OLEH:
ARTIKEL
KONSEP PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU ( RTH ) KAWASAN
STRATEGIS TAMAN KOTA DOMPU
Sriatun
Abstrak
Keberadaan ruang terbuka hijau merupakan unsur penting yang dapat menjaga
keberlanjutan ekologi suatu kota. Kota cenderung menghabiskan ruang-ruang terbuka
yang ada untuk pemenuhan aspek ekonomi sehingga lanskap perkotaan bersifat sangat
dinamis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep dalam penataan ruang
terbuka hijau serta untuk mengetahui peluang dan hambatan penataan ruang terbuka
hijau di Kabupaten Dompu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep penataan
ruang terbuka hijau belum menunjukkan hasil yang baik, dimana pada tahap
perencanaan Pemkab Dompu belum memiliki perda sendiri sebagai pedoman penataan
ruang terbuka hijau, pada tahap pengarahan Standard Operating Procedure belum
terlaksana dengan baik. Kemudian pada tahap pengawasanpun, untuk pemberian
insentif dan disinsentif belum berjalan seperti sebagaimana mestinya. Hambatan seperti
minimnya dana, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia menyebabkan
penataan ruang terbuka hijau menjadi kurang maksimal. Rekomendasi dari hal
penelitian ini adalah pembuatan perda sebagai pedoman dan payung hukum penataan
ruang terbuka hijau di Kabupaten Dompu, pemenuhan Standard Operating Procedure,
menambah jumlah tenaga ahli dalam penataan ruang terbuka hijau, pemberian insentif
dan disinsentif, tersedianya wisata kuliner aman lokal yang beragam, pemenuhan sarana
sanitasi layak serta prasarana untuk mendukung penataan ruang terbuka hijau di
Kabupaten Dompu. .
Kata Kunci : Konsep, Penataan Ruang, Ruang Terbuka Hijau, Dinamis, wisata kuliner
aman local, sarana sanitasi layak
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya Konsep Penataan Ruang Wilayah adalah untuk memanfaatkan
pembangunan yang harus mengacu pada beberapa aspek seperti, keamanan
kenyamanan, produktifitas serta dapat bermanfaat secara luas bagi semua lapisan
masyarakat. Hal tersebut dikarenakan konsep penggunaan ruang ini bukan hanya untuk
hari ini dan tahun depan saja tapi untuk generasi dimasa depan. Tata ruang berkaitan
erat dengan konsep pengembangan wilayah. Penataan ruang memiliki peran penting
dalam penyelenggaraan pembangunan dan upaya mewujudkan pembangunan
berkelanjutan.
Keberadaan ruang terbuka hijau merupakan unsur penting yang dapat menjaga
keberlanjutan ekologis suatu kota. Kota cenderung menghabiskan ruang-ruang terbuka
yang ada untuk pemenuhan aspek ekonomi sehingga lanskap perkotaan bersifat sangat
dinamis.
Pembangunan berkelanjutan perlu mendapatkan perhatian agar supaya suatu
daerah dapat dikembangkan dengan tidak mengganggu ekosistem lingkungan yang ada.
Masyarakat setempat tidak mengganggu tidak terpinggirkan kepentingannya untuk
pemenuhan kebutuhan hidup yang lebih baik. Untuk pertumbuhan ekonomi dan
bagaimana mencari jalan untuk memajukan ekonomi dalam jangka panjang, tanpa
menghabiskan modal alam. Namun untuk sebagian orang lain, konsep pertumbuhan
ekonomi itu sendiri bermasalah karna sumber daya bumi itu sendiri terbatas.
Untuk membangun lingkungan masyarakat yang sejahtera dan berkelanjutan serta
mengajak semua pihak berpartisipasi menjaga sumber daya alam yang ada. Dalam
rangka pembangunan Ruang Terbuka Hijau di Kabupaten Dompu dilakukan penanaman
bibit tanaman serta produk bak sampah dalam rangka penghijauan Ruang Terbuka
Hijau (RTH) guna mendukung pula upaya pemerintah daerah kabupaten dompu dalam
menciptakan program dompu mashur yang maju, sejahtera, unggul dan religius.
Salah satu tolak ukur pengaplikasian Konsep Kota Hijau adalah keberadaan Ruang
Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan khusunya di Taman Kota Dompu. Ruang Terbuka
Hijau pada suatu kota harus memenuhi luasan minimal yakni sebesar 30% dari
keseluruhan luas lahan dengan komposisi 20% ruang terbuka hijau public dan 10%
ruang terbuka hijau privat (Undang-Undang No. 26 Tahun 2007). Pengalokasian 30%
RTH ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang RTRW Kota dan RTRW Kabupaten.
