Anda di halaman 1dari 39

PERCOBAAN V

PULSE CODE MODULATION (PCM)

A. TUJUAN
1. Mempelajari/menjelaskan fungsi kuantisasi dan binary encoding.
2. Mempelajari/menjelaskan proses pembangkitan sinyal PCM.
3. Mempelajari/menjelaskan proses transmisi sinyal PCM.

B. DASAR TEORI
B.1. PAM
PAM (Pulse Amplitudo Modulation) adalah suatu proses merubah amplitudo
signal carrier yang berupa diskrit yang perubahannya mengikuti bentuk amplitudo
dari sinyal informasi yang akan dikirimkan ketempat tujuan. Hal ini membuat
sinyal informasi yang dikirm tidak seluruhnya tetapi hanya sampelnya saja
(sampling signal). Pulse code modulation adalah solusi untk mengatasi
permasalahan gangguan transmisi pada sistem telepon dan merupakan dasar
pengembangan telepon digital yang terbebas dari gangguan transmisi.

Gambar B.1. (a) Rentetan pulsa yang seragam; (b) Gelombang modulasi
m(t); dan (c) Bentuk gelombang PAM yang dicuplik.
B.2. PCM

PCM (Pulse Code Modulation) adalah suatu teknik memproses suatu sinyal
analog menjadi sinyal digital yang ekuivalen. PCM adalah perluasan dari PAM
yang setiap nilai sampel analog akan dikuantisasi menjadi nilai diskrit untuk
representasi dari diskrit kode digital. Dengan demikian PAM dapat diubah menjadi
nilai sistem PCM dengan menambahkan A/D konverter yang sesuai pada sumber
sinyalnya dan D/A konverter pada tempat tujuan. Proses-proses utama pada sistem
PCM, diantaranya Proses Sampling (Pencuplikan), Quantizing (Kuantisasi), Coding
(Pengkodean), Decoding (Pengkodean Kembali).

Gambar B.2. Pulse Code Modulation

1. Sampling: Proses pengambilan sample atau contoh besaran sinyal analog pada
titik tertentu secara teratur dan berurutan.Frekuensi sampling harus lebih besar
dari 2Xfrekuensi yang disampling (sekurang-kurangnya memperoleh puncak dan
lembah) [teorema Nyqust]. Hasil penyamplingan berupa PAM (Pulse Amplitude
Modulation)
2. Quantisasi: Proses menentukan segmen-segmen dari amplitudo sampling dalam
level-level kuantisasi. Amplitudo dari masing-masing sample dinyatakan dengan
harga integer dari level kuantisasi yang terdekat.
3. Pengkodean: Proses mengubah (mengkodekan) besaran amplitudo sampling
kebentuk kode digital biner.
4. Multiplexing: Dari banyak input menjadi satu output. Fungsi:Untuk
penghematan transmisi menjadi dasar penyambungan digital. Multiplexing
adalah teknik menggabungkan beberapa sinyal untuk dikirimkan secara
bersamaan pada suatu kanal transmisi. Dimana perangkat yang melakukan
Multiplexing disebut Multiplexer atau disebut juga dengan istilah
Transceiver/Mux. Dan untuk di sisi penerima, gabungan sinyal-sinyal itu akan
kembali dipisahkan sesuai dengan tujuan masing-masing. Proses ini disebut
dengan Demultiplexing. Receiver atau perangkat yang melakukan
Demultiplexing disebut dengan Demultiplexer atau disebut juga dengan istilah
Demux. Tujuan Muliplexing yaitu untuk meningkatkan effisiensi penggunaan
bandwidth/kapasitas saluran transmisi dengan cara berbagi akses bersama. Ada
dua jenis umum multiplexing yaitu

a. FDM (Frequency Division Multiplexing)


FDM adalah proses multiplexing pada signal analog yang bekerja
berdasarkan pembagian frekuensi. Satu saluran informasi dinyatakan sebagai
voice channel dengan lebar frekuensi (0 - 4KHz).

