Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pembelajaran tematik terpadu pada hakikatnya merupakan suatu

pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun

kelompok aktif mencari, menggali, mengeksplorasi, menemukan konsep serta

prinsip-prinsip secara holistik, otentik dan berkesinambungan melalui tema-

tema yang berisi muatan mata pelajaran yang dipadukan. Pembelajaran tematik

terpadu merupakan suatu usaha memadukan pengetahuan secara terintegrasi

dapat membantu mengembangkan pemahaman siswa yang mengakibatkan

siswa menjadi lebih terlibat dalam pembelajaran.

Majid (2014:80) mengatakan bahwa pembelajaran tematik terpadu

merupakan salah satu model pembelajaran terpadu (integrated instruction)

yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik

secara individu maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep

serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik. Pada

dasarnya pembelajaran tematik terpadu dikembangkan untuk menciptakan

pembelajaran yang di dalamnya siswa sendiri aktif secara mental membangun

pengetahuannya yang dilandasi oleh struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.

Pembelajaran kurikulum 2013 dilakukan secara terpadu dan siswa

dituntut untuk lebih aktif dan mandiri dalam proses pembelajaran. Tematik

terpadu lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran

yang dikembangkan berdasarkan pengalaman nyata siswa, sehingga siswa

1
2

lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran. Pada pembelajaran tematik ini

akan membantu menumbuhkan kreativitas siswa karena dalam proses

pembelajarannya siswa diberi kesempatan yang lebih banyak dalam

bereksplorasi untuk mengembangkan pengetahuan awalnya.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat peneliti pahami pembelajaran

tematik terpadu merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang mengaitkan

antar konsep pembelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna

kepada siswa dan melibatkan siswa secara langsung sehingga pembelajaran

aktif, kreatif, dan menyenangkan.

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan pada hari,senin, selasa,dan

kamis, tanggal 26,27, dan 29,Agustus 2019 di kelas IV SDN 03 Pancung Soal

Kabuten Pesisir Selatan. Peneliti menemukan adanya beberapa permasalahan

yang terjadi ketika proses pembelajaran tematik terpadu berlangsung yaitu, (1)

siswa terlihat pasif pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung tanpa berani

mengeluarkan ide-idenya hal ini terlihat pada saat proses pembelajaran

berlangsung, sebagian siswa tidak begitu aktif ketika guru memberikan

pertanyaan, (2) masih banyak siswa yang belum mampu memecahkan masalah

dalam pembelajaran, ketika guru memberikan penugasan hanya sebagian siswa

yang bisa menjawab dengan benar, (3) sebagian siswa belum bisa berpikir

secara kritis dan menyelesaikan masalah dalam proses pembelajaran, (4) materi

yang di sampaikan sulit diingat siswa karena guru belum menggunakan model

pembelajaran yang dapat membuat siswa mengembangkan kemampuan

berpikirnya secara aktif sehingga pada pelaksanaan tujuan pembelajaran yang


3

akan dicapai siswa belum tercapai dan hasil belajar siswa rendah. Pengggunaan

model pembelajaran yang kurang tepat akan mengakibatkan rendahnya hasil

belajar yang diperoleh siswa. Hal ini terbukti dari hasil belajar yang diperoleh

siswa dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1. Nilai Ujian Harian Kelas IVA dan IV B di SDN 03 Pancung Soal

Kabuten Pesisir Selatan

No Kelas Siswa Presentase

Tuntas Tidak tuntas Rata-

Presentase Jumlah Presentase Jumlah rata

1 IVA 24 50% 12 50% 12 69

2 IVB 24 45% 11 54% 13 66,75

Sumber: Dokumentasi Nilai Ujian Harian Kelas IVA dan IV B SD SDN 03

Pancung Soal Kabuten Pesisir Selatan

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah dan guru

adalah 75. Siswa kelas IVA berjumlah 24 siswa dengan jumlah tuntas 12

siswa, dan persentase ketuntasan 50%, sedangkan jumlah siswa yang tidak

tuntas ada 12 siswa, dengan jumlah persentase 50%. Kelas IVB berjumlah 24

siswa dengan jumlah tuntas 11 siswa dan persentase ketuntasan 45%,

sedangkan jumlah siswa yang tidak tuntas ada 13 siswa, dengan jumlah

persentase 54%. Hal ini berarti nilai ujian harian siswa kelas IV pada

pembelajaran tematik terpadu masih banyak yang belum tuntas.

Pembelajaran dapat dikatakan efektif dan optimal apabila tujuan

pembelajaran dapat tercapai. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut


4

seorang guru hendaknya dapat menciptakan situasi dan kondisi belajar yang

baik, guru dituntut untuk memiliki kreatifitas serta inovasi agar siswa mampu

menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan. Ketercapaian dalam

mencapai tujuan pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah

satunya ketepatan dalam memilih model pembelajaran.

