Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH PSIKOLOGI

KONSEP PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN DAN PERILAKU


ABNORMAL

DOSEN PENGAMPU:
Dr. M. H. Edi Sukamto, S.Kp.,M,Kep

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 11
1. Aninditha Maharani P07220220045
2. Desvi Tiara Hanum P07220220049
3. Vitha Kumala P07220220078

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah mata kuliah Psikologi dengan materi “Konsep Perkembangan
Kepribadian dan Perilaku Abnormal” denga tepat pada waktunya.
Shalawat dan taslim senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi
Besar Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan pengikutnya yang
senantiasa bertasbih sepanjang masa.
Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai Konsep
Perkembangan. Diharapkan makalah ini mampu memberikan informasi
Konsep Perkembangan Kepribadian dan Perilaku Abnormal. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai
akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Samarinda, 27 Oktober 2021

Kelompok 11

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ I


DAFTAR ISI ........................................................................................................................... II
BAB I .................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN.................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
1.3 Tujuan .................................................................................................................. 2
1.4 Manfaat................................................................................................................ 3
1.5 Sistematika Penulisan ........................................................................................... 4
BAB II ................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN...................................................................................................................... 5
2.1 Pengertian Kepribadian ........................................................................................ 5
2.2 Unsur-Unsur Dalam Kepribadian........................................................................... 6
2.3 Teori Perkembangan Kepribadian ......................................................................... 7
2.4 Pengertian Perilaku Abnormal .............................................................................22
2.5 Ciri-ciri Gangguan Abnormal ................................................................................23
BAB III .................................................................................................................................29
PENUTUP ............................................................................................................................29
3.1 Kesimpulan ..........................................................................................................29
3.2 Saran ...................................................................................................................30

II
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah makhluk individu dan sosial yang memiliki berbagai


jenis kepribadian. Buchori (1982:92) mengungkapkan “ Kepribadian berarti
integrasi dari seluruh sifat seseorang baik sifat-sifat yang dipelajarinya
maupun sifat-sifat yang diwarisinya, yang menyebakan kesan yang khas dan
unik pada orang lain”.
Dengan melihat berbagai macam masalah yang seringkali dialami
individu yang tidak jarang juga menjadikan mereka mengalami gangguan
psikologis atau disebut juga perilaku abnormal. Perilaku abnormal merupakan
perilaku yang menyimpang dari normal. Individu yang mengalami gangguan
abnormalitas ada kemungkinan untuk berubah menjadi normal.
Gangguan abnormal tidak dapat berubah menjadi normal secara total
atau sepenuhnya. oleh karena itu upaya yang dapat dilakukan, yaitu dengan
melakukan treatment (terapis psikologis) dan dibantu untuk dapat
bersosialisasi agar dapat menjadi invidu yang mandiri (sembuh sosial).
Bahkan yang mulanya individu tersebut normal, ada kemugkinan untuk
berubah menjadi abnormal jika mereka terlalu banyak melakukan defence
mecahnism dengan mereprese dirinya terus menerus. Sehingga individu
mengalami frustasi karena titidak bisa mencapai tujuan hidupnya seperti yang
inginkan yang kemudian akan menimbulkan stres sehingga individu merasa
tertekan dan akhirnya depresi (stres yang berkepanjangan). Semua itu yang
kemudian dapat menimbulkan konflik dalam diri yang juga menimbulkan
simtom seperti menangis atau berbicara sendiri atau melakukan perilaku

1
bunuh diri. Baik yang commit suicide (hanya baru keinginan bunuh diri)
maupun suicide (sudah melakukan bunuh diri).

1.2 Rumusan Masalah

1. pengertian kepribadian
2. Unsur-unsur dalam kepribadian
3. Teori perkembangan kepribadian
4. Pengertian perilaku abnormal
5. Ciri-ciri gangguan abnormal

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah di paparkan diatas, maka dapat


disampaikan tujuan yang akan di capai dalam penyusunan makalah ini sebagai
berikut:
A. Umum
Secara umum pembuatan makalah ini bertujuan agar mampu
memahami konsep perkembangan kepribadian dan perilaku
abnormal.
B. Khusus
Secara khusus pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui
pengertian dan unsur-unsur kepribadian, teori perkembangan
kepribadian, pengertian perilaku abnormal, ciri-ciri gangguan
abnormal.

2
1.4 Manfaat

Berdasarkan tujuan yang telah dicapai dalam makalah Psikologi ini


diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis sesuai
dengan yang telah disampaikan. Berikut penjabaran manfaat dari pembuatan
makalah ini sebagai berikut :
A. Secara Teoritis
Secara teoritis atau tidak langsung, manfaat dari pembuatan makalah
ini yaitu:
1. Sebagai bahan referensi bagi dosen dan mahasiswa
keperawatan lainnya dalam mempelajari materi psikologi.
2. Mampu memahami dengan baik dan terperinci mengenai
konsep perkembangan kepribadian dan perilaku abnormal.

B. Secara Praktis
Secara praktis ataupun secara langsung, makalah ini diharapkan
mampu memberikan sejumlah manfaat yang luar biasa diantaranya :
1. Bagi Penulis
Manfaat bagi penulis dalam pembuatan makalah ini adalah
agar lebih mampu dalam menguasai materi konsep
perkembangan kepribadian dan perilaku abnormal.

2. Bagi Dosen
Untuk memberikan penilaian kepada mahasiswa terhadap
kemampuan dari penulisan makalah dengan materi konsep
perkembangan kepribadian dan perilaku abnormal.

3. Bagi Mahasiswa

3
Agar mampu menerapkan hasil pembelajaran teori yang ada di
dalam makalah ini pada proses pembelajaran dan praktik
keperawatan secara langsung. Mahasiswa juga diharapkan
mampu menghafal dan meguasai secara penuh mengenai
materi yang dijabarkan di dalam makalah ini.

