Anda di halaman 1dari 17

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Gulma adalah tumbuh-tumbuhan (tidak temasuk jamur) yang tumbuh pada

tempat yang tidak diinginkan sehingga menimbulkan kerugian bagi tujuan

manusia. Tumbuhan yang lebih lazim sebagai gulma biasanya pertumbuhannya

cepat, mempunyai daya bersaing yang kuat dalam perebutan unsur hara dan

nutrisi, mempunyai tolereansi yang besar terhadap suasana lingkungan yang

ekstrim, mempunyai daya perkembangbiakan yang besar baik secara vegetatif,

generatif maupun hermaprodit, alat perkembangbiakannya itu mudah tersebar

melalui angin, air maupun binatang serta bijinya mempunyai sifat dormansi yang

memungkinkan bertahan hidup pada kondisi yang kurang menguntungkan

(Nasution, 2004).

Gulma atau tumbuhan pengganggu berpengaruh negatif terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman sehingga segala cara diupayakan untuk

mengendalikannya. Pengaruh gulma sangat terlihat pada tanaman yang masih

muda. Pada periode kritis ini, upaya pengendalian gulma harus dilakukan lebih

intensif dengan memperhatikan faktor ambang ekonomis. Pengendalian gulma

terutama bertujuan untuk menekan pertumbuhan gulma sampai batas toleransi

merugikan secara ekonomis ( Faisal, 2003)

Jenis-jenis kompetisi dikenal dengan 2 istilah yakni: Intra specific

competition ialah persaingan antar-species sama dalam lahan yang sama. Inter

spsecific competition ialah persaingan antar-species berbeda dalam lahan yang

sama. Gulma dan pertanaman yang diusahakan manusia adalah sama-sama

tumbuhan yang mempunyai kebutuhan yang serupa untuk pertumbuhan


2

normalnya. Kedua tumbuhan ini sama-sama membutuhkan cahaya, air, hara gas

CO2 dan gas lainnya, ruang, dan lain sebagainya (Andri, 2009).

Seed bank memegang peran penting dalam regenerasi tegakan di hutan

alam. Generasi berikut yang akan muncul sangat ditentukan oleh kompatibilitas

biji-biji tegakan dalam seed bank untuk dapat tumbuh dan berkembang. Berkaitan

dengan masalah-masalah tersebut maka studi mengenai komposisi biji viable

dalam seed bank menjadi sangat penting dalam menjaga kelestarian fungsi

kawasan konservasi (Utomo, 2013)

Gulma adalah suatu tumbuhan lain yang tumbuh pada lahan tanaman

budidaya, tumbuhan yang tumbuh disekitar tanaman pokok (tanaman yang

sengaja ditanam) atau semua tumbuhan yang tumbuh pada tempat (area) yang

tidak diinginkan oleh sipenanam sehingga kehadirannya dapat merugikan tanaman

lain yang ada di dekat atau disekitar tanaman pokok tersebut. Pendapat para ahli

gulma yang lain ada yang mengatakan bahwa gulma disebut juga sebagai

tumbuhan pengganggu atau tumbuhan yang belum diketahui manfaatnya, tidak

diinginkan dan menimbulkan kerugian (Badan penyuluhan, 2015).

Gulma berkembang biak secara vegetatif dan generatif. Secara umum,

gulma semusim berkembang biak melalui biji. Biasanya produksi biji sangat

banyak, bahkan dapat menghasilkan lebih dari 40.000 biji dalam satu musim. Sifat

penting dari gulma yaitu dapat bertahan terhadap lingkungan yang tidak

menguntungkan dengan membentuk biji-biji dorman dan kemudian dapat aktif

kembali bila keadaan lingkungan memungkinkan (Sukman, 2009).

Eleusine indica L. merupakan gulma daun sempit serta termasuk gulma

tahunan yang memiliki alat perkembangbiakan berupa biji, anakan maupun


3

stolon. Penyiangan secara mekanik memungkinkan alat perkembangbiakan

vegetatif seperti stolon masih banyak yang tertinggal di dalam tanah sehingga

dapat tumbuh kembali. Gulma ini termasuk dalam golongan gulma yang

kompetitif yang ditunjukkan dengan kanopi yang luas (Rukmana 2007).