Gambar B.2.a Ilustrasi konsep FDM

b. TDM (Time Division Multiplexing)


TDM adalah proses multiplexing yang bekerja berdasarkan pembagian
waktu. Karena satuan signal digital pada proses ini merupakan kecepatan signal
terhadap waktu. Satu saluran informasi dinyatakan sebagai voice channel
diwakili oleh 64 Kbps yang seterusnya disusun berdasarkan standar yang dianut
oleh masing-masingadm/ negara, misalnya di Eropa menganut 30 kanal suara
per frame sedangkan di Amerika terutama Amerika Utara dan Jepang
menganut24 kanal suara per frame.Pada Multiplexing TDMA disusun hirarki,
yaitu order rendah dan order tinggi. Dimana order rendah adalah order 1, dan
order tinggi adalah order 2, 3, dan 4. Order 1 disebut juga PCM (Pulse Code
Modulation). Multiplexing TDMA disebut juga PDH (Plesiochronous Digital
Hierarchy)

Gambar B.2.b. Blok diagram sistem TDM


C. ALAT DAN BAHAN
1. PCM ModulatorI (736 101)
2. PCM Demodulator (736 111)
3. Function Generator 0-200 kHz
4. Power Suplay 15 V. 3A
5. Bridging plugs
6. Cable pairs
7. Multimeter

D. LANGKAH PERCOBAAN

Gambar D.1 Block Fisik Rangkaian Pulse Code Modulation

1. Menghubungkan power supply dan function generator kesumber daya


2. Menghubungkan tegangan +15V, 0V, -15V dari power supply ke function
generator.
3. Menghubungkan tegangan +15V, 0V, -15V, pada function generator ke PCM
Modulator.
4. Menghubungkan tegangan +15V, 0V, -15V, dari PCM modulator ke PCM
Demodulator.
5. Menghubungkan keluaran dari PCM Modulator ke PCM Demodulator.
6. Menghubungkan keluaran PCM Demodulator dengan Digital Multimeter.
7. Menghubungkan tegangan 0V dengan konektor ke Digital Multimeter.
8. Menghidupkan power supply dan function generator.
9. Mengaktifkan Digital Multimeter.
10. Menulis data hasil percobaan.
11. Menon-aktifkan sistem.
12. Merapikan alat-alat dan bahan praktikum yang digunakan.

D.1. Percobaan kuantisasi linier

D.1.1. Karakteristik Kuantisasi Linier

- Tekan tombol Mode sampai led quantisasi linier pada PCM modulator
dan PCM demodulator aktif.
- Aktifkan semua bit dengan menggunakan tombol Select dan On/Off.
- Set saklar keposisi CH2 pada PCM demodulator.
- Set tegangan input U1 seperti tabel 1, kemudian ukur tegangan U2 pada
output DA converter, tuliskan kedalam tabel beserta digit biner yang
ditunjukkan oleh led.

D.2 Percobaan Kuantisasi Non linier

D.2.1. Karakteristik Compressor

- Tekan tombol Mode sampai led kuantisasi non-linier pada PCM modulator
dan led quantisasi linier pada PCM demodulator aktif.
- Ulangi langkah percobaan kuantisasi linier.

D.2.2. Karakteristik Expander

- Tekan tombol Mode sampai led quantisasi linier pada PCM modulator dan
quantisasi non-linier pada PCM demodulator aktif.
- Ulangi langkah percobaan kuantisasi linier.

D.3.Percobaan Karakteristik transmisi non-linier


- Tekan tombol Mode sampai led kuantisasi non-linier pada PCM modulator
dan PCM demodulator aktif.
- Ulangi langkah percobaan kuantisasi linier.
D.4 Simulasi dengan MATLAB R2013a
1. Membukaaplikasi MATLAB R2013a.
2. Membuka tool “Simulink library”, kemudian mengklik menu “new model”
pada Simulink library.
3. Menyusun rangkaian seperti pada Gambar D.2. menggunakan Library DSP
System Toolbox Block Set, Communication System Toolbox Block Set, dan
Simulink Block Set . Pada Library DSP System Tollbox, Blok yang
digunakan adalah Sample and Hold, Uniform Encoder,Uniform Decoder
dan Analog Filter Design. Pada LibraryCommunication Sytem Toolbox,
Blok yang digunakan adalahInteger to Bit Converter dan Bit to Integer
Converter. Pada Simulink Block Set, Blok yang digunakan adalah Sine
Generator, Pulse Generator dan Scope.

