Anda di halaman 1dari 6

Proceedings Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA V Tahun 2015

Karakterisasi Limbah Padat Tambak Udang Vaname


(Litopenaeus vannamei) untuk Kultur Murni Chlorella sp.

Sartika Tangguda1*, Diana Arfiati2, Arning Wilujeng Ekawati2


1
Jurusan Budidaya Kelautan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja
2
Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Universitas Brawijaya, Malang

tika.tangguda@gmail.com

Abstrak
Limbah padat tambak udang vaname mengandung 1,92% C organik, 0,54% N total, dan 1,70% P. Limbah
organik ini harus diubah menjadi bahan anorganik untuk dapat dimanfaatkan oleh mikroalga dalam
bentuk amonium, nitrat, dan fosfat. Perendaman merupakan salah satu cara untuk merubah bahan organik
menjadi bahan anorganik dengan bantuan berbagai kelompok bakteri. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui kandungan unsur hara pada limbah padat tambak udang, mengetahui jenis bakteri yang
terkandung pada limbah padat tambak udang, dan mengkaji waktu penguraian bahan organik menjadi
bahan anorganik dalam proses perendaman limbah padat tambak udang. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode eksperimen. Penelitian menggunakan 7 perlakuan (24, 48, 72, 96, 120, 144,
dan 168 jam) serta 3 ulangan. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah kadar amonium, nitrat,
dan fosfat. Data yang diperoleh dari penelitian selanjutnya dianalisis dengan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) menggunakan aplikasi statistik, yaitu SPSS versi 16.0. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini
adalah perendaman limbah selama 24 jam memberikan pengaruh terbaik pada kadar amonium (0,673
ppm), nitrat (1,213 ppm), dan fosfat (0,165 ppm). Kadar bahan anorganik tersebut mencukupi kebutuhan
Chlorella sp. sehingga diharapkan limbah padat tambak udang vaname dapat dijadikan media kultur
alternatif untuk pertumbuhan Chlorella sp.

Kata kunci: perendaman, limbah padat tambak udang vaname, Chlorella sp.

Abstract
White shrimp pond solid waste containing 1.92% organic C; 0.54% N total; and 1.70% P. Organic waste
is to be converted into inorganic matter to be used by microalgae in the form of ammonium, nitrate, and
phosphate. Soaking is one method to convert organic matter to inorganic matter by various bacteria. The
purpose of this research was to know nutrients in shrimp pond solid waste, to know species bacteria in
shrimp pond solid waste, and to assess the time decomposition of organic matter into inorganic matter in
the soaking process of white shrimp pond solid waste. The method used in this research was experimental
method. This research consisted of 7 treatments (24, 48, 72, 96, 120, 144, and 168 hours) and three
replications. The parameters observed in this research was the content of ammonium, nitrate, and
phosphate. The results obtained from this research is soaking of waste for 24 hours gives the best effect
on ammonium (0.673 ppm), nitrate (1.213 ppm), and phosphate content (0.165 ppm). Anorganic contents
sufficient for Chlorella sp. so white shrimp pond solid waste can be used as alternative medium for
Chlorella sp. growth.

Kata kunci: soaking, white shrimp pond solid waste, Chlorella sp.

1. PENDAHULUAN dihasilkan sebanding dengan intensivitas


Peningkatan target produksi operasi akuakultur. Limbah akuakultur
menyebabkan perubahan pola budidaya tersebut meliputi amonia, bahan organik,
udang, yang sebelumnya menggunakan dan padatan. Menurunnya
pola ekstensif berubah menjadi pola kualitas/degradasi oksigen terlarut
intensif atau bahkan super intensif. disebabkan oleh pendangkalan akibat dari
Perubahan pola budidaya ini telah sedimen dan tingginya nutrien dalam
mempengaruhi penurunan kualitas limbah tersebut, selanjutnya akan
lingkungan karena proses produksi menimbulkan produksi fitoplankton yang
akuakultur selalu diikuti oleh buangan berlebihan (Muslim, 2013).
limbah yang mengandung bahan organik Limbah padat tambak udang
dan nutrien, baik yang bersifat partikel mengandung 1,92% C organik; 0,54% N
maupun terlarut. Volume limbah yang total; dan 1,70% P. Kadar unsur hara yang

