Bab 2
Bab 2
id
BAB 2
Prosedur analisis nonlinier statik atau yang dikenal dengan nama pushover
analysis digunakan untuk memprediksi respon struktur akibat beban dinamik
gempa. Analaisa dilakukan dengan memberikan beban lateral static pada struktur
dan akan ditingkatkan dengan factor pengali pada setiap tahap sampai satu target
perpindahan lateral pada titik acuan tertentu. Biasanya titik tersebut berada pada
pusat massa. Luaran analisis pushover adalah kurva kapasitas yang selanjutnya
menentukan kerapuhan (fragility) struktur pada berbagai intensitas gerakan tanah.
Penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran prosedur yang dibutuhkan
untuk memperoleh kurva kerapuhan (fragility) pada variasi jenis kerusakan
bersadarkan hasil dari pushover. Solusi dalam menentukan nilai batas kerusakan
pada penelitian ini yaitu penentuan nilai tengah pada spektra perpindahan.
5
library.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id
Analisis pushover menghasilkan output berupa hubungan antara nilai gaya geser
dasar (base shear) dengan perpindahan struktur suatu titik referensi pada struktur,
misalnya atap struktur. Relasi tersebut akan digambarkan dalam bentuk kurva
kapasitas (capacity curve) yang merupakan gambaran perilaku struktur dalam
bentuk perpindahan lateral terhadap beban (demand) yang diberikan. Kurva
kapasitas yang diperoleh dari analisis ini diubah menjadi kurva kapasitas dalam
format ADRS (Acceleration Displacement Response Spectrum) untuk
mendapatkan nilai spectra median displacement. Sedangkan untuk probabilitas
terlampauinya kondisi kerusakan struktural tertentu dapat diketahui dengan
menggambarkan kurva fragility.
Berdasarkan SNI 1726:2012 pasal 14, Gambar 2.1 dan Gambar 2.2 menunjukkan
peta resiko-tertarget gempa maksimum yang dipertimbangkan (Maximum
Considered Earthquake, MCE) dengan parameter-parameter gerak tanah SS dan
S1. SS adalah parameter nilai respons spektra percepatan gempa MCER terpetakan
pada periode 0,2 detik (pendek). Sedangkan S1 adalah parameter nilai respons
spektra percepatan gempa MCER terpetakan pada periode 1 detik dengan
memperhitungkan kemungkinan 2% terlampaui dalam 50 tahun (gempa 2500
tahun).
SMS = Fa SS……………………………………….………….................(2.1)
SM1 = Fv S1……………………………………..………...
…………….(2.2)
dengan :
Fa = faktor amplifikasi getaran terkait percepatan pada getaran periode 0,2 detik,
Fv = faktor amplifikasi getaran terkait percepatan pada getaran periode 1 detik,
SS = parameter nilai respons spektra percepatan gempa MCER terpetakan pada
periode 0,2 detik,
S1 = parameter nilai respons spektra percepatan gempa MCER terpetakan pada
periode 1 detik.
library.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id
Koefisien situs Fa dan Fv berdasarkan SNI 1726:2012 pasal 6.2 dapat dilihat dalam
Tabel 2.1 dan Tabel 2.2
SS≤ 0,25 SS= 0,5 SS= 0,75 SS= 1,0 SS≥ 1,25
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
SC 1,2 1,2 1,1 1,0 1,0
SD 1,6 1,4 1,2 1,1 1,0
SE 2,5 1,7 1,2 0,9 0,9
SF ssb
Sumber : SNI 1726:2012
Catatan :
(a) Untuk nilai-nilai antara SS dan S1 dapat dilakukan interpolasi linier.
(b) SS = Situs yang memerlukan investigasi spesifik.
Parameter percepatan spektral desain untuk periode pendek, SDS dan pada perioda
1 detik, SDM ditentukan dengan persamaan berikut :
SDS = SMS……………………………………………......................................
(2.3)
library.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id
SD1 =
SM1…………………………………………………...............................(2.4)
Sumber : SNI 1726:2012
dengan :
SMS = parameter spektrum respons percepatan pada periode 0,2 detik,
SM1 = parameter spektrum respons percepatan pada periode 1 detik.
