Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI


SEMESTER III TH 2014/2015

JUDUL

PCM - MULTIPLEX (PCM-MUX)

GRUP

3B
PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA


2014
PEMBUAT LAPORAN : Kelompok 2

NAMA PRAKTIKAN : 1. Disanrio Arif Kurniawan

2. Faridah Nabilah Uthami

3. Jusliana

4. Muhamad Ramdan

TGL. SELESAI PRAKTIKUM : 27 November 2014

TGL. PENYERAHAN LAPORAN : 4 Desember 2014

NILAI :..........

KETERANGAN : ....................................

......................................
Pulse Code Modulation – Multiplex (PCM – Mux)

1. TUJUAN
a. Menetukan beberapa karakteristik / keistimewaan dari PCM TimeMultiplex.
b. Menjelaskan fungsi masing-masing bagian dan step dari proses sinyal.
c. Menjelaskan beberapa kesalahan yang terdapat pada sistem PCM–T–MUX.

2. DIAGRAM RANGKAIAN

Gambar 3.1
3. ALAT DAN KOMPONEN
No Alat Jumlah
1 DC power supply + 15V SO 3538-8D 1
2 Clock Generator SO 3538-8C 1
3 Pulse Amplitude Modulator SO 3537-7G 2
4 Pulse Amplitude Demodulator SO 3537-7H 2
5 Pulse Code Modulator SO 3537-7N 1
6 Pulse Code Demodulator SO 3537-7P 1
7 Universal Counter HP-5314 A 1
8 Function Generator GW-INSTEK GFG-9210 2
9 Oscilloscope GW-INSTEK GOS-653G 1
10 BNC to Banana Cable 4
11 Banana to Banana Cable 4
12 Jumper Plug-in besar Secukupnya
4. DASAR TEORI

Merupakan pengembangan dari PAM – T – MUX yaitu denganmemperluas enjadi PCM


Time Multiplex. Sebuah pengkode PCM tersediadalam jalur transmisi PAM pada bagian
pemancar dan pada bagianpenerimanya terpasang sebuah decoder PCM.

Kekurangan-kekurangan dalam sistem PAM dapat dihindari dengan mentransmisikan


sinyal digital sebagai ganti dari ampiltudo pulsa.Perbandingan SIGNAL terhadap noise [S/N]
tidak tergantung daripanjang saluran yang digunakan dalam saluran transmisi, pengolahan
data-datadigital mudah dilakukan dan sebagian besar interferensi pada salurandapat ditekan.
Menurut ketentuan CCITT, sistem PCM 30 menggunakan transmisi PCM
Multiplex.Hubungannya dengan waktu dapat diperlihatkan pada gambar di bawahini:
Frekuensi sampling adalah 8 KHz, yang menghasilkan sebuah lebar pulsa frame 125 μs.
Nilai-nilai sample kemudian dikodekan dalam pengkode non linier, ke 8-bit kata sehingga
pada output, sinyal biner dari 30 KHz x 8bits = 1920 Kbit / sec. Siap untuk transmisi
PCM.Sinyal ini juga melalui 2 kanal, masing-masing 64 Kbit untuk sinkronisasitransmisi dan
nada pilih. Sehingga secara bersamaan sebuah output sinyalsebesar 2048 Kbit / sec telah
dihasilkan.
Dalam percobaan ini digunakan lebar pulsa frame 125 μs dan ditransmisikan 2 kanal
pembicaraan. Sebuah kanal yang terpisahdigunakan untuk sinkronisasi sinyal.Transmisi PCM
membutuhkan waktu dan delay sinyal yang terbatas, makaunit demultiplexer telah
menyediakan sinyal-sinyal sample yang tertunda.