381
Proceedings Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA V Tahun 2015

terdapat dalam limbah padat tambak udang 5-7 hari. Isolasi bakteri dilakukan untuk
ini mencukupi kebutuhan Chlorella sp. mendapatkan koloni bakteri yang terpisah.
untuk pertumbuhannya karena sel alga Pewarnaan gram dilakukan dengan 4 jenis
membutuhkan 0,063 g N dan 0,009 g P larutan, yaitu kristal violet, lugol, alkohol,
untuk menghasilkan 1 g sel alga yang baru dan safranin. Kemudian dilakukan uji
(Zhang et al., 2012). Kebutuhan nitrogen biokimia, dimana hasil uji tersebut akan
Chlorella sp. adalah 0,14 0,7 g/l sedangkan dicocokkan dengan buku identifikasi
kebutuhan fosfornya adalah 0,0075 0,3 g/l Manual of Determinatif
(Meritasari et al., 2012). Bacteriology untuk mengetahui jenis
Limbah padat tersebut dapat dijadikan bakteri.
pupuk untuk menstimulasi pertumbuhan Perendaman merupakan salah satu cara
Chlorella sp. Bahan organik harus diubah untuk merubah bahan organik menjadi
terlebih dahulu menjadi anorganik untuk bahan anorganik (Chalid et al., 2010)
dapat dimanfaatkan oleh mikroalga. Proses (Utomo et al., 2005). Penelitian ini
dekomposisi bahan organik secara biologis menggunakan 7 perlakuan perendaman,
oleh mikroba dekomposer (probiotik) akan yaitu perlakuan A (24 jam), B (48 jam), C
menghasilkan hara makro, mikro, hormon, (72 jam), D (96 jam), E (120 jam), F (144
vitamin, dan zat tumbuh (Zahidah, 2012). jam), dan G (168 jam) serta 3 ulangan
Kandungan anorganik yang dapat untuk masing-masing perlakuan.
dimanfaatkan oleh mikroalga untuk Data yang diperoleh dari hasil
pertumbuhannya adalah amonium (NH4+), penelitian, kemudian dianalisa secara
nitrat (NO3-) dan fosfat (PO43-) (Amini dan statistik dengan menggunakan program
Syamdidi, 2006). SPSS versi 16.0.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui kandungan unsur hara pada HASIL DAN PEMBAHASAN
limbah padat tambak udang, mengetahui Unsur Hara Limbah Padat Tambak
jenis bakteri yang terkandung pada limbah Udang Vaname
padat tambak udang, dan mengkaji waktu Limbah padat tambak udang vaname (L.
penguraian bahan organik menjadi bahan vannamei) mengandung sejumlah besar
anorganik dalam proses perendaman limbah unsur hara makro dan mikro yang
padat tambak udang untuk kultur murni dibutuhkan untuk pertumbuhan Chlorella
Chlorella sp. sp., seperti terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil analisis kimia limbah padat
METODE PENELITIAN tambak udang vaname
Metode yang digunakan dalam Kadar unsur
Parameter Unit
penelitian ini adalah metode eksperimen. hara
Penelitian eksperimen yaitu penelitian yang C organik g/100 g 30,679
menguji hipotesis berbentuk sebab akibat N total g/100 g 8,842
Total P2O5 g/100 g 12,700
melalui manipulasi variabel bebas
Total K2O g/100 g 7,730
(misalnya perlakuan) dan menguji
Total Fe mg/100 g 166,926
perubahan-perubahan yang diakibatkan Total Cu mg/100 g 25,918
oleh perlakuan tersebut. Penelitian ini Total Zn mg/100 g 55,373
terdiri dari 3 bagian, yaitu analisis unsur Total Mn mg/100 g 63,303
hara pada limbah padat tambak udang, Total B mg/100 g 29,406
identifikasi bakteri pada limbah padat Total Co mg/100 g 22,436
tambak udang, dan waktu perendaman Total Mo mg/100 g 53,533
limbah padat tambak udang.
Unsur hara terdiri dari unsur hara makro Menurut (Eyster, 1978), kebutuhan
dan mikro. Unsur hara yang diamati adalah nutrien Chlorella sp. adalah 0,14 0,7 g/l N;
C, N, P, Fe, Cu, Zn, Mn, B, Co, dan Mo. 0,015 0,62 g/l P; 0,0195 3,9 g/l K;
Identifikasi bakteri terdiri dari kultur 0,02 0,129 g/l Ca; 0,024 0,96 g/l Mg;
bakteri, isolasi bakteri, pewarnaan gram, 0,00055 0,55 g/l Mn; 0,00000064 0,064
dan uji biokimia. Kultur bakteri heterotrof g/l Cu; 0,00112 0,056 g/l Fe; dan
dilakukan selama 1-2 hari, sedangkan 0,00065 0,65 g/l Zn. Kandungan unsur
kultur bakteri nitrifikasi dilakukan selama hara makro dan mikro yang terdapat pada