Dalam suatu ekosistem, komunitas gulma tersusun atas spesies gulma

yang bermacam-macam, menurut cara hidupnya, daur hidupnya dan

morfologinya. Apabila dalam suatu komunitas terdiri dari satu kelompok species

yang memiliki sifat yang sama maka pengendalian akan mudah dilakukan secara

tepat. Tujuan analisis vegetasi secara umum adalah mengetahui susunan dan

dominasi gulma dan mengetahui suksesi gulma yang dilakukan waktu kewaktu,

karena susunan vegetasi berubah sesuai dengan lingkungan (Lena, 2014).

Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis

gulma yang tumbuh dari seed bank pada lahan jagung dan mengidentifikasi gulma

tersebut.

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat

mengikuti praktikal tes Laboratorium Ilmu Gulma di Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan.Dan juga Sebagai sumber informasi bagi

pihak-pihak yang membutuhkan.


4

TINJAUAN PUSTAKA

Seed bank (biji dalam tanah) biasanya berasal dari biji-biji yang jatuh dari

tumbuhan induknya pada waktu atau tahun-tahun sebelumnya, jika ada dari luar

areal hanya sedikit. Pola tanam, sistem budidaya dan pengendalian gulma pada

beberapa tahun sebelumnya menentukan spesies gulma mana yang berbunga dan

memberikan kontribusi terhadap cadangan biji (seed bank) gulma dalam tanah

(Runita, 2014).

Seed bank adalah propagul dorman dari gulma yang berada di dalam tanah

yaitu berupa biji, stolon dan rimpang, yang akan berkembang menjadi individu

gulma jika kondisi lingkungan mendukung. Seed bank umumnya paling banyak

berada di permukaan tanah, tetapi adanya retakan tanah dapat menyebabkan

perubahan ukuran seed bank (seed bank size) menurut kedalaman tanah. Pada

tanah tanpa gangguan,) seed bank berada pada kedalaman 2-5 cm dari permukaan

tanah, tetapi pada tanah pertanian, seed bank berada 12-16 cm dari permukaan

tanah. Pengetahuan seed bank membantu perusahaan dalam memutuskan metode

pengendalian, perencanaan tenaga kerja, pemilihan bahan dan alat secara efektif.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi serangan gulma berdasarkan

ukuran seed bank pada berbagai tahun pangkas sebagai masukan dalam

perencanaan pengendalian (Fauzi, 2009).

Biji spesies gulma setahun (annual weed spesies) dapat bertahan dalam

tanah selama bertahun-tahun sebagai cadangan benih hidup atau viable seeds.

Gulma setahun adalah gulma yang menyelesaikan siklus hidupnya dalam waktu

kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun (mulai dari berkecambah

sampai memproduksi biji dan kemudian mati). Karena kebanyakan umurnya


5

hanya seumur tanaman semusim, maka gulma tersebut sering disebut sebagai

gulma semusim. Walaupun sebenarnya mudah dikendalikan, tetapi kenyataannya

kita sering mengalami kesulitan, karena gulma tersebut mempunyai beberapa

kelebihan yaitu umurnya pendek, menghasilkan biji dalam jumlah yang banyak

dan masa dormansi biji yang panjang sehingga dapat lebih bertahan hidupnya

(Roi, 2013).

Faktor yang paling penting dalam suatu populasi gulma di suatu daerah

pertanian atau habitat-habitat lainnya adalah biji-biji gulma yang berada dalam

tanah yang dihasilkan oleh gulma yang tumbuh sebelumnya. Pada kebanyakan

lahan pertanian terdapat biji-biji gulma yang sewaktu-waktu dapat berkecambah

dan tumbuh bila keadaan lingkungan menguntungkan. Banyaknya biji-biji gulma

dalam tanah (seed bank) merupakan gabungan dari biji-biji yang dihasilkan oleh

gulma sebelumnya dan biji-biji yang masuk dari luar dikurangi dengan biji yang

mati dan berkecambah serta biji yang terbawa ke luar. Biji-biji yang berasal dari

luar daerah sumbangannya tidak berarti dalam menentukan ukuran seed bank,

dibandingkan dengan biji-biji yang dihasilkan oleh gulma sebelumnya

(Aldo, 2014).

