Anda di halaman 1dari 13

ARTIKEL

KONSEP PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU ( RTH ) KAWASAN


STRATEGIS TAMAN KOTA DOMPU

OLEH:

SRIATUN / NIM 221RPL71029


SEKOLAH TINGGI TEKNIK LINGKUNGAN (STTL) MATARAM
TAHUN 2021

ARTIKEL
KONSEP PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU ( RTH ) KAWASAN
STRATEGIS TAMAN KOTA DOMPU

Sriatun

Program Studi S-1 Teknik Lingkungan


Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan ( STTL )
Jl. Bung Karno No 60 Mataram Telp ( 0370 ) 7509700
Email : sttl.mataram@yahoo.co.id

Naskah diterima: 06 November 2021, revisi terakhir 13 November 2021

Abstrak

Keberadaan ruang terbuka hijau merupakan unsur penting yang dapat menjaga
keberlanjutan ekologi suatu kota. Kota cenderung menghabiskan ruang-ruang terbuka
yang ada untuk pemenuhan aspek ekonomi sehingga lanskap perkotaan bersifat sangat
dinamis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep dalam penataan ruang
terbuka hijau serta untuk mengetahui peluang dan hambatan penataan ruang terbuka
hijau di Kabupaten Dompu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep penataan
ruang terbuka hijau belum menunjukkan hasil yang baik, dimana pada tahap
perencanaan Pemkab Dompu belum memiliki perda sendiri sebagai pedoman penataan
ruang terbuka hijau, pada tahap pengarahan Standard Operating Procedure belum
terlaksana dengan baik. Kemudian pada tahap pengawasanpun, untuk pemberian
insentif dan disinsentif belum berjalan seperti sebagaimana mestinya. Hambatan seperti
minimnya dana, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia menyebabkan
penataan ruang terbuka hijau menjadi kurang maksimal. Rekomendasi dari hal
penelitian ini adalah pembuatan perda sebagai pedoman dan payung hukum penataan
ruang terbuka hijau di Kabupaten Dompu, pemenuhan Standard Operating Procedure,
menambah jumlah tenaga ahli dalam penataan ruang terbuka hijau, pemberian insentif
dan disinsentif, tersedianya wisata kuliner aman lokal yang beragam, pemenuhan sarana
sanitasi layak serta prasarana untuk mendukung penataan ruang terbuka hijau di
Kabupaten Dompu. .
Kata Kunci : Konsep, Penataan Ruang, Ruang Terbuka Hijau, Dinamis, wisata kuliner
aman local, sarana sanitasi layak