5. LANGKAH PERCOBAAN

6.1 Membuat rangkaian seperti Gambar 1.


Menggunakan sinyal-sinyal:
A. Kanal(1): menggunakan gelombang sinusoida 500Hz, 2 Vpp
B. Kanal(2): menggunakan gelombang sinusoida 500Hz, 2 Vpp
6.2 Mengatur pulsa sampling dari clock generator (A1)(B1) menjadi maksimum dengan
mengatur Δtp. Mendapatkan sinyal-sinyal pada output D yang memiliki kejauhan yang
sama.
Menggambar output.
6.3 Menunjukkan sinyal pada input PCM coder (3) dan output PCM decoder (6).
Menggambar sinyalnya dan memberikan penjelasan.
6.4 Menunjukkan sinyal PCM (4) dan sinyal CK pada saluran transmisi (5).
Memberikan penjelasan.
6.5 Menunjukkan sinyal output dri PCM Decoder (6) dan output PAM demodulator (X)
pada osiloskop.
Menggambar hasil penunjukkan.
6.6 Membandingkan sinyal input dan output pada kanal 1 dan kanal 2 (1 dan 9, 2 dan 10).
Memberikan komentar tentang kualitas transmisi.
Mengamati serta memberikan penjelasan pengaruh perubahan Δtp.
6. DATA PERCOBAAN
Gambar 5.1
Gambar 5.2

Pada sinyal input coder (TP 3), gelombang yang dihasilkan adalah sinyal sampling yang
membentuk sinyal sinusoidal dan sinyal (TP 6) merupakan sinyal output decoder PCM yang
sudah diubah dalam bentuk diskrit (digital).

Gambar 5.3
Rangkaian PCM Modulator ini, menggunakan sinyal SYN (Sycnhronous) sebagai
konversi dari analog ke digital, dan menggunakan sinyal CK pada proses konversi paralel
ke serial. Sinyal SYN berasal dari clock generator, sedangkan sinyal CK berasal dari
sinyal SYN yang diubah menjadi sinyal 8 bit.

Gambar 5.4

Gambar TP6 merupakan sinyal yang telah dicuplik, dan utuk gambar TP9 daan TP10
merupakan sinyal output yang terdapat distorsi.\
Gambar 5.5

Gambar TP1 dan TP2 merupakan sinyal input dari kedua PCM, dan untuk gambar TP9 dan
TP10 merupakan sinyal output yang masih terdapat distorsi.
Gambar TP6

