BAB 1. PENDAHULUAN
Kasus pandemi Covid-19 pertama kali terdeteksi di Indonesia pada tanggal
2 Maret 2020 (Tosepu dkk., 2020). Pandemi Covid-19 telah merubah berbagai
sektor di Indonesia, terutama pada sektor pendidikan yang berdampak sangat
signifikan. Melalui Surat Edaran Menteri Bidang Pendidikan dan Kebudayaan
Tahun 2020 Nomor 36962/MPK.A/HK/2020, semua satuan pendidikan di
Indonesia, termasuk perguruan tinggi mengeluarkan kebijakan belajar di rumah
dan menerapkan pembelajaran/ perkuliahan secara daring (Irfan, 2020 ;
Kemendikbud, 2020).
Dewasa ini, sejak terjadinya kasus Covid-19 di Indonesia pembelajaran
tatap muka di perguruan tinggi tidak boleh dilaksanakan dan sebagai gantinya
pembelajaran dilakukan secara daring (E-learning). Menurut Bilfaqih &
Qomarudin (2015), pembelajaran daring merupakan sistem penyelenggaraan kelas
pembelajaran dalam jaringan untuk menjangkau kelompok target yang masif dan
luas. Pada pembelajaran daring sistem pembelajaran dilaksanakan dengan tidak
bertatap muka langsung, tetapi dengan menggunakan platform dengan sistem
pengelolaan pembelajaran (LMS) serta video conference yang dapat membantu
kegiatan pada pembelajaran (perkuliahan) daring (Gunawan,2020; Sulisworo,
2020). Melalui platform tersebut, guru dapat memantau kehadiran dan keaktifan
mahasiswa.
Pada masa pandemi ini, memang pembelajaran daring merupakan solusi
alternatif karena dapat dilaksanakan dimana saja dan kapan saja (Basilaia &
Kvavadze, 2020). Namun, dalam implementasi pembelajaran daring juga dapat
menimbulkan masalah salah satunya seperti jaringan internet yang kurang stabil,
berbagai problematika yang sering dialami oleh dosen dan mahasiswa. Akan
tetapi kendala-kendala yang terjadi selama proses pembelajaran secara daring ini
harus dijadikan sebuah tantangan bagi pendidik untuk menwujudkan pendidikan
yang lebih maju lagi, utamanya pada pembelajaran daring pada mata kuliah
kalkulus.
Saat ini hampir semua jurusan atau program studi mempelajari kalkulus
sebagai mata kuliah wajib dengan nama-nama yang berbeda. Misalnya mahasiswa
pertanian dan ekonomi mempelajari kalkulus dengan nama mata kuliah
matematika dasar. Mahasiswa jurusan fisika, teknik, dan matematika juga wajib
mempelajari mata kuliah kalkulus. Jadi, begitu pentingnya kalkulus sehingga
mahasiswa dari beragam program studi wajib mempelajarinya terlebih lagi
mahasiswa jurusan pendidikan matematika sangat perlu menguasai kalkulus untuk
pembelajaran matematika lanjut seperti persamaan deferensial, analisis real,
analisis vektor, dan sebagainnya (Palobo, 2020)
Kalkulus memang bukanlah mata kuliah yang mudah untuk dipelajari,
apalagi jika dilaksanakannya secara daring. Sehingga dalam proses
pembelajarannya juga akan ditemui beberapa kesulitan dan hambatan yang dapat
menurunkan semangat mahasiswa dalam belajar. Sehingga dalam perkuliahan ini
sangat dibutuhkannya resiliensi matematis, yaitu sikap yang berkualitas dalam
pembelajaran matematika yang meliputi percaya diri melalui usaha keras akan
keberhasilan, memperlihatkan ketekunan dalam menemukan kesulitan,
mempunyai keinginan untuk berdiskusi, mencerminkan, dan melakukan penelitian
(Sugandi, 2017).
Menurut Zanthy (2018) resiliensi merupakan kemampuan seseorang untuk
menilai, mengatasi, dan meningkatkan diri ataupun mengubah dirinya dari
keterpurukan atau kesengsaraan dalam hidup, karena setiap orang itu pasti
memiliki suatu masalah. Hal tersebut didukung oleh Chusna dkk., (2019) yang
menyatakan bahwa resiliensi merupakan kemampuan seseorang dalam mencapai
keberhasilan dengan cara beradaptasi pada semua kondisi meskipun berada dalam
keadaan penuh tantangan. Kemudian Johnston dkk., (2010) menyatakan bahwa
mahasiswa yang memiliki resiliensi matematis akan bertahan saat menghadapi
permasalahan, akan berhasil secara kolaboratif dengan teman sebayanya, akan
memiliki keterampilan bahasa yang dibutuhkan untuk mengekspresikan
pemahaman dan akan memiliki teori pembelajaran yang berkembang. Mahasiswa
yang mempuyai resiliensi matematis merupakan mahasiswa yang dapat
beradaptasi dalam setiap kondisi, memiliki rasa sadar akan kemampuannya, yakin
serta percaya diri bahwa mereka juga memahami apa yang orang lain pahami dan
mampu menghadapi dan menyelesaikan permasalahan dan hambatan, serta
mampu memberikan solusi yang tepat hingga akhirnya mereka akan berhasil.
Dalam meningkatkan resiliensi matematis dalam diri mahasiswa. Salah
satu cara untuk meningkatkan resiliensi matematis adalah dengan menggunakan
trobosan terbaru yaitu dengan pendekatan Differentiated Instruction . Hal tersebut
didukung oleh Fatimah & Purba (2018) menyatakan bahwa setiap mahasiswa
pasti memiliki karakter yang berbeda-beda. Untuk menghadapi perbedaan
karakter tersebut, digunakan pendekatan Differentiated Instruction dalam
pembelajaran matematika yang berdasarkan kepada pembelajaran yang bervariasi
dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing mahasiswa, agar dapat
memaksimalkan potensi dan keberhasilan setiap mahasiswa dalam lingkup
pembelajaran matematika. Jika pembelajaran dibuat sesuai kebutuhan mahasiswa
maka mahasiswa akan lebih semangat, tekun, dan percaya diri dalam belajar.
Dengan kata lain mahasiswa akan memiliki resiliensi matematis dalam dirinya
Menurut Heacox (2002) Differentiated Instruction secara khusus merespon
kemajuan belajar mahasiswa secara berkelanjutan dengan apa yang telah mereka
ketahui dan apa yang ingin mereka pelajari, sehingga di dalam pembelajaran
Differentiated Instruction setiap mahasiswa mendapatkan pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan mereka. Ada beberapa cara dalam membuat Pendekatan
Differentiated Instruction diantaranya adalah yang dengan menggunakan (1)
Teacher Based Method, yaitu berdasarkan kurikulum, isi, proses, dan produk. (2)
Student Based Method, yaitu berdasarkan kesiapan belajar, minat dan gaya belajar
siswa (Ditasona, 2017)
Selanjutnya Defitriani (2018) juga menyatakan bahwa pembelajaran
Differentiated Instruction dilakukan dengan kerja kelompok karena lebih efektif.
Melalui pengelompokkan juga akan memudahkan mahasiswa untuk berinteraksi
dengan teman-temannya dalam memahami dan menyelesaikan masalah
matematika. Pengelompokkan yang diterapkan adalah pengelompokkan fleksibel,
yang dinamis, berubah sesuai dengan konten, proyek, dan terus menerus
dievaluasi. Dari beberapa hasil penelitian tentang penerapan pendekatan
Differentiated Instruction tersebut dan sadar akan pentingnya resiliensi matematis
di dalam diri mahasiswa, maka sangat perlu menerapkan pendekatan
Differentiated Instruction agar dapat meningkatkan resiliensi matematis
mahasiswa pada mata kuliah kalkulus khususnya pada materi diferensial.
DAFTAR PUSTAKA