Glaukoma merupakan kelompok penyakit yang biasanya memilik satu
gambaran berupa kerusakan nervus optikus yang bersifat progresif yang disebabkan karena peningkatan tekanan intraokuler. Sebagai akibatnya akan terjadi gangguan lapang pandang dan kebutaan. Glaukoma kongenital jarang ditemukan. Glaukoma kongenital primer ditandai oleh trias klinis epifora, blepharospasme, dan fotofobia, tetapi gejala ini sering terlewatkan. Misalnya, epifora mungkin keliru untuk obstruksi saluran nasolacrimal kongenital. Pasien biasanya datang karena kornea yang keruh dan pembesaran okular. Glaukoma pada anak bersifat heterogen. Glaukoma kongenital primer, dihitung kira-kira 50%-70% dari glaukoma kongenital. Beberapa pasien dengan glaukoma kongenital, infantil atau juvenil kemungkinan jga menderita Axenfeld, Rieger Syndrom, Aniridia, atau kekacauan multi sistemik genetik. Tujuan pengobatan adalah untuk mempertahankan tajam penglihatan. Peninggian tekanan bola mata yang menetap akan memberikan prognosis kearah rusaknya N.Optikus dan perubahan-perubahan permanen dari kornea yang akan mengganggu penglihatan. . Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-duanya.Katarak kongenital merupakan penyebab hampir 10 % kebutaan pada anak-anak diseluruh dunia. Frekuensi atau jumlah kejadian total katarak kongenital di seluruh dunia belum diketahui pasti. Di Indonesia sendiri belum terdapat data mengenai jumlah kejadian katarak kongenital, tetapi angka kejadian katarak kongenital pada negara berkembang adalah lebih tinggi yaitu sekitar 0,4 % dari angka kelahiran. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fisiologi Aqueous Humor
Tekanan intraokuler ditentukan oleh kecepatan pembentukan humor aqueous dan tahanan terhadap aliran keluarnya dari mata. Humor aqueous adalah suatu cairan jernih yang mengisi bilik mata depan dan belakang. Volumenya adalah sekitar 250 µL, dan kecepatan pembentukannya yang memiliki variasi diurnal, adalah 2,5µL/menit. Tekanan osmotik sedikit lebih tinggi daripada plasma. Komposisi humor aqueous serupa dengan plasma kecuali bahwacairan ini memiliki konsentrasi askorbat, piruvat, dan laktat yang lebih tinggi dan protein, urea, dan glukosa yang lebih rendah.1 Aqueous humor diproduksi oleh corpus ciliare. Ultra-filtrat plasma yang dihasilkan di stroma processus ciliares dimodifikasi oleh fungsi sawar dan procesus sekretorius epitel siliaris. Setelah masuk ke bilik mata depan, aqueous humor mengalir melalui pupil ke bilik mata depan, Aqueous humor mengalir melalui pupil ke bilik mata depan lalu ke anyaman trabekular di sudut bilik mata depan. Selama itu, terjadi pertujaran diferensial komponen-komponen aqueous dengan darah di iris. 1 Jalinan trabekula terdiri dari berkas-berkas jaringan kolagen dan elastic yang dibungkus oleh sel-sel trabekula yang membentuk suatu saringan dengan ukuran pori-pori semaking mengecil sewaktu mendekati kanalis schlemm.