382
Proceedings Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA V Tahun 2015

limbah padat tambak udang diharapkan dikarenakan enzim membrane-bound


dapat mendukung pertumbuhan Chlorella oxygenase yang dihasilkan oleh bakteri
sp. karena jumlah yang terkandung untuk meningkatkan kontak secara
didalamnya sudah mencukupi kebutuhan langsung antara minyak dan bakteri
mikroalga ini terhadap sejumlah unsur sehingga bakteri dapat memanfaatkan
tersebut. Menurut (Chalid et al., 2010), minyak tersebut sebagai sumber karbon.
Chlorella sp. membutuhkan nutrien yang Pikoli et al. (2010) menyebutkan bahwa
terdiri atas unsur hara makro dan mikro jenis-jenis bakteri dari genus Bacillus yang
untuk pertumbuhannya. Unsur hara makro mampu mendegradasi lipid adalah B.
yang diperlukan untuk pertumbuhan polymixa, B. licheniformis, B.
Chlorella sp. adalah N, P, K, Mg, dan S. stearothermophilus, B. brevis, dan B.
Unsur hara mikro terdiri dari Fe, Cu, Zn, coagulans. Alcaligenes sp. dan
Mn, B, dan Mo. Corynebacterium sp. merupakan agen
bioremidiasi. Mikroorganisme ini
Identifikasi Bakteri pada Limbah menghasilkan enzim-enzim yang mampu
Padat Tambak Udang Vaname merubah struktur polutan beracun menjadi
Limbah padat tambak udang vaname (L. tidak kompleks sehingga menjadi senyawa
vannamei) mengandung beberapa yang tidak beracun dan berbahaya (Priadie,
kelompok bakteri yang berperan dalam 2012).
perubahan bahan organik menjadi bahan Nitrifikasi terdiri dari dua reaksi, yaitu
anorganik tersebut seperti terlihat pada nitritasi yaitu perubahan dari amonia
Tabel 2. menjadi nitrit yang dilakukan oleh bakteri
Nitrosomonas sp. dan nitratasi, yaitu
Tabel 2. Hasil analisis bakteri pada limbah perubahan dari nitrit menjadi nitrat yang
padat tambak udang vaname dilakukan oleh bakteri Nitrobacter sp.
Kelimpahan (Sigee, 2005). Terdapatnya bakteri
Jenis bakteri
(sel/ml)
nitrifikasi pada limbah padat tambak udang
Corynebacterium sp. 6,97 x 104
Pseudomonas sp. 1,69 x 105 menggambarkan bahwa proses nitrifikasi
Pseudomonas putida 1,20 x 107 dapat berlangsung dengan baik.
Pseudomonas pickettii 8,0 x 107
Pseudomonas stutzeri 5,22 x 107 Waktu Perendaman Limbah Padat
Pseudomonas 1,35 x 104 Tambak Udang Vaname
acidovorans Kadar Amonium pada Perendaman
Alcaligenes 5,68 x 104 Limbah Padat Tambak Udang Vaname
bronchisepticus Perendaman limbah padat tambak udang
Bacillus sp. 3,96 x 106 akan menghasilkan amonium yang
Bacillus coagulans 2,00 x 103 dibutuhkan oleh Chlorella sp. seperti yang
Bacillus 5,20 x 104
tersaji pada Tabel 3 dan Gambar 1.
stearothermophilus Tabel 3. Kadar amonium selama perendaman
Bacillus megaterium 2,00 x 104 limbah padat tambak udang vaname
Bakteri nitritasi Ulangan Rata-
(Nitrosomonas sp.) 2,19 x 106 Perlakuan rata
Bakteri nitratasi 1 2 3
(ppm)
(Nitrobacter sp.) 6,10 x 107 A 0,630 0,729 0,659 0,673
B 0,502 0,565 0,714 0,594
C 0,200 0,283 0,362 0,282
Kasmita (2010) menyatakan bahwa D 0,414 0,364 0,304 0,361
genus Pseudomonas sp. dan Bacillus sp. E 0,239 0,195 0,182 0,205
memiliki kemampuan yang paling besar F 0,135 0,174 0,192 0,167
G 0,213 0,200 0,221 0,217
dalam melarutkan fosfat tak larut menjadi
bentuk larut dalam tanah. Spesies-spesies
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui
bakteri yang memiliki kemampuan tinggi
untuk melarutkan fosfat adalah P. striata, bahwa kadar amonium tertinggi selama
proses perendaman berlangsung terdapat
P. rathonis, B. polymyxa, dan B.
megaterium. Januar et al. (2013) pada perlakuan A, yaitu 0,673 ppm. Kadar
amonium terendah terdapat pada perlakuan
menemukan bahwa Bacillus sp. mampu
menurunkan kadar lipid sebanyak 25% F, yaitu 0,167 ppm. Penelitian yang