4. Bagi Kampus
Sangat bermanfaat bagi kampus karena dapat menjaga nama
nama baik kampus serta mengharumkan nama baik kampus
sebab mahasiswa nya diharapkan mampu menerapkan model
konseptual keperawatan dalam proses pembelajaran maupun
saat praktik keperawatan di lingkungan luar seperti, rumah
sakit, klinik, puskesmas, dll.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penyelesaian dari penyusunan makalah Psikologi ini,


maka dengan ini lampirkan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan, berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penyusunan makalah, manfaat dan sistematika penulisan.
BAB II Pembahasan, berisi pembahasan mengenai pengertian kepribadian,
unsur-unsur dalam kepribadian, teori perkembangan kepribadian, pengertian
perilaku abnormal, ciri-ciri gangguan abnormal.
BAB III Penutupan, berisi kesimpulan dan saran dari permasalahan yang
disampaikan.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kepribadian

Kata personality dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Yunani-


kuno
prosopon atau persona yang artinya “topeng” yang biasa dipakai artis dalam
teater. Jadi, konsep awal dari pengertian personality (pada masyarakat awam)
adalah tingkah laku yang ditampakkan pada lingkungan sosial - kesan
mengenai diri yang diinginkan agar dapat ditang kap oleh oleh lingkungan
sosial.
Pengertian kepribadian banyak diungkapkan oleh para pakar dengan
definisi berbeda berdasarkan paradigma dan teori yang digunakan. Beberapa
definisi kepribadian:

1) Kepribadian adalah suatu susunan dari unsur-unsur akal dan jiwa yang
menentukan tingkah laku atau tindakan seseorang. (Koentjaraningrat)
2) Kepribadian adalah kehidupan seseorang secara keseluruhan,
individual, unik, kemampuannya bertahan, membuka diri, serta
memperoleh pengalaman. (Stern)
3) Keprbadian adalah organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang
sebagai latar belakang terhadap perilaku. (Theodore R. Newcomb)
4) Kepribadian adalah seluruh karakteristik seseorang yang
mengakibatkan pola yang menetap dalam merespon suatu situasi.
(Pervin)

5
5) Kepribadian adalah pola khas dari pikiran, perasaan, dan tingkah laku
yang membedakan orang satu dengan yang lain serta tidak berubah
lintas waktu dan situasi. (Phares).
6) Kepribadian adalah organisasi faktor-faktor biologis, psikologis, dan
sosiologis yang mendasari perilaku seseorang. (Roucek dan Warren)

2.2 Unsur-Unsur Dalam Kepribadian

Tidak ada orang di dunia ini yang memiliki kepribadian yang sama
persis, meskipun anak kembar sekalipun. Hal itu karena adanya unsur-unsur
yang memengaruhi kepribadian seseorang. Unsur-unsur yang dimaksud
adalah pengetahuan, perasaan, dan dorongan naluri.

1) Pengetahuan
Pengetahuan manusia bersumber dari pola pikir yang rasional
yang berisi pemahaman dan pengalaman mengenai berbagai hal yang
diperoleh dari lingkungan di sekitarnya. Semua hal itu direkam dalam
otak dan sedikit demi sedikit diungkapkan dalam bentuk perilaku
sehari-hari.
2) Perasaan
Perasaan antara orang yang satu dengan orang yang lain
tidaklah sama. Oleh karena itu perasaan bersidat subjektif. Contohnya
penilaian terhadap jam pelajaran yang kosong. Ada yang merasa
senang dan ada yang merasa rugi terhadap jam kosong tersebut.
3) Dorongan naluri
Dorongan naluri dimaksudkan unutk memenuhi berbagai
kebutuhan hidup manusia, baik yang bersifat rohaniah maupun
jasmaniah. Ada beberapa dorongan naluri antara lain untuk

6
mempertahankan hidup, mencari makan, serta bergaul dan berinteraksi
dengan sesame manusia.

2.3 Teori Perkembangan Kepribadian

A. Teori perkembangan kepribadian Erik H Erikson


Teori perkembangan kepribadian yang dikemukakan Erik Erikson
merupakan salah satu teori yang memiliki pengaruh kuat dalam psikologi.
Hal ini dikarenakan ia menjelaskan tahap perkembangan manusia mulai
dari lahir hingga lanjut usia. Teori Erikson yang membawa aspek
kehidupan sosial dan fungsi budaya dianggap lebih realistis.
Teori Erikson dikatakan sebagai salah satu teori yang sangat selektif
karena didasarkan pada tiga alasan. Alasan yang pertama, karena teorinya
sangat representative dikarenakan memiliki kaitan atau hubungan dengan
ego yang merupakan salah satu aspek yang mendekatikepribadian
manusia. Kedua, menekankan pada pentingnya perubahan yang terjadi
pada setiap tahap perkembangan dalam lingkaran kehidupan, dan yang
ketiga/terakhir adalah menggambarkan secara eksplisit mengenai
usahanya dalam mengabungkan pengertian klinik dengan sosial dan latar
belakang yang dapat memberikan kekuatan/kemajuan dalam
perkembangan kepribadian didalam sebuah lingkungan
Erikson percaya “epigenetic principle” akan mengalami kemajuan atau
kematangan apabila dengan jelas dapat melihat krisis psikososial yang
terjadi dalam lingkaran kehidupan setiap manusia yang sudah dilukiskan
dalam bentuk sebuah gambar Di mana gambar tersebut memaparkan
tentang delapan tahap perkembangan yang pada umumnya dilalui dan
dijalani oleh setiap manusia secara hirarkri seperti anak tangga

7
Delapan tahap/fase perkembangan kepribadian menurut Erikson
memiliki ciri utama setiap tahapnya adalah di satu pihak bersifat biologis
dan di lain pihak bersifat sosial, yang berjalan melalui krisis diantara dua
polaritas. Adapun tingkatan dalam delapan tahap perkembangan yang
dilalui oleh setiap manusia menurut Erikson adalah sebagai berikut:

Developmental Stage Basic Components

Infancy (0-1 thn) Trust vs Mistrust

Early childhood (1-3 thn) Autonomy vs Shame, Doubt

Preschool age (4-5 thn) Initiative vs Gulit

School age (6-11 thn) Industry vs Inferiority

Adolescence (12-20 thn) Identity vs Identity


Confusion

Young adulthood (21-40 thn) Intimacy vs Isolation

Adulthood (41-65 thn) Generativity vs Stagnation

Senescence (+65 thn) Ego Integrity vs Despair

1. Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs Kecurigaan)