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya Konsep Penataan Ruang Wilayah adalah untuk memanfaatkan
pembangunan yang harus mengacu pada beberapa aspek seperti, keamanan
kenyamanan, produktifitas serta dapat bermanfaat secara luas bagi semua lapisan
masyarakat. Hal tersebut dikarenakan konsep penggunaan ruang ini bukan hanya untuk
hari ini dan tahun depan saja tapi untuk generasi dimasa depan. Tata ruang berkaitan
erat dengan konsep pengembangan wilayah. Penataan ruang memiliki peran penting
dalam penyelenggaraan pembangunan dan upaya mewujudkan pembangunan
berkelanjutan.
Keberadaan ruang terbuka hijau merupakan unsur penting yang dapat menjaga
keberlanjutan ekologis suatu kota. Kota cenderung menghabiskan ruang-ruang terbuka
yang ada untuk pemenuhan aspek ekonomi sehingga lanskap perkotaan bersifat sangat
dinamis.
Pembangunan berkelanjutan perlu mendapatkan perhatian agar supaya suatu
daerah dapat dikembangkan dengan tidak mengganggu ekosistem lingkungan yang ada.
Masyarakat setempat tidak mengganggu tidak terpinggirkan kepentingannya untuk
pemenuhan kebutuhan hidup yang lebih baik. Untuk pertumbuhan ekonomi dan
bagaimana mencari jalan untuk memajukan ekonomi dalam jangka panjang, tanpa
menghabiskan modal alam. Namun untuk sebagian orang lain, konsep pertumbuhan
ekonomi itu sendiri bermasalah karna sumber daya bumi itu sendiri terbatas.
Untuk membangun lingkungan masyarakat yang sejahtera dan berkelanjutan serta
mengajak semua pihak berpartisipasi menjaga sumber daya alam yang ada. Dalam
rangka pembangunan Ruang Terbuka Hijau di Kabupaten Dompu dilakukan penanaman
bibit tanaman serta produk bak sampah dalam rangka penghijauan Ruang Terbuka
Hijau (RTH) guna mendukung pula upaya pemerintah daerah kabupaten dompu dalam
menciptakan program dompu mashur yang maju, sejahtera, unggul dan religius.
Salah satu tolak ukur pengaplikasian Konsep Kota Hijau adalah keberadaan Ruang
Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan khusunya di Taman Kota Dompu. Ruang Terbuka
Hijau pada suatu kota harus memenuhi luasan minimal yakni sebesar 30% dari
keseluruhan luas lahan dengan komposisi 20% ruang terbuka hijau public dan 10%
ruang terbuka hijau privat (Undang-Undang No. 26 Tahun 2007). Pengalokasian 30%
RTH ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang RTRW Kota dan RTRW Kabupaten.
Proporsi tersebut bertujuan untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota baik
keseimbangan system hidrologi dan keseimbangan mikroklimat, maupun system
ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan
masyarakat, ruang terbuka bagi aktivitas public serta dapat meningkatkan nilai estetika
kota
Kota sebagai pusat perekonomian wilayah memiliki peran yang sangat besar bagi
pembangunan, dimana konstribusinya terhadap pemenuhan kebutuhan hidup warganya
melahirkan berbagai permasalahan. Jumlah penduduk yang terus bertambah dan
dikaitkan dengan implikasinya pada ruang kota, bagi para pakar dan pemerhati
lingkungan sangatlah menakutkan. Apalagi ada banyak kejadian terutama di negara
berkembang, kota-kota tersebut berkembang tanpa pengendalian. Jumlah penduduk
terus bertambah, ruang kota semakin padat dan berkualitas rendah, lalu lintas semrawut,
penghijauan sangat kurang, terjadi banjir dan sebagainya.
Srategi pengelolaan kawasan Taman Kota Dompu dengan memperhatikan aspek
keberlanjutan dan kelestarian lingkungan hidup, sebagai berikut
 Memantapkan fungsi kawasan lindung, baik untuk melindungi kawasan
bawahnya (fungsi hidrologis), kawasan perlindungan setempat, maupun
kawasan rawan bencana
 Memelihara dan mewujudkan kelestarian fungsi lingkungan hidup dalam
rangka mempertahankan daya dukung lingkungan
 Mendelineasi kawasan lindung sesuai dengan kriteria kawasan
 Memberi perlindungan terhadap keanekaragaman flora, fauna dan ekosistem
 Mengendalikan pemanfaatan ruang pada kawasan lindung agar sesuai dengan
fungsi lindung yang telah ditetapkan dalam mengupayakan tercapainya
kelestarian dan keseimbangan lingkungan dengan tetap mempertimbangkan
kebutuhan pembangunan
 Mengelola dampak negatif kegiatan taman kota agar tidak menurunkan kualitas
lingkungan hidup dan efisiensi kawasan
 Mengendalikan pemanfaatan ruang pada kawasan taman kota agar tidak terjadi
konflik antar kegiatan / atau sektor, daerah produksi dan daerah pemasaran.

Taman Kota Dompu merupakan salah satu taman yang berada di pusat Kota
Kabupaten Dompu, taman ini sering dimanfaatkan oleh warga untuk olahraga seperti
lari pagi dan sore, hingga bersantai dan menikmati kuliner. Taman Kota juga menjadi
tempat berkumpul dan refreshing

B. Tujuan
Untuk mengetahui konsep dalam penataan ruang terbuka hijau serta untuk
mengetahui peluang dan hambatan penataan ruang terbuka hijau di Kabupaten Dompu
Untuk mewujudkan ruang wilayah Kabupaten Dompu yang aman, nyaman,
produktif dan berkelanjutan yang bertumpu pada sector pertanian sebagai basis
ekonomi yang didukung oleh sector industri pengolahan, perikanan dan kelautan,
perdagangan dan jasa, pariwisata serta pertambangan dengan memperhatikan
kelestarian lingkungan hidup dan pengurangan resiko bencana