383
Proceedings Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA V Tahun 2015

dilakukan oleh Pirzan dan Masak (2008) dapat diketahui bahwa Nitrosomonas sp.
menyatakan bahwa kandungan amonium memanfaatkan amonium sebagai sumber
(NH4-N) berkisar antara 0,1786 1,0440 nitrogen sehingga semakin lama waktu
mg/l termasuk kategori yang dapat perendaman, maka jumlah amonium
ditoleransi oleh organisme budidaya, semakin berkurang.
termasuk fitoplankton. Berdasarkan
literatur tersebut dapat diketahui bahwa Kadar Nitrat pada Perendaman Limbah
kadar amonium selama proses perendaman Padat Tambak Udang Vaname
berlangsung dapat mendukung kehidupan Perubahan bahan organik menjadi nitrat
fitoplankton Chlorella sp. Ion amonium terjadi melalui proses nitrifikasi dengan
lebih banyak dijumpai pada kondisi bantuan bakteri nitrifikasi. Kadar nitrat
lingkungan yang asam atau netral daripada mengalami perubahan selama proses
kondisi lingkungan yang basa. perendaman limbah padat tambak udang
berlangsung seperti terlihat pada Tabel 4
0.800 dan Gambar 2.
y = -0.0034x + 0.6851
0.700 R² = 0.7316 Tabel 4. Kadar nitrat selama perendaman
m