Gambar 5.12. Blok simulasi Rangkaian Pulse Code Modulation


4. Mengatur parameter Blok Sine Wave

Gambar 5.13. Parameter Blok Sine Wave


5. Mengatur parameter Blok Pulse Generator

Gambar 5.14. Parameter Blok Pulse Generator


6. Mengatur parameter Blok Sample and Hold

Gambar 5.15. Parameter Blok Sample and Hold


7. Mengatur parameter Blok Uniform Encoder

Gambar 5.16. Parameter Blok Uniform Encoder


8. Mengatur parameter Blok Integer to Bit Converter

Gambar 5.17. Parameter Blok Integer to Bit Converter


9. Mengatur parameter Blok Bit to Integer Converter

Gambar 5.18. Parameter Blok Bit to Integer Converter


10. Mengatur parameter Blok Uniform Decoder

Gambar 5.19. Parameter Blok Uniform Decoder

11. Mengatur parameter Blok Analog Filter Design

Gambar 5.20. Parameter AnalogFilter Design


E. DATA HASIL
E.1 Tabel Percobaan Kuantisasi Linier

U1/V U2/V Code

9,5 9.31 11110111

9 8.84 11110001

8 7.83 11100100

7 6.86 11011111

6 5.9 11001011

5 4.9 10111110

4 3.95 10110010

3 2.93 10100101

2 2 10011001

1 1. 10001100

0 0.06 10000000

-1 -0.86 00001100

-2 -1.86 00011001

-3 -2.8 00100111

-4 -3.8 00110010

-5 -4.78 00111111

-6 -5.74 01001011

-7 -6.71 01011111

-8 -7.69 01100011

-9 -8.6 01100100

-9.5 -9.15 01110111


E.2 Tabel Percobaan Kuantisasi Non-Linier
E.2.1 Tabel Percobaan Kuantisasi Non-linier Compressor