7. ANALISA DATA

Pada percobaan Rangkaian PCM Multiplex ini merupakan pengembangan dari PAM T-
Mux. Dengan memasukkan output dari rangkaian PAM T-Mux ke dalam rangkaian PCM
coder (PCM modulator). Maka sinyal output yang dihasilkan merupakan sinyal PAM T-Mux
yang diubah menjadi kode digital (8 bit). Rangkaian ini menggunakan 2 channel input sinyal
informasi, channel pertama (Channel A) menggunakan gelombang segitiga 2 Vpp dengan
frekuensi 2 KHz. Channel kedua (Channel B) menggunakan gelombang sinus 2 Vpp dengan
frekuensi 2 KHz. Pada PAM T-Mux, pembagian kanal transmisi berdasarkan waktu (time
multiplex) diatur oleh clock sampling dari clock generator. Delay antara clock kanal pertama
dan kedua diatur sejauh mungkin (maksimum) agar tidak terjadi interferensi. Rangkaian PCM
modulator dan demodulator, digunakan output D dari clock generator. Sinyal ini merupakan
gabungan dari clock sampling kanal pertama dan kedua. Pada rangkaian PAM demodulator
digunakan clock sampling yang sama dengan rangkaian demodulator.
Pada oscilloscope terlihat adanya sampling dari output gelombang sinus (Channel A) dan
gelombang segitiga (Channel B). Kedua hasil sampling ini dapat disatukan karena adanya
selisih waktu (Delay) pada proses sampling. Sehingga seakan-akan pada output, kedua
gelombang input disampling secara bergantian. Ouput dari Pam modulator ini dimasukkan ke
rangkaian PCM modulator. Rangkaian ini menggunakan sinyal SYN (synchronous) pada
proses konversi analog ke digital dan menggunakan sinyal CK pada proses konversi paralel ke
serial. Sinyal SYN berasal dari sinyal output D dari clock generator , sedangkan sinyal CK
berasal dari sinyal SYN yang diubah menjadi sinyal 8 bit. Pada oscilloscope terlihat bahwa
output dari rangkaian ini berupa sinyal diskrit 8 bit. Hal ini sesuai dengan teori, yaitu sinyal
PAM dari kedua kanal digabungkan dan diubah menjadi sinyal diskrit 8 bit. Jadi sinyal PCM
Mux merupkan sinyal diskrit (digital) 8 bit.
Sinyal SYN dan sinyal CK digunakan kembali pada saat sinyal PCM Mux dimasukkan
ke dalam rangkaian PCM decoder (PCM demodulator). Sinyal yang ditampilkan pada
oscilloscope berupa sinyal sample dari gelombang segitiga dan sinus. Terdapat perbedaan
hasil dengan sinyal input PCM coder (sinyal PAM). Karena pada sinyal PAM, gelombang
input disample terhadap ground (level tegangan 0). Pada step-step sampling terjadi transisi
dari level tegangan gelombang input dan level tegangan 0, dan sebaliknya. Hal ini
dikarenakan kedua gelombang input disampling secara terpisah dengan waktu clock yang
berbeda. Sedangkan pada sinyal output PCM decoder, terlihat seakan-akan sinyal kedua
gelombang input disampling secara bersamaan. Pada step-step sampling terjadi transisi dari
level tegangan gelombang segitiga ke level tegangan gelombang sinus dan sebaliknya.
Sehingga dapat dikatakan bahwa sinyal input PCM coder (sinyal PAM) merupakan hasil
sampling dari kedua gelombang input yang digabungkan, sedangkan sinyal output PCM
decoder berupa sampling dari gabungan kedua gelombang input. Untuk mendapatkan
gelombang output yang sama dengan gelombang input semula, gelombang PCM decoder
dimasukkan ke dalam rangkaian PAM demodulator channel A dan B.
Pada output kedua Channel didapatkan kanal A didapatkan gelombang segitiga, sama
seperti gelombang input namun terdapat interferensi. Pada kanal B didapatkan gelombang
sinus, sama seperti gelombang input yang masih terdapat interferensi. Kedua gelombang ini
sempurna (tanpa cacat) seperti gelombang input semula. Hal ini membuktikan bahwa sistem
PCM Mux dapat mengurangi noise pada saat transmisi. Hal ini dikarenakan sinyal dikirimkan
dalam bentuk bit-bit digital. Apabila delay pada clock diubah (dikurangi), bentuk gelombang
akan berubah. Jika delay terus dikurangi, bentuk gelombang semakin lama semakin terlihat
tidak sempurna. Hal ini dikarenakan adanya interferensi yang disebabkan clock sampling
kedua kanal memiliki waktu yang sama atau delay yang sangat kecil. Dengan demikian pada
sistem ini masih memungkinkan terjadi interferensi karena hal ini terjadi saat proses modulasi
PAM.

8. KESIMPULAN
PCM MUX merupakan pengembangan dari PAM – T – MUX yaitu dengan memperluas
menjadi PCM Time Multiplex. Sebuah pengkode PCM tersedia dalam jalur transmisi PAM
pada bagian pemancar dan pada bagian penerimanya terpasang sebuah decoder PCM. Sistem
PCM Mux bisa mengurangi noise saat transmisi karena sinyal ditransmisikan dalam bentuk
bit-bit digital. Pada sistem PCM Mux masih dimungkinkan terjadinya interferensi karena hal
ini terjadi saat proses modulasi PAM.

9. REFERENSI
Digitasi sebagai bagian dari proses PCM

Dalam PCM konvensional, sinyal analog dapat diproses (misalnya, dengan kompresi
amplitudo ) sebelum menjadi digital. Setelah sinyal digital, sinyal PCM biasanya dikenakan
untuk diproses lebih lanjut (misalnya, digital data kompresi ).

PCM dengan kuantisasi linier dikenal sebagai Linear PCM (LPCM).

Beberapa bentuk PCM menggabungkan pemrosesan sinyal dengan coding. versi lama dari
sistem ini diterapkan pengolahan dalam domain analog sebagai bagian dari A / D proses;
implementasi lebih baru melakukannya dalam domain digital. Teknik-teknik yang sederhana
telah banyak dianggap usang oleh transformasi modern berbasis kompresi audio teknik.