Gulma mampu berkembang biak secara vegetatif maupun generatif dengan

biji yang dihasilkan. Pembiakan melalui biji banyak dilakukan oleh gulma

semusim dan beberapa gulma dua tahunan, pada kondisi yang tidak

menguntungkan biji yang mengalami dormansi yang merupakan sifat penting

untuk mempertahankan dan melestarikan hidup gulma. Biji dorman dapat

berkecambah apabila faktor pertumbuhan seperti air, gas, temperatur dan cahaya

terpenuhi (Priska, 2015).


6

Biji gulma dapat tersimpan dan bertahan hidup selama puluhan tahun

dalam kondisi dorman, dan akan berkecambah ketika kondisi lingkungan

mematahkan dormansi itu. Terangkatnya biji gulma ke lapisan atas permukaan

tanah dan tersedianya kelembaban yang sesuai untuk perkecambahan mendorong

gulma untuk tumbuh dan berkembang (Fadhly, 2008).

Pengetahuan tentang biji-biji gulma ternyata sangat bermanfaat untuk

mengkaji gulma apa yang akan dapat tumbuh. Biji-biji gulma yang potensial akan

tumbuh menjadi suatu populasi gulma bila keadaan mengizinkan. Bila keadaan

luar atau dalam menghambat perkecambahan, maka biji-biji itu akan mengalami

masa dorman. Dorman dapat disebabkan oleh faktor alami dan faktor luar. Faktor

alami yang menyebabkan dorman misalnya kulit biji yang sangat tebal sehingga

menyulitkan lewatnya oksigen ataupun kelembaban yang dibutuhkan untuk

berkecambah. Sedangkan faktor luar misalnya keadaan suhu ataupun kelembaban

yang belum tersedia dan sesuai (Ssoejono, 2009).

Gulma perennial hidup lebih dari dua tahun dan mungkin dalam

kenyataannya hampir tidak terbatas. Beberapa jenis gulma ini mungkin secara

alami berkembang biak dengan biji, tetapi dapat sangat reproduktif dengan

potongan batang, umbi, rhizoma, stolon dan daun. Sebagian besar sangat sulit

dikendalikan terutama yang mampu berkembang biak secara vegetatif maupun

generatif. Banyk biji dari gulma ini yang mampu dorman beberapa tahun dan

tetap viabel. Gulma perennial yang sangat populer dan penting adalah

Imperata cylindrca, Mikonia chordata, dan Cyperus rotundus (Pamungkas, 2012).

Kehadiran gulma pada pertanaman jagung berkaitan dengan deposit biji

gulma dalam tanah. Biji gulma dapat tersimpan dan bertahan hidup selama
7

puluhan tahun dalam kondisi dorman, dan akan berkecambah ketika kondisi

lingkungan mematahkan dormansi itu. Terangkatnya biji gulma ke lapisan atas

permukaan tanah dan tersedianya kelembaban yang sesuai untuk perkecambahan

mendorong gulma untuk tumbuh dan berkembang (Candarini, 2008).

Dalam usaha mengendalikan gulma dengan menggunakan herbisida pre-

emergence sangat penting untuk mengetahui biji-biji gulma yang terdapat dalam

tanah. Salah satu cara untuk mengetahui biji-biji apa yang ada pada suatu areal

pertanian adalah dengan menggunakan metoda seed bank yaitu dengan

mengambil sampel tanah pada kedalaman tanah tertentu dan kemudian menanam

pada media yang steril (Laura, 2009).

Pengolahan tanah dapat mematikan biji -biji gulma atau juga memacu

perkecambahan biji. Kedalaman pembenaman biji gulma di dalam tanah akibat

pengolahan tanah berpengaruh terhadap daya perkecambahan yang berbeda-beda.

Benih gulma yang terkubur di dalam tanah sedalam 0, 3, 8, 15 dan 23 cm

memberikan perkecambahan masing-masing 30, 62, 66, 52 dan 35%. Dengan

mempertahankan benih gulma berada di permukaan tanah menyebabkan

perkecambahan atau berkecambah gulma lebih seragam, sehingga mempermudah

pengendaliannya dengan herbisida. Selain itu, benih gulma yang berada di

permukaan tanah akan mudah di rusak oleh serangga, predator dan penyakit yang

disebabkan organisme tanah (Pane, 2006).