Gambar 2.1 Drainase Aqueous Humor
Kontraksi otot ciliaris melalui insersinya kedalam jalinan trabekula
memperbesar ukuran pori-pori dijalinan tersebut sehingga kecepatan drainase humor aqueous juga meningkat. 1 Aliran humor aqueous kedalam kanalis schlemm bergantung pada pembentukan saluran-saluran transeluler siklik dilapisan endotel. Saluran efferens dari kanalis schlemm (sekitar 30 saluran pengumpul dan 12 vena aquous) menyalurkan cairan kedalam system vena. Sejumlah kecil humor aqueous keluar dari mata antara berkas otot siliaris ke ruang suprakoroid, dan ke dalam sistem vena corpus ciliare, koroid dan sklera (aliran uveo scleral). 1
2.2 Definisi Glaukoma
Glaukoma merupakan kelompok penyakit yang biasanya memilik satu gambaran berupa kerusakan nervus optikus yang bersifat progresif yang disebabkan karena peningkatan tekanan intraokuler. Sebagai akibatnya akan terjadi gangguan lapang pandang dan kebutaan. Glaukoma kongenital jarang ditemukan.1,2
2.3 Klasifikasi glaukoma kongenital
Glaukoma kongenitak ini terbagi menjadi1,2 (1) glaukoma kongenital primer, menunjukkan kelainan perkembangan yang terbatas pada sudut bilik mata depan (2) glaukoma yang berkaitan dengan kelainan perkembangan mata lain a. sindrom-sindrom pembelahan bilik mata depan sindrom axenfeld, sindrom reiger, sindrom peter b. aniridia (3) glaukoma yang berkaitan dengan kelainan perkembangan ekstraokular Sindrom sturge-weber, sindrom marfan, neurofibromatosis 1, sindrom lowe, rubela kongenital
Glaukoma kongenital terjadi karena saluran pembuangan tidak terbentuk
dengan baik atau bahkan tidak terbentuk sama sekali. Glaukoma kongenital primer terjadi akibat terhentinya perkembangan struktur sudut kamera anterior pada usia janin sekitar 7 bulan. Diduga penyebabnya karena mutasi dari CYP1B1 pada kromosom 2p21. Pada glaukoma kongenital primer iris mengalami hipoplasia dan berinsersi ke permukaan trabekula didepan taji sklera yang kurang berkembang, sehingga jalinan trabekula terhalang dan timbul gambaran suatu membran (membran Barkan) yang menutupi sudut. Banyak cairan (humor akuos) terus menerus diproduksi tetapi tidak bisa didrainase karena tidak berfungsinya saluran drainase secara tepat. Oleh karena itu, jumlah cairan di dalam mata meningkat dan meningkatkan tekanan intraokular. Serat optik mata dapat rusak akibat tekanan intraokular yang terlalu tinggi.1,2,3 Terapi pilihan ada goniotomi. Goniotomi sekali atau berulang menghasilkan kontrol permanen atas tekanan intraokular pada 85% kasus. Pada pasien yang datang lebih lambat, goniotomi kurang berhasil dan mungkin perlu dilakukan trabekulektomi. Prognosis penglihatan menjadi lebih buruk. 1,2,3 Sindrom-sindrom pembelahan bilik mata depan, kelompok penyakit ini jarang terjadi, mencerminkan suatu spektrum gangguan perkembangan segmen anterior yang mengenai sudut COA, iris, kornea dan kadang-kadang lensa. Biasanya terdapat sedikit hypoplasia stroma anterior iris, disertai adanya jembatan-jembatan filament terbentuk di perifer dan berhubungan dengan garis schwalbe yang mencolok dan tergeser secara aksial embriotokson posterior, penyakit yang timbul dikenal sebagai sindrom axenfeld. Hal ini mirip dengan trabekulodisgenesis pada glaukoma kongenital primer. Apabila perlekatan iridokorneanya lebih luas yang disertai oleh disrupsi iris, dengan polikoria serta anomaly tulang dan gigi, timbul apa yang disebut sindrom Rieger (suatu contoh disgenesis iridotrabekulo). Apabila perlekatannya antara iris sentral dan permukaan posterior sentral kornea, penyakit yang timbul disebut anomaly peter. Penyakit-penyakit ini biasanya diwariskan secara dominan, walaupun dilaporkan ada kasus-kasus sporadik. 1,2,3 Angka keberhasilan goniotomi jauh lebih rendah pada kasus-kasus ini, dan mungkin dianjurkan trabekulektomi. Banyak pasien memerlukan terapi glaukoma medis jangka panjang dan prognosis pasien untuk mempertahankan fungsi penglihatan yang baik meragukan. 