 DPCM mengkodekan nilai-nilai PCM sebagai perbedaan antara arus dan nilai
prediksi. Sebuah algoritma memprediksi sampel berikutnya berdasarkan sampel
sebelumnya, dan toko encoder hanya perbedaan antara prediksi dan nilai aktual. Jika
prediksi ini masuk akal, lebih sedikit bit dapat digunakan untuk merepresentasikan
informasi yang sama. Untuk audio, jenis pengkodean mengurangi jumlah bit yang
diperlukan per sampel sekitar 25% dibandingkan dengan PCM.
 Adaptive DPCM (ADPCM) adalah varian dari DPCM yang bervariasi ukuran dari
langkah kuantisasi, untuk memungkinkan pengurangan lebih lanjut dari bandwidth
yang diperlukan untuk diberikan signal-to noise rasio .
 Delta modulasi adalah bentuk DPCM yang menggunakan satu bit per sampel.

Dalam telepon, sinyal audio standar untuk panggilan telepon tunggal dikodekan sebagai sampel
analog 8.000 per detik, dari 8 bit masing-masing, memberikan 64 kbit / s sinyal digital dikenal
sebagai DS0 . Default kompresi sinyal encoding pada DS0 adalah baik hukum-μ (mu-
hukum) PCM (Amerika Utara dan Jepang) atau Undang-undang- PCM (Eropa dan sebagian
besar dari seluruh dunia). Ini adalah sistem kompresi logaritmik dimana 12 atau 13-bit linear
PCM jumlah sampel adalah dipetakan menjadi nilai 8-bit. Sistem ini dijelaskan oleh standar
internasional G.711 . Suatu usulan alternatif untuk floating point representasi, dengan-bit
mantissa 5 dan-bit radix 3, ditinggalkan.

Mana biaya sirkuit yang tinggi dan penurunan kualitas suara dapat diterima, kadang-kadang
masuk akal untuk memampatkan sinyal suara lebih jauh. Algoritma ADPCM digunakan untuk
memetakan serangkaian 8-bit-hukum μ atau sampel A-hukum PCM menjadi serangkaian sampel
ADPCM 4-bit. Dengan cara ini, kapasitas garis adalah dua kali lipat. Teknik ini rinci
dalam G.726 standar.

Kemudian ditemukan bahwa bahkan kompresi lebih lanjut adalah mungkin dan standar
tambahan diterbitkan. Beberapa standar internasional menjelaskan sistem dan ide-ide yang
dilindungi oleh hak paten milik pribadi dan dengan demikian penggunaan standar-standar ini
mengharuskan pembayaran kepada pemegang paten.

1. Pulse-code Modulation (PCM) adalah metode umum yang digunakan untuk merubah
sinyal analog menjadi sinyal digital. Dalam sistem digital, sinyal analog yang dikirim
cukup dengan sampel-sampelnya saja.
Sinyal yang masih berupa sinyal analog, dirubah menjadi sinyal digital dalam 4
tahapan, yaitu:
 Sampling
Proses pemgambilan sample atau contoh besaran sinyal analog pada titik tertentu
secara teratur dan berurutan. Frekuensi sampling harus lebih besar 2x frekuensi
yang disampling. Hasil penyamplingan berupa PAM ( Pulse Code Modulation).
 Quantisasi
Proses menentukan segmen-segmen dari amplitudo sampling dalam level-level
kuantisasi. Amplitudo dari masing-masing sample, dinyatakan dengan harga
integer dari level kuantisasi terdekat.

 Pengkodean
Proses merubah (mengkodekan) besaran amplitudo sampling ke bentuk kode
digital biner.

 Multiplexing
Dari banyak output menjadi 1 output. Multiplexing berfungsi menghemat
transmisi menjadi dasar penyambungan digital.

2. demodulasi

untuk menghasilkan output dari data sampel, prosedur modulasi diterapkan secara
terbalik. Setelah setiap proses sampling telah dilewati, nilai berikutnya adalah
membaca dan digeser ke nilai baru. Senagai hasil dari transisi, sinyal akan memiliki
sejumlah besar nilai frekuensi tinggi. Untuk kelancaran keluar sinyal dan menghapus
yang tidak diinginkan aliasing frekuensi, sinyal akan melewati filter analog yang
menekan energi diluar rentang frekuensi yang diharapkan.
Teorema PCM menunjukkan bahwa perangkat praktis PCM menyediakan frekuensi
yang lebih besar dari sinyal input.

3. Digitasi sebagai bagian dari proses