U1/V U2/V Code

9,5 9.27 11111101

9 8,95 11111011

8 9,37 11111000

7 9,14 11110101

6 8,90 11100010

5 8,67 11101111

4 8,02 11101001

3 7,57 11100010

2 6,96 11011001

1 5,80 11001011

0 1,05 10001111

-1 -5,46 01001111

-2 -6,76 01011000

-3 -7,63 01100011

-4 -8,10 01101001

-5 -8,57 01101111

-6 -8,87 01110011

-7 -9,11 01110110

-8 -9,33 01111001

-9 -9,57 01111100

-9.5 -9,72 01111110


E.2.2 Tabel Percobaan Kuantisasi Non-linier Expander

U1/V U2/V Code

9,5 7,24 11110111

9 4,00 11110001

8 3,218 11100100

7 1,940 11011000

6 1,106 11001011

5 0,51 10111111

4 0,40 10110010

3 0,259 10100110

2 0,162 10011001

1 0,104 10001101

0 0,041 10001101

-1 -0,016 00001100

-2 -0,079 00011001

-3 -0,157 00100101

-4 -0,297 00110010

-5 -0,529 00111110

-6 -1,62 01001011

-7 -1,702 01010111

-8 -2,980 01100100

-9 -4,78 01110000

-9.5 -6,75 01110111


E.3 Tabel Percobaan Kuantisasi Non-linier

U1/V U2/V Code

9,5 9.08 11111101

9 8.77 11111100

8 7.85 11111001

7 6,94 11110110

6 5,71 11110010

5 4.86 11101111

4 3.94 11101001

3 3.063 11100011

2 2.017 11011001

1 1.067 10001101

0 0,104 10001111

-1 -0,016 01001000

-2 -0,079 01011001

-3 -0,157 01100011

-4 -0,297 01101001

-5 -0,529 01101111

-6 -1,62 01110011

-7 -1,702 01110110

-8 -2,980 01111001

-9 -4,78 01111100

-9.5 -6,75 01111110


F. ANALISA DATA
F.1 Blok Diagram PCM

Gambar F.1 Blok Diagram PCM


Pada blok diagram PCM diatas dapat dilihat bahwa proses pada tahap pertama
sinyal informasi yang berupa sinyal sinusoidal dan masih memiliki noise (derau)
memasuki proses yang bernama band limitting yang berfungsi untuk memfilter sinyal
yang masuk dimana pada proses band limiting ini dilakukan proses filterisasi dengan
LPF (Low Pass Filter) yaitu jenis filter yang meloloskan frekuensi rendah dan meredam
frekuensi tinggi. Kemudian setelah melakukan proses filterisasi dari band limitting akan
menghasilan gelombang sinusoidal yang terdapat sinyal yang bersih dari noise.
Selanjutnya gelombang sinusoidal tersebut akan memasuki proses Sampling dengan
ketentuan frekuensi sinyal sampling mempunyai frekuensi dua kali lebih besar frekuensi
sinyal informasi dimana gelombang sinyal informasi akan dicuplik menggunakan alat
yang bernama switch yang nantinya akan menghasilkan sinyal PAM (Pulse Ampitude
Modulation) yang berbentuk diskrit, setelah itu sinyal PAM akan masuk ke tahap proses
kuantisasi (proses pembentukan segmen-segmen atau penentuan angka atau nilai dari
amplitudo sampling dalam level-level kuantisasi) dimana pada proses ini digunakan alat
quantyzer yang akan menghasilkan sinyal sinusoidal, dimana tujuannya adalah
mempermudah pengkodean sinyal lalu memasuki proses coding menggunakan alat
encoder yang outputnya berbentuk grafik binary code atau sinyal digital. Kemudian
dilanjutkan ke multiplexing yaitu menggabungkan beberapa sinyal untuk dikirimkan
secara bersamaan yang berfungsi untuk penghemat transmisi menjadi dasar
penyambung digital sehingga menjadi satu kanal.
Selanjutya kanal dari multiplexer akan masuk pada proses demultiplexer terlebih
dahulu dimana fungsi demultiplexer yaitu sebagai Receiver atau perangkat yang
melakukan Demultiplexing (Proses pemisahan dari gabungan sinyal sesuai dengan
tujuannya masing-masing) baru di lakukan decoding (proses pemberian nilai pada
inputan sebelum memasuki proses decoding) dimana alat yang digunakan adalah
decoder, sehingga didapatkan kanal dari decoding yang sudah terkuantisasi, lalu masuk
ke proses dekuantisasi yang dilakukan oleh dekuantizer untuk menghasilkan sinyal
PAM (Pulse Ampitude Modulation) dalam bentuk diskrit yang akan masuk pada proses
resampling (proses mendata ulang cuplikan titik-titik tertentu) dengan menggunaakan
alat gate penyearah, sehingga menghasilkan gelombang sinyal sinusoidal yang akan
masuk pada proses band limiting (proses filterisasi), sehingga pada proses ini akan
menghasilkan keluaran berupa gelombang sinusoidal yang sudah bebas dari noise
F.2 Kuantisasi Linier
F.2.1. Analisa perhitungan Linier

o Konversi bilangan biner ke decimal

(11110111)2 = 1.27 + 1.26 + 1.25 + 1.24 + 0.23 + 1.22 + 1.21 + 1.20

= 128 + 64 + 32 + 16 + 0 + 4 + 2 + 1

= (247)10

o Tegangan Hitung

Dik : U1 = 9.5

U2 = 9.31

K = 0.078

Bit parity = -1/1

Decimal = 247

Dit : Vh = ........?

