MELIZA NELLA
RAFI
NUR
NADIA MIFTAHU
L
medius), dan gelambir bawah (lobus inverior). Sedangkan paru-paru kiri
terdiri atas dua gelambir yaitu gelambir atas (lobus superior) dan gelambir
bawah (lobus inverior). Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih
kecil bernama segmen.
Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu lima buah segmen pada lobus
superior, dan 5 buah segmen pada lobus inverior. Paru-paru kanan
mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada superior, 2 buah segmen
pada lobus medial, dan 3 buah segmen pada lobus inverior. Tiap-tiap
segmen terbagi lagi menjadi belahan-beahan yang bernama lobulus.
Diantara lobulus satu dan lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi
pembuluh darah getah bening dan syaraf dalam pada tiap-tiap lobulus
terdapat sebuah bronkeolus. Didalam lobulus, bronkeolus ini bercabang-
cabang yang disebut duktus alveolus. Tiap-tiap duktus alveolus berakhir
pada alveolus yang diameternya antara 0.2 sampai 0.3 mm. Paru-paru
merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
dikeluarkan dalam darah. Gelembung alveoli terdiri ini terdiri dari sel-sel
epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya kurang lebih 90
m2.
Banyaknya gelembung paru-paru ini
kurang lebih 700 juta buah. Ukurannya
berfariasi, tergantung pada lokasi
anatomisnya, semakin negatifnya tekanan
intrapleura diapeks, ukuran alveolus
akan semakin besar. Ada 2 tipe sel
alveolus. Tipe satu berukuran besar, datar
berbentuk skuamosa, bertanggung jawab
untuk pertukaran udara. Sedangkan tipe
2, yaitu pneumosit glanular, tidak ikut
serta dalam pertukaran udara.sel-sel tipe
2 ini lah yang berproduksi surfaktan,
yang melapusi alveolus dan mencegahnya
kolaps alveolus.
DEFINISI TB PARU:
Menurut (Carol Mattson Porth) Tuberculosis adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh myco
bakterium M. Tuberculosis. Mycobakteria adalah
bakteri aerob yang ramping, berbentuk batang, dan
tidak membentuk spora. Mereka mirip dengan
organisme bakteri lain kecuali untuk lilin luar kapsul
yang membuat mereka lebih tahan terhadap
kerusakan, organisme dapat bertahan dalam lesi
nekrotik dan kalsifikasi lama dan tetap mampu
memulihkan pertumbuhan mantel lilin juga
menyebabkan organisme untuk mempertahankan
pewarna merah ketika diperlakukan dengan asam
dalam pewarnaan asam cepat. Dengan demikian
mycobakteri sering disebut sebagai basil tahan asam.
Meskipun M. Tuberculosis dapat menginfeksi secara
praktis organ tubuh, paru-paru paling sering terlibat.
Klasifikasi
A. TUBERKULOSIS PARU
B. TUBERKULOSIS EKSTRA PARU
Patofisiologi dan WOC
Individu rentan yang menghirup basil tuberculosis dan terinfeksi.
Bakteri dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli untuk
memperbanyak diri, basil juga dipindahkan melalui system limfe dan
pembuluh darah ke area paru lain dan bagian tubuh lainnya. Sistem
imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit
menelan banyak bakteri, limfosit specific tuberculosis melisis basil
dan jaringan normal, sehingga mengakibatkan penumpukkan
eksudat dalam alveoli dan menyebabkan bronkopnemonia. Massa
jaringan paru/granuloma (gumpalan basil yang masih hidup dan yang
sudah mati) dikelilingi makrofag membentuk dinding protektif.
Granuloma diubah menjadi massa jaringan fibrosa, yang bagian
sentralnya disebut komplek Ghon. Bahan (bakteri dan makrofag)
menjadi nekrotik, membentuk massa seperti keju.
Komplikasi
Komplikasi dini :
Pleuritis.
Efusi pleura.
Empiema.
Laringitis.
Menjalar ke organ lain (otak, tulang, ginjal, kulit dan usus).
Komplikasi lanjut :
Obstruksi jalan nafas (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis).
Kerusakan parenkim berat (SOPT/Fibrosis Paru, Kor
Pulmonal).
Amiloidosis.
Karsinoma paru.
Sindrom Gagal Nafas Dewasa (ARDS), sering terjadi pada
TB milier dan kavitas TB.
Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
Pengkajian
• Identitas klien
• Keluhan utama
• Riwayat penyakit masa lalu
• Data subjektif
• Data objektif
MENUNJANG DIAGNOSA KEPERAWATAN TB PARU
Laboratorium: Biasanya di periksa kuman BTA dan BTA 1 hingga 111
Radiologi: biasanya di lakukan foto thorak untuk melihat paru-paru
klien apahah masih bagus atau sudah infeksi
BENTUK-BENTUK
KOMUNIKASI
●Komunikasi personal
Komunikasi personal terdiri dari dua bentuk yaitu: komunikasi
intrapersonal dan komunikasi interpersonal.
● Komunikasi kelompok
Komunikasi kelompok terdiri dari dua bentuk yaitu komunikasi
kelompok kecil dan komunikasi kelompok besar.
● Komunikasi massa
Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi
yang dilakukan dengan perantara atau media komunikasi yang
ada di masyarakat seperti radio, televisi, film, pers, dll.
● Komunikasi medio
Komunikasi medio (medio communication) adalah bentuk
komunikasi yang mengguanakan media atau alat peraga tertantu
seperti surat, telpon, email, panflet, dan sebagainnya.
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN DAPAT MUNCUL PADA PASIEN TB PARU
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret
kental atau secret darah, kelemahan,upaya batuk buruk, edema
trakea/faringeal
Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi
yang di tandai dengan takipneau atau RR lebih dari normal
gangguan keseimbangan nutrisi,kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kelelahan, batuk yang sering adanya
produksi sputum, dispnea, anoreksia, dan kemampuan finansial.
Kurang pengetahuan tentang kondisi,pengobatan,pencegahan
berhubungan dengan tidak ada yang menerangkan,interpretasi
yang salah, informasi yang di dapat tidak lengkap /tidak akurat,
terbatasnya pengetahuan/kognitif
NUTRISI
DS Bb biasanya mengalami penurunan dalam beberapa
bulan terakhir.
Perubahan selera makan biasanya menjadi anoreksia
DO BB biasanya turun dari sebelumnya
Intake atau output setiap hari biasanya kurang jika sudah
parah
ELIMINASI
DS: BAK berapa jumlahnya, frekuensi, konsistensinya
biasanya normal
DO Biasanya tidak masalah
Sistem Gastrointestinal
DS BAB biasanya normal
DO Pengkajian abdomen:
Inspeksi perut datar
Palpasi perut lembek
Perkusi tidak ada distensi
Auskultasi bising usus biasanya normal
Sistem integument
DS Kelainan kulit, lesi atau sariawan ada atau tidak
DO Turgor kulit biasanya elastis atau kadang buruk
AKTIVITAS DAN IDTIRAHAT
Tidur dan istirahat
DS Klien biasanya susah tidur kerena sesak atau sering batuk dan
demam di malam hari
DO Klien biasanya tampak susah tidur
AKTIVITAS
DS Klien biasanya sering kelelahan dan sesak
ADLnya biasanya ada yang perlu bantuan
Makan, minum, berpakaian, mandi dan toileting bagaimana
DO Respon terhadap aktivitas biasanya takikardi, takipneu, kelelahan
dan sesak.
Kardiovaskuler
DS: Bb menurun
DO Nadi cepat atau lambat
TD biasanya naik atau turun
Maskultadi jantung, bunyi jantung normal atau tidak , dll.
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN DAPAT
MUNCUL PADA PASIEN TB PARU
• Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
sekret kental atau secret darah, kelemahan,upaya batuk
buruk, edema trakea/faringeal
• Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan
hiperventilasi yang di tandai dengan takipneau atau RR
lebih dari normal
• gangguan keseimbangan nutrisi,kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan kelelahan, batuk yang sering
adanya produksi sputum, dispnea, anoreksia, dan
kemampuan finansial.
• Kurang pengetahuan tentang
kondisi,pengobatan,pencegahan berhubungan dengan
tidak ada yang menerangkan,interpretasi yang salah,
informasi yang di dapat tidak lengkap /tidak akurat,
terbatasnya pengetahuan/kognitif
INTERVENSI KEPERAWATAN PADA PASIEN TB PARU
Diagnosa 1: bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
sekret kental atau kekret darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema
trakeal/faringeal
Tujuan dan kriteria hasil (NOC)
INTERVENSI (NIC)
Diagnose 2: ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan
hiperventilasi yang di tandai dengan takipneau atau RR lebih dari
normal
Tujuan dan kriteria hasil (NOC)
INTERVENSI (NIC)
Diagnose 3 :Gangguan keseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan kelelahan, batuk yang sering, adanya produksi
sputum, dispnea anoreksia, penurunan kemampuan finansial.