Masa bayi (infancy) ditandai adanya kecenderungan trust –
mistrust. Perilaku bayi didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak
mempercayai orang-orang di sekitarnya. Dia sepenuhnya
mempercayai
orang tuanya, tetapi orang yang dianggap asing dia tidak akan
mempercayainya. Oleh karena itu kadang-kadang bayi menangis bila
di pangku oleh orang yang tidak dikenalnya. Ia bukan saja tidak

8
percaya kepada orangorang yang asing tetapi juga kepada benda asing,
tempat asing, suara asing, perlakuan asing dan sebagainya. Kalau
menghadapi situasi-situasi tersebut seringkali bayi menangis.
Tahap ini berlangsung pada masa oral, kira-kira terjadi pada
umur 0-1 atau 1 ½ tahun. Tugas yang harus dijalani pada tahap ini
adalah menumbuhkan dan mengembangkan kepercayaan tanpa harus
menekan kemampuan untuk hadirnya suatu ketidakpercayaan.
Kepercayaan ini akan terbina dengan baik apabila dorongan oralis
pada bayi terpuaskan, misalnya untuk tidur dengan tenang, menyantap
makanan dengan nyaman dan tepat waktu, serta dapat membuang
kotoron (eliminsi) dengan sepuasnya. Oleh sebab itu, pada tahap ini
ibu memiliki peranan yang secara kwalitatif sangat menentukan
perkembangan kepribadian anaknya yang masih kecil. Apabila
seorang
ibu bisa memberikan rasa hangat dan dekat, konsistensi dan
kontinuitas kepada bayi mereka, maka bayi itu akan mengembangkan
perasaan dengan menganggap dunia khususnya dunia sosial sebagai
suatu tempat yang aman untuk didiami, bahwa orang-orang yang ada
didalamnya dapat dipercaya dan saling menyayangi. Kepuasaan yang
dirasakan oleh seorang bayi terhadap sikap yang diberikan oleh ibunya
akan menimbulkan rasa aman, dicintai, dan terlindungi. Melalui
pengalaman dengan orang dewasa tersebut bayi belajar untuk
mengantungkan diri dan percaya kepada mereka. Hasil dari adanya
kepercayaan berupa kemampuan mempercayai lingkungan dan dirinya
serta juga mempercayai kapasitas tubuhnya dalam berespon secara
tepat terhadap lingkungannya.
Sebaliknya, jika seorang ibu tidak dapat memberikan kepuasan
kepada bayinya, dan tidak dapat memberikan rasa hangat dan nyaman

9
atau jika ada halhal lain yang membuat ibunya berpaling dari
kebutuhankebutuhannya demi memenuhi keinginan mereka sendiri,
maka bayi akan lebih mengembangkan rasa tidak percaya, dan dia
akan selalu curiga kepada orang lain.

2. Otonomi vs Perasaan Malu dan Ragu-ragu


Masa kanak-kanak awal (early childhood) ditandai adanya
kecenderungan autonomy – shame doubt. Pada masa ini sampai batas-
batas tertentu anak sudah bisa berdiri sendiri, dalam arti duduk,
berdiri, berjalan, bermain, minum dari botol sendiri tanpa ditolong
oleh orang tuanya, tetapi di pihak lain dia telah mulai memiliki rasa
malu dan keraguan dalam berbuat, sehingga seringkali minta
pertolongan atau persetujuan dari orang tuanya.
Pada tahap kedua adalah tahap anus-otot (analmascular stages),
masa ini biasanya disebut masa balita yang berlangsung mulai dari
usia 18 bulan sampai 3 atau 4 tahun. Tugas yang harus diselesaikan
pada masa ini adalah kemandirian (otonomi) sekaligus dapat
memperkecil perasaan malu dan ragu-ragu. Apabila dalam menjalin
suatu relasi antara anak dan orangtuanya terdapat suatu sikap/tindakan
yang baik, maka dapat menghasilkan suatu kemandirian. Namun,
sebaliknya jika orang tua dalam mengasuh anaknya bersikap salah,
maka anak dalam perkembangannya akan mengalami sikap malu dan
ragu-ragu. Dengan kata lain, ketika orang tua dalam mengasuh
anaknya sangat memperhatikan anaknya dalam aspek-aspek tertentu
misalnya mengizinkan seorang anak yang menginjak usia balita untuk
dapat mengeksplorasikan dan mengubah lingkungannya, anak tersebut
akan bisa mengembangkan rasa mandiri atau ketidaktergantungan.
Pada usia ini menurut Erikson bayi mulai belajar untuk mengontrol

10
tubuhnya, sehingga melalui masa ini akan nampak suatu usaha atau
perjuangan anak terhadap pengalamanpengalaman baru yang
berorientasi pada suatu tindakan/kegiatan yang dapat menyebabkan
adanya sikap untuk mengontrol diri sendiri dan juga untuk menerima
control dari orang lain. Misalnya, saat anak belajar berjalan,
memegang tangan orang lain, memeluk, maupun untuk menyentuh
benda-benda lain.

3. Inisiatif vs Kesalahan
Masa pra sekolah (Preschool Age) ditandai adanya
kecenderungan initiative – guilty. Pada masa ini anak telah memiliki
beberapa kecakapan, dengan kecakapan-kecakapan tersebut dia
terdorong melakukan beberapa kegiatan, tetapi karena kemampuan
anak tersebut masih terbatas adakalanya dia mengalami kegagalan.
Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan dia memiliki perasaan
bersalah, dan untuk sementara waktu dia tidak mau berinisatif atau
berbuat.
Tahap ketiga ini juga dikatakan sebagai tahap kelamin-
lokomotor (genital-locomotor stage) atau yang biasa disebut tahap
bermain. Tahap ini pada suatu periode tertentu saat anak menginjak
usia 3 sampai 5 atau 6 tahun, dan tugas yang harus diemban seorang
anak pada masa ini ialah untuk belajar punya gagasan (inisiatif) tanpa
banyak terlalu melakukan kesalahan. Masa-masa bermain merupakan
masa di mana seorang anak ingin belajar dan mampu belajar terhadap
tantangan dunia luar, serta mempelajari kemampuankemampuan baru
juga merasa memiliki tujuan. Dikarenakan sikap inisiatif merupakan
usaha untuk menjadikan sesuatu yang belum nyata menjadi nyata,

11
sehingga pada usia ini orang tua dapat mengasuh anaknya dengan cara
mendorong anak untuk mewujudkan gagasan dan ide-idenya. Akan
tetapi, semuanya akan terbalik apabila tujuan dari anak pada masa
genital ini mengalami hambatan karena dapat mengembangkan suatu
sifat yang berdampak kurang baik bagi dirinya yaitu merasa berdosa
dan pada klimaksnya mereka seringkali akan merasa bersalah atau
malah akan mengembangkan sikap menyalahkan diri sendiri atas apa
yang mereka rasakan dan lakukan.

