau kandungan air nisbi

menurun > 20%. Apabila tanaman kehilangan lebih dari separoh air

jaringannya dapat dikatakan bahwa tanaman mengalami kekeringan

(Lakitan, 1996).
Kekurangan air akan mengganggu aktifitas fisiologis maupun morfologis,

sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Defisiensi air yang terus

menerus akan menyebabkan perubahan irreversibel (tidak dapat balik) dan pada

gilirannya tanaman akan mati (Haryati, 2008).

Respon tanaman terhadap stres air sangat ditentukan oleh tingkat stres

yang dialami dan fase pertumbuhan tanaman saat mengalami cekaman. Respon

tanaman yang mengalami cekaman kekeringan mencakup perubahan ditingkat

seluler dan molekuler seperti perubahan pada pertumbuhan tanaman, volume sel

menjadi lebih kecil, penurunan luas daun, daun menjadi tebal, adanya rambut

pada daun, peningakatan ratio akar-tajuk, sensitivitas stomata, penurunan laju

fotosintesis, perubahan metabolisme karbon dan nitrogen, perubahan produksi

aktivitas enzim dan hormon, serta perubahan ekspresi (Sinaga, 2008).\

Tumbuhan merespon kekurangan air dengan mengurangi laju transpirasi

untuk penghematan air. Terjadinya kekurangan air pada daun akan menyebabkan

sel-sel penjaga kehilangan turgornya. Suatu mekanisme control tunggal yang

memperlambat transpirasi dengan cara menutup stomata. Kekurangan air juga

merangsang peningkatan sintesis dan pembebasan asam absisat dari sel-sel

mesofil daun. Hormon ini membantu mempertahankan stomata tetap tertutup

dengan cara bekerja pada membrane sel penjaga (Campbell, 2003).

Daun juga berespon terhadap kekurangan air dengan cara lain. Karena

pembesaran sel adalah suatu proses yang tergantung pada turgor, maka

kekurangan air akan menghambat pertumbuhan daun muda. Respon ini

meminimumkan kehilangan air melalui transpirasi dengan cara memperlambat

peningkatan luas permukaan daun. Ketika daun dari kebanyakan rumput dan
kebanyakan tumbuhan lain layu akibat kekurangan air, mereka akan menggulung

menjadi suatu bentuk yang dapat mengurangi transpirasi dengan cara

memaparkan sedikit saja permukaan daun ke matahari (Campbell, 2003).

Pengaruh Cekaman Kekeringan Pada Tanaman Kangkung


Darat (Ipomoea reptans Poir)

Tanaman kangkung (Ipomoea reptana Poir) tergolong tanaman C3

sehingga dia membutuhan prolin yang besar dalam rangka adaptasi terhadap

cekaman air. Tanaman C3 ini dapat mengasimilasi CO2 secara langsung melalui

jalur fotosintesis, jalur ini dikenal dengan sikus C3 karena senyawa stabil yang

terbentuk pertama kali dalam pengikatan CO2 merupakan senyawa berkarbon 3

yaitu senyawa 3fosfogliserat (PGA) atau dikenal dengan siklus kelvin, tumbuhan

dapat hidup dengan baik pada suhu rendah , yaitu pada suhu kurang dari 220C

(Winslow, 2002).

Sebagai akibat cekaman kekeringan pada tumbuhan C3, stomata akan

menutup sehingga fotosintesis neto akan menurun dengan cepat dan fotorespirasi

akan meningkat akan tetapi tumbuhan C4 relatif lebih tahan dengan kondisi

cekaman kekeringan dari pada C3. Dalam keadaan cekaman kekeringan tumbuhan

C3 umumnya memiliki kadar air relatif daun yang lebih rendah dari pada

tumbuhan C4. Hal ini mungkin teknik dengan karakteristik tumbuhan C4 yang

cukup efisien dalam pemanfaatan air (Hamim, 2003).