Tujuan dan kriteria hasil (NOC)
INTERVENSI (NIC)
ANALISIS KASUS
tidak dirasakan membaik dengan perubahan posisi. Pasien mengatakan 1
bulan SMRS menderita batuk-batuk dengan dahak kuning sesekali disertai
bercak merah. Pasien juga mengeluhkan demam yang hilang timbul disertai
keringat di malam hari sampai baju basah. Pasien merasa mengalami
penurunan berat badan karena celana yang biasa dipakai kini menjadi
longgar disertai kurang nafsu makan. Pasien tidak pernah menderita penyakit
jantung, DM, hipertensi ataupun asma. Keluarga mengatakan dalam keluarga
tidak ada yang menderita penyakit yang sama. 3 minggu yang lalu pasien
mengeluh batuk-batuk berdahak semakin banyak. Kemudian berobat ke
sebuah RS dan dikatakan menderita TB Paru serta ada cairan pada kedua
paru. Hasil pemeriksaan fisik pasien tampak sesak, bentuk dada simetris,
terpasang WSD di sebelah kanan, takipnea, penggunaan otot pernafasan
tambahan, perkusi area paru kanan dullness, pengembangan dada asimetris,
suara paru ronchi TD 110/70 mmHg, frekuensi nadi 90 kali/menit, frekuensi
napas 32 kali/menit, dan Suhu 37,5 0C. Hasil rontgen menunjukkan effusi
pleura bilateral terutama kanan dan infiltrat dengan garis-garis keras di lobus
superior sampai inferior kedua paru suspect ec. Mixed infection. Terapi yang
didapat OAT (po), Metilprednisolon (po) 3 x 1 tab, Ceftriaxon 2 x 1 amp (iv),
Ketorolak 2 x 1 amp (iv), Ranitidin 2 x 1 amp (iv).
ND : Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekret MD: TB PARU
MCP Kasus
kental atau secret darah, kelemahan, upaya batuk Key Assesment :
buruk. •sesak nafas yang dirasakan makin berat
DS : sejak 1 minggu yang lalu
•Pasien mengatakan 1 bulan SMRS menderita •sesak dirasakan saat istirahat
batuk-batuk dengan dahak kuning sesekali •Sesak nafas tidak membaik dengan
disertai bercak merah perubahan posisi
DO : •batuk-batuk dengan dahak kuning sesekali
•Pasien terlihat sesak dan batuk-batuk
disertai bercak merah
•Demam hilang timbul disertai keringat di
malam hari sampai baju basah
•penurunan berat badan karena kurang nafsu
makan.
ND : Ketidakefektifan pola napas b.d •TTV :
hiperventilasi yang ditandai dengan takipnea atau •TD : 110/70 mmHg
RR lebih dari normal. •HR : 90 kali/menit
DS : •RR : 32 kali/menit
•Pasien mengatakan sesak semakinberat 1 •Suhu : 37,5 ºC
minggu lalu. •takipnea
•Pasien mengatakan sesak dirasakan juga saat •Terapi :
sedang istirahat sehingga sulit tidur. •OAT (po)
•Pasien mengatakan sesak nafas tidak dirasakan •Ceftriaxone 2x1 amp (iv)
membaik dengan perubahan posisi. •Metilprednisolon (po) 3x1 tab
DO : •Ranitidine 2x1 amp (iv)
•Pasien terlihat sesak nafas •Ketorolak 2x1 amp (iv)
•RR : 32 x/menit
•Takipnea ND : Gangguang keseimbangan nutrisi, kurang dari
kebutuhan tubuh b.d kelelahan, batuk yang sering, adanya
produksi sputum.
DS :
•Pasien merasa mengalami penurunan berat badan karena
celana yang biasa dipakai kini menjadi longgar disertai
kurang nafsu makan.
DO :
•Pasien terlihat kurus
Rencana Intervensi Kasus
Dx 1 : Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekret kental atau
secret darah, kelemahan, upaya batuk buruk.