Penyelesaian :

Vh = K x Bit parity x Decimal

= 0,078 x (1) x 247

= 19,266
F.2.2.Tabel Analisa Percobaan Kuantisasi Linier

U1/V U2/V Code Desimal Bit parity Vh


9.5 9.31 11110111 247 1 19.266

9 8.84 11110001 241 1 18.72

8 7.83 11100100 228 1 17.798

7 6.86 11011111 223 1 17.394

6 5.9 11001011 203 1 15.834

5 4.9 10111110 190 1 14.82

4 3.95 10110010 178 1 13.884

3 2.93 10100101 165 1 12.87

2 2 10011001 153 1 11.934

1 1. 10001100 137 1 10.696

0 0.06 10000000 128 1 9.984

-1 -0.86 00001100 12 -1 -0.936

-2 -1.86 00011001 25 -1 -1.95

-3 -2.8 00100111 39 -1 -3.042

-4 -3.8 00110010 50 -1 -3.9

-5 -4.78 00111111 63 -1 -4.914

-6 -5.74 01001011 75 -1 -5.85

-7 -6.71 01011111 95 -1 -7,41

-8 -7.69 01100011 99 -1 -7.72

-9 -8.6 01100100 100 -1 -7.8

-9.5 -9.15 01110111 126 -1 -9.828


Berdasarkan tabel percobaan diatas dapat dianalisa bahwa tegangan input (U1/V)
di dapat dari Power Supply ke function generator, sedangkan tegangan U2/V didapat
dari outputan PCM demodulator ke digital multimeter. Pada PCM Demodulator akan
menampilkan biner dari tegangan input (U1) tersebut. Nilai dari bit parity dapat
ditentukan dengan melihat nilai dari MSB. Apabila nilai MSB bernilai 0 maka bit parity
bernilai -1 sedangkan apabila nilai MSB bernilai 1 maka bit parity akan bernilai 1.
Disini juga dapat terlihat bahwa jika nilai tegangan input (U1/V) semakin besar maka
nilai dari tegangan outputnya (U2/V) juga akan semakin besar,maka terbentuklah nilai
linear yang outputnya semakin meningkat jika inputnya meningkat, yang menandakan
bahwa hubungan antara tegangan input (U1/V) dengan tegangan output (U2/V)
berbanding lurus. Nilai desimal dipengaruhi oleh bit parity, oleh karena itu tegangan
yang mempunyai nilai bit parity -1 akan membuat nilai desimal semakin mengecil,
sedangkan tegangan yang mempunyai nilai bit parity 1 akan membuat nilai desimal
semakin membesar.Untuk mencari nilai tegangan hitung menggunakan persamaan
(Vhitung = Nilai desimal x bit parity x konstanta) dimana nilai K = 0.078 yaitu
konstanta yang sudah ditetapkan dan untuk kode binernya di konversi terlebih dahulu
menjadi bentuk desimal.
F.2.3. Grafik Karakteristik Kuantisasi Linear
F.2.4. Grafik Karakteristik Kuantisasi Linear

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa tegangan U1 dengan rentang nilai
dari -9.04 sampai dengan 9.21 dan U2 dengan rentang nilai mulai dari -10 sampai
dengan 15 berbanding lurus. Semakin tinggi tegangan U1 maka semakin tinggi pula
tegangan pada U2. Hal ini terjadi karena tegangan pada U1 dan U2 saling berhubungan.
Kemudian terdapat titik potong yang jika dihubungkan maka akan membentuk grafik
garis lurus.
F.3.1 Kuantisasi Non – Linier compressor
 Analisa Perhitungan
o Konversi Bilangan Biner ke Desimal
Kode = (01111110)2
= (0 27)+(1 26)+(1 25)+(1 24)+(1 23)+(1 22)+(1 21)+(0 20)
= 0 + 64 + 32 + 16 + 8 + 2 + 2 + 0
= 126
o Tegangan Hitung
Dik : U1 = -9,5
U2 = -9.72
Bit Parity = -1
K = 0,078
Desimal = 126
Vh = K Bit Parity desimal
= 0,078 (-1) 126
= -9,828
F.3 Kuantisasi Non Linier compressor
 Tabel Analisa Karakteristik kuantisasi Non-Linier COMPRESSOR
U1/V U2/V Code Desimal Bit parity Vh
-9,5 -9.70 01111110 126 -1 -9.828
-9 -9.62 01111101 125 -1 -98.75
-8 -9.31 01111001 121 -1 -9.438
-7 -8.85 01110110 118 -1 -9.204
-6 -8.62 01110011 115 -1 -8.97
-5 -8.62 01110000 112 -1 -8.736
-4 -8.07 01101001 105 -1 -8.19
-3 -7.61 01100011 99 -1 -7.72
-2 -6.83 01011001 89 -1 -6.942
-1 -5.52 01001000 72 -1 -5.616
0 0.714 10001111 143 1 11.154
1 5.73 11001001 201 1 15.678
2 6.98 11011001 217 1 16.926
3 7.70 11100011 227 1 17.706
4 8.22 11101001 233 1 18.174
5 8.69 11101111 239 1 18.642
6 8.92 11110010 242 1 18.876
7 9.22 11110111 247 1 19.266
8 9.47 11111001 249 1 19.422
9 9.70 11111100 252 1 19.656
9,5 9.78 11111101 253 1 19.734