0.600 limbah padat tambak udang


0.500 Ulangan Rata-
m

0.400 Perlakuan rata


1 2 3 (ppm)
r m

0.300
A 1,238 1,114 1,287 1,213
0.200 B 0,804 0,842 0,644 0,763
0.100 C 0,668 0,557 0,458 0,561
0.000 D 0,520 0,520 0,371 0,470
E 0,458 0,483 0,396 0,446
0 24 48 72 96 120 144 168
F 0,371 0,285 0,433 0,363
Waktu perendaman (jam) G 0,235 0,408 0,347 0,330
Gambar 1. Kurva regresi amonium pada waktu
perendaman yang berbeda Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui
bahwa perlakuan A menghasilkan rata-rata
Berdasarkan Gambar 1 didapatkan kadar nitrat tertinggi, yaitu 1,213 ppm;
persamaan: y = -0,0034x + 0,6851 dengan sedangkan perlakuan G menghasilkan rata-
nilai R2 = 0,7316 dan r = 0,8553 yang rata kadar nitrat terendah, yaitu 0,330 ppm.
menyatakan bahwa perlakuan waktu Menurut Mackentum (1969), fitoplankton
perendaman limbah padat tambak udang membutuhkan kadar nitrat sebesar 0,9 3,5
berpengaruh sebesar 85,53% terhadap mg/l untuk pertumbuhan selnya.
kadar amonium. Berdasarkan literatur tersebut hanya proses
Semakin lama waktu perendaman perendaman 24 jam yang menghasilkan
limbah padat tambak udang menyebabkan kadar nitrat yang cukup untuk mendukung
peningkatan nilai BOD (Biologycal Oxygen pertumbuhan fitoplankton, termasuk
Demand). Semakin tinggi bahan organik Chlorella sp.
dalam air limbah menunjukkan nilai BOD 1.400
semakin tinggi. Nilai BOD pada perlakuan 1.200
y = -0.0053x + 1.1015
Kadar nitrat (ppm)

A, B, C, D, E, F, dan G secara berturut- 1.000 R² = 0.746


turut adalah 1,43 ppm; 1,74 ppm; 1,91
0.800
ppm; 2,09 ppm; 2,27 ppm; 2,93 ppm; dan
0.600
3,01 ppm. Meningkatnya kandungan BOD
0.400
menunjukkan tingginya jumlah bahan
0.200
organik yang belum terdegradasi sehingga
0.000
menyebabkan penumpukan bahan organik
0 24 48 72 96 120 144 168
dengan semakin lamanya proses
Waktu perendaman (jam)
perendaman limbah. Menurut Sumarsih
(2003), Nitrosomonas sp. memperoleh Gambar 2. Kurva regresi nitrat pada waktu
perendaman yang berbeda
energi dari oksidasi amonium, selain itu
amonium juga berfungsi sebagai sumber
Uji polinomial ortogonal menghasilkan
nitrogen bagi bakteri tersebut untuk proses
kurva regresi dengan persamaan y = -
metabolisme selnya. Dari literatur tersebut
0,0053x + 1,1015 dengan R2 = 0,746 dan r

384
Proceedings Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA V Tahun 2015

=0,864. Koefisien korelasi sebesar 86,40% 0,02 mg/l maka akan menjadi faktor
menunjukkan bahwa perlakuan perendaman pembatas. Berdasarkan literatur tersebut
limbah padat tambak udang berpengaruh dapat diketahui bahwa proses perendaman
sebesar 86,40% terhadap kadar nitrat. 24 jam (perlakuan A) menghasilkan kadar
Reaksi nitrifikasi menghasilkan fosfat yang optimal untuk pertumbuhan
sejumlah ion H+ sehingga menyebabkan plankton, termasuk Chlorella sp.
penurunan pH lingkungan (Sumarsih, 0.180
2003). pH lingkungan yang asam akan 0.160 y = -0.0008x + 0.132
menghambat proses nitrifikasi karena 0.140 R² = 0.6442

Kadar fosfat (ppm)