II. METODE STUDI


Penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Bogdan
dan Taylor (1975, h.5) yang dikutip oleh Moeleong (2000, h.3) mendefinisikan
metodologi kuantitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat di amati.
Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic (utuh).
Pendekatan deskriptif dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-
keadaan nyata sekarang. Jadi penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif adalah
penelitian yang mengungkapkan fakta apa adanya tentang suatu objek, gejala, keadaan
dengan menggambarkan, menguraikan, menginterpretasikan dan diambil suatu
kesimpulan dalam bentuk tulisan yang sitematis berdasarkan dari hasil observasi.
Fokus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
 Produk Kebijakan Peraturan Daerah Kabupaten Dompu Nomor 2 Tahun 2012
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Dompu
 Implementasi Kebijakan Tata Ruang Wilayah Dalam Mewujudkan
Pembangunan Kota Berkelanjutan
 Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi kebijakan tata
ruang wilayah dalam mewujudkan pembangunan kota berkelanjutan di
Kabupaten Dompu
a) Faktor Pendukung
b) Faktor Penghambat

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ruang terbuka hijau dikenal dengan istilah RTH, merupakan istilah yang telah
lama diperkenalkan. Pedoman tentang ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan
(Inmendagri Nomor 14 Tahun 1988), menegaskan bahwa untuk meningkatkan
kualitas hidup di wilayah perkotaan yang mencakup bumi, air, ruang angkasa dn
kekayaan yang terkandung didalamnya, maka diperlukannya upaya untuk
mempertahankan dan mengembangkan kawasan-kawasan hijau. Menurut
Darmawan (2009;48) menyatakan ruang public dibagi menjadi beberapa tipe dan
karakter diantaranya: taman umum, lapangan dan plaza, peringatan, pasar, jalan,
tempat bermain, ruang komunikasi, jalan hijau dan jalan taman, atrium/pasar di
dalam ruang, ruang lingkungan rumah, dan water front. RTH dalam
pemanfaatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuh-
tumbuhansecara alamiah maupun budidaya tanaman seperti lahan pertanian,
pertanaman, perkebunan dan sebagainya.

Menurut Hakim dan Hardi (2003) ruang terbuka merupakan ruang


umum yang merupakan bagian dari lingkungan yang memiliki pola. Selanjutnya
Itja (2009) mengemukakan bahwa ruang terbuka merupakan ruang yang
direncanakan karena kebutuhan akan tempat-tempat pertemuan dan aktifitas
bersama di udara terbuka. Ruang umum adalah tempat atau ruang yang tebentuk
karena adanya kebutuhan akan perlunya tempat untuk bertemu atau
berkomunikasisatu sama lainnya. Dengan adanya kegiatan pertemuan bersama-
sama antara manusia, maka kemungkinan akan tumbuh bermacam-macam
kegiatan pada ruang umum tersebut.
Departemen Arsitektur Lansekap IPB (2005) menyebutkan bahwa RTH kota
adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan
yang diisi oleh tanaman, dan vegetasi (endemic, introduksi) guna mendukung
manfaat langsungdan atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota
tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah
perkotaan tersebut.

Menurut Hakim dan Hardi (2003) penataan ruangterbuka hijau secara tepat
akan mampu berperan meningkatkan kualitas atmosfer kota, menyegarkan kota,
menurunkan suhu kota, menurunkan kadar polusi udara, dan merendam
kebisingan. Sedangkan Hakim dan Hardi (2003) menyatakan bahwa pada
umumnya ruang terbuka1 hijau didominasi oleh tanaman, dimana unsur ini hanya
berpengaruh terhadap kualitas udara kota. Tanama1n dapat menciptakan iklim
mikro, yaitu adanya penurunan suhusekitar, kelembaban yang cukup dan kadar
oksigen yang bertambah.