Diatas merupakan tabel percobaan kuantisasi non-linier compressor, sehingga


dapat di analisa bahwa nilai tegangan input U1/V didapatkan dari PCM Modulator
yang dihubungkan dengan PCM Demodulator. Sedangkan untuk nilai tegangan U2/V
diperoleh dari pengukuran multimeter digital, pada PCM Demodulator akan
menampilkan biner tegangan input U1 tersebut. Nilai bit parity dapat di tentukan
dengan melihat nilai MSB atau bit yang paling kiri atau bagian depan. Jika
seandainya nilai MSB bernilai 0 maka bit parity bernilai -1 dan apabila nilai MSB
bernilai 1 maka bit parity bernilai 1. Untuk menentukan tegangan hitung
menggunakan persamaan Vh = K Bit Parity decimal yang di mana nilai K
(konstanta) sudah ditentukan yaitu 0,078, untuk kode biner di konversikan menjadi
bentuk decimal. Nilai tegangan output U2/V tidak berbeda jauh dengan nilai
tegangan input U1/V serta akan selalu mengikuti nilai tegangan input U1/V jika
tegangan input semakin kecil maka tegangan output juga akan semakkn kecil, begitu
pula sebaliknya. Maka terbentuklah nilai yang linier, yang output nya semakin
meningkat atau besar jika input nya meningkat juga.
 GRAFIK KUANTISASI NON-LINEAR COMPRESSOR
 GRAFIK KUANTISASI NON-LINEAR COMPRESSOR

Berdasarkan grafik di atas dapat dianalisa bahwa saat nilai U1 naik maka nilai U2
juga ikut naik tetapi penaikan nilai ini tidak membentuk garis linear melainkan non-
linier. Jika titik-titiknya dihubungkan maka akan membentuk grafik expander yang
tidak stabil. Dari grafik di atas dapat di analisa bahwa hubungan antara tegangan input
U1/V dengan tegangan output U2/V berbanding lurus. Dimana, semakin besar nilai
tegangan input U1/V maka semakin besar pula nilai dari tegangan output (U2/V).
Seperti pada grafik pada U1/V dengan sampel -9,5 sampai dengan -1 terjadi penurunan
yang cukup besar pada U2/V. Sedangkan pada sampel 1 sampai 9,5 terjadi peningkatan
yang cukup signifikan terhadap U2/V.
F.3.2 Kuantisasi Non – Linier expender
 Analisa Perhitungan
o Konversi Bilangan Biner ke Desimal
Kode = (01110111)2
= (0 27)+(1 26)+(1 25)+(1 24)+(0 23)+(1 22)+(1 21)+(1 20)
= 0 + 64 + 32 + 16 + 0 + 4 + 2 + 1
= 119
o Tegangan Hitung
Dik : U1 = -9,5
U2 = -6.75
Bit Parity = -1
K = 0,078
Desimal = 119
Vh = K Bit Parity desimal
= 0,078 (-1) 119
= -9,282
 Tabel Analisa Karakteristik Non – Linier Expender
U1/V U2/V Code Desimal Bit parity Vh
-9,5 -6.9 01110111 119 -1 19.266
-9 -5.0 01110001 113 -1 18.798
-8 -2.9 01100100 100 -1 17.784
-7 -1.25 01011000 88 -1 16.684
-6 -0.95 01001011 75 -1 15.834
-5 -0.5 00111111 63 -1 14.898
-4 -0.26 00110010 50 -1 13.844
-3 -0.13 00100111 39 -1 12.948
-2 -0.05 00011001 25 -1 11.934
-1 -0.009 00001100 12 -1 10.998
0 0.06 10000000 128 1 10.998
1 0.12 10001100 140 1 -0.156
2 0.19 10011001 153 1 -1.95
3 0.27 10100111 167 1 -2,886
4 0.42 10110010 178 1 -3.9
5 0.66 10111110 190 1 -4.836
6 1.13 11001011 203 1 -5.85
7 1.93 11011111 223 1 -6.786
8 3.24 11100100 228 1 -7.8
9 5.22 11110000 240 1 -8.736
9,5 7,09 11110110 119 1 -9.282

