Anda di halaman 1dari 9

1

A. Defenisi
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,
bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi
tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya,
sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu
atau lebih ( Rustam Muctar, 2008 ).
Pre eklamsia merupakan penyakit khas akibat kehamilan yang
memperlihatkan gejala trias (hipertensi, edema, dan proteinuria), kadang-
kadang hanya hipertensi dan edema atau hipertensi dan proteinuria (dua gejala
dari trias dan satu gejala yang harus ada yaitu hipertensi).
B. Etiologi
Adapun penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui,
namun ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab
preeklampsia, yaitu :
 Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda, hidramnion dan
mola hidatidosa.
 Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan.
 Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam
uterus.
 Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
a. Faktor Predisposisi Preeklamsia
 Molahidatidosa
 Diabetes mellitus
 Kehamilan ganda
 Hidropfetalis
 Obesitas
 Umur yang lebih dari 35 tahun
b. Klasifikasi Preeklampsia

Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut :

Pre Eklampsia Ringan

2
Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring
terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan
sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya padSSa
2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.
o Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1 kg atau
lebih per minggu.
o Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 + atau 2 +
pada urin kateter atau midstream.
Pre Eklampsia Berat
o Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
o Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.
o Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam.
o Adanya gangguan serebral, visus, dan rasa nyeri pada epigastrium.
o Terdapat edema paru dan sianosis.
o Kadar enzim hati (SGOT, SGPT) meningkat disertai ikterik.
o Perdarahan pada retina.
o Trombosit kurang dari 100.000/mm.
C. Patofisiologi
Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan
terjadi peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi
ke organ, termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar
dari timbulnya proses pre eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan
resistensi aliran darah dan timbulnya hipertensi arterial. Vasospasme dapat
diakibatkan karena adanya peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors.
Pre eklampsia yang berat dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang
lain. Gangguan perfusi plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan
pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth
Retardation.
D. Tanda Dan Gejala
o Pertambahan berat badan yang berlebihan

3
o Edema
o Hipertensi
o Proteinuria
o Pada preeklampsia berat didapatkan sakit kepala di daerah frontal, diplopia,
penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah
E. Pemeriksaan Penunjang Preeklampsia
o Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap :
o Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk
wanita hamil adalah 12-14 gr%)
o Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37 – 43 vol%)
o Trombosit menurun (nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3)\
b. Urinalisi
o Ditemukan protein dalam urine.
c. Pemeriksaan Fungsi hati
Bilirubin meningkat (N= < 1 mg/dl)
o LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat
o Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 ul.
o Serum Glutamat pirufat transaminase (SGPT) meningkat (N= 15-45 u/ml)
o Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat (N= <31 l=""
span="" u="">
o Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )
d. Tes kimia darah
o Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl
o Radiologi
e. Ultrasonografi

Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intrauterus


lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.
f. Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin lemah.

4
1) Kadar enzim hati (SGOT, SGPT) meningkat disertai ikterik.
2) Perdarahan pada retina.
3) Trombosit kurang dari 100.000/mm.
g. Diagnosis
o Gambaran klinik : pertambahan berat badan yang berlebihan, edema,
hipertensi, dan timbul proteinuria
Gejala subyektif : sakit kepala didaerah frontal, nyeri epigastrium; gangguan
visus; penglihatan kabur, diplopia; mual dan muntah.
o Gangguan serebral lainnya: refleks meningkat, dan tidak tenang
o Pemeriksaan: tekanan darah tinggi, refleks meningkat dan proteinuria pada
pemeriksaan laboratorium
h. Pencegahan
o Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu secara teliti, mengenali
tanda-tanda sedini mungkin (preeklampsi ringan), lalu diberikan pengobatan
yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat. Harus selalu
waspada terhadap kemungkinan terjadinya preeklampsi kalau ada faktor-
faktor predisposisi.
o Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan, serta
pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi
protein, juga menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan
F. Komplikasi
Tergantung pada derajat preeklampsi yang dialami. Namun yang termasuk
komplikasi antara lain
o Pada Ibu
- EklampsiaSolusio plasenta
- Pendarahan subkapsula hepar
- Kelainan pembekuan darah (DIC)
- Sindrom HELPP (hemolisis, elevated, liver,enzymes dan low platelet
count)
- Ablasio retina
- Gagal jantung hingga syok dan kematian.