4. Kerajinan vs Inferioritas
Masa Sekolah (School Age) ditandai adanya kecenderungan
industry–inferiority. Sebagai kelanjutan dari perkembangan tahap
sebelumnya, pada masa ini anak sangat aktif mempelajari apa saja
yang ada di lingkungannya. Dorongan untuk mengatahui dan berbuat
terhadap lingkungannya sangat besar, tetapi di pihak lain karena
keterbatasan-keterbatasan kemampuan dan pengetahuannya kadang-
kadang dia menghadapi kesukaran, hambatan bahkan kegagalan.
Hambatan dan kegagalan ini dapat menyebabkan anak merasa rendah
diri.
Tahap keempat ini dikatakan juga sebagai tahap laten yang
terjadi pada usia sekolah dasar antara umur 6 sampai 12 tahun. Salah
satu tugas yang diperlukan dalam tahap ini ialah adalah dengan
mengembangkan kemampuan bekerja keras dan menghindari perasaan
rasa rendah diri. Saat anak-anak berada tingkatan ini area sosialnya
bertambah luas dari lingkungan keluarga merambah sampai ke
sekolah, sehingga semua aspek memiliki peran, misalnya orang tua
harus selalu

12
mendorong, guru harus memberi perhatian, teman harus menerima
kehadirannya, dan lain sebagainya.

5. Identitas vs Kekacauan Identitas


Tahap kelima merupakan tahap adolesen (remaja), yang
dimulai pada saat masa puber dan berakhir pada usia 18 atau 20 tahun.
Masa Remaja (adolescence) ditandai adanya kecenderungan identity –
Identity Confusion. Sebagai persiapan ke arah kedewasaan didukung
pula oleh kemampuan dan kecakapan-kecakapan yang dimilikinya dia
berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri
yang khas dari dirinya. Dorongan membentuk dan memperlihatkan
identitasdiri ini, pada para remaja sering sekali sangat ekstrim dan
berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh lingkungannya
sebagai penyimpangan atau kenakalan. Dorongan pembentukan
identitas diri yang kuat di satu pihak, sering diimbangi oleh rasa setia
kawan dan toleransi yang besar terhadap kelompok sebayanya. Di
antara kelompok sebaya mereka mengadakan pembagian peran, dan
seringkali mereka sangat patuh terhadap peran yang diberikan kepada
masing-masing anggota
6. Keintiman vs Isolasi
Tahap pertama hingga tahap kelima sudah dilalui, maka setiap
individu akan memasuki jenjang berikutnya yaitu pada masa dewasa
awal yang berusia sekitar 20-30 tahun. Masa Dewasa Awal (Young
adulthood) ditandai adanya kecenderungan intimacy – isolation. Kalau
pada masa sebelumnya, individu memiliki ikatan yang kuat dengan
kelompok sebaya, namun pada masa ini ikatan kelompok sudah mulai
longgar. Mereka sudah mulai selektif, dia membina hubungan yang
intim hanya dengan orang-orang tertentu yang sepaham. Jadi pada

13
tahap ini timbul dorongan untuk membentuk hubungan yang intim
dengan orang-orang tertentu, dan kurang akrab atau renggang dengan
yang lainnya.
Jenjang ini menurut Erikson adalah ingin mencapai kedekatan
dengan orang lain dan berusaha menghindar dari sikap menyendiri.
Periode diperlihatkan dengan adanya hubungan spesial dengan orang
lain yang biasanya disebut dengan istilah pacaran guna
memperlihatkan dan mencapai kelekatan dan kedekatan dengan orang
lain. Di mana muatan pemahaman dalam kedekatan dengan orang lain
mengandung arti adanya kerja sama yang terjalin dengan orang lain.
Akan tetapi, peristiwa ini akan memiliki pengaruh yang berbeda
apabila seseorang dalam tahap ini tidak mempunyai kemampuan untuk
menjalin relasi dengan orang lain secara baik sehingga akan tumbuh
sifat merasa terisolasi. Erikson menyebut adanya kecenderungan
maladaptive yang muncul dalam periode ini ialah rasa cuek, di mana
seseorang sudah merasa terlalu bebas, sehingga mereka dapat berbuat
sesuka hati tanpa memperdulikan dan merasa tergantung pada segala
bentuk hubungan misalnya dalam hubungan dengan sahabat, tetangga,
bahkan dengan orang yang kita cintai/kekasih sekalipun. Sementara
dari segi lain/malignansi Erikson menyebutnya dengan keterkucilan,
yaitu kecenderungan orang untuk mengisolasi/menutup diri sendiri
dari cinta, persahabatan dan masyarakat, selain itu dapat juga muncul
rasa benci dan dendam sebagai bentuk dari kesendirian dan kesepian
yang dirasakan. Oleh sebab itu, kecenderungan antara keintiman dan
isoalasi harus berjalan dengan seimbang guna memperoleh nilai yang
positif yaitu cinta.