Tabel di atas merupakan tabel karakteristik non-linier expender sehingga dapat


dianalisa bahwa tegangan input (U1/V) di dapat dari Modulator yang dihubungkan
dengan Demodulator sedangkan tegangan (U2/V) didapat dari pengukuran
multimeter. Pada Demodulator akan menampilkan biner dari tegangan input tersebut.
Nilai Bit Parity dapat dilihat dari dari nilai MSB. Jika nilai MSB bernilai 0, maka bit
parity bernilai -1, dan apabila MSB bernilai 1, maka bit parity bernilai 1. Untuk
mencari nilai tegangan hitung dapat dilakukan dengan rumus V= K x Bit Parity x
Decimal. Dimana untuk K bernilai konstan, yaitu 0,078. Semakin tinggi tegangan
input (U1/V) maka akan semakin tinggi juga untuk tegangan output (U2/V), maka
terbentuklah nilai yang linier.
 GRAFIK KUANTISASI NON-LINEAR EXPANDER
 GRAFIK KUANTISASI NON-LINEAR EXPANDER

Berdasarkan grafik di atas dapat dianalisa bahwa saat nilai U1 naik maka nilai
U2 juga ikut naik tetapi penaikan nilai ini tidak membentuk garis linear melainkan non-
linier. Jika titik-titiknya dihubungkan maka akan membentuk grafik expander yang
tidak stabil. Dari grafik di atas dapat di analisa bahwa hubungan antara tegangan input
U1/V dengan tegangan output U2/V berbanding lurus. Dimana, semakin besar nilai
tegangan input U1/V maka semakin besar pula nilai dari tegangan output (U2/V).
Seperti pada grafik pada U1/V dengan sampel -9,5 sampai dengan -1 terjadi penurunan
yang cukup besar pada U2/V. Sedangkan pada sampel 1 sampai 9,5 terjadi peningkatan
yang cukup signifikan terhadap U2/V.
F.3.3 Kuantisasi Non – Linier
 Analisa Perhitungan
o Konversi Bilangan Biner ke Desimal
Kode = (01111110)2
= (0 27)+(1 26)+(1 25)+(1 24)+(1 23)+(1 22)+(1 21)+(0 20)
= 0 + 64 + 32 + 16 + 8 + 2 + 2 + 0
= 126
o Tegangan Hitung
Dik : U1 = -9,5
U2 = -9.11
Bit Parity = -1
K = 0,078
Desimal = 126
Vh = K Bit Parity desimal
= 0,078 (-1) 126
= -9,828
 Tabel Analisa Karakteristik Non – Linier
Bit
U1/V U2/V Code Parity Decimal Vhitung
-9,5 -9.05 01111110 -1 126 -9,828
-9 -8.47 01111100 -1 124 -9,672
-8 -7.67 01111001 -1 121 -9,438
-7 -6.57 01110110 -1 118 -9,204
-6 -5.64 01110011 -1 115 -8,97
-5 -4.79 01101111 -1 111 -8,658
-4 -3.69 01101001 -1 105 -8,19
-3 -2.76 01100011 -1 99 -7,722
-2 -1.79 01011001 -1 89 -6,942
-1 -0.85 01001000 -1 72 -5,616
0 0.13 10001111 1 143 11,154
1 1.02 11001010 1 202 15,756
2 2.07 11011001 1 217 16,926
3 2.96 11100011 1 227 17,706
4 4.06 11101001 1 233 18,174
5 5 11101111 1 239 18,642
6 5.84 11110010 1 242 18,876
7 6.78 11110110 1 246 19,188
8 8.02 11111001 1 249 19,422
9 8.95 11111100 1 252 19,656
9.5 9.27 11111101 1 253 19,734