Intervensi:
Kaji dan dokumentasikan hal-hal berikut:
Keefektifan pemberian oksigen dan terapi lain
Keefektifan obat resep
Kecenderungan pada gas darah arteri jika tersedia
Frekuensi kedalaman dan upaya pernapasan
Factor yang berhubungan seperti nyeri, batuk tidak efektif,
mucus kental, dan keletihan
Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk
mengetahui penurunan atau ketiadaan ventilasi dan
adanya suara napas tambahan.
Dx 2 : Ketidakefektifan pola napas b.d hiperventilasi yang
ditandai dengan takipnea atau RR lebih dari normal.
Intervensi :
Pantau efek obat pada status pernapasan
Tentukan lokasi dan luasnya krepitasi disangkar iga
Kaji kebutuhan insersi jalan napas
Observasi dan dikumentasikan ekspansi dada bilateral
pada pasien yang terpasang ventilator
Dx 3 : Gangguang keseimbangan nutrisi, kurang dari
kebutuhan tubuh b.d kelelahan, batuk yang sering,
adanya produksi sputum.
. Intervensi :
Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan
makan
Pantau nilai laboratorium, khususnya transferin,
albumin, dan elektrolit
Pengkajian
Identitas pasien
Nama : Tn. N
Umur : 60 tahun
Jenis kelamin : laki- laki
Riwayat kesehatan
Keluhan utama
Pasien merasa sesak nafas yang dirasakan makin berat sejak 1 minggu yang lalu
Riwayat penyakit masa lalu
Pasien menderita TB Paru serta ada cairan pada kedua paru.
Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat penyakit yang sama.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Pasien tampak sesak, bentuk dada simetris, terpasang WSD di sebelah
kanan, Compos mentis
Sistem muskoleskeletal : Penggunaan otot pernapasan tambahan.
Sistem kardiovaskuler : TD 110/70 mmHg, nadi 90 kali/menit, nafas 32 kali/menit, suhu
37,5ºC
Sistem pernafasan : nafas pasien tidak normal (32x/menit)
Pola makan : penurunan nafsu makan.
Analisa Data
Data subjektif
Pasien mengatakan sesak nafas semakin berat sejak 1 minggu yang lalu.
Pasien mengatakan sesak dirasakan juga saat sedang istirahat sehingga sulit
tidur.
Pasien mengatakan sesak nafas tidak membaik dengan perubahan posisi.
Pasien mengatakan 1 bulan SMRS menderita batuk-batuk dengan dahak kunik
dan sesekali disertai bercak merah.
Pasien mengatakan demam yang hilang timbul disertai keringat dimalam hari
sampai baju basah.
Pasien merasa mengalami penurunan berat badan karena celana yang biasa
dipakai kini menjadi longgar disertai kurang nafsu makan.
Pasien mengatakan bahwa pasien tidak pernah menderita penyakit jantung,
DM, hipertensi, ataupun asma.
Data objektif
TD = 110/70 menit S = 37,5oC
N = 90x / menit RR = 32 x / menit
Pasien tampak sesak.
bentuk dada terlihat simetris.
terpasang WSD di sebelah kanan.
Diagnosa
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekret kental
atau secret darah, kelemahan, upaya batuk buruk.
Ketidakefektifanpola napas b.d hiperventilasi yang
ditandai dengan takipnea atau RR lebih dari normal.
Gangguang keseimbangan nutrisi, kurang dari
kebutuhan tubuh b.d kelelahan, batuk yang sering,
adanya produksi sputum.
Intervensi
Dx 1 : Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekret
kental atau secret darah, kelemahan, upaya batuk
buruk.
Tujuan :
Setelah diberikan perawatan selama 3x24 jam pasien
akan menunjukkan:
Menunjukkan bersihan jalan nafas yang efektif yang
dibuktikan oleh pencegahan aspirasi, status
pernapasan: ventilasi tidak terganggu dan status
pernapasan: kepatenan jalan napas.