Berdasarkan permasalahan di atas, salah satu solusi yang dapat

dilaksanakan oleh guru yaitu menggunakan model Problem Posing. Model

pembelajaran Menurut Subroto (2009:203), Problem Posing atau pengajuan

masalah-masalah yang dituangkan dalam bentuk pertanyaan. Pertanyaan-

pertanyaan tersebut kemudian diupayakan untuk dicari jawabannya baik

secara individu maupun bersama dengan pihak lain, misalnya sesama peserta

didik maupun dengan pengajar sendiri”. Pengetahuan dan pemahaman siswa

ditopang banyak oleh komunikasi dengan orang lain. Suatu permasalahan

tidak mungkin dapat dipecahkan sendiri, tetapi membutuhkan bantuan orang

lain. Kerja sama saling memberi dan menerima sangat dibutuhkan untuk

memecahkan suatu permasalahan.

Pembelajaran dengan model pemberian tugas pengajuan soal

(problem posing) pada intinya meminta siswa untuk mengajukan soal atau

masalah. Permasalahan yang diajukan dapat berdasarkan pada topik yang

luas, masalah yang sudah dikerjakan, atau informasi tertentu yang diberikan

oleh guru. Di dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, guru hendaknya

memilih strategi yang melibatkan siswa aktif dalam mengajar, baik secara

mental maun sosial. Pengajuan soal merupakan tugas yang mengarah pada
5

sikap kritis dan kreatif sebab siswa diminta untuk membuat pertanyaan dari

informasi yang diberikan. Apabila dikaitkan dengan peningkatan kemampuan

siswa, pengajuan soal merupakan sarana untuk merangsang kemampuan

tersebut.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti berkeinginan untuk

melakukan penelitian dengan judul PENGARUH MODEL PROBLEM

POSING TERHADAP HASIL BELAJAR PKn PADA

PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU SISWA KELAS IV SDN 03

PANCUNG SOAL KABUPATEN PESISIR SELATAN

B. Identifikasi Masalah
6

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat disimpulkan bahwa

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Siswa terlihat pasif tanpa berani mengeluarkan ide-ide atau pendapatnya

2. Masih banyak siswa yang belum mampu memecahkan masalah dalam

pembelajaran

3. Sebagian siswa belum bisa berpikir secara kritis

4. Materi yang di sampaikan sulit diingat siswa

5. Rendahnya hasil belajar siswa

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka batasan

masalah pada penelitian ini akan dibatasi pada hasil belajar kognitif PKn pada

pembelajaran tematik terpadu di kelas IV SDN 03 Pancung Soal Kabupaten

Pesisir Selatan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan

pembatasan masalah diatas, maka rumusan masalah secara umum adalah

Apakah terdapat pengaruh yang signifikan penerapan model pembelajaran

Problem Posing terhadap hasil belajar tematik terpadu di kelas IV SDN 03

Pancung Soal Kabupaten Pesisir Selatan?

E. Tujuan Penelitian
7

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini

adalah untuk mendeskripsikan signifikansi pengaruh pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran Problem Posing terhadap hasil belajar

tematik terpadu di kelas IV SDN 03 Pancung Soal Kabupaten Pesisir Selatan.

F. Manfaat Penelitian

Penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara praktis maupun

teoritis.

1. Manfaat Teoritis

Penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca terkait dengan maslah

dalam penelitian.

2. Manfaat Praktis

1. Bagi Siswa, dapat meningkatkan motivasi dan minat siswa dalam

belajar serta mempermudah hasil belajar siswa dalam memahami

materi pembelajaran sehingga pembelajaran lebih bermakna dan hasil

belajar siswa memuaskan.

2. Bagi Guru, Sebagai bahan informasi dalam pelaksanaan pembelajaran

dengan menggunakan model Problem Posing untuk meningkatkan

hasil belajar siswa

3. Bagi Kepala Sekolah, Sebagai acuan dalam memilih model

pembelajaran, terutama dalam menyarankan kepada guru untuk

memilih model pembelajaran yang tepat dan baik yang ingin dipakai

dalam proses pembelajaran


8

4. Bagi Peneliti, yaitu mengetahui pengaruh penggunaan model Problem

Posing sebagai masukan pengetahuan dalam rangka pengaruh hasil

belajar siswa, serta sebagai persyaratan penyelesaian studi dan

mendapatkan gelar sarjana pendidikan.

5. Bagi Peneliti lain, sebagai referensi pada penelitian-penelitian

selanjutnya yang berhubungan dengan model Problem Posing dan

hasil belajar siswa.

Anda mungkin juga menyukai