Kabupaten Dompu merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Nusa


Tenggara Barat, Indonesia. Ibu Kotanya adalah Dompu. Kabupaten ini berada di
bagian tengah Pulau Sumbawa. Secara geografis Kabupaten Dompu terletak
antara 1170 42’ - 1180 30’ Bujur Timur dan 80 06’ – 90 05’ Lintang Selatan.
Wilayahnya seluas 2.321.55 km2 atau 232.460 Ha, dengan jumlah penduduknya
sekitar 193.334 jiwa atau 43.616 KK dari luas tersebut 120.728 ha (51,93 %
merupakan kawasan budidaya (diluar kawasan hutan). Kabupaten Dompu
berbatasan dengan Kabupaten Sumbawa dan Teluk Saleh di barat, Kabupaten
Bima di utara dan timur, serta Samudera Hindia di selatan. 08 derajat
10.00sampai 08 derajat, 40.00 sampai dengan 118 derajat , 30 Bujur
Timur.Kawasan perkotaan di Kabupaten Dompu terdapat satu kawasan perkotaan
yaitu Kota Kecamatan Dompu memiliki luas sebesar 2.325 km2.

Dari data tersebut disebutkan bahwa kawasan yang menjadi obyek penelitian
merupakan kawasan yang menjadi Ibu Kota Kabupaten Dompu yaitu pusat Kota
Dompu yang berada di Kota Kecamatan Dompu itu sendiri, terdiri dari 8
Kecamatan yakni Kecamatan Dompu, Woja, Pajo, Hu’u, Manggelewa, Kempo,
Kilo dan Pekat dengan jumlah Desa/Kelurahan 81, terdapat 9 Kelurahan, dan 72
Desa.
Kebutuhan masyarakat akan keberadaan RTH pada kawasan perkotaan
dompu dapat di simpulkan jika terkait dengan fungsi ekologisnya maka
keberadaan RTH publik akan dapatmeningkatkan kualitas hidup masyarakat
melalui menciptakan iklim mikro yang kondusif melalui pengurangan polusi
udara, menambahoksigen dan mampu mengurangi debuaktifitas perkotaan
melaluipemilahan vegetasi yang tepat. Penggunaan vegetasi dengan menggunakan
lebih banyak jenis tanaman perindang yang aman, dengan dahan /ranting yang
tidak mudah patah dan perakaran yang tidak merusak bangunan lain. Penambahan
penggunaan tanaman semak dan perdu yang memiliki estetika dan menggunakan
tanaman local setempat maupun tanaman tradisional. Tanaman harus mampu
menarik perhatian satwa seperti burung sehingga menciptakan iklim ekologis
yang dapat bermanfaat bagi makhluk hidup didalamnya. Jika dikaitkan dengan
fungsi estetika dari ruang terbuka hijau didapatkan hail penggunaan vegetasiyang
memiliki tekstur daun dan bentuk tajuk yang bervariasiserta pemilihan jenis
vegetasi dengan warna daun dan bunga yang menarik untuk menghilangkan kesan
monoton yang ada pada keseluruhan RTH pada kawasan perkotaan dompu.

1. Konsep Penataan Ruang Terbuka Hijau Publik Taman Kota Dompu.


Berdasarkan hasil observasi konsep penataan ruang terbuka hijau public di
kota kecamatan Dompu berawal dari mulai adanya taman kota yang memiliki luas
300 m2 dimana keberadaannya mampu memfasilitasi kebutuhan masyarakat
dengan memasukkan unsur ekologis, fungsi estetika, dan fungsi sosial budaya,
ekonomi dari ruang terbuka hijau kota melalui pemenuhan proporsi dan distribusi
ideal ruang tebuka hijau kota. Dengan adanya konsep pembangunan taman kota
dompu maka mampu meningkatkan proporsi RTH kota dompu 0,14 %. Adanya
perhatian pemerintah setidaknya mampu memberikan ruang-ruang terbuka yang
dapat di manfaatkan oleh masyarakat Kota Kecamatan Dompu dan Kabupaten
Dompu pada umumnya. Terciptanya taman-taman lingkungan dalam lingkungan
perumahan yang mampu melayani masyarakat memaksimalkan penghijauan untuk
meningkatkan nilai ekologis dan estetika perkotaan melalui penataan lansekap.
2. Rencana Pola Ruang Kabupaten Dompu Kebijakan dan Strategi Pola Ruang
Wilayah Kabupaten Dompu yang diwujudkan melalui 2 (dua) kebijakan,
diantaranya yaitu kebijakan dan strategi pengelolaan kawasan lindung; dan
kebijakan & strategi pemanfaatan kawasan budidaya. Uraian mengenai
kebijakan pengelolaan kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam RTRW
Kabupaten Dompu ini terdiri dari:
a. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;
b. kawasan perlindungan setempat;
c. kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya;
d. kawasan rawan bencana alam;
e. kawasan lindung geologi; dan
f. kawasan lindung lainnya.