Intervensi:
Kaji dan dokumentasikan hal-hal berikut:
Keefektifan pemberian oksigen dan terapi lain
Keefektifan obat resep
Kecenderungan pada gas darah arteri jika tersedia
Frekuensi kedalaman dan upaya pernapasan
keletihan
Factor yang berhubungan seperti nyeri, batuk tidak efektif, mucus kental, dan
Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui penurunan atau
ketiadaan ventilasi dan adanya suara napas tambahan.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien akan:
Menunjukkan pola pernapasan efektif yang dibuktikan oleh status
pernapasan, status ventilasi dan pernapasan yang tidak terganggu,
kepatenan jalan napas dan tidak ada penyimpangan tanda vital
Intervensi :
Pantau efek obat pada status pernapasan
Tentukan lokasi dan luasnya krepitasi disangkar iga
Kaji kebutuhan insersi jalan napas
Observasi dan dikumentasikan ekspansi dada bilateral pada pasien yang terpasang ventilator
Dx 3 : Gangguang keseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh
b.d kelelahan, batuk yang sering, adanya produksi sputum.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
pasien akan menunjukkan:
Mempertahankan berat badan (kg) atau bertambah (kg) pada
(tanggalnya)
c. Menjelaskan komponen gizi adekuat
d. Mengungkapkan tekad untuk mematuhi diet
e. Menoleransi diet yang dianjurkan
Intervensi :
Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan
Pantau nilai laboratorium, khususnya transferin, albumin, dan
elektrolit
Implementasi
Dx 1 : Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekret kental atau secret darah, kelemahan, upaya batuk buruk.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien mampu meningkatkan kebersihan
jalan nafas yang adekuat.
Implementasi :
Mengkaji secara komprehensif kebersihan jalan nafas
Memberikan dedikasi kepada pasien dan keluarga pasien terkait kebersihan jalan nafas
Mempertahankan keadekuatan hidrasi untuk mengencerkan secret
Menyingkirkan atau tangani factor penyebab, seperti nyeri, keletihan,dan secret yang kental.
Dx 2 : Ketidakefektifan pola napas b.d hiperventilasi yang ditandai dengan takipnea atau RR lebih dari
normal.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien akan
Menunjukkan pola pernapasan efektif yang dibuktikan oleh status pernapasan, status ventilasi dan
pernapasan yang tidak terganggu, kepatenan jalan napas dan tidak ada penyimpangan tanda vitalTujuan :
Implementasi :
Memantau kecepatan, irama, kedalaman dan upaya pernapasan.
Memperhatiakan pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot-otot bantu, serta retraksi otot
supraklavikuler dan interkosta.
Memantau pernapasan yang berbunyi, seperti mendengkur.
Memantau pola pernapasan.
Memperhatikan lokasi trakea.
Melakukan auskultasi suara napas.
Memantau peningkatan kegelisahan
Dx 3 : Gangguang keseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan,
batuk yang sering, adanya produksi sputum.
Tujuan :
a. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat
mempertahankan berat badan (kg) atau bertambah (kg) pada (tanggalnya)
b. Menjelaskan komponen gizi adekuat
c. Mengungkapkan tekad untuk mematuhi diet
d. Menoleransi diet yang dianjurkan
e. Memiliki nilai laboratorium dalam batas normal
Implementasi :
Menentukan status gizi pasien dan kemampuan (pasien) untuk memenuhi kebutuhan gizi
Membantu pasien dalam menentukan pedoman atau piramida makanan yang paling
cocok dalam memenuhi kebutuhan nutrisi dan preferensi
Menciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi makanan
Menganjurkan pasien terkait dengan kebutuhan makanan tertentu berdasarkan
perkembangan atau usia
Memonitor kalori dan asupan makana
Evaluasi
Dx 1 : Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekret kental atau secret darah, kelemahan, upaya batuk buruk.
Evaluasi :
S = Pasien mengatakan badan sudah tidak sesak nafas lagi dan tidak batuk berdahak lagi
O = Pasien terlihat sudah tidak sesak dan sekret sudah tidak ada
A = Masalah teratasi
P = Intervensi tidak dilanjutkan
Dx 2 : Ketidakefektifan pola napas b.d hiperventilasi yang ditandai dengan takipnea atau RR lebih dari normal.
Evaluasi :
S= Pasien mengatakan sudah tidak sesak nafas lagi
O= Pasien terlihat sudah tidak sesak
A= Masalah teratasi
P= Intervensi tidak dilanjutkan
Dx 3 : Gangguang keseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan, batuk yang sering, adanya
produksi sputum.
Evaluasi :
S = Pasien mengatakan sudah ada nafsu makan
O = Pasien sudah terlihat mulai memiliki nafsu makan
A = Masalah teratasi
P = Intervensi tidak dilanjutkan.
TERIMAKASIH