DISUSUN OLEH:
KELAS 2B
2021
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas untuk mata kuliah Kewarganegaraan, dengan judul: “ Negara Hukum Dan
Ham.”
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, saya
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai
pihak. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.
Tim Penulis
I
DAFTAR ISI
II
BAB I
PENDAHULUAN
1
gagasan negara hukum yang demokratis tempat di mana hak asasi manusia (HAM) diakui,
dihormati dan dilindungi telah dikemukakan oleh para perintis kemerdekaan Republik
Indonesia. Gagasan dan Konsep Negara Hukum dan Demokrasi tempat di mana HAM
dimajukan dan dilindungi terus hidup dan membara dipikiran dan hati para pendiri bangsa.
Hal itu nampak nyata pada penyusunan konstitusi konstitusi yang berlaku di Indonesia.
1.3.TUJUAN PENULISAN
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan Umum Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini guna
meningkatkan pengetahuan dan wawasan mahasiswa/i terkait bagaimana Kaijian Dan
“Negara Hukum Dan Ham”.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Negara Hukum Indonesia adalah negara hukum yang
berdasarkan nilai-nilai Pancasila yang merupakan falsafah dan dasar negara. Pancasila sebagai
dasar negara yang merupakan cerminan dari jiwa bangsa Indonesia, haruslah menjadi sumber
hukum dari semua peraturan hukum yang ada. Menurut Azhary51, meskipun konsep Negara
Hukum Indonesia yang pernah dikemukakan dalam Penjelasan UUD 1945 sebelum dilakukan
perubahan, erat sekali hubungannya dengan konsep rechtsstaat, yaitu konsep negara hukum
Eropa Kontinental, tetapi konsep Negara Hukum Indonesia sebetulnya bukanlah tipe rechtsstaat.
Tipe Negara Hukum Indonesia juga bukan tipe rule of law, meskipun unsur-unsur dari
rechtsstaat dan rule of law dapat ditemukan dalam Negara Hukum Indonesia. Menurut Azhary,
ciri-ciri Negara Hukum Indonesia berdasarkan Pancasila adalah:
a. Pancasila merupakan sumber hukum nasional yang berarti bahwa bangsa Indonesia
menghendaki satu sistem hukum nasional yang dibangun atas dasar wawasan kebangsaan,
wawasan nusantara, dan wawasan bhinneka tunggal ika;
3
b. MPR mempunyai kewenangan untuk mengubah dan menetapkan UUD yang melandasi segala
peraturan perundangan di bawahnya, yang mana undang-undang dibuat oleh DPR dan Presiden
yang menunjukkan prinsip legislatif khas Indonesia;
e. Adanya kekuasaan kehakiman yang bebas dan tidak memihak. Secara konsepsional,
seharusnya Negara Hukum Indonesia dapat dirumuskan baik secara material maupun yuridis
formal. Secara material, Negara Hukum Indonesia yang berdasarkan Pancasila dalam pembuatan
substansi hukumnya harus menjunjung tinggi dan berlandaskan pada:
a. Nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, artinya bahwa hukum yang dijadikan dasar pengaturan
kehidupan negara harus bersumber dari dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai ketuhanan serta
selaras dengan ajaran agama-agama yang ada. Dalam hal ini hukum-hukum yang bersumber dari
ajaran agama adalah bagian dan menjadi salah satu sumber hukum dan peraturan perundang-
undangan.
b. Nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, artinya bahwa hukum yang dijadikan dasar
pengaturan kehidupan negara harus bersumber dari dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai
kemanusiaan yang universal, nilai-nilia keadilan, dan nilai-nilai keadaban. Dengan demikian
maka hukum dan peraturan perundang-undangan harus menjunjung tinggi nilai Hak-hak Asasi
Manusia.
c. Nilai-nilai persatuan Indonesia, artinya bahwa hukum yang dijadikan dasar pengaturan
kehidupan negara harus bersumber dari dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai kebangsaan
Indonesia, tetap menjaga persatuan dan kesatuan dengan tetap menghormati keanekaragaman
agama, budaya, suku, bahasa, tradisi, dan adat istiadat yang ada. Dengan demikian hukum dan
peraturan perundang-undangan harus mengakui dan menjamin nilai-nilai kearifan lokal, tradisi
dan budaya nusantara yang beraneka ragam.
4
d. Nilai-nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, artinya bahwa hukum yang dijadikan dasar pengaturan kehidupan
negara harus bersumber dari dan tidak bertentangan dengan kepentingan dan aspirasi rakyat yang
ditetapkan melalui musyawarah secara perwakilan dengan berlandaskan pada akal sehat (hikmat)
dan i’tikad baik serta kearifan (kebijaksanaan). Dengan hukum dan peraturan perundang-
undangan harus demokratis baik secara substansial dan prosedural.
e. Nilai-nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, artinya bahwa hukum yang dijadikan
dasar pengaturan kehidupan negara harus hukum yang betul-betul bisa menciptakan
kesejahteraan masyarakat secara adil dan merata bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan
demikian hukum dan peraturan perundang-undangan harus dapat menjamin terwujudnya
keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat tanpa kecuali. Sedang secara yuridis formal
Negara Hukum Indonesia harus didasarkan atas ketentuan yang ada dalam pasal-pasal peraturan
perundang-undangan, baik dalam dalam UUD, Undang-Undang, maupun peraturan perundangan
lainnya. Secara yuridis formal, pilar utama bangunan Negara Hukum Indonesia yang tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945 yang kemudian dijabarkan dalam pasal-pasalnya adalah:
a. Adanya jaminan hak asasi manusia yang tercantum dalam: Alinea ke-1 Pembukaan UUD
1945, Pasal 27 Ayat (1), (2), dan (3), Pasal 28, Pasal 31 Ayat (1), Pasal 28A, 28B ayat (1), (2),
Pasal 28C ayat (1), (2), Pasal 28D ayat (1), (2), (3), (4), Pasal 28E ayat (1), (2), (3), Pasal 28 F,
Pasal 28G ayat (1), (2); Pasal 28H ayat (1), (2), (3), (4), Pasa 28 I ayat (1), (2), (3), (4), dan Pasal
28 J ayat 1 dan (2), Pasal 29 Ayat (2);
b. Adanya prinsip persamaan di depan hukum yang dicantumkan dalam Pasal 27 ayat (1);
c. Adanya kekuasaan kehakiman yang bebas tidak memihak, yang dicantumkan dalam Pasal 24
ayat (1).
d. Adanya jaminan pendidikan dan sosial yang dicantumkan dalam Pasal 34 Ayat (1) dan (2).
Disamping itu terdapat sejumlah peraturan perundangan-undangan di bawah UUD 1945 yang
mengatur dan menjabarkan bagaimana mengimplementasikan keempat pilar utama tersebut.
5
Negara Hukum Indonesia menurut UUD 1945 mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut :
4. Prinsip kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan (Pasal 27 (1) UUD 1945).
8. Hukum bertujuan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial.
9. Adanya jaminan akan hak asasi dan kewajiban dasar manusia (Pasal 28 A-J UUD 1945).
Negara dalam pandangan teori klasik diartikan sebagai suatu masyarakat yang sempurna (a
perfect society). Negara pada hakikatnya adalah suatu masyarakat sempurna yang para
anggotanya mentaati aturan yang sudah berlaku. Suatu masyarakat dikatakan sempurna jika
memiliki sejumlah kelengkapan yakni internal dan eksternal. Kelengkapan secara internal, yaitu
adanya penghargaan nilai-nilai kemanusiaan di dalam kehidupan masyarakat itu. Saling
menghargai hak sesama anggota masyarakat. Kelengkapan secara eksternal, jika keberadaan
suatu masyarakat dapat memahami dirinya sebagai bagian dari organisasi masyarakat yang lebih
luas. Dalam konteks ini pengertian negara seperti halnya masyarakat yang memiliki kedua
kelengkapan internal dan eksternal, there exists onlyone perfect society in the natural order,
namely the state (Henry J. Koren(1995:24). Dalam perkembangannya, teori klasik tentang negara
6
ini tampil dalam ragam formulasinya, misalnya menurut tokoh; Socrates, Plato dan Aristoteles.
Munculnya keragam konsep teori tentang negara hanya karena perbedaan cara-cara pendekatan
saja. Pada dasarnya negara harus merepresentasikan suatu bentuk masyarakat yang sempurnya.
Teori klasik menginspirasikan lahirnya teori modern tentang negara, kemudian dikenal istilah
negara hukum. Istilah negara hukum secara terminologis terjemahan dari kata Rechtsstaat atau
Rule of law. Para ahli hukum di daratan Eropa Barat lazim menggunakan istilah Rechtsstaat,
sementara tradisi Anglo–Saxon menggunakan istilah Rule of Law.