14
7. Generativitas vs Stagnasi
Masa dewasa (dewasa tengah) berada pada posisi ke tujuh, dan
ditempati oleh orang-orang yang berusia sekitar 30 sampai 60 tahun.
Masa Dewasa (Adulthood) ditandai adanya kecenderungan
generativity-stagnation. Sesuai dengan namanya masa dewasa, pada
tahap ini individu telah mencapai puncak dari perkembangan segala
kemampuannya. Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup
banyak, sehingga perkembangan individu sangat pesat. Meskipun
pengetahuan dan kecakapan individu sangat luas, tetapi dia tidak
mungkin dapat menguasai segala macam ilmu dan kecakapan,
sehingga tetap pengetahuan dan kecakapannya terbatas. Untuk
mengerjakan atau mencapai hal– hal tertentu ia mengalami hambatan.
Apabila pada tahap pertama sampai dengan tahap ke enam
terdapat tugas untuk dicapai, demikian pula pada masa ini dan salah
satu tugas untuk dicapai ialah dapat mengabdikan diri guna
keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu (generativitas) dengan
tidak berbuat apa-apa (stagnasi). Generativitas adalah perluasan cinta
ke masa depan. Sifat ini adalah kepedulian terhadap generasi yang
akan datang. Melalui generativitas akan dapat dicerminkan sikap
memperdulikan orang lain. Pemahaman ini sangat jauh berbeda
dengan arti kata stagnasi yaitu pemujaan terhadap diri sendiri dan
sikap yang dapat digambarkan dalam stagnasi ini adalah tidak perduli
terhadap siapapun.
8. Integritas vs Keputusasaan
Tahap terakhir dalam teorinya Erikson disebut tahap usia senja
yang diduduki oleh orang-orang yang berusia sekitar 60 atau 65 ke
atas. Masa hari tua (Senescence) ditandai adanya kecenderungan ego
integrity – despair. Pada masa ini individu telah memiliki kesatuan

15
atau intregitas pribadi, semua yang telah dikaji dan didalaminya telah
menjadi milik pribadinya. Pribadi yang telah mapan di satu pihak
digoyahkan oleh usianya yang mendekati akhir. Mungkin ia masih
memiliki beberapa keinginan atau tujuan yang akan dicapainya tetapi
karena faktor usia, hal itu sedikit sekali kemungkinan untuk dapat
dicapai. Dalam situasi ini individu merasa putus asa. Dorongan untuk
terus berprestasi masih ada, tetapi pengikisan kemampuan karena usia
seringkali mematahkan dorongan tersebut, sehingga keputusasaan
acapkali menghantuinya Dalam teori Erikson, orang yang sampai pada
tahap ini berarti sudah cukup berhasil melewati tahaptahap
sebelumnya dan yang menjadi tugas pada usia senja ini adalah
integritas dan berupaya menghilangkan putus asa dan kekecewaan.
Tahap ini merupakan tahap yang sulit dilewati menurut pemandangan
sebagian orang dikarenakan mereka sudah merasa terasing dari
lingkungan kehidupannya, karena orang pada usia senja dianggap
tidak dapat berbuat apa-apa lagi atau tidak berguna. Kesulitan tersebut
dapat diatasi jika di dalam diri orang yang berada pada tahap paling
tinggi dalam teori Erikson terdapat integritas yang memiliki arti
tersendiri yakni menerima hidup dan oleh karena itu juga berarti
menerima akhir dari hidup itu sendiri. Namun, sikap ini akan bertolak
belakang jika didalam diri mereka tidak terdapat integritas yang mana
sikap terhadap datangnya kecemasan akan terlihat. Kecenderungan
terjadinya integritas lebih kuat dibandingkan dengan kecemasan dapat
menyebabkan maladaptif yang biasa disebut Erikson berandai-andai,
sementara mereka tidak mau menghadapi kesulitan dan kenyataan di
masa tua. Sebaliknya, jika kecenderungan kecemasan lebih kuat
dibandingkan dengan integritas maupun secara malignansi yang
disebut dengan sikap menggerutu, yang

16
diartikan Erikson sebagai sikap sumaph serapah dan menyesali
kehidupan sendiri. Oleh karena itu, keseimbangan antara integritas dan
kecemasan itulah yang ingin dicapai dalam masa usia senja guna
memperoleh suatu sikap kebijaksanaan.

B. Teori Perkembangan Kepribadian Sigmun Frued

Dasar Teori Psikoanalisis Sigmund Freud


Peran penting dari ketidaksadaran beserta insting-insting seks dan agresi
yang ada di dalamnya dalam pengaturan tingkah laku, menjadi
karya/temuan monumental Freud. Sistematik yang dipakai Freud dalam
mendiskripsi kepribadian menjadi tiga pokok yaitu: struktur kepribadian,
dinamika kepribadian, dan perkembangan kepribadian.

a) Struktur kepribadian
Kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran: sadar, prasadar,
dan tak sadar. Pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model
struktural yang lain, yakni: id, ego dan super-ego. Struktur baru
ini tidak mengganti struktur yang lama tetapi
melengkapi/menyempurnakan gambaran mental terutama dalam
fungsi dan tujuannya.
Tingkat kehidupan mental
 Sadar (Conscious)
Tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang kita cermati
pada saat tertentu. Menurut Freud hanya sebagian kecil saja
dari kehidupan mental (fikiran, persepsi, perasaan, dan
ingatan) yang masuk ke kesadaran (consciousness).
 Prasadar (Preconscious)
Prasadar disebut juga ingatan siap (available memory),
yakni tingkat kesadaran yang menjadi jembatan antara
sadar dan tak sadar. Pengalaman yang ditinggal oleh

17
perhatian, semula disadari tetapi kemudian tidak lagi
dicermati, akan ditekan pindah ke daerah prasadar.
 Taksadar (Unconscious)
Taksadar adalah bagian yang paling dalam dari struktur
kesadaran dan menurut Freud merupakan bagian terpenting
dri jiwa manusia. Secara khusus Freud membuktikan
bahwa ketidaksadaran bukanlah abstraksi hipotetik tetapi
itu adalah kenyataan empirik. Ketidaksadaran itu berisi
insting, impuls, dan drives yang dibawa dari lahir, dan
pengalam-pengalaman traumatik (biasanya pada masa
anak-anak) yang ditekan oleh kesadaran dipindah ke daerah
tak sadar.
Wilayah Pikiiran
 Id (Das Es)
Id berisikan motivasi dan energy positif dasar, yang sering
disebut insting atau stimulus. Id berorientasi pada prinsip
kesenangan (pleasure principle) atau prinsip reduksi
ketegangan, yang merupakan sumber dari dorongan-
dorongan biologis (makan, minum, tidur, dll) Prinsip
kesenangan merujuk pada pencapaian kepuasan yang
segera, dan id orientasinya bersifat fantasi (maya). Untuk
memperoleh kesenagan id menempuh dua cara yaitu
melalui reflex dan proses primer, proses primer yaitu dalam
mengurangi ketegangan dengan berkhayal.
 Ego (Das Ich)
Peran utama dari ego adalah sebagai mediator (perantara)
atau yang menjembatani anatar id dengan kondisi
lingkungan atau dunia luar dan berorintasi pada prinsip