bakteri nitrifikasi tidak mampu bekerja 0.120
0.100
optimal. Proses nitrifikasi yang terhambat
0.080
ini menyebabkan pembentukan nitrat 0.060
menjadi terhambat sehingga kadar nitrat 0.040
menurun dengan semakin lamanya waktu 0.020
perendaman limbah. Nilai pH pada 0.000
-0.020 0 24 48 72 96 120 144 168
perlakuan A, B, C, D, E, F, dan G, secara
berturut-turut, adalah 8,11; 7,65; 7,43; 6,98; Waktu perendaman (jam)
6,76; 6,25; dan 5,81. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa semakin lamanya Gambar 3. Kurva regresi nitrat pada waktu
proses perendaman menyebabkan pH perendaman yang berbeda
berkurang. Menurunnya nilai pH
menyebabkan proses nitrifikasi terhambat Kurva regresi (Gambar 3) menghasilkan
karena proses nitrifikasi berlangsung pada persamaan y = -0,0008x + 0,132 dengan R2
pH 7,0 8,2. = 0,6442 dan r = 0,803. Pada analisis ini
dapat diketahui bahwa perlakuan
Kadar Fosfat pada Perendaman Limbah perendaman limbah padat tambak udang
Padat Tambak Udang Vaname berpengaruh sebesar 80,30% terhadap
Limbah padat tambak udang vaname (L. kadar fosfat.
vannamei) mengandung sejumlah unsur Bakteri pelarut fosfat (BPF) selain
fosfor organik yang harus diubah menjadi menghasilkan enzim fosfatase juga
fosfat terlarut melalui proses perendaman. menghasilkan asam-asam organik, seperti
Proses ini menyebabkan fosfat mengalami asam sitrat, glutamat, suksinat, tartat,
penurunan selama proses perendaman format, asetat, propionat, laktonat, glikonat,
berlangsung, seperti terlihat pada Tabel 5 dan fumarat (Rao, 1994). Pembentukan
dan Gambar 3. asam organik ini akan menurunkan pH
Tabel 5. Kadar fosfat selama perendaman larutan yang selanjutnya akan menghambat
limbah padat tambak udang proses perombakan bahan organik,
Ulangan Rata-
Perlakuan rata termasuk fosfat. Penurunan pH larutan
1 2 3
(ppm) diikuti dengan penurunan oksigen terlarut
A 0,165 0,165 0,164 0,165 sehingga mengurangi kemampuan bakteri
B 0,064 0,070 0,080 0,071
C 0,040 0,039 0,052 0,044 untuk merombak bahan organik.
D 0,043 0,035 0,040 0,039 Terhambatnya kemampuan bakteri untuk
E 0,024 0,027 0,027 0,026 merombak bahan organik menyebabkan
F 0,022 0,023 0,017 0,021
G 0,038 0,015 0,029 0,027
penurunan kadar fosfat seiring dengan
bertambahnya waktu perendaman.
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui
bahwa perlakuan A menghasilkan rata-rata KESIMPULAN
fosfat tertinggi, yaitu 0,165 ppm, dan Limbah padat tambak udang vaname (L.
terendah yaitu F (0,021 ppm). Menurut vannamei) mengandung unsur hara makro
Mackentum (1969), kadar ortofosfat yang dan mikro yang diperlukan untuk
diperlukan untuk pertumbuhan optimal pertumbuhan Chlorella sp. Limbah ini
plankton adalah 0,09 1,80 mg/l. mengandung bakteri heterotrof dan bakteri
Kemudian, menurut Sumardianto (1995), nitrifikasi yang diperlukan untuk proses
apabila kandungan ortofosfat kurang dari perombakan bahan organik. Perendaman 24
jam merupakan perendaman terbaik untuk