…………………………………..............................(2.5)
2. Untuk periode lebih besar atau sama dengan T0 dan lebih kecil dari atau sama
dengan Ts, maka nilai Sa sama dengan SDS.
Sa = SDS …………………………………………………..............................(2.6)
3. Untuk periode lebih besar dari Ts, nilai Sa, diambil berdasarkan persamaan :
Sa =-
…………………………………………………................................(2.7)
T0 = 0,2
…………………………………………………...........................(2.8)
Ts =
………………………………………………….................................(
2.9)
dengan :
Ct = koefisien yang sesuai pada Tabel 2.3
Hn = tinggi puncak bagian utama struktur (m)
x = koefisien yang sesuai pada Tabel 2.3
Tabel 2. 3 Nilai Parameter Periode Fundamental Pendekatan Ct dan x
Tipe Struktur Ct x
library.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id
Nilai koefisien respons seismik (Cs) dihitung dengan ketentuan yang sudah diatur
dalam pasal 7.8.1.1 SNI 1726 : 2012 seperti persamaan berikut :
CS = ………………………………………………………………(2.12)
library.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id
Nilai CS yang dihitung sesuai Persamaan 2.12 tidak perlu melebihi nilai CS maks
persamaan berikut :
CS = ……………………………………………………………..(2.13)
CS = 0,044 SDS Ie ≥
0,01…………………...............................................(2.14)
dengan :
∑
…………………………………….............................(2.16)
dimana :
Cv = faktor distribusi vertikal
V = gaya geser dasar seismik
Wx = berat seismik efektif total struktur sampai tingkat x
Hx = tinggi dari taraf penjepitan lateral sampai tingkat x
k = eksponen yang terkait dengan periode struktur
library.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id
k = 1 jika T 0,5
k = 2 jika T 2,5
k diinterpolasi jika 0,5 T 2,5
b. Pemilihan pola beban lateral yang digunakan dalam analisis adalah sangat
penting.
c. Untuk membuat model analisis nonlinier akan lebih rumit dibanding model
analisis linier. Analisis nonlinier harus memperhitungkan karakteristik inelastik
beban-deformasi dari elemen-elemen yang penting dan efek P∆.
Hasil dari analisis pushover nonlinier adalah kurva kapasitas yang menunjukkan
hubungan antara gaya geser dasar (Base Shear) dan simpangan atap (Roof
Displacement) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.3.
Menurut Henuk (2012), kurva kapasitas akan memperlihatkan suatu kondisi linier
sebelum mencapai kondisi leleh dan selanjutnya berperilaku nonlinier. Perubahan
perilaku struktur dari linier menjadi nonlinier terjadi karena penurunan kekakuan
library.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id
(a) (b)
Gambar 2.3 Ilustrasi (a) metode pushover dan (b) kurva kapasitas
Pada Hazus-MH 2.1 dijelaskan cara mengkonversi capacity curve dari hasil
pushover menjadi capacity spectrum sesuai dengan metode ATC-40 seperti
persamaan berikut :
Sa = ………………………………………….............................(2.17)
Sd = ……………………………………………….......................(2.18)
∑ ⁄
PF1= [ ]…………………………………………......................(2.19)
∑ ⁄
∑ ⁄
[ ]
α1= …………………………................................(2.20)
∑ ⁄ [∑ ⁄ ]
[ ]
dimana :
Sa = Spectral acceleration,
Sd = Spectral displacement,
PF1 = modal participation untuk modal pertama,
α1 = modal mass coefficient untuk modal pertama,
i1 = amplitude of first untuk level I,
V = gaya geser dasar,
library.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id
Metode HAZUS (Hazards United States) merupakan salah satu metode untuk
membuat kurva kerapuhan pada setiap jenis kerusakan struktur yang dapat
digunakan sebagai estimasi kerusakan pada struktur akibat gempa. Prosedur untuk
mengestimasi kerusakan akibat gempa dengan menggunakan Hazus-MH MR5
secara skematis diilustrasikan pada Gambar 2.5 berikut ini :
library.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id
Tabel 2. 5 Kriteria roof drift ratio dari SRPM untuk menentukan level kinerja
Level Kinerja
IO LS SS
0% < drift <0.7% 0.7% < drift < 2.5% 2.5% < drift < 5%
Sumber : FEMA 356/440