3. Faktor pendukung implementasi kebijakan tata ruang wilayah dalam


mewujudkan pembangunan kota berkelanjutan
Penataan ruang wilayah Kabupaten Dompu bertujuan untuk mewujudkan
ruang wilayah Kabupaten Dompu yang aman, nyaman, produktif dan
berkelanjutan yang bertumpu pada sektor pertanian sebagai basis ekonomi
yang didukung oleh sektor industri pengolahan, perikanan dan kelautan,
perdagangan dan jasa, pariwisata serta pertambangan dengan memperhatikan
kelestarian lingkungan hidup dan pengurangan resiko bencana

4. Kebijakan penataan ruang wilayah sebagaimana dimaksud meliputi:


a. pengembangan wilayah pertanian tanaman pangan dan hortikultura;
b. mempertahankan kawasan lindung, terutama area-area hutan lindung,
kawasan konservasi, sungai dan mata air, serta Ruang Terbuka Hijau;
c. pengelolaan mitigasi dan adaptasi kawasan rawan bencana alam;
d. pengelolaan kawasan budidaya dengan memperhatikan aspek
keberlanjutan dan kelestarian lingkungan hidup.;
e. pemantapan sistem permukiman perkotaan yang berperan sebagai
pusat pelayanan regional dan lokal, yang terintegrasi dengan pusat- 20
pusat pelayanan yang berperan sebagai simpul pelayanan produksi
ekonomi perdesaan;
f. pengembangan sistem prasarana wilayah yang mendukung kegiatan
pariwisata, industri pengolahan, perdagangan dan jasa;
g. pengembangan kawasan strategis; dan
h. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.
Bagian Ketiga Strategi Penataan Ruang Strategi pengembangan
wilayah pertanian tanaman pangan dan pengendalian kawasan lindung.

5. Strategi pengelolaan kawasan budidaya dengan memperhatikan aspek


keberlanjutan dan kelestarian lingkungan permukiman secara optimal sesuai
dengan kemampuan daya dukung lingkungan; hidup, sebagaimana dimaksud
memanfaatkan ruang untuk kegiatan budidaya, baik produksi maupun
a. mendelineasi kawasan budidaya didasarkan pada hasil analisis kesesuaian
lahan untuk berbagai kegiatan budidaya dengan memperhatikan adanya
produk-produk rencana sektoral serta penggunaan lahan yang ada;
b. mengembangkan kawasan budidaya untuk mengakomodir kegiatan sektor
pertanian (perkebunan, pertanian tanaman pangan, perikanan, kehutanan),
permukiman serta pariwisata;
c. mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit 30% (tiga
puluh persen) dari luas kawasan perkotaan;
d. mengelola dampak negatif kegiatan budidaya agar tidak menurunkan
kualitas lingkungan hidup dan efisiensi kawasan;
e. mengendalikan pemanfaatan ruang pada kawasan budidaya agar tidak
terjadi konflik antar kegiatan dan /atau sektor, daerah produksi dan daerah
pemasaran;
f. mendukung kebijakan moratorium logging dalam kawasan hutan serta
mendorong berlangsungnya investasi bidang kehutanan yang diawali
dengan kegiatan penanaman/rehabilitasi hutan;
g. membatasi perkembangan kawasan terbangun pada kawasan perkotaan
dengan mengoptimalkan pemanfaaatan ruang secara vertikal dan tidak
sporadis untuk mengefektifkan tingkat pelayanan infrastruktur dan sarana
kawasan perkotaan serta mempertahankan fungsi kawasan perdesaan; dan
h. mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin
pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam yang terbarukan
untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap
memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya.
6. Faktor penghambat implementasi kebijakan tata ruang wilayah dalam
mewujudkan pembangunan kota berkelanjutan
Pemenuhan hunian layak yang didukung oleh prasarana, sarana, dan utilitas
yang memadai perlu mendapatkan perhatian khusus. Ketimpangan antara pasokan
(supply) dan kebutuhan (demand) masih menjadi persoalan utama dalam
penyediaan infrastruktur dasar khususnya bagi masyarakat berpendapatan rendah
(MBR). Keterbatasan kapasitas pengembang (developer) yang belum didukung
oleh regulasi yang bersifat insentif ditambah rendahnya keterjangkauan
(affordability) MBR baik membangun atau membeli rumah menjadi salah satu
penyebab utama masih banyaknya MBR yang belum tinggal di rumah layak huni.
Hal tersebut berpotensi menyebabkan degradasi kualitas permukiman dan
menciptakan permukiman kumuh baru. Terlebih dalam pembangunan perumahan
khususnya di area perkotaan (urban area) yang terkendala dengan proses
pengadaan lahan. Penyediaan air minum dan sanitasi sebagai layanan dasar belum
menjangkau seluruh penduduk Indonesia. Pada tahun 2013, proporsi rumah
tangga yang memiliki akses terhadap sumber air minum aman adalah 67,73 persen
sedangkan proporsi rumah tangga yang memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi
layak adalah 60,91 persen (BPS, 2013). Dengan demikian, masih terdapat 100 juta
jiwa penduduk yang belum memiliki akses air minum dan 120 juta penduduk yang
belum memiliki akses terhadap fasilitasi sanitasi layak. Adapun terkait layanan
persampahan, proporsi rumah tangga yang terlayani pengelolaan persampahan
adalah 24,9 persen dan 46 persen khusus di daerah perkotaan (Riskesdas, 2013).