5
o Pada Janin
- Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus dan premature
- Asfiksia neonatorum dan kematian dalam uterus
- Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal
G. Penatalaksanaan

a. Pencegahan atau Tindakan preventif


1) Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu secara teliti, mengenali
tanda-tanda sedini mungkin (pre-eklamsi ringan), lalu diberikan pengobatan
yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat.
2) Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pre-eklemsi kalau
ada faktor-faktor predisposisi.
3) Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan, serta
pentingnya mengatur diet rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi
protein, juga menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan
b. Penatalaksanaan atau Tindakan kuratif
Tujuan utama penatalaksanaan atau penanganan adalah untuk mencegah
terjadinya pre-eklamsia berlanjut dan eklamsia, sehingga janin bisa lahir
hidup dan sehat serta mencegah trauma pada janin seminimal mungkin.
1. Penanganan pre eklamsia ringan
a. Pengobatan hanya bersifat simtomatis dan selain rawat inap, maka penderita
dapat dirawat jalan dengan skema periksa ulang yang lebih sering, misalnya
2 kali seminggu.
b. Penanganan pada penderita rawat jalan atau rawat inap adalah dengan
istirahat ditempat, diit rendah garam, dan berikan obat-obatan seperti valium
tablet 5 mg dosis 3 kali sehari atau fenobarbital tablet 30 mg dengan dosis 3
kali 1 sehari. Diuretika dan obat antihipertensi tidak dianjurkan, karena obat
ini tidak begitu bermanfaat, bahkan bisa menutupi tanda dan gejala pre-
eklampsi berat. Bila gejala masih menetap, penderita tetap dirawat
inap.Monitor keadaan janin : kadar estriol urin, lakukan aminoskopi, dan

6
ultrasografi, dan sebagainya.Bila keadaan mengizinkan, barulah dilakukan
induksi partus pada usia kehamilan minggu 37 ke atas.
2. Penanganan pre eklamsia berat
a) Pre eklamsia berat pada kehamilan kurang dari 37 minggu. Jika janin
belum menunjukan tanda-tanda maturitas paru-paru dengan uji kocok dan
rasio, maka penanganannya adalah sebagai berikut:
(1) Berikan suntikan sulfas magnesikus dengan dosis 8 gr intramuskular
kemudian disusul dengan injeksi tambahan 4 gr itramuskular selama
tidak ada kontraindikasi. Jika dengan terapi diatas tidak ada perbaikan
dilakukan terminasi kehamilan dengan induksi partus atau tindakan lain
tergantung keadaan.
(2) Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan paru
janin, maka penatalaksanaan kasus sama seperti pada kehamilan diatas
37 minggu.
(b) Pre eklamsia berat pada kehamilan lebih dari 37 minggu.
(1) Penderita dirawat inap
(a) Istirahat mutlak dan ditempatkan dalam kamar isolasi.
(b) Berikan diet rendah garam dan tinggi protein.
(c) Berikan suntikan sulfas magnesikus 8 gr intramuskular, 4 gr
digluteus kanan dan 4 gr digluteus kiri.
(3) Jika ada perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulfas magnesikus dapat
diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai kriteria pre-eklamsia ringan
kecuali ada kontraindikasi.
(4) Selanjutnya ibu dirawat, diperiksa, dan keadaan janin dimonitor, serta
berat badan ditimbang seperti pada pre eklamsia ringan, sambil mengawasi
timbulnya lagi gejala. Suntikan dapat diulang dengan dosis 4 gr setiap 4
jam. Syarat pemberian MgSO4 adalah refleks patella positif; diuresis 100
cc dalam 4 jam terakhir; respirasi 16 kali per menit, dan harus tersedia
antidotumnya yaitu kalsium glukonas 10% dalam ampul 10 cc. Infus
dekstrosa 5% dan ringer laktat. Berikan obat anti hipertensif : injeksi
katapres 1 ampul IM dan selanjutnya dapat diberikan tablet katapres 3 kali