18
realita (reality principle). Dalam mencapai kepuasan ego
berdasar pada proses sekunder yaitu berfikir realistic dan
berfikir rasional. Dalam proses disebelumnya yaitu proses
primer hanya membawanya pada suatu titik, dimana ia
mendapat gambaran dari benda yang akan memuaskan
keinginannya, langkah selanjutnya adalah mewujudkan apa
yang ada di das es dan langkah ini melalui proses sekunder.
Dalam upaya memuaskan dorongan, ego sering bersifat
prakmatis, kurang memperhatikan nilai/norma, atau
bersifat hedonis.
Hal yang perlu diperhatikan dari ego adalah :
 Ego merupakan bagian dari id yang kehadirannya
bertugas untuk memuaskan kebutuhan id.
 Seluruh energy (daya) ego berasal dari id
 Peran utama memenuhi kebutuhan id dan
lingkungan sekitar
 Ego bertujuan untuk mempertahankan kehidupan
individu dan pengembanbiakannya.

 Super Ego (Das Uber Ich)


 Super ego merupak cabang dari moril atau keadilan dari
kepridadian, yang mewakili alam ideal daripada alam nyata
serta menuju kearah yang sempurna yang merupakan
komponen kepribadian terkait dengan sytandar atau norma
masyarakat mengenai baik dan buruk, benar dan salah.
Dengan terbentukny super ego berarti pada diri individu
telah terbentuk kemampuan untuk mengontrl dirinya

19
sendiri (self control) menggantikan control dari orang tua
(out control). Fungsi super ego adalah sebagai berikut :
 Merintangi dorongan-dorongan id, terutama
dorongan seksual dan agresif
 Mendorong ego untuk mengantikan tujuan-tujuan
relistik dengan tujuan-tujuan moralistic.
 Mengejar kesempurnaan. (perfection)
b) Dinamika kepribadian
Dam dinamika kepribadian, Freud menjelaskan tentang adanya
tenaga pendorong (cathexis) dan tenaga penekanan (anti–cathexis).
Kateksis adalah pemakaian energi psikis yang dilakukan oleh id
untuk suatu objek tertentu untuk memuaskan suatu naluri,
sedangkan anti-kataeksis adalah penggunaan energi psikis (yang
berasal dari id) untuk menekan atau mencegah agar id tidak
memunculkan naluri–naluri yang tidak bijaksana dan destruktif. Id
hanya memiliki kateksis, sedangkan ego dan superego memiliki
anti-kateksis, namun ego dan superego juga bisa membentuk
kateksis-objek yang baru sebagai pengalihan pemuasan kebutuhan
secara tidak langsung, masih berkaitan dengan asosiasi–asosiasi
objek pemuasan kebutuhan yang diinginkan oleh id.
Tingkat kehidupan mental dan wilayah pikiran mengacu pada
struktur atau komposisi kepribadian.Sehingga, Freud mengusulkan
sebuah dinamika atau prinsip motivasional untuk menerangkan
kekuatan - kekuatan yang mendorong tindakan manusia. Bagi
Freud, manusia termotivasi untuk mencari kesenangan serta
menurunkan ketegangan dan kecemasan. Motivasi ini di peroleh
dari energi psikis dan fisik dari dorongan - dorongan dasar yang
mereka miliki.

20
Jenis – jenis insting yaitu:
 Instink-instink hidup(Life instinct atau eros)
Instink kehidupan baik yang berupa kecondongan untuk
mempertahankan ego, libido narsissistis maupun libido
berobyek. Bertujuan untuk pengikatan, artinya mengadakan
kesatuan yang semakin erat dan karena itu semakin mantap
untuk mempertahan hidup.
 Instink-instink mati mati (Death instinc atau thanatos)
Instink kematian bertujuan untuk mengahancurkan dan
menceraikan apa yang sudah bersatu, karena tujuan terakhir
setiap mahluk hidup ialah mau tidak mau meninggal
c) Tahapan perkembangan psikologis
Freued membagi perkembangan anak menjadi 6 (enam) fase
perkembangan yakni:
1) Fase Oral
Yaitu pada usia 0 sampai dengan 18 bulan. Pada fase ini,
mulut merupakan central pokok keaktifan yang dinamis.
2) Fase Anal
Yaitu pada usia 18 bulan sampai dengan 3 tahun. Pada fase
ini, dorongan dan tahanan berpusat pada alat pembuangan
kotoran rektum.
3) Fase Falis (phalik)
Yaitu pada usia 3 tahun sampai dengan 6 tahun. Pada fase ini,
alat-alat kelamin merupakan daerah organ paling perasa, seperti
jatuh cinta pada orang tua dengan jenis kelamin berbeda.
4) Fase Latensi (Latent)
Yaitu pada usia 6 tahun sampai dengan 12 tahun. Pada fase

21
ini, impuls-impuls cenderung berdada pada kondisi tertekan, lebih
pada perkembangan moral dan intelektual.
5) Fase Pubertas
Yaitu pada usia11 tahun sampai dengan 20 tahun. Pada fase ini,
impuls-impuls kembali menonjol. Kegiatan ini jika dapat
disublimasikan maka seorang anak akan sampai pada fase
kematangan.
6) Fase Genital
Yaitu pada usia lebih dari 20 tahun. Pada fase ini, seseorang telah
sampai pada fase dewasa. Seperti membangun hubungan dengan
lawan jenis.

2.4 Pengertian Perilaku Abnormal

Perilaku abnormal adalah perilaku yang menyimpang dari norma yang


diamati di lingkungan normal masyarakat tetapi dianggap oleh para ahli dapat
diterima atau bahkan diperlukan dalam keadaan tertentu. Perilaku abnormal
dapat mencakup pikiran dan perasaan abnormal, bertindak dengan cara yang
di luar perilaku normal, atau respons abnormal terhadap faktor lingkungan
seperti tekanan, trauma, atau pelecehan.
Perilaku Abnormal atau abnormal behavior merupakan perilaku
maladaptive yang berupa gangguan mental atau mental disorder
(Wiramihardja, 2007).
Perilaku Abnormal (Abnormal Behavior) berarti gangguan pada inner
personality (kepribadian seseorang) dan penampilan perilaku luar atau kedua-
duanya. Jika ganterjadi gangguan pada salah satu yaitu inner/outer personality
maka istilah yang dgunakan adalah abnormal behavior. Dan jika kedua-
duanya maka maka disebut sebagai disorder personality.