Biji gulma dapat tersimpan dan bertahan hidup selama puluhan tahun

dalam kondisi dorman, dan akan berkecambah ketika kondisi lingkungan

mematahkan dormansi itu. Terangkatnya biji gulma ke lapisan atas permukaan


8

tanah dan tersedianya kelembaban yang sesuai untuk perkecambahan mendorong

gulma untuk tumbuh dan berkembang (Nidya, 2004).


9

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Percobaan

Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Ilmu Gulma Program Studi

Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara, Medan dengan

ketinggian ± 25 meter di atas permukaan laut. Pada tanggal 19 Oktober 2016

sampai dengan selesai.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah tanah yang

diambil dari lahan jagung dan ubi sebagai objek pengamatan, pasir sebagai

campuran sampel tanah, dan air untuk menyiram tanah seed bank.

Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah polibag sebagai

wadah media tanam, goni atau karung untuk tempat tanah seed bank, besi bor,

sebagai alat untuk mengambil tanah seed bank, kamera untuk memotret, alat tulis

dan buku data untuk menulis data dan tipex untuk menandai ember.

Metode Percobaan

Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)

Faktor : Kedalaman Tanah (K) yang terdiri atas 3 taraf, yaitu :

K1 = 0 – 5 cm

K2 = 6 – 10 cm

K3 = 11 – 15 cm

K1 K1 K1

K2 K2 K2

K3 K3 K3

Jumlah ulangan : 3 ulangan.


10

PELAKSANAAN PERCOBAAN

Persiapan

Dilakukan pembagian kelompok dengan komoditi lahan yang berbeda-

beda. Disiapkan peralatan yang diperlukan untuk pengambilan sampel tanah, yaitu

pipa paralon, plastik, meteran, dan kamera.

Pengambilan Sampel Tanah

Sampel tanah diambil di lahan yg mempunyai 2 komoditi berbeda yang

sudah ditentukan pada 6 titik dengan menancapkan besi bor tanah ke dalam tanah

dengan kedalaman 0 – 5 cm, 6 – 10 cm cm, dan 11 – 15 cm. Diambil foto

pengambilan sampel tanah dan lahan yang diambil sampel tanahnya. Kemudian

dimasukkan ke dalam plastik dan ditandai sesuai dengan kedalaman masing-

masing.

Pengolahan Sampel Tanah

Dimasukkan sampel tanah yang diambil ke dalam polibag sesuai dengan

perlakuan masing-masing dengan 3 ulangan sehingga diperlukan 9 pot dan

dicampur dengan pasir steril sesuai dengan keadaan tanah agar tanah lebih porous.

Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukan dengan menyiram sampel tanah di dalam pot

apabila tidak turun hujan agar gulma dapat tumbuh.

Pengamatan dan Identifikasi Gulma

Pengamatan dan identifikasi gulma yang tumbuh dilakukan pada 1 MST

dan minggu2 berikutnya. Diidentifikasi gulma apa saja yang tumbuh dan berapa

jumlahnya pada tiap pot. Kemudian dicabut gulma yang sudah diidentifikasi.
11

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kedalaman 0-5 cm

Ulangan Jenis Gulma Jumlah


U1 Alang-alang (Imperata cylindrica L.) 2

Ciplukan (Physalis peruviana)


U2 1
Meniran (Phylantus niruri)
2
Rumput teki (Cyperus rotundus L.)
2
Rumput teki (Cyperus rotundus L.)
U3 1
Meniran (Phylantus niruri)
1
Alang-alang (Imperata cylindrica L.)
1

Kedalaman 5-10 cm

Ulangan Jenis Gulma Jumlah


Meniran (Phylantus niruri) 1
U1
Rumput teki (Cyperus rotundus L.) 3
Alang-alang (Imperata cylindrica L.) 1