∑ ⁄
α2 = = ………………………………........................(2.21)
∑ ⁄
dan
dengan :
/g = berat struktur pada level x,
= amplitudo dari mode pushover pada level x,
δR, ds = rasio simpangan dari kondisi kerusakan, dapat dilihat pada Tabel 2.5,
α2 = faktor modal pushover,
HR = tinggi bangunan pada tingkat atap,
linier dari sistem SDOF ekivalen. Jika di-plot-kan pada spectrum respons elastis
akan menunjukkan percepatan gerakan tanah pada saat gempa yaitu akselerasi
puncak, Sa, versus waktu getar, T. Redaman yang digunakan selalu 5% yang
mewakili level yang diharapkan terjadi pada struktur yang mempunyai respons
pada daerah elastis. Puncak perpindahan spektra elastis, Sd , berhubungan
langsung dengan akselerasi spektra , Sa , dengan hubungan berikut:
Sd =
………………………………………….................................(2.23)
Selanjutnya target perpindahan pada titik kontrol δT, ditentukan dari rumus
berikut:
δT = C0C1C2C3Sa
* + g……………………………………......................(2.24)
dimana:
Te = waktu getar alami efektif yang memperhitungkan kondisi inelastis
C0 = koefisien faktor bentuk , untuk merubah perpindahan spektral menjadi
perpindahan atap, umumnya memakai faktor partisipasi ragam yang
pertama (first mode participation factor) atau berdasarkan Tabel 3-2
dari FEMA 356.
C1 = faktor modifikasi yang menghubungkan perpindahan inelastik
maksimum dengan perpindahan yang dihitung dari respon elastik
linier.
= 1.0 untuk Te > Ts
= [1 + (R-1)Ts/Te] R untuk Te < Ts
Ts = waktu getar karakteristik yang diperoleh dari kurva respons spektrum
pada titik dimana terdapat transisi bagian akselerasi konstan ke bagian
kecepatan konstan
R = rasio “kuat elastik perlu” terhadap “koefisien kuat leleh terhitung”.
library.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id
R= Cm
C3 = 1.0 +
(̅̅̅̅ ) …………………………......................(2.25)
dengan :
= fungsi kumulatif probabilitas
= standar deviasi untuk ketidaktentuan total dari tiap kondisi kerusakan,
= percepatan spektra,
library.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id
= √[ [ ] ] [ ] ……………..............................(2.26)
=√ …………………………………......................(2.27)
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Lantai 4
Lantai 3
Lantai 2
Lantai 1
27
library.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id
Lantai 4
Lantai 3
Lantai 2
Lantai 1
Gambar 3. 5 Portal As A – G
b. Element Connectivity
Pemodelan elemen seperti balok dan kolom perlu diperhatikan. Dimana titik
nodes yang menghubungkan elemen harus di definisikan secara detail agar
dapat membentuk suatu elemen yang berhubungan.
c. Element Types
Pada Perform 3D, tipe elemen dapat dibedakan menjadi beberapa yaitu :
General
Simple Bar Elemen
Beam Elemen
library.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id
Column Elemen
Brace/Other Frame Element
Shear wall element
General Wall Element
Infill Panel Element
Connection Zone Panel Element
BRB Elemeents
Viscous Bar Elementrs
Seismic Isolator Elements
Slab/Shell Elements
Support Spring Elements
Deformation Gage Elements
d. Support
Kondisi batas model didefinisikan dalam modul Restraint, dimana semua
node struktural yang tersedia diseleksi untuk menahan terhadap deformasi di
salah satu dari enam derajat kebebasan.
digunakan dalam penentuan limit state atau batasan permulaan kondisi kerusakan
struktur.
3.3.3 Penentuan Nilai Batas (Limit State)
Spektrum kapasitas hasil konversi dari kurva kapasitas kemudian dianalisis untuk
menghasilkan kurva kerapuhan pada struktur. Dari kurva fragilitas tersebut dapat
digunakan untuk menganalisis resiko kemungkinan kerusakan struktur pada
tingkat kerusakan tertentu. Penentuan limit state dilakukan berdasarkan metode
ATC-40 yaitu Occupancy (IO), Life Safety (LS), dan Structural Stability (SS).
Mulai
Studi Literatur
Pemodelan 3D Struktur
Run Program
(Pushover Analysis)
A
library.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id
Selesai