385
Proceedings Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA V Tahun 2015

menguraikan bahan organik menjadi Biofilter dari Bahan Genteng Plastik


anorganik yang menghasilkan 0,673 ppm Bergelombang. Jurnal Bumi Lestari. 13.
NH43-+; 1,213 ppm NO3-; dan 0,165 ppm 79 90.
Pikoli, M.R., Pingkan, A., dan Dea, I.A. 2000.
PO4 . Kadar bahan anorganik tersebut
Isolasi Bertahap dan Identifikasi Bakteri
mencukupi kebutuhan Chlorella sp. untuk
Thermofilik Pendegradasi Minyak Bumi
pertumbuhannya. dari Sumur Bangko. Jurnal Proc. 32.
53 59.
UCAPAN TERIMA KASIH Pirzan, A.M., dan Masak, P.R.P. 2008.
Penulis mengucapkan banyak terima Hubungan Keragaman Fitoplankton dengan
kasih kepada pihak Balai Besar Kualitas Air di Pulau Bauluang, Kabupaten
Pengembangan Budidaya Air Payau Takalar, Sulawesi Selatan. Biodiversitas. 9.
(BBPBAP) Jepara; Laboratorium Tanah, 217 221.
Fakultas Pertanian, Laboratorium Priadie, B. 2012. Teknik Bioremidiasi sebagai
Bioteknologi Perairan, dan Laboratorium Alternatif dalam Upaya Pengendalian
Pencemaran Air. Jurnal Ilmu Lingkungan.
Workshop, Fakultas Perikanan dan Ilmu
10. 38 48.
Kelautan, Universitas Brawijaya; dan Rao, S. 1994. Mikroorganisme Tanah dan
Laboratorium Kimia, Universitas Pertumbuhan Tanaman. Edisi Kedua. UI
Muhammadiyah Malang. Press. Jakarta.
Sigee, D.C. 2005. Freshwater Microbiology:
DAFTAR PUSTAKA Biodiversity and Dinamic Interaction of
Amini, S. dan Syamdidi. 2006. Konsentrasi Microorganism in the Aquatic
Unsur Hara pada Media dan Pertumbuhan Environmental. John Wiley and Sons Ltd.
Chlorella vulgaris dengan Pupuk Anorganik Chichester.
Teknis dan Analis. Jurnal Perikanan. 8. Sumardianto. 1995. Struktur komunitas
201-206. fitoplankton di Perairan Teluk Pelabuhan
Chalid, S.Y., Amini, S., dan Lestari, S.D. 2010. Ratu. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kultivasi Chlorella sp. pada Media Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 87 hlm.
Tumbuh yang Diperkaya dengan Pupuk Sumarsih, S. 2003. Diktat Kuliah Mikrobiologi
Anorganik dan Soil Extract. Jurnal Dasar. UPN Veteran. Yogyakarta.
Akuakultur Indonesia. 11. 34 40. Utomo, N.B.P., Winarti, dan Erlina, A.. 2005.
Eyster, C. 1978. Nutrient Concentration Pertumbuhan Spirulina platensis yang
Requirements for Chlorella sorokiniana. Dikultur dengan Pupuk Inorganik (Urea,
Ohio J. Sci. 78. 78 81. TSP, Dan ZA) dan Kotoran Ayam. Jurnal
Januar, W., Khotimah, S., dan Mulyadi, A. Akuakultur Indonesia. 4. 41 48.
2013. Kemampuan Isolat Bakteri Zahidah. 2012. Pertumbuhan Populasi Daphnia
Pendegradasi Lipid dari Instalasi Sp. yang Diberi Pupuk Limbah Budidaya
Pengolahan Limbah Cair PPKS PTPN-XIII Karamba Jaring Apung (KJA) di Waduk
Ngabang, Kabupaten Landak. Jurnal Cirata yang Telah Difermentasi EM4. Jurnal
Protobiont. 2. 136 140. Akuatika. 3. 84 94.
Kasmita, R. 2010. Isolasi, karakterisasi, dan Zhang, Y., Su, H., Zhong, Y., Zhang, C., Shen,
identifikasi molekuler Bakteri Pelarut Z., Sang, W., Yan, G., and Zhou X. 2012.
Fosfat (BPF) dari beberapa sampel tanah The Effect of Bacterial Contamination on
di Bogor, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan The Heterotrophic Cultivation of Chlorella
Nusa Tenggara Timur (NTT). Skripsi. Pyrenoidosa in Wastewater from The
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Production of Soybean Products. Water
Bogor. 68 hlm. Research. 46. 5509 5516.
Mackentum, K.M. 1969. The Practice of Water
Pollution Biology. Federal Water Pollution
Control Administration. USA.
Meritasari, D., Mubarok, A.S., Sulmartiwi, L.,
dan Masithah, E.D. 2012. Pengaruh
Pemberian Pupuk Cair Limbah Ikan Lemuru
(Sardinella Sp.) dengan Dosis yang Berbeda
terhadap Pertumbuhan Chlorella sp. Jurnal
Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 4. 27 32.
Muslim. 2013. Pengurangan Racun Amonia,
Bahan Organik dan Padatan Tersuspensi di
Media Budidaya Udang Galah dengan

386

Anda mungkin juga menyukai