7
½ tablet atau 2 kali ½ tablet sehari. Diuretika tida diberikan kecuali bila
terdapat edema umum, edema paru dan kegagalan jantung kongestif.
Untuk itu dapat disuntikan 1 ampul IV lasix. Segera setelah pemberian
sulfas magnesikus kedua, dilakukan induksi partus dengan atau tanpa
amniotomi. Untuk induksi dipakai oksitosin (pitosin atau sintosinon) 10
satuan dalam infus tetes. Kala II harus dipersingkat dengan ekstraksi
vakum atau forceps, jadi ibu dilarang mengedan. Jangan diberikan
methergin postpartum, kecuali bila terjadi perdarahan yang disebabkan
atonia uteri. Pemberian sulfas magnesikus, kalau tidak ada kontraindikasi,
kemudian diteruskan dengan dosis 4 gr setiap 4 jam dalam 24 jam post
partum. Bila ada indikasi obstetrik dilakukan seksio sesarea. Segera
setelah pemberian sulfas magnesikus kedua, dilakukan induksi partus
dengan atau tanpa amniotomi. Untuk induksi dipakai oksitosin (pitosin
atau sintosinon) 10 satuan dalam infus tetes.
c. Perawatan Mandiri untuk Kasus Pre Eklamsia
1) Aromatherapy : penelitian membuktikan bahwa minyak tertentu
dapat menimbulkan efek pada penurunan tekanan darah dan
membantu relaksasi seperti : levender, kamomile, kenanga, neroli dan
cendana. Tetapi ada juga aromatehrapy yang dapat meningkatkan
tekanan darah diantaranya rosemary, fenel, hyssop dan sage.
2) Pijat : pijat bagian punggung, leher, bahu, kaki, bisa memberikan
ketenangan dan kenyamanan.
3) Shiatsu, tai chi, yoga, dan latihan relaksasi
4) Terapi nutrisi : spesialis nutrisi menganjurkan penggunaan vitamin
dan suplemen mineral, khususnya zinc dan vitamin B6.

8
DAFTAR PUSTAKA
Arif, M. (2002). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius.
Bobak, I.M., Deitra L.L., & Margaret D. J. (2005). Buku ajar keperawatan
maternitas, Edisi 4. Jakarta: EGC
Febriani, Ferra (2013). Laporan Pendahuluan Keperawatan MaternitasPeb (Pre
EklamsiBerat)Di Ruang Anggrek Rumah Sakit Umum Daerah Banyuma.
Kementerian Pendidikan Nasional Universitas Jenderal SoedirmanFakultas
Kedokteran Dan Ilmu-Ilmu KesehatanJurusan KeperawatanProgram Profesi
NersPurwokerto.
Herdman, T. H. (2012). Diagnosis keperawatan: definisi dan klasifikasi 2012-
2014. Jakarta: EGC.

Johnson, M. M., & Sue M. (2000). Nursing outcame clasification. Philadelphia:


Mosby.

McCloskey & Gloria M.B. (1996). Nursing Intervention Clasification. USA:


Mosby.

Prawirohardjo, S. (2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Sumiati & Dwi F. (2012). “Hubungan obesitas terhadap pre eklamsia pada
kehamilan di RSU Haji Surabaya”. Embrio, Jurnal Kebidanan, Vol 1,
No.2, Hal. 21-24.

Widiastuti, N. P. A. (2012). “Asuhan keperawatan pre eklamsia”.


http://nursingisbeautiful.wordpress.com/2010/12/03/askep-preeklampsia/

Anda mungkin juga menyukai