Proporsi tersebut bertujuan untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota baik
keseimbangan system hidrologi dan keseimbangan mikroklimat, maupun system
ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan
masyarakat, ruang terbuka bagi aktivitas public serta dapat meningkatkan nilai estetika
kota
Kota sebagai pusat perekonomian wilayah memiliki peran yang sangat besar bagi
pembangunan, dimana konstribusinya terhadap pemenuhan kebutuhan hidup warganya
melahirkan berbagai permasalahan. Jumlah penduduk yang terus bertambah dan
dikaitkan dengan implikasinya pada ruang kota, bagi para pakar dan pemerhati
lingkungan sangatlah menakutkan. Apalagi ada banyak kejadian terutama di negara
berkembang, kota-kota tersebut berkembang tanpa pengendalian. Jumlah penduduk
terus bertambah, ruang kota semakin padat dan berkualitas rendah, lalu lintas semrawut,
penghijauan sangat kurang, terjadi banjir dan sebagainya.
Srategi pengelolaan kawasan Taman Kota Dompu dengan memperhatikan aspek
keberlanjutan dan kelestarian lingkungan hidup, sebagai berikut
Memantapkan fungsi kawasan lindung, baik untuk melindungi kawasan
bawahnya (fungsi hidrologis), kawasan perlindungan setempat, maupun
kawasan rawan bencana
Memelihara dan mewujudkan kelestarian fungsi lingkungan hidup dalam
rangka mempertahankan daya dukung lingkungan
Mendelineasi kawasan lindung sesuai dengan kriteria kawasan
Memberi perlindungan terhadap keanekaragaman flora, fauna dan ekosistem
Mengendalikan pemanfaatan ruang pada kawasan lindung agar sesuai dengan
fungsi lindung yang telah ditetapkan dalam mengupayakan tercapainya
kelestarian dan keseimbangan lingkungan dengan tetap mempertimbangkan
kebutuhan pembangunan
Mengelola dampak negatif kegiatan taman kota agar tidak menurunkan kualitas
lingkungan hidup dan efisiensi kawasan
Mengendalikan pemanfaatan ruang pada kawasan taman kota agar tidak terjadi
konflik antar kegiatan / atau sektor, daerah produksi dan daerah pemasaran.
Taman Kota Dompu merupakan salah satu taman yang berada di pusat Kota
Kabupaten Dompu, taman ini sering dimanfaatkan oleh warga untuk olahraga seperti
lari pagi dan sore, hingga bersantai dan menikmati kuliner. Taman Kota juga menjadi
tempat berkumpul dan refreshing
B. Tujuan
Untuk mengetahui konsep dalam penataan ruang terbuka hijau serta untuk
mengetahui peluang dan hambatan penataan ruang terbuka hijau di Kabupaten Dompu
Untuk mewujudkan ruang wilayah Kabupaten Dompu yang aman, nyaman,
produktif dan berkelanjutan yang bertumpu pada sector pertanian sebagai basis
ekonomi yang didukung oleh sector industri pengolahan, perikanan dan kelautan,
perdagangan dan jasa, pariwisata serta pertambangan dengan memperhatikan
kelestarian lingkungan hidup dan pengurangan resiko bencana
Ruang terbuka hijau dikenal dengan istilah RTH, merupakan istilah yang telah
lama diperkenalkan. Pedoman tentang ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan
(Inmendagri Nomor 14 Tahun 1988), menegaskan bahwa untuk meningkatkan
kualitas hidup di wilayah perkotaan yang mencakup bumi, air, ruang angkasa dn
kekayaan yang terkandung didalamnya, maka diperlukannya upaya untuk
mempertahankan dan mengembangkan kawasan-kawasan hijau. Menurut
Darmawan (2009;48) menyatakan ruang public dibagi menjadi beberapa tipe dan
karakter diantaranya: taman umum, lapangan dan plaza, peringatan, pasar, jalan,
tempat bermain, ruang komunikasi, jalan hijau dan jalan taman, atrium/pasar di
dalam ruang, ruang lingkungan rumah, dan water front. RTH dalam
pemanfaatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuh-
tumbuhansecara alamiah maupun budidaya tanaman seperti lahan pertanian,
pertanaman, perkebunan dan sebagainya.
Menurut Hakim dan Hardi (2003) penataan ruangterbuka hijau secara tepat
akan mampu berperan meningkatkan kualitas atmosfer kota, menyegarkan kota,
menurunkan suhu kota, menurunkan kadar polusi udara, dan merendam
kebisingan. Sedangkan Hakim dan Hardi (2003) menyatakan bahwa pada
umumnya ruang terbuka1 hijau didominasi oleh tanaman, dimana unsur ini hanya
berpengaruh terhadap kualitas udara kota. Tanama1n dapat menciptakan iklim
mikro, yaitu adanya penurunan suhusekitar, kelembaban yang cukup dan kadar
oksigen yang bertambah.