1,2,3 Aniridia disebabkan oleh kelainan pada gen PAX6 pada kromosom 11. Gambaran khasnya adalah iris tidak berkembang (vestigial). Dapat ditemukan deformitas mata yang lain, misalnya katarak kongenital, distrofi kornea, dan hypoplasia fovea. Glaukoma pada aniridia dimungkinkan terjadi karena abnormalitas sistem drainase humour aquoeus pada sudut iridokornea sehingga terjadi obstruksi aliran humour aquoeus melalui kanalis schelmm’s. 1,2 Apabila terapi medis tidak efektif, goniotomi atau trabekulektomi kadang- kadang dapat menormalkan tekanan intraocular. Sering diperlukan tindakan operasi filtrasi, tetapi prognosis penglihatan jangka panjang buruk. 1,2
2.4 Epidemiologi glaukoma kongenital
Glaukoma pada anak bersifat heterogen. Glaukoma kongenital primer, dihitung kira-kira 50%-70% dari glaukoma kongenital, terjadi kurang daripada glaukoma dewasa primer dan jarang terjadi (1 dalam 10.000 kelahiran). Dari kasus glaukoma pediatric 60% didiagnosa pada umur 6 bulan dan 80% dalam tahun pertama kehidupan. Perkiraan 65% pasien adalah laki-laki dan terjadi bilateral dalam 70% kasus.3 Beberapa pasien dengan glaukoma kongenital, infantil atau juvenil kemungkinan jga menderita Axenfeld, Rieger Syndrom, Aniridia, atau kekacauan multi sistemik genetik. Semua pasien glaukoma anak dan pasien dewasa yang menderita glaukoma pada masa anak-anak harus dievaluasi oleh seorang ahli genetik untuk tujuan konseling.3
2.5 gambaran klinis glaukoma kongenital
Glaukoma kongenital primer ditandai oleh trias klinis epifora, blepharospasme, dan fotofobia, tetapi gejala ini sering terlewatkan. Misalnya, epifora mungkin keliru untuk obstruksi saluran nasolacrimal kongenital. Pasien biasanya datang karena kornea yang keruh dan pembesaran okular. Edema kornea disebabkan oleh peningkatan TIO dan bisa onset halus dan bertahap atau tiba-tiba. Edema kornea sering disertai dengan retakan lengkung di membran Descemet (Haab striae), yang tetap selama sisa hidup pasien.2,3 Pembesaran okular (buftalmos), sering terjadi pada glaukoma masa kanak- kanak, terjadi karena kolagen yang tidak matang dan tumbuh dari kornea dan sklera di mata muda masih merespon peningkatan TIO dengan peregangan. Semua bagian bola mata dapat meregang sebagai respons terhadap peningkatan TIO sampai usia 3 atau 4 tahun, dan miopia aksial terkait glaukoma dapat terlihat sampai awal usia remaja. Pada anak yang sehat, diameter kornea horizontal normal adalah 9,5 hingga 10,5 mm untuk bayi baru lahir dan 10,0 hingga 11,5 mm pada usia 1 tahun. Diameter yang lebih dari 1,0 mm di atas kisaran normal menjadi perhatian. Glaukoma harus dicurigai pada anak dengan diameter kornea lebih dari 13,0 mm. 2,3
2.6 Pemeriksaan pada glaukoma kongenital
Penting untuk melakukan pemeriksaan mata lengkap pada anak yang diduga menderita glaukoma. Pemeriksaan ini harus mencakup pengukuran TIO, gonioskopi, inspeksi saraf optik dan refraksi. Periksa kemampuan gerakan bola mata anak untuk mendeteksi nystagmus. Pemeriksaan kornea sangat penting, sehubungan dengan ukuran dan kejelasan kornea dan adanya strat Haab. Pemeriksaan saraf optik biasanya mengungkapkan rasio cup-to-disc lebih besar dari 0,3 pada bayi dengan glaukoma. Rasio ini biasanya kurang dari 0,3 pada bayi baru lahir yang sehat. Asimetri dalam rasio cup-to-disc juga menunjukkan glaukoma. Meskipun cupping dapat terjadi dengan cepat pada bayi, itu dapat reversibel dengan manajemen bedah dan kontrol TIO. Reversibilitas ini paling umum pada tahap awal glaukoma pada anak-anak, terutama pada tahun pertama kehidupan ketika jaringan ikat saraf optik relatif elastis. 