22
2.5 Ciri-ciri Gangguan Abnormal

1. Disfungsi Psikologis
Menjalankan peran/fungsi dalam kehidupan; integrasi aspek kognitif,
afektif, konatif/psikomotorik. Contoh: seorang anak melihat ibunya
bertengkar dengan ayahnya dan melihat ibunya dipukul/dianiaya oleh
ayahnya dan kemudian kedua orangtuanya bercerai.
Aspek kognitif: perspektif anak terhadap ayahnya menjadi negatif,
menurutnya ayahnya itu jahat, tidak mempunyai perasaan dan tidak
sayang terhadap ibunya. Disekolah anak juga jadi tidak bisa
berkonsentrasi dalam belajar. Sehingga anak jadi malas belajar, sehingga
nilai disekolah menurun. Menjadi pendiam disekolah dan tidak percaya
diri.
Aspek afektif: anak menjadi sedih, khawatir, cemas dan takut apabila
melihat ibunya bertengkar dengan ayahnya.
Aspek konatif: malas belajar, ingin memukul dan membunuh ayahnya

2. Distres
Impairment (Hendaya) yaitu menunjukkan pada keadaan “merusak”
dirinya baik secara fisik ataupun psikologis.
Secara Fisik: memukul-mukul tangannya ketembok/kekaca hingga
berdarah, mengonsumsi narkoba, minuman beralkohol secara berlebihan.
Secara Psikologis: mengurung diri dikamar tidak mau makan, main game
online di warnet hingga larut makan bahkan terkadang tidak pulang
seharian.
Respon Atipikal (Secara Kultural Tidak Diharapkan): Reaksi yang
tidak sesuai dengan keadaan sosio kultural yang berlaku

23
Teman-temannya mengolok-olok dan menjauhi dirinya karena dia berasal
dari keluarga broken home dan karena dia sudah menjadi narapidana
karena terlibat kasus narkoba. Ayahnya sudah tidak peduli lagi terhada
keadaan ia dan ibunyanya sehingga ayahnya tidak mau sama sekali
menemui anaknya dan isrinya lagi. Ibunya juga dirawat dirumah sakit
jiwa.

Adapula mengenai kriteria gangguan abnormalitas adalah sebagai berikut:

a. Abnormalitas menurut Konsepsi Statistik

Secara statistik suatu gejala dinyatakan sebagai abnormal bila menyimpang


dari mayoritas. Dengan demikian seorang yang jenius sama- sama
abnormalnya dengan seorang idiot, seorang yang jujur menjadi abnormal
diantara komunitas orang yang tidak jujur.

b. Abnormal menurut Konsepsi Patologis

Berdasarkan konsepsi ini tingkah laku individu dinyatakan tidak normal bila
terdapat simptom-simptom (tanda-tanda) klinis tertentu, misalnya ilusi,
halusinasi, obsesi, fobia, dst. Sebaliknya individu yang tingkah lakunya tidak
menunjukkan adanya simptom-simptom tersebut adalah individu yang
normal.

c. Abnormal menurut Konsepsi Penyesuaian Pribadi

Menurut konsepsi ini seseorang dinyatakan penyesuaiannya baik bila yang


bersangkutan mampu menangani setiap masalah yang dihadapinya dengan
berhasil. Dan hal itu menunjukkan bahwa dirinya memiliki jiwa yang normal.
Tetapi bila dalam menghadapi masalah dirinya menunjukkan kecemasan,
kesedihan, ketakutan, dst. yang pada akhirnya masalah tidak terpecahkan,

24
maka dikatakan bahwa penyesuaian pribadinya tidak baik, sehingga
dinyatakan jiwanya tidak normal.

d. Abnormal menurut Konsepsi Penderitaan/tekanan Pribadi

Perilaku dianggap abnormal jika hal itu menimbulkan penderitaan dan


kesengsaraan bagi individu.

 Tidak semua gangguan (disorder) menyebabkan distress. Misalnya


psikopat yang mengancam atau melukai orang lain tanpa menunjukkan
suatu rasa bersalah atau kecemasan.
 Juga tidak semua penderitaan atau kesakitan merupakan abnormal.
Misalnya seseorang yang sakit karena disuntik.
 Kriteria ini bersifat subjektif karena susah untuk menentukan standar
tingkat distress seseorang agar dapat diberlakukan secara umum.

e. Perilaku berbahaya

Perilaku yang menimbulkan bahaya bagi orang itu sendiri ataupun orang lain
dapat dikatakan abnormal.

f. Abnormalitas menurut Konsepsi Sosio-kultural

Menurut konsepsi ini seseorang dinyatakan penyesuaiannya baik bila yang


bersangkutan mampu menangani setiap masalah yang dihadapinya dengan
berhasil. Dan hal itu menunjukkan bahwa dirinya memiliki jiwa yang normal.
Tetapi bila dalam menghadapi maslah dirinya menunjukkan kecemasan,
kesedihan, ketakutan, dst. yang pada akhirnya masalah tidak terpecahkan,
maka dikatakan bahwa penyesuaian pribadinya tidak baik, sehingga
dinyatakan jiwanya tidak normal.

25
g. Abnormalitas menurut Konsepsi Kematangan Pribadi

Menurut konsepsi kematangan pribadi, seseorang dinyatakan normal jiwanya


bila dirinya telah menunjukkan kematangan pribadinya, yaitu bila dirinya
mampu berperilaku sesuai dengan tingkat perkembangannya.

h. Disability (tidak stabil)

Individu mengalami ketidakmampuan (kesulitan) untuk mencapai tujuan


karena abnormalitas yang dideritanya. Misalnya para pemakai narkoba
dianggap abnormal karena pemakaian narkoba telah mengakibatkan mereka
mengalami kesulitan untuk menjalankan fungsi akademik, sosial atau
pekerjaan.