Dari data tersebut disebutkan bahwa kawasan yang menjadi obyek penelitian
merupakan kawasan yang menjadi Ibu Kota Kabupaten Dompu yaitu pusat Kota
Dompu yang berada di Kota Kecamatan Dompu itu sendiri, terdiri dari 8
Kecamatan yakni Kecamatan Dompu, Woja, Pajo, Hu’u, Manggelewa, Kempo,
Kilo dan Pekat dengan jumlah Desa/Kelurahan 81, terdapat 9 Kelurahan, dan 72
Desa.
Kebutuhan masyarakat akan keberadaan RTH pada kawasan perkotaan
dompu dapat di simpulkan jika terkait dengan fungsi ekologisnya maka
keberadaan RTH publik akan dapatmeningkatkan kualitas hidup masyarakat
melalui menciptakan iklim mikro yang kondusif melalui pengurangan polusi
udara, menambahoksigen dan mampu mengurangi debuaktifitas perkotaan
melaluipemilahan vegetasi yang tepat. Penggunaan vegetasi dengan menggunakan
lebih banyak jenis tanaman perindang yang aman, dengan dahan /ranting yang
tidak mudah patah dan perakaran yang tidak merusak bangunan lain. Penambahan
penggunaan tanaman semak dan perdu yang memiliki estetika dan menggunakan
tanaman local setempat maupun tanaman tradisional. Tanaman harus mampu
menarik perhatian satwa seperti burung sehingga menciptakan iklim ekologis
yang dapat bermanfaat bagi makhluk hidup didalamnya. Jika dikaitkan dengan
fungsi estetika dari ruang terbuka hijau didapatkan hail penggunaan vegetasiyang
memiliki tekstur daun dan bentuk tajuk yang bervariasiserta pemilihan jenis
vegetasi dengan warna daun dan bunga yang menarik untuk menghilangkan kesan
monoton yang ada pada keseluruhan RTH pada kawasan perkotaan dompu.
IV. KESIMPULAN
Kebutuhan masyarakat kota dompu akan ruang terbuka hijau meliputi belum
mampu mengakomodasi fungsi ekologis, fungsi estetika, fungsi ekonomi, fungsi sosial
dan budaya. Konsep penataan ruang terbuka hijau public di Kota Kecamatan Dompu
menerapkan belum terpenuhinya sarana dan prasarana sanitasi yang mendukung
kenyamanan bagi pengunjungnya, keberadaan jamban yang tidak layak pakai, sarana
tempat sampah belum tertutup, wisata kuliner yang monoton, ketersediaan taman
bermain belum tertata dengan baik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep penataan ruang terbuka hijau belum
menunjukkan hasil yang baik, dimana pada tahap perencanaan Pemkab Dompu belum
memiliki perda sendiri sebagai pedoman penataan ruang terbuka hijau, pada tahap
pengarahan Standard Operating Procedure belum terlaksana dengan baik. Kemudian
pada tahap pengawasanpun, untuk pemberian insentif dan disinsentif belum berjalan
seperti sebagaimana mestinya. Hambatan seperti minimnya dana, sarana dan prasarana,
serta sumber daya manusia menyebabkan penataan ruang terbuka hijau menjadi kurang
maksimal. Rekomendasi dari hal penelitian ini adalah pembuatan perda sebagai
pedoman dan payung hukum penataan ruang terbuka hijau di Kabupaten Dompu,
pemenuhan Standard Operating Procedure, menambah jumlah tenaga ahli dalam
penataan ruang terbuka hijau, pemberian insentif dan disinsensitif.
Secara kualitas keberadaan taman public ini akan mampu memberikan kontribusi
terhadap bertambahnya keberadaan RTH public di Kecamatan Dompu
V. DAFTAR PUSTAKA
Budihardjo, Eko.2003, “Kota Berwawasan Lingkungan”. Bandung
Darmawan, E. 2009. “Ruang Publik Dalam Arsitektur Kota”. Semarang Badan
Penerbit Universitas Diponegoro
Pemeritahan Daerah Kabupaten Dompu, Laporan tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Dompu 2021
Hakim, Rustam.2004. “Arsitektur Lansekap, Manusia, Alam dan Lingkungan”.
Jakarta: FALTL Universitas Trisakti
Instruktsi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 Tentang : Penataan Ruang
Terbuka Hijau Di Wilayah Perkotaan
Undang-undang no 26 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang