OLEH
NAMA : FIRDAUS RABBANI ROMADHAN
NIM : F1B020042
KELAS :B
DOSEN PENGAMPU : AD.Baniswati, SH.MH
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR····························································· i
DAFTAR ISI········································································ ii
BAB I : PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG····························································· 1
RUMUSAN MASALAH·························································· 2
TUJUAN··············································································2
BAB II : PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KETAHANAN NASIONAL·····························3
B. SIFAT-SIFAT KETAHANAN NASIONAL······························ 4
C. ASAS-ASAS KETAHANAN NASIONAL································ 5
D. FILSAFAH KETAHANAN NASIONAL··································6
E. URGENSI KETAHANAN NASIONAL··································· 7
F. PRINSIP KETAHANAN IDEOLOGI PANCASILA··················· 8
G. Faktor Pelemahan dan Kekuatan Ketahanan Ideologi Pancasila··· 12
ii
BAB I
A. Latar Belakang
Setiap bangsa sudah pasti mempunyai cita-cita yangingin diwujudkan
dalam hidup dan kehidupan nyata. Cita-cita itu merupakan arahan dan atau tujuan
yang sebenar-benarnya dan mempunyai fungsi sebagai penentu arah dari tujuan
nasionalnya. Namun demikian, pencapaian cita-cita dan tujuan nasional itu bukan
sesuatu yang mudah diwujudkan karena dalam perjalanannya kearah itu akan
muncul energi baik yang positif maupun negatif yang memaksa suatu bangsa
untuk mencari solusi terbaik, terarah, konsisten, efektif, dan efisien. Energi positif
bisa muncul dari dua situasi kondisi yaitudalam negeri dan luar negeri. Kedua
situasi kondisi itu akanmenjadi motor dan stimulan untuk membangkitkan
kesadaran pada bangsa untuk membangun ketahanan nasional yangholistik dan
komprehensif. Di sisi lain, energi negatif juga akan muncul dari dua situasi
kondisi tadi, yang biasanya menjadi penghambat dan rintangan untuk membangun
ketahanan nasional. Energi negatif biasanya muncul secara parsial tetapitidak bisa
dipungkiri dalam banyak hal merupakan suatu produk yang tersistem dan
terstruktur dengan rapi dalam sistem operasional yang memakan waktu
lama.Energi positif tersebut diatas dalam banyak wacana biasanya disebut dengan
daya dan upaya penguatan pembangunan suatu bangsa dalam rangka mencapai
cita-cita dan tujuan nasionalnya. Sementara itu, energi negatif cenderung untuk
menghambat dengan tujuan akhir melemahkan bahkan menghancurkan suatu
bangsa. Kemampuan, kekuatan, ketangguhan dan keuletan sebuah bangsa
melemahkan dan atau menghancurkan setiap tantangan, ancaman, rintangan dan
gangguan itulah yang yang disebut dengan Ketahanan Nasional. Oleh karena itu,
ketahanan nasional mutlak senantiasa untuk dibina dandibangun serta ditumbuh
kembangkan secara terus-menerus dengan simultan dalam upaya mempertahankan
hidup dan kehidupan bangsa. Lebih jauh dari itu adalah makin tinggi tingkat
ketahanan nasional suatu bangsa maka makin kuat pula posisi bangsa itu dalam
pergaulan dunia. Bangsa dan negara Indonesia sejak proklamasi pada tanggal 17
Agustus 1945 pun tidak lepas dan luput dari persoalan yang berkaitan dengan
ketahanan nasional karena dalam perjalanan sejarahnya, Negara Kesatuan
Republik Indonesia mengalami pasang surut dalam menjaga eksistensi dan
1
kelangsungan hidup sebagai sebuah bangsa dan negara yang merdeka dan
berdaulat. Apabila dilihat dari geopolitik dan geostrategi yang kemudian dikaitkan
dengan potensi-potensi yang dimilikinya maka bangsa Indonesia berada pada
posisi yang rawan dengan instabilitas nasional yang diakibatkan dari berbagai
kepentingan seperti persaingan dan atau perebutan pengaruh baik dari dalam
negeri maupun dari luar negeri. Hal itu sudah dipastikan akan memberikan
dampak bagi hidup dan kehidupan bangsa dan negara Indonesia dalam jangka
pendek maupun jangka panjang. Indonesia adalah negara yang bersandar pada
kekuatan hukum sehingga kekuasaan dan penyelenggaraan hidup dan kehidupan
kenegaraan diatur oleh hukum yang berlaku. Dengan kata lain, hukum sebagai
pranata sosial disusun untuk kepentingan seluruh rakyat dan bangsa yaitu menjaga
ketertiban bagi seluruh rakyatnya. Kondisi kehidupan nasional itu menjadi salah
satu kekuatan ketahanan nasional karena adanya jaminan kekuasaan hukum bagi
semua pihak yang ada di Indonesia dan lebih jauh daripada itu adalah menjadi
cermin
bagaimana rakyat Indonesia mampu untuk tumbuh dan berkembang dalam suatu
wilayah yang menempatkan hukum
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja asas-asas, sifat-sifat pancasila sebagai ideologi ketahanan nasional ?
2. Apa saja prinsip pancasila sebagai ideologiketahanan nasional?
3. Apa saja urgensi ketahanan nasional di Indonesia sekarang ini ?
4. Apa saja faktor pelemahan dan penguat ideologi ketahanan pancasila ?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa saja saja asas-asas, sifat-sifat pancasila sebagai ideologi
ketahanan nasional.
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ketahaman Negara
Ketahanan berasal dari asal kata “tahan” ; tahan menderita, tabah kuat,
dapat menguasai diri, tidak kenal menyerah. Ketahanan berarti berbicara tentang
peri hal kuat, keteguhan hati, atau ketabahan. Jadi Ketahanan Nasional adalah peri
hal kuat, teguh, dalam rangka kesadaran, sedang pengertian nasional adalah
penduduk yang tinggal disuatu wilayah dan berdaulat. Dengan demikian istilah
ketahanan nasional adalah peri hal keteguhan hati untuk memperjuangkan
kepentingan nasional.Pengertian Ketahanan Nasional dalam bahasa Inggris yang
mendekati pengertian aslinya adalah national resilience yang mengandung
pengertian dinamis, dibandingkan pengertian resistence dan endurence. Ketahanan
nasional merupakan kondisi dinamis suatu bangsa, berisi keuletan dan
ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk mengembangkan kekuatan
nasional, dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan,
serta gangguan baik yang datang dari luar dan dalam yang secara langsung dan
tidak langsung membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa
dan negara serta perjuangan mengejar Tujuan Nasionalnya. Keadaan atau kondisi
selalu berkembang dan keadaan berubah-ubah, oleh karena itu ketahanan nasional
harus dikembangkan dan dibina agar memandai sesuai dengan perkembangan
jaman. Jika kita mengkaji Ketahanan nsional secara luas kita akan mendapatkan
tiga “wajah” Ketahanan Nasional, walaupun ada persamaan tetapi ada perbedaan
satu sama lain:
1. Ketahanan Nasional sebagai kondisi dinamis mengacu keadaan “nyata riil”
yang ada dalam masyarakat, dapat diamati dengan pancaindra manusia.
Sebagai kondisi dinamis maka yang menjadi perhatian adalah ATHG disatu
pihak dan adanya keuletan, ketangguhan, untuk mengembangkan kekuatan
nasional dalam mengatasi ancaman.
2. Ketahanan nasional sebagai konsepsi pengaturan dan penyelenggaraan
negara diperlukan penataan hubungan antara aspek kesejahteraan
(IPOLEKSOSBUD) dan keamanan (Hankam). Dalam konsepsi pengaturan
3
3. ini dirumuskan ciri-ciri dan sifat-sifat ketahanan nasional, serta tujuan
ketahanan nasional.
4. Ketahanan Nasional sebagai metode berfikir, ini berarti suatu pendekatan
khas yang membedakan dengan metode berfikir lainnya. Dalam ilmu
pengetahuan dikenal dengan metode induktif dan deduktif, hal ini juga dalam
ketahanan nasional, dengan suatu tambahan yaitu bahwa seluruh gatra
dipandang sebagai satu kesatuan utuh menyeluruh.
B. Sifat-Sifat Ketahanan Nasional
1. Sifat-sifat Manunggal.
Setiap bangsa yang berusaha mencapai cita-citanya tidak dapat lepas
dari segenap aspek kehidupan Nasionalya, baik alamiah maupun yang
sosial. Setiap aspek kehidupan tadi saling pengaruh-mempengaruhi dan
saling berkaitan, sehingga dengan sendirinya terdapat hubungan
interdepensi dan korelasi.
Dari uraian di atas, maka sifat manunggang di dalam ketahanan
Nasional itu adalah tepat, karena sifat integrati/ kemanunggalan merupakan
syarat bagi terbentuknya kekuatan Nasional.
2. Sifat Mawas kedalam
Mawas kedalam bararti bahwa suatu bangsa harus lebih
memperhatikan kedalam dirinya daripada keluar, oleh karena Ketahanan
Nasional terutama diarahkan kepada diri bangsa negara itu sendiri dengan
tujuan mewudjukkan hakekat dan sifat nasionalnya sendiri.
Jadi mawas ke dalam merupakan kemampuan dan sanggupan untuk
terus-menerus meneliti kekuatan dan kemampuannya yang kongkrit
selanjutnya bersedia/berusaha untuk menghilangkan atau setidaknya-
tidaknya mengurangi kelemahan-kelemahan atau kerawanan-kerawanan
yang ada serta memanfaatkan dan meningkatkan kekuatannya demi
Ketahanan Nasionalnya.
3. Sifat Berwibawa
Seperti diuraikan di atas, bahwa Ketahanan Nasional akan terwujud
apabila suatu bangsa dapat mengembangkan semua unsur kekuatan
nasionalnya yang mencakup aspek alamiah maupun sosial, menjadi suatu
4
kesatuan yang bulat. Ketahanan Nasional suatu bangsa yang mampu
menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan
gangguan, baik yang datang dari maupun dari dalam, yang langsung
maupun tidak langsung,akan menjamin kelangsungan hidup bangsa dan
negara tersebut.
4. Sifat Berubah Menurut Waktu
Konsepsi Ketahanan Nasional adalah bersifat objektif umum, maka
secara teoritis konsepsi tersebut harus dapat diterapkan dinegara manapun
saja. Bagi bangsa-bangsa yang dalam pengetranan Konsepsi Ketahanan
Nasional mempunyai salah satu sifat/ciri yang cukup kenyal dn dinamis di
dalam menghadapi perubahan-perubahan situasi dan kondisi baik yang
berasal dari dalam maupun luar, maka bangsa-bangsa tersebut akan dapat
mempertahankan eksistensinya. (kris wijoyo,2018)
5
d. Asas Kekeluargaan
Asas Kekeluargaan mengandung keadilan, kearifan, kebersamaan,
kesamaan, gotong royong, tenggang rasa, dan tanggung jawab, dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam asas ini diakui
adanya perbedaan yang harus dikembangkan secara serasi dalam hubungan
kemitraan serta dijaga agar tidak berkembang menjadi konflik yang bersifat
antagonistik yang saling menghancurkan.
6
Indonesia yang berkedaulatan rakyat berdasarkan kepada: Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusian yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dal
permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewudjudkan suatu keadilan
bagi seluruh rakyat indonesia.(Suparto,2006).
7
McDonaldisasi dan Disneyisasi yang melengahkan, dan sebagainya (Jacob, 1999:
6)
Selama ini Pancasila telah teruji menjadi pandangan hidup yang
dibutuhkan bangsa dengan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan, hingga keadilannya. Dengan penjiwaan terhadap nilai-nilai Pancasila,
Indonesia sebagai negara berkembang senantiasa terjaga karena Pancasila dapat
menjadi tameng penguat ketahanan nasional. Sepengetahuan Tim Peneliti, belum
ada instrumen yang mampu mengukur dan mendeteksi secara dini tingkat
ketahanan ideologi Pancasila di Indonesia.
Kajian tentang ketahanan ideologi Pancasila memiliki banyak manfaat.
Secara akademis riset ini mampu menjembatani tataran konsep dan praktis
konsep-konsep ke-Pancasila-an. Secara praktis, hasil riset ini mampu digunakan
untuk: mengukur tingkat ketahanan ideologi Pancasila pada generasi muda
Indonesia, mengukur tingkat keberhasilan pembudayaan nilai-nilai Pancasila pada
masyarakat, mendeteksi gejala-gejala yang berpotensi memperlemah ketahanan
ideologi Pancasila di Indonesia, dan menyusun rekomendasi kebijakan dalam
memperkuat ketahanan nasional. Di samping itu, IKIP dapat menentukan level
ketahanan ideologi Pancasila pada suatu wilayah di Indonesia.
8
Indonesia. Sebelum dijadikan sebagai dasar negara, nilai-nilai Pancasila sudah
lahir dalam sejarah bangsa.
Ideologi suatu negara akan berdinamika sesuai dengan perkembangan
dalam kehidupan negaranya. Indonesia tentu saja mengalami dinamika dalam
kehidupan sehari-hari. Era Orde Lama, Orde Baru, dan Reformasi, menjadi
catatan sejarah bagaimana Pancasila digunakan bersama oleh seluruh rakyat
Indonesia, sehingga memunculkan sebuah ketahanan ideologi. Ketahanan ideologi
Pancasila dapat dimaknai sebagai kondisi dinamik ideologi bangsa Indonesia yang
berisi ketangguhan dan keuletan yang membentuk kekuatan nasional dalam
menghadapi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan. Sifat
keterbukaan Pancasila selalu dipertanyakan dalam setiap rentang waktu dalam
menghadapi fenomena yang ada. Keterbukaan seperti apa yang diharapkan untuk
tetap mendudukkan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa.
Bagaimana juga individu seharusnya bersikap dalam setiap dinamika bangsa,
mengingat problem keseharian senantiasa dapat menjadi penghambat atau
pendorong suatu pandangan hidup. Salah satu faktor yang mempengaruhi
ketahanan ideologi ialah sistem nilai.
9
(1) Wilayah perbatasan relatif jauh dari pantauan pemerintah pusat.
Indonesia sangat rawan dengan kondisi seperti di atas, jika tidak dapat
mengelola sumber daya manusia, alam, dan fasilitas yang seharusnya diberikan.
Mengingat secara geografis Indonesia wilayahnya berjauhan, maka pulau-pulau
kecil, pulau dalam perbatasan, sangat rawan terhadap ancaman ketahanan
ideologi. Kesenjangan ekonomi merembet pada model tenaga kerja,
ketrampilan dan jenis pekerjaan, eksploitasi perempuan misalnya, menjadi
persoalan dalam hal ini. Masyarakat harus menyadari bahwa perubahan
perilaku dengan membawa nilai yang baru tentu akan berpengaruh pada
bangunan negara yang tidak sesuai dengan apa yang dicita-citakan dalam nilai
Pancasila. Sebagai sebuah ideologi, Pancasila harus dijadikan sebagai alat
untuk menjaga munculnya disintegrasi bangsa.
10
membangun relasi ke dalam, masyarakat harus menjaga keberagaman sebagai
realitas yang ada sebagai suatu kekayaan. Untuk membangun relasi ke luar,
nilai-nilai Pancasila berperan menjadi alat pemersatu untuk mempertahankan
integrasi dan kesatuan bangsa. Jika salah satu atau keduanya diabaikan, maka
secara perlahan namun pasti keutuhan dan ketahanan ideologi Pancasila mulai
bergeser melemah.
11
Pancasila digunakan sebagai cara mengatasi problem dan konflik yang
ada.(Jusuf,2008)
12
perjuangan untuk mencapai satu tujuan bersama, dan oleh karena ittu harus
dipertahankan bersama juga tanpa mengesampingkan yang lain.
Hal itu bersumber dari karakteristik individual yang melekat pada diri
manusia. Karakteristik ini tentu saja harus ditanamkanxsebagai kepribadian
bangsa Indonesia yang selalu siap menghadapi tantangan era modernitas.
Menurut Abdillah (2013) berkaitdengan nilai-nilai Pancasila, bahwa
13
dan lembaga-lembaga politik. Sejalan dengan hal ini, faktor-faktor yang
mempengaruhi munculnya konflik antarwarga tentu saja perlu diatasi
atau dihilangkan, seperti ketimpangan ekonomi dan pendidikan”.
14
akan berdampak pada bidang lain seperti ekonomi. Dengan demikian, secara
langsung maupun tidak langsung terorisme selalu berdampak negatif terhadap
masyarakat dan bangsa. Titik rawan bagi bangsa Indonesia adalah mayoritas
penduduk Indonesia yang bergama Islam, dan pengaruh radikalisme akan
menggoyang ketahanan bangsa. Sebuah pertanyaan yang harus dijawab
bersama dengan bermunculan fenomena yang berdampak pada kelemahan atau
kekuatan ideologi Pancasila, maka apakah yang harus disiapkan bersama untuk
Indonesia di masa yang akan datang? Bagaimana Pancasila benar-benar dapat
dipahami oleh seluruh masyarakat dan diaktualisasikan secara sempurna untuk
membangun bangsa dan negara. Pada masa Orde Baru, pendidikan Pancasila
melalui PMP (Pendidikan Moral Pancasila) dan P4 yang sekarang sudah
terhapus oleh era Reformasi.
15
Dengan demikian, bangsa Indonesia memberi gambaran dunia, bahwa
keberagaman telah disetarakan dalam prinsip Sumpah Pemuda. Persatuan dan
kesatuan bangsa dapat didasarkan pada persamaan tanah air, bahasa, dan
berbangsa Indonesia. Kembali pada persoalan menghadapi era globalisasi,
penting menengok kearifan lokal. Kearifan lokal akan lestari jika selalu
diimplementasikan dalam kehidupan konkret sehari-hari sehingga mampu
menjawab arus tantangan zaman yang selalu berubah. Kearifan lokal juga harus
diimplementasikan dalam kebijakan negara, misalnya perwujudan kebijakan
ekonomi didasarkan pada asas gotong-royong dan kekeluargaan sebagai salah
satu wujud kearifan lokal bangsa Indonesia. Dengan demikian, kearifan lokal
akan efektif berfungsi sebagai alat yang membekali masyarakatnya dalam
merespons arus zaman. Revitalisasi kearifan lokal dan nilai Pancasila dalam
merespons berbagai persoalan akut bangsa dan negara ini, seperti korupsi,
kemiskinan, dan kesenjangan sosial, perbuatan melawan hukum, tindakan
asusila, tindakan menentang humanisme, hanya akan berjalan jika mendapat
dukungan kebijakan negara dan keteladanan. Tanpa itu, kearifan lokal hanya
merupakan aksesori budaya yang tidak bermakna. Dengan demikian nilai
Pancasila yang digali dalam kearifan lokal perlu direvitalisasi utamanya dalam
pendidikan baik formal maupun non formal, dan diwujudkan nyata dalam
kehidupan sehari-hari. Pancasila sebagai ideologi negara pada dasarnya telah
mengakomodasi kearifan lokal yang hidup di Nusantara dan bukan sekedar
aksesori politik belaka.
16
KESIMPULAN
Kedua, IKIP disusun melalui proses dan perdebatan yang panjang mulai
dari level ideologi sampai dengan menjadi indikator yang terukur. IKIP ini
sifatnya kuantitatif, sehingga data yang berhasil diberikan barulah berupa angka-
angka statistik. Instrumen ini ibarat sebuah kamera yang berfungsi untuk
memotret kondisi ketahanan ideologi Pancasila pada suatu daerah. IKIP hanya
mampu memotret data permukaan bukan kedalaman data. Seperti halnya kamera,
keakuratan hasil potretan tergantung seberapa besar pixel yang digunakan. Pixel
dalam IKIP ini seperti halnya responden, keakuratan data sangat bergantung
pada jumlah responden yang diteliti.
Ketiga, aspek yang diukur dalam IKIP ini diambil dari nilai-nilai utama
sila-sila Pancasila yakni Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan
Keadilan Sosial. Kemudian dari setiap aspek tersebut dikategorisasikan lagi ke
dalam enam indikator yaitu Politik, Kenegaraan- kebangsaan, Sosial,
Kebudayaan, Keagamaan, dan Ekonomi. Dari setiap indikator tersebut
diturunkan lagi ke dalam item-item. Item-item tersebut disusun dengan
mempertimbangkan aspek pengetahuan, sikap, dan perilaku individu dalam
kehidupan berbangsa dan
17
DAFTAR PUSTAKA
18