3,4 Meskipun mengukur TIO bisa sulit dilakukan, ini adalah bagian penting dari pemeriksaan dan dapat dilakukan jika bayi sadar dan dibedong. Tono-Pen atau tonometer applanation Perkins atau Goldmann dapat digunakan. Pada bayi dengan mata sehat, TIO berkisar antara 10 hingga 12 mmHg, dan mencapai sekitar 14 mmHg pada usia 7 atau 8 tahun. Pengukuran TIO lebih besar dari 20 mmHg pada bayi yang tenang meningkatkan kecurigaan glaukoma ketika tanda dan gejala lain menunjukkan penyakit tersebut. Demikian juga, asimetri lebih dari 5 mmHg menjadi perhatian. Pengukuran TIO yang diambil saat anak menangis tidak dapat digunakan, karena manuver Valsava dan pemerasan kelopak mata dapat menyebabkan TIO 30 hingga 40 mmHg bahkan pada mata yang sehat. 3,4
2.7 Terapi glaukoma kongenital
Tujuan pengobatan adalah untuk mempertahankan tajam penglihatan. Peninggian tekanan bola mata yang menetap akan memberikan prognosis kearah rusaknya N.Optikus dan perubahan-perubahan permanen dari kornea yang akan mengganggu penglihatan. Pengontrolan tekanan bola mata adalah tujuan utama dari pengobatan. Terapi medis umumnya digunakan sebagai tindakan sementara untuk membantu mengendalikan TIO dan membersihkan kornea sebelum operasi. Namun, itu mungkin menjadi lebih integral dengan strategi perawatan dalam kasus di mana operasi tidak mungkin karena alasan medis atau ketika operasi tidak memadai. 4,5 Obat penurun TIO bekerja baik dengan mengurangi sekresi humor aquoeus atau meningkatkan eliminasi. Mereka, dalam hampir semua kasus, digunakan secara topikal dalam bentuk obat tetes mata. Obat-obatan yang bekerja dengan mengurangi sekresi aquous humor termasuk alpha-agonists, penyekat beta adrenergik, dan carbonicanhydrase inhibitor, sedangkan obat-obatan yang bekerja dengan meningkatkan eliminasi aqueous humor termasuk adrenaline derivatives, parasympathomimetics, dan prostaglandin analog. Semua obat topikal kira-kira setara dalam hal kemanjuran tetapi beberapa penelitian mendorong penggunaan penghambat beta dan inhibitor karbonat anhidrase karena kedua obat ini memiliki efek samping yang terbatas. 2,5 a. Beta blockers1 Farmakodinamik : Menurunkan produksi humor aqueous Reduksi TIO: 20-25% Efek Samping : Toksisitas kornea, reaksi alergi, bronkospasme, bradikardi, depresi, impotensi Kontraindikasi : PPOK (nonselektif), asma (nonselektif), gagal jantung kongestif, bradikardia, hipotensi, blok jantung lebih dari derajat I Contoh Obat : Timolol larutan 0,25% dan 0,5%; gel 0,25% dan 0,5%; 1-2x/hari, 12-24 jam Betaksolol larutan 0,5%; suspensi 0,25%; 2x/hari, 12-18 jam Levobunolol larutan 0,25% dan 0,5%; 1-2x/hari, 12-24 jam Metipranolol 0,3% b. Karbonik anhydrase inhibitor1 Farmakodinamik : Menurunkan produksi humor aqueous Reduksi TIO : 15-20% Efek Samping : Topikal : sensasi rasa metalik, dermatitis atau konjungtivitisalergi, edema kornea Oral : Sindrom Steven-Johnson, malaise, anoreksia, depresi, ketidakseimbangan elektrolit serum, batu ginjal, diskrasia darah(anemia aplastic, trombositopenia), rasa metalik Kontraindikasi : Alergi sulfonamide, batu ginjal, anemia aplastic, trombositopenia, penyakit anemia sel sabit Contoh obat : Topikal : Dorzolamide larutan 2%; 2-3x/hari, 8-12 jam Brinzolamide suspensi 1%; 2-3x/hari, 8-12 jam Sistemik : Asetazolamid 250 mg tab; ½-4 tab/hari, 6-12 jam c. Agonis alfa adrenergic1 Farmakodinamik : Non-selektif : memperbaiki aliran aqueous Selektif : menurunkan produksi aqueous humor, menurunkantekanan vena apisklera atau meningkatkan aliran keluaruveosklera Reduksi TIO : 20-25% Efek Samping : Injeksi konjungtiva, reaksi alergi, kelelahan, somnolen, nyeri kepala Contoh obat : Brimonidine 0,2% 2x/hari, 8-12 jam Apraclonidine 1% dan 0,5%; jangka pendek d. Agen Parasimpatomimetik (Miotika) 1 Farmakodinamik : meningkatkan aliran keluar trabekula Reduksi TIO : 20-25% Efek Samping : Peningkatan myopia, nyeri pada mata atau dahi,penurunan tajam penglihatan, katarak, dermatitis kontak periokuler, toksisitas kornea, penutupan sudut paradoksal Kontraindikasi : Glaukoma neovskular, uveitis, atau keganasan Contoh obat : Pilocarpine larutan 0,5%, 1%, 2%, 3%, 4%, 6%; 2-4x/hari, 4-12 jam Carbachol larutan 1,5%, 3%; 2-4x/hari, 4-12 jam e. Analog prostaglandin1 Farmakodinamik : meningkatkan aliran keluar uveosklera atau trabecular Reduksi TIO : 25-33% Efek Samping : cystoid macular edema (CME), injeksi konjungtiva, peningakatan pertumbuhan bulu mata, hiperpigmentasi periokular, perubahan warna iris, uveitis, kemungkinan aktivasi virus herpes Kontraindikasi : macular edema, riwayat keratitis herpes Contoh obat : Latanoprost, 0.005%, 1X/hari, 24-36 jam Travoprost, 0.004%, 1X/hari, 24-36 jam Bimstoprost, 0.03%, 1X/hari, 24-36 jam Unoprostone, 0.15%, 1X/hari, 12-18 jam
Pilihan pengobatan utama adalah pembedahan dan termasuk goniotomi
dan trabeculotomy. Perencanaan bedah dimulai dengan pemeriksaan komprehensif di bawah anestesi. Selama kornea bersih, prosedur apa pun dapat dilakukan.2 Dalam goniotomi, sayatan dibuat melintasi mesh trabecular di bawah visualisasi gonioscopic langsung. Dalam trabeculotomy, trabecular meshwork diinsisi dengan pendekatan eksternal melalui kanal Schlemm. Jika kornea kabur atau buram, trabeculotomy adalah pilihan yang lebih baik.5 Prosedur ini memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi, hingga 90 persen atau lebih besar dalam beberapa seri. Sebagian besar bayi dengan glaukoma kongenital primer yang datang antara 3 bulan dan 1 tahun. Jika kontrol TIO tidak tercapai dengan operasi pertama, setidaknya satu operasi sudut lain dicoba sebelum mencoba strategi lain. Ketika operasi sudut gagal dan terapi medis tidak memadai, opsi lain dapat dipertimbangkan, seperti prosedur implan tabung, trabeculectomy dan cryoablation. Trabeculotomy-trabeculectomy gabungan yang berhasil telah dilaporkan.5
2.9 Prognosis glaukoma kongenital
Prognosis glaukoma kongenital adalah baik dalam 80%-90% pada pasien yang ditangani lebih awal. Prognosis paling baik terlihat pada bayi dengan operasi trabekulodisgenesis antara umur dua bulan sampai delapan bulan. Prognosis buruk terjadi pada bayi dengan peningkatan TIO dan kekeruhan kornea saat lahir. Pada kasus yang tidak diobati, kebutaan timbul dini. Mata mengalami peregangan hebat dan bahkan dapat rupture hanya akibat trauma ringan. Pencekungan diskus optikus khas glaukoma relatif cepat, yang menekankan perlunya terapi segera.3 Prognosis glaukoma kongenital dipengaruhi lama berlangsungnya (durasi) glaukoma kongenital, kemungkinan komplikasi glaukoma kongenital, kemungkinan hasil, prospek untuk pemulihan, periode pemulihan untuk glaukoma kongenital, tingkat kelangsungan hidup, angka kematian, dan kemungkinan hasil lain dalam pronosis keseluruhan glaukoma kongenital.3 DAFTAR PUSTAKA
Medika, Jakarta, 2009. 2. Badawi A, Al-Muhaylib A, Owaifeer M, et al. Primary congenital glaucoma:An updated review. Saudi Journal of Ophthalmology. 2019 3. Okorie A, Madu A. Diagnosis and Treatment of Primary Congenital Glaucoma. American Academy of Ophthalmology. 2010 4. Scuderi G, Lacovello D, Pranno F, et al. Pediatric Glaucoma: A Literature’s Review and Analysis of Surgical Results. Biomed Research International. 2015 5. Ali A , El Amin A, Ahmed E, et al. Update on Congenital Glaucoma. The Egyptian Journal of Hospital Medicine. 2015 6. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata.Edisi ketiga. FKUI. Jakarta : 2007 7. American Academy of Ophthalology. Lens and Cataract in Basic and Clinical Science Course. Section 11. 2010 8. Clinical Opthalmology, an Asian Perspective, a publication of Singapore National Eye Centre 2007 9. American Academy of Ophthalmology. Pediatric Ophthalmology and Strabismus in Basic and Clinical Science Course. 2008