Jumlah air yang diserap berpengaruh terhadap panjang akar suatu

tanaman, daerah perakaran menjadi dalam sehingga memiliki akar yang paling

panjang dibanding tanaman dengan perlakuan lainnya. Ketersediaan air dibawah

kapasitas lapang secara umum menghambat metabolisme tanaman khsususnya


tanaman dikotil, seperti tanaman kangkung dengan sistem perakaran yang dangkal

sangat respon terhadap ketersediaan air. Sehingga pertumbuhan akar tanaman

yang memanjang adalah bentuk respon akar tanaman kangkung terhadap

ketersediaan air yang terbatas (Sarawa et al, 2014).

Cekaman kekeringan dapat menurunkan tingkat produktivitas (biomassa)

pada tanaman kangkung karena menurunkan aktivitas metabolisme primer,

penyusutan luas daun dan aktivitas fotosintesis sehingga akumulasi biomassa

semakin rendah. Penurunan akumulasi biomassa setiap jenis tanaman yang

diakibatkan cekaman air tidak sama, hal ini dipengaruhi oleh tanggapan masing-

masing jenis tanaman (Hanum dkk, 2007).

Cekaman kekeringan merupakan salah satu faktor penghambat dalam

budidaya tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans Poir). Salah satu solusi

dalam mengatasi masalah tersebut adalah melalui teknik osmopriming benih.

Osmopriming benih meningkatkan secara signifikan persentase berkecambah,

kecepatan berkecambah, keserempakan berkecambah, panjang akar, bobot kering

akar, bobot kering tajuk, kadar prolin dengan konsentrasi PEG 15% dan

meningkatkan secara signifikan kadar klorofil dengan konsentrasi PEG 10% pada

kondisi cekaman kekeringan.Osmopriming dapat mengurangi dampak yang

ditimbulkan dari cekaman kekeringan dengan meningkatkan potensial

perkecambahan, panjang akar, bobot kering akar dan tajuk, kadar klorofil, serta

kadar prolin sehingga tanaman lebih tahan terhadap cekaman kekeringan

(Sunarjono, 2013).
16

KESIMPULAN

1. Cekaman kekeringan adalah segala perubahan kondisi lingkungan atau

pengaruh buruk kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan yang

mungkin akan menurunkan atau merugikan pertumbuhan atau

perkembangan tumbuhan.

2. Kekurangan air pada tanaman akan dapat menghambat pembentukan dan

perkembangan sel sehingga menyebabkan pertumbuhan akar tanaman

terhambat dan penyebaran akar relatif sempit akibatnya absorbsi air dan

unsur hara menurun sehinggga metabolisme karbohidrat, protein dan zat

pengatur tumbuh terganggu dan akhirnya tanaman menjadi kerdil.

3. Cekaman kekeringan yang sedikit saja sudah cukup menyebabkan lambat

atau berhentinya pembelahan dan pembesaran sel (antara lain perluasan

daun).

4. Tumbuhan merespon kekurangan air dengan mengurangi laju transpirasi

untuk penghematan air. Terjadinya kekurangan air pada daun akan

menyebabkan sel-sel penjaga kehilangan turgornya.

5. Cekaman kekeringan merupakan salah satu faktor penghambat dalam

budidaya tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans Poir). Salah satu solusi

dalam mengatasi masalah tersebut adalah melalui teknik osmopriming

benih.
17

DAFTAR PUSTAKA

Aditya, DP. 2009. Budidaya kangkung. http://dimasadityaperdana.blogspot.com.


20 januari 2010.

Campbell, at al. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Djuariah, D. 2007. Evaluasi Plasma Nutfah Kangkung Di Dataran Medium


Rancaekek. Jurnal Hortikultura 7(3):756-762

Emilia dan Ainun. 1999. Kangkung (Ipomoea reptans). www. Google.com. h. 1- 9

Gardner, F.P., R.B. Pearce, dan R.L. Mitcheli. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya
(diterjemahkan oleh Herawati Susilo). UI Press, Jakarta.

Girousse C, Bournoville R, Bonnemain JL. 1996. Water defisit-induced changes


in concentrations in proline and some other amino acids in the phloem sap
of alfalfa. Plant Physiol 111:109-113.