Seseorang yang abnormal juga mengalami disability. Misalnya seseorang


yang mempunyai gangguan seksual voyeurisme (mendapatkan kepuasan
seksual dengan cara mengintip orang lain telanjang atau sedang melakukan
hubungan seksual), tidak jelas juga apakah ia mengalami disability dalam
masalah seksual.

Menurut Elizabeth B. Hurlock ada tiga ciri perilaku abnormal, yaitu sebagai
berikut:

1. Manic Syndrome

Gejala ini ditandai dengan ketidakmampuan seseorang dalam mengenali


perubahan personality. Ia tidak dapat membedakan mana dirinya ketika ia
sedih atau ketika ia sedang bahagia. Selain itu, ketidakmampuan ini pun
terlihat dari gejala perubahan fisik maupun usia, tetapi kepribadiannya tidak

26
berkembang. Mereka yang termasuk kedalam individu abnormal sering kali
dikuasai oleh halusinasi. Seolah mereka mempunyai dunia sendiri, aktivitas
merekapun sangat tidak dimengerti oleh orang-orang biasa. Gejala halusinasi
ini kemudian diikuti oleh perlaku lainnya, seperti berbicara sendiri, banyak
bicara, over aktif, juga menjadi tidak sabar. Adapun ciri lain dari Manic
Syndrom dalam individu abnormal adalah tidak memiliki dorongan seksual.
Mereka sama sekali pasif terhadap lawan jenis, bahkan terkadang mereka
menganggapnya sebagai individu yang sama.

2. Psychopathic Personality

Dalam gejala Psichopathic Personality, seseorang yang dikatakan abnormal


biasanya memiliki ego yang sangat tinggi. Mereka tidak mau tahu (karena
memang mereka tidak mengerti) apapun tentang keadaan orang lain, yang
terpenting bagi mereka adalah kepuasan terhadap ego.

Saat sedang tertawa dan bahagia, beberapa detik atau menit kemudian tiba-
tiba menangis dan bersedih. Mungkin gejala perubahan emosi ini dipengaruhi
pula oleh halusinasi. Mereka pun tidak jarang mengekspresikankan perasaan
mereka, seperti cinta, marah, bahagia, sedih, atau takut dengan bentuk-bentuk
perilaku yang sulit dikendalikan.

3. Deliquen Personality

Gejala ini ditampilkan dengan sikap pertahanan diri yang sangat kuat. Mereka
yang abnormal seringkali mengunci diri dalam lingkungan yang sepi dan
sendiri. Mereka seolah tidak ingin ada serangan yang datang terhadap dirinya
sehingga mereka selalu mempertahankan diri atau membuat benteng
pertahanan terhadap segala hal yang ada.

27
Gejala lain yang ditunjukkan adalah hiper-sensitif. Mereka dengan sangat
cepat mengekspresikan rasa sedih, marah, takut, atau senang dengan hal-hal
yang oleh orang normal biasa-biasa saja. Gejala hiper-sensitif inilah yang
perlu diperhatikan ketika invidu abnormal berhubungan dengan orang lain,
bisa-bisa terjadi pertengkaran karena yang satu tidak mengetahui dan
memahami yang lainnya.

Bentuk lain dari Deliquen Personality adalah ketidakmampuan menurut


terhadap peraturan yang disebut juga Diciplin Problems. Baik itu masalah
kedisplinan yang berkaitan dengan aturan yang di rumah, ataupun di
lingkungan masyarakat.

28
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengertian kepribadian banyak diungkapkan oleh para pakar dengan definisi


berbeda berdasarkan paradigma dan teori yang digunakan. Beberapa definisi
kepribadian:
1) Kepribadian adalah suatu susunan dari unsur-unsur akal dan jiwa yang
menentukan tingkah laku atau tindakan seseorang. (Koentjaraningrat)

2) Kepribadian adalah kehidupan seseorang secara keseluruhan, individual,


unik, kemampuannya bertahan, membuka diri, serta memperoleh
pengalaman. (Stern)

3) Keprbadian adalah organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai


latar belakang terhadap perilaku. (Theodore R. Newcomb)

4) Kepribadian adalah seluruh karakteristik seseorang yang mengakibatkan


pola yang menetap dalam merespon suatu situasi. (Pervin)

5) Kepribadian adalah pola khas dari pikiran, perasaan, dan tingkah laku
yang membedakan orang satu dengan yang lain serta tidak berubah lintas
waktu dan situasi. (Phares).

6) Kepribadian adalah organisasi faktor-faktor biologis, psikologis, dan


sosiologis yang mendasari perilaku seseorang. (Roucek dan Warren)
Unsur-Unsur Dalam Kepribadian
Tidak ada orang di dunia ini yang memiliki kepribadian yang sama persis,
meskipun anak kembar sekalipun. Hal itu karena adanya unsur-unsur yang
memengaruhi kepribadian seseorang. Unsur-unsur yang dimaksud adalah
pengetahuan, perasaan dan dorongan naluri.

29
3.2 Saran

Diharapkan melalui makalah ini mahasiswa dapat memahami tentang konsep


perkembangan kepribadian dan perilaku abnormal. Setelah membaca materi di atas
hendaknya kembali mencari tahu dan menggali lebih dalam mengenai materi
tersebut dari berbagai sumber lain.

30
DAFTAR PUSTAKA

https://kepegawaian.uma.ac.id/memahami-psikologi-abnormal/

https://www.kompasiana.com/nandapratama1/54f5e280a333118d738b4575/perilaku-
abnormal

http://digilib.uinsby.ac.id/951/5/Bab%202.pdf

https://www.berpendidikan.com/2021/09/pengertian-kepribadian-dan-unsurnya.html

http://repository.radenintan.ac.id/10894/1/BUKU%20DARAS%20PSIKOLOGI%20P
ERKEMBANGAN.pdf

https://beartopiaa.blogspot.com/2019/02/ciri-ciri-gangguan-abnormal.html

https://psikologi.ustjogja.ac.id/index.php/2015/11/05/teori-kepribadian-sigmund-
freud/

https://bkpemula.com/2012/01/31/teori-kepribadian-psikoanalisis-sigmun-freud/

31

Anda mungkin juga menyukai