Dari percobaan kuantasi linear dapat dianalisa bahwa tegangan input U1/V di
dapat dari Modulator yang dihubungkan dengan Demodulator sedangkan tegangan
(U2/V) didapat dari pengukuran multimeter digital. Pada Demodulator akan
menampilkan biner dari tegangan input U1 tersebut. Nilai Bit Parity dapat dilihat dari
dari nilai MSB. Jika nilai MSB bernilai 0, maka bit parity bernilai -1, dan apabila MSB
bernilai 1, maka bit parity bernilai 1. Untuk mencari nilai tegangan hitung dapat
dilakukan dengan rumus V= K x Bit Parity x Decimal. Dimana untuk K = 0,078 yaitu
konstanta yang sudah di tentukan. Semakin tinggi tegangan input (U1/V) maka akan
semakin tinggi juga untuk tegangan output (U2/V). Dari tabel tersebut dapat diketahui
bahwa nilai tegangan terbesar yaitu 9,21 dan nilai tegangan terendah adalah -9,10 V.
 Grafik kuantitas non-linear
 Grafik kuantitas non-linear

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa tegangan U1 dan U2 berbanding


lurus. Semakin tinggi tegangan U1 maka semakin tinggi pula nilai pada U2. Hal ini
terjadi karena tegangan pada U1 dan U2 saling berhubungan. Di grafik juga terdapat titik
potong yang jika dihubungkan maka akan membentuk grafik garis lurus. Pada grafik
diatas jika titik-titiknya dihubungkan maka akan membentuk grafik kuantitas sama

seperti grafik Linier.


G. KESIMPULAN
1. Kuantisasi adalah proses merubah sampel kontinyu menjadi sampel amplitudo disktik
yang diambil dati kumpulanl evel terbatas atau proses menentukan segmen-segmen
dari amplitudo sampling dalam level- level kuantisasi. Binary Encoding adalah proses
merubah sinyal analog menjadi sinyal digital atau binary.
2. Proses PCM dimulai dengan sinyal analog difilter untuk menghilangkan noise yang
ada pada sinyal tersebut, kemudian sinyal tersebut disampling untuk proses
pengambilan sampel atau contoh besaran sinyal analog pada titik tertentu secara
teratur dan berurutan. Selanjutnya dikuantisasi atau pembulatan nilai – nilai sinyal
tersebut sehingga mempermudah proses encoding. Terakhir proses pengkodean, yaitu
proses mengubah (mengkodekan) besaran amplitudo sampling ke bentuk kode digital
biner.
3. Proses transmisi PCM melibatkan multiplexer yang berfungsi menggabungkan
beberapa kanal sinyal menjadi satu kanal agar dikirim pada satu kanal transmisi.
Proses transmisi PCM ini melibatkan proses band limiting, sampling, kuantitasi,
decoding.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2020. Praktikum Dasar Telekomunikasi. Laboratorium Telekomunikasi.


Jurusan Teknik Elektro. Fakultas Teknik. Universitas Mataram.

Hangarsari, Yuniati dkk. 2012 “ Simulasi pengacakan sinyal suara secara


realtime berbasis fast fourier Transform”.

Hioki ,Warren . 1998. Telecomunications Third Edition . New Jersey : Prentice


Hall

Putu Rusdi Ariawan. 2010. Sistem Modulasi Analog Dan Digital. Makalah.

Anda mungkin juga menyukai