U2 Alang-alang (Imperata cylindrica L.) 1

Rumput teki (Cyperus rotundus L.) 1


U3
Alang-alang (Imperata cylindrica L.) 1

Kedalaman 10-15 cm

Ulangan Jenis Gulma Jumlah


Meniran (Phylantus niruri) 1
U1
Putri malu (Mimosa pudica L.) 2

U2 Rumput teki (Cyperus rotundus L.) 1


12

Rumput teki (Cyperus rotundus L.) 1


U3

Kedalaman 15-20 cm

Ulangan Jenis Gulma Jumlah


U1 - -
U2 Alang-alang (Imperata cylindrica L.) 1

U3 - -

Pembahasan

Dari hasil percobaan tersebut, diketahui bahwa gulma yang paling banyak

tumbuh terdapat pada perlakuan 0-5 cm, hal ini dikarenakan seed bank pada

kedalaman tersebut berasal dari permukaan tanah dimana terdapat paling banyak

biji gulma. Jumlah biji dalam seed bank tersebut bisa dipengaruhi oleh gulma

yang tumbuh didaerah tersebut apakah produksinya banyak, apakah karena

adanya pola tanam dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan literatur yang

menyatakan bahwa jenis biji yang lebih banyak tumbuh yaitu pada kedalaman 0-5

cm dibandingkan pada kedalaman 5-10 cm dan 10-15 cm. Lapisan tanah bagian

atas paling banyak ditumbuhi oleh berbagai jenis tumbuhan.

Dari hasil percobaan tersebut, diperoleh bahwa jumlah gulma yang

tumbuh pada kedalaman 5-10 cm tidak jauh berbeda dengan kedalaman 0-5 cm.

Hal ini dikarenakan lahan dimana seed bank ini diambil adalah lahan yang diolah

sehingga ketika dilakukan pengolahan tanah biji gulma yang berada di permukaan

tanah dapat masuk ke kedalaman hingga 30 cm. Hal ini sesuai dengan literatur
13

yang menyatakan bahwa pengolahan tanah dapat mematikan biji -biji gulma atau

juga memacu perkecambahan biji. Kedalaman pembenaman biji gulma di dalam

tanah akibat pengolahan tanah berpengaruh terhadap daya perkecambahan yang

berbeda-beda.

Dari hasil percobaan tersebut, diketahui bahwa gulma yang paling sedikit

tumbuh terdapat pada perlakuan kedalaman 15-20 cm, hal ini dikarenakan

semakin dalam biji-biji gulma di dalam tanah maka akan semakin sedikit jumlah

nya, dan semakin sulit biji tersebut untuk tumbuh karena dalam keadaan dorman.

Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa Biji-biji gulma yang

potensial akan tumbuh menjadi suatu populasi gulma bila keadaan mengizinkan.

Bila keadaan luar atau dalam menghambat perkecambahan, maka biji-biji itu akan

mengalami masa dorman.

Dari hasil percobaan, diketahui bahwa gulma dapat tumbuh dengan baik

dan sangat bervariasi jumlah dan jenisnya bila keadaannya menguntungkan dan

sesuai bagi pertumbuhan gulma tersebut. Hal ini terjadi karena gulma ini tidak

bisa tumbuh karena adanya faktor-faktor yang membuat biji gulma tersebut tidak

berkecambah sehingga populasinya sedikit. Hal ini sesuai dengan literatur yang

menyatakan bahwa Biji-biji gulma yang potensial akan tumbuh menjadi suatu

populasi gulma bila keadaan mengizinkan. Dorman dapat disebabkan oleh faktor

alami dan faktor luar.

Dari hasil percobaan, diketahui bahwa perlunya diketahui seed bank

adalah agar kita dapat mengetahui jeni-jenis gulma apa saja yang tumbuh dan

yang mendominasi daerah tersebut sehingga bisa memudahkan dalam

pengendaliannya. Hal ini sesuai dengan literatur Fadhly dan Tabri (2008) yang
14

menyatakan bahwa Pengetahuan seed bank membantu perusahaan dalam

memutuskan metode pengendalian, perencanaan tenaga kerja, pemilihan bahan

dan alat secara efektif.


15

KESIMPULAN

1. Gulma yang paling banyak tumbuh terdapat pada perlakuan kedalaman

0-5 cm.

2. Jumlah gulma yang tumbuh pada kedalaman 5-10 cm tidak jauh

berbeda dengan kedalaman 0-5 cm.