Goldsworthy, P.R. dan N.M. Fisher. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari). Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Hamim, Sopandie D, Jusuf M. 1996. Beberapa karakteristik morfologi dan


fisiologi kedelai toleran dan peka terhadap cekaman kekeringan. Hayati
1:30-34.

Hamim. 2003. Will the increasing atmospheric CO2 concentration change the
effect of drought on C3 and C4 Species? [disertasi]. Colchester: university
of Essex.

Hamim. 2008. Respon pertumbuhan spesies pertumbuhan spesies C3 dan C4 t


erhadap cekaman kekeringan dan konsentrasi CO2 tinggi. Biosfera
22:105-113

Hanum, C., W.Q. Mugnisjah, S. Yahya, D. Sopandy, K. Idris, dan A. Sahar. 2007.
Pertumbuhan Akar Kedelai pada Cekaman Aluminium, Kekeringan dan
Cekaman Ganda Aluminium dan Kekeringan. Agritrop 26 (1) : 13 - 18.

Harjadi, S.S., S. Yahya. 1988. Fisiologi Stres Lingkungan. Bogor. PAU


Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor. Hal.136-176.

Haryati. 2008. Pengaruh Cekaman Air Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil


Tanaman http://library.usu.ac.id/download/fp/hslpertanian-haryati2.pdf.
Diakses pada tanggal 5 Juli 2009.

Islami, T. dan W.H. Utomo. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP
Semarang. Press, Semarang.
18

Kuswanto. 1997. Teknik Budidaya Kankung Darat. Gramedia pustaka Utama.


Jakarta.

Lakitan, B. 1996. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja Grafindo


Persada.

Maria, GM. 2009. Respon Produksi Tanaman Kangkung Darat (Ipomea reptans
poir) Terhadap Variasi Waktu Pemberian Pupuk Kotoran Ayam. Jurnal
Ilmu Tanah 7(1): 18-22

Mathius, N.T., G. Wijana, E. Guharja, H. Aswindinnoor, Y. Sudirman, dan


Subronto. 2001. Respon Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
terhadap Cekaman Kekeringan. Menara Perkebunan 69 : 29 - 45.

Salisbury & Ross, 1992. Plant Physiology. 4th ed. Terjemahan Diah R Lukman &

Sumaryono Jilid 2. ITB Bandung.

Santoso. 1990. Ciri Morfologi Tanaman Kangkung.Http: santoso@blogger.Com.


DI: 12 Desember 2013 at 20:00.

Sarawa. 2014. Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Glycine max L.) Pada Berbagai
Interval Penyiraman dan Takaran Pupuk Kandang. Jurnal Agroteknos 4
(571)

Sasli, I. 2004. Peranan Mikoriza Vesikula Arbuskula (MVA) dalam Peningkatan

Resistensi Tanaman terhadap Cekaman Kekeringan.

Sinaga. 2008. Peran Air Bagi Tanaman. http://puslit.mercubuana.ac.id/file/8 Artikel


%20Sinaga.pdf. Diakses pada tanggal 5 Juli 2009.

Sujitno. 2004. Kumpulan Klasifikasi Tanaman Sayur. PT Alex Media


Komputindo. Jakarta.

Sunanjono. 2003. Teknik budidaya tanaman Sayur-Kangkung. PT Alex Media


Komputindo. Jakarta.

Sunarjono, H. 2013. Bertanam 36 Jenis Sayur. Penebar Swadaya, Jakarta, ID.

Suratman, 2000. Budidaya Kangkung. Penerbit Kanisius. Yogyakarta, Priyanto,


D., dan A. D.

Sofiari, E. 2009.KarakterisasiKangkung varietas sutera berdasarkan panduan


pengujian individual. Buletin Plasma Nutfah, 15(2): 49- 50
Suroso. B, Antoni, N.E.R. 2013. Respon pertumbuhan tanaman kangkung darat
(Ipomea reptans poir) terhadap pupuk bioboost dan pupuk ZA.Fakultas
Pertanian Universitas Muhamadiyah Jember : Jember.

Anda mungkin juga menyukai