Di Indonesia, istilah Rechtsstaat dan Rule of law biasa diterjemahkan dengan istilah “Negara
Hukum” (Winarno, 2007). Gagasan negara hukum di Indonesia yang demokratis telah
dikemukakan oleh para pendiri negara Republik Indonesia (Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dan
kawan-kawan) sejak hampir satu abad yang lalu. Walaupun pembicaraan pada waktu itu masih
dalam konteks hubungan Indonesia (Hindia Belanda) dengan Netherland. Misalnya melalui
gagasan Indonesia (Hindia Belanda) berparlemen, berpemerintahan sendiri, dimana hak politik
rakyatnya diakui dan dihormati. Jadi, cita-cita negara hukum yang demokratis telah lama bersemi
dan berkembang dalam pikiran dan hati para perintis kemerdekaan bangsa Indonesia. Apabila
ada pendapat yang mengatakan cita negara hukum yang demokratis pertama kali dikemukakan
dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
adalah tidak memiliki dasar historis dan bisa menyesatkan. Para pendiri negara waktu itu terus
mem-perjuangkan gagasan negara hukum. Ketika para pendiri negara bersidang dalam BPUPKI
tanggal 28 Mei –1 Juni 1945 dan tanggal 10-17 Juli 1945 gagasan dan konsep Konstitusi
Indonesia dibicarakan oleh para anggota BPUPKI. Melalui sidang-sidang tersebut dikemukakan
istilah rechsstaat (Negara Hukum) oleh Mr. Muhammad Yamin (Abdul Hakim G Nusant ara,
2010:2). Dalam sidang–sidang tersebut muncul berbagai gagasan dan konsep alternatif tentang
ketatanegaraan seperti: negara sosialis, negara serikat dikemukakan oleh para pendiri negara.
Perdebatan pun dalam sidang terjadi, namun karena dilandasi tekad bersama untuk merdeka, jiwa
dan semangat kebangsaan yang tinggi (nasionalisme) dari para pendiri negara, menjunjung tinggi
azas kepentingan bangsa, secara umum menerima konsep negara hukum dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).Semangat cita negara hukum para pendiri negara secara
formal dapatditemukan dalam setiap penyusunan konstitusi, yaitu Konstitusi RIS 1949 dan
UUDS 1950. Dalam konstitusi–konstitusi tersebut dimasukkan Pasal-pasalyang termuat dalam
7
Deklarasi Umum HAM PBB tahun 1948. Hal itu menunjukkan bahwa ketentuan-ketentuan
tentang penghormatan, dan perlindungan HAM perlu dan penting untuk dimasukkan ke dalam
konstitusinegara (Abdul Hakim G Nusantara, 2010:2) Pengertian negara hukum selalu
menggambarkan adanya penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan negara yang didasarkan atas
hukum. Pemerintah dan unsur unsur lembaga di dalamnya dalam menjalankan tugas dan
wewenangnya terikat oleh hukum yang berlaku.
Menurut Mustafa Kamal (2003), dalam negara hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan
berdasarkan kedaulatan hukum (supremasi hukum) dan bertujuan untuk menyelenggarakan
ketert iban hukum. Dasar yuridis bagi negara Indonesia sebagai negara hukum tertera pada Pasal
1 ayat (3) UUD Negara RI 1945 (amandemen ketiga), “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”
Konsep negara hukum mengarah pada tujuan terciptanya kehidupan demokratis, dan terlindungi
hak azasi manusia, serta kesejahteraan yang berkeadilan. Menurut Winarno (2010), konsepsi
negara hukum Indonesia dapat di masukkan dalam konsep negara hukum dalam arti material
atau negara hukum dalam arti luas. Pembuktiannya dapat kita lihat dari perumusan mengenai
tujuan bernegara sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD Negara RI 1945 Alenia IV.
Bahwasannya, negara bertugas dan bertanggungjawab tidak hanya melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia tetapi juga memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.Bukti lain yang menjadi dasar yuridis bagi
keberadaan negara hukumIndonesia dalam arti material, yaitu pada: Bab XIV Pasal 33 dan Pasal
34UUD Negara RI 1945, bahwa negara turut aktif dan bertanggungjawab atasperekonomian
negara dan kesejahteraan rakyat.
Pelaksanaan Hak Asasi Manusia di Indonesia dianggap kurang terlaksana dengan baik. Kasus-
kasus yang terjadi di Indonesia seperti penanganan Aceh, Timor Timur, Maluku, Poso, Papua,
Semanggi dan Tanjung Priok dianggap sebagai pelaksanaan perlindungan Hak Asasi Manusia
yang belum berjalan.