3. Gulma yang paling sedikit tumbuh terdapat pada perlakuan kedalaman

15-20 cm.

4. Gulma dapat tumbuh dengan baik dan sangat bervariasi jumlah dan

jenisnya bila keadaannya menguntungkan dan sesuai bagi

pertumbuhan gulma tersebut.

5. Seed bank perlu diketahui agar dapat mengetahui jenis-jenis gulma apa

saja yang tumbuh dan mendominasi daerah tersebut sehingga bisa

memudahkan dalam pengendaliannya.

DAFTAR PUSTAKA
16

Andri. 2009. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tiga Kultiva Kacang Hijau
(Vigna radiata L.) Terhadap kompetisi dengan Gulma pada Dua Jenis
Tanah. Jurnal Agrijati 6(1). Fakultas Pertanian. Unswagati. Cirebon.

Candarini, I. 2008. Skripsi: Studi Potensi Pemanfaatan Soil Seed Bank dalam
Upaya Mempercepat Proses Suksesi di Lahan Pasca Tambang Nikel PT
Inco Tbk, Sorowako, Sulawesi Selatan. IPB, Bogor.

Aldo, F, 2014. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Bumi Aksara, Jakarta.

Nasution, 2004. Mempertahankan dan Meningkatkan Produktivitas Lahan Kering


dan Produksi Jagung dengan Sistem Penyiapan Lahan Konservasi. Balai
Penelitian Tanaman Serealia, Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009.

Fadhly, A. F. dan F. Tabri. 2008. Pengendalian Gulma pada Pertanaman Jagung.


Balai Penelitian Tanaman Serealis, Maros.

Badan penyuluhan dan pengembangan SDM pertanian, 2015. pelatihan teknis


budidaya padi bagi penyuluh pertanian dan babinsa. pusat pelatihan
pertanian.

Utomo, G.P, 2013. kompetisi gulma dengan tanaman budidaya dalam sistem
pertanaman multiple cropping. Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Purwokerto

Sukman, L. 2009. Kemampuan Kompetisi Beberapa Varietas Kedelai (Glycine


max) Terhadap Gulma Alang-Alang (Imperata cylindrica) Dan Cyperus
rotundus (Cyperus rotundus). Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah 7(2).
Jakarta.

Faisal. R, dkk, 2003, inventarisasi gulma pada tegakan tanaman muda eucalyptus
spp. (weed inventory on stand of young eucalyptus spp.). Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Medan

Fauzi, M. T. dan Murdan.2009. Peranan Jamur Patogen Sekunder dalam


Meningkatkan Kemampuan Biokontrol Jamur Karat (Puccinia sp.) pada
Gulma Teki (Cyperus rotundus). Crop Agro 2 (2) : 152-157.

Lena, R, 2014. Penanggulangan Gulma Secara Terpadu. PT. Bina Aksara, Jakarta.

Runita, P. 2014. Ilmu Gulma dalam Sistem Pertanian. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.

Roi, F, 2013. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma. Raja Grafindo


Persada, Jakarta.
17

Priska, U. 2015. Gulma dan Pengendaliannya di Perkebunan Karet Sumatera


Utara dan Aceh. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Tanjung
Morawa.

Pane, H. dan S. Y. Jatmiko. 2006. Pengendalian Gulma pada Tanaman Padi. Balai
Besar Penelitian Tanaman Padi.

Laura, E., S. Zaman, dan I. D. Puspitasari. 2009. Simpanan Biji Gulma dalam
Tanah di Perkebunan Teh pada Berbagai Tahun Pangkas. J. Agron
Indonesia 37(1) : 45-54.

Nidya, O. 2004. Ekologi Gulma. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Pamungkas, A. 2012. Jenis Gulma dan cara pengendalianya. Politeknik Negeri


Lampung.

Rukmana. R. 2007. Kompetisi Tanaman Dengan Gulma. Laboratorium


Manajemen dan Produksi Tanaman. Jurusan Budidaya Pertanian Faperta
UGM. Yogyakarta.

Soejono. G, 2009. Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metoda Pengendalian


Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.)
Varietas DK3. Departemen Budi Daya Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara Medan.

Anda mungkin juga menyukai