IV. KESIMPULAN

Kebutuhan masyarakat kota dompu akan ruang terbuka hijau meliputi belum
mampu mengakomodasi fungsi ekologis, fungsi estetika, fungsi ekonomi, fungsi sosial
dan budaya. Konsep penataan ruang terbuka hijau public di Kota Kecamatan Dompu
menerapkan belum terpenuhinya sarana dan prasarana sanitasi yang mendukung
kenyamanan bagi pengunjungnya, keberadaan jamban yang tidak layak pakai, sarana
tempat sampah belum tertutup, wisata kuliner yang monoton, ketersediaan taman
bermain belum tertata dengan baik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep penataan ruang terbuka hijau belum
menunjukkan hasil yang baik, dimana pada tahap perencanaan Pemkab Dompu belum
memiliki perda sendiri sebagai pedoman penataan ruang terbuka hijau, pada tahap
pengarahan Standard Operating Procedure belum terlaksana dengan baik. Kemudian
pada tahap pengawasanpun, untuk pemberian insentif dan disinsentif belum berjalan
seperti sebagaimana mestinya. Hambatan seperti minimnya dana, sarana dan prasarana,
serta sumber daya manusia menyebabkan penataan ruang terbuka hijau menjadi kurang
maksimal. Rekomendasi dari hal penelitian ini adalah pembuatan perda sebagai
pedoman dan payung hukum penataan ruang terbuka hijau di Kabupaten Dompu,
pemenuhan Standard Operating Procedure, menambah jumlah tenaga ahli dalam
penataan ruang terbuka hijau, pemberian insentif dan disinsensitif.

Secara kualitas keberadaan taman public ini akan mampu memberikan kontribusi
terhadap bertambahnya keberadaan RTH public di Kecamatan Dompu

V. DAFTAR PUSTAKA
Budihardjo, Eko.2003, “Kota Berwawasan Lingkungan”. Bandung
Darmawan, E. 2009. “Ruang Publik Dalam Arsitektur Kota”. Semarang Badan
Penerbit Universitas Diponegoro
Pemeritahan Daerah Kabupaten Dompu, Laporan tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Dompu 2021
Hakim, Rustam.2004. “Arsitektur Lansekap, Manusia, Alam dan Lingkungan”.
Jakarta: FALTL Universitas Trisakti
Instruktsi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 Tentang : Penataan Ruang
Terbuka Hijau Di Wilayah Perkotaan
Undang-undang no 26 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang

Produk Kebijakan Peraturan Daerah Kabupaten Dompu Nomor 2 Tahun 2012


Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Anda mungkin juga menyukai