8
Dalam rangka memberikan jaminan perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia dan menangani
masalah-masalah yang berkaitan dengan penegakkan Hak Asasi Manusia, pemerintah telah
melakukan langkah-langkah antara lain:
(1) pembentukan Komisi Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) berdasarkan Keputusan Presiden
nomor 5 tahun 1993 pada tanggal 7 Juni 1993, yang kemudian dikukuhkan lagi melalui undang-
undang nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia;
(2) penetapan Undang-Undang nomor 26 tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia
(3) pembentukan Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad Hoc dengan Keputusan Presiden, untuk
memeriksa dan memutuskan perkara pelanggaran HAM berat yang terjadi sebelum
diundangkannya Undang-Undang nomor 26 tahun 2000; (4) pembentukan Komisi Kebenaran
dan Rekonsiliaasi sebagai alternative penyelesaian pelanggaran Ham diluar Pengadilan HAM
sebagaimana diisyaratkan oleh Undang-Undang tentang HAM;
Sementara itu, konvensi yang telah diratifikasi berkaitan dengan penegakkan Hak Asasi Manusia
di Indonesia adalah:
(1) Konvensi Jenewa tanggal 12 Agustus 1949 (diratifikasi dengan Undang-Undang nomor 59
tahun 1958);
(2) Konvensi tentang Hak Politik Kaum Perempuan (diratifikasi dengan Undang-Undang nomor
68 tahun 1958);
(3) Konvensi tentang Penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap Perempuan (diratifikasi
dengan Undang-Undang nomor 7 tahun 1984);
(4) Konvensi tentang Hak Anak ( diratifikasi dengan Undang-Undang nomor 36 tahun 1990);
(5) Konvensi tentang Pelarangan, Pengembangan, Produksi, dan Penyimpanan senjata biologis
dan beracun serta Pemusnahannya (diratifikasi dengan Keppres nomor 58 tahun 1991);
9
(6) Konvensi Internasional terhadap Apartheid dalam Olahraga (diratifikasi dengan Undang-
Undang nomor 48 tahun 1993);
(7) Konvensi menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman lain yang kejam, tidak
manusiawi, atau merendahkan martabat manusia (diratifikasi dengan Undang-Undang nomor 5
tahun 1998);
(8) Konvensi Organisasi Buruh Internasional nomor 87 tahun 1998 tentang kebebasan berserikat
dan Perlindungan Hak untuk Berorganisasi (diratifikasi dengan Undang-Undang nomor 83 tahun
1998);
(9) Konvensi tentang Penghapusan semua bentuk Diskriminasi Rasial (diratifikasi dengan
Undang-Undang nomor 29 tahun 1999);
(10) Konvensi tentang Penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan (diratifikasi
dengan Undang-Undang nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan kekerasan dalam rumah
Tangga).
10
BAB III
PENUTUP
3.1.KESIMPULAN
Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Negara Hukum Indonesia adalah negara hukum
yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila yang merupakan falsafah dan dasar negara. Pancasila
sebagai dasar negara yang merupakan cerminan dari jiwa bangsa Indonesia, haruslah menjadi
sumber hukum dari semua peraturan hukum yang ada. Deklarasi Umum HAM PBB tahun
1948. Hal itu menunjukkan bahwa ketentuan-ketentuan tentang penghormatan, dan
perlindungan HAM perlu dan penting untuk dimasukkan ke dalam konstitusinegara (Abdul
Hakim G Nusantara, 2010:2) Pengertian negara hukum selalu menggambarkan adanya
penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan negara yang didasarkan atas hukum. Pemerintah
dan unsur unsur lembaga di dalamnya dalam menjalankan tugas dan wewenangnya terikat
oleh hukum yang berlaku.
3.2. SARAN
Demikianlah makalah ini kami susun, semoga makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca. Dalam penulisan ini kami sadari masih banyak kekurangan, saran dan kritik
yang membangun sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah kami ini.
11
DAFTAR PUSTAKA
Aswandi, Bobi, and Kholis Roisah. "Negara Hukum Dan Demokrasi Pancasila
Dalam Kaitannya Dengan Hak Asasi Manusia (HAM)." Jurnal Pembangunan Hukum
Indonesia 1.1 (2019): 128-145.
Supriyanto, Bambang Heri. "Penegakan Hukum Mengenai Hak Asasi Manusia
(HAM) Menurut Hukum Positif di Indonesia." Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Pranata
Sosial 2.3 (2016): 151-168.
Siallagan, Haposan. "Penerapan Prinsip Negara Hukum di Indonesia."
Sosiohumaniora 18.2 (2016): 122-128.
Kalalo, Flora P. "PRINSIP NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA."
Jurnal Hukum Unsrat 12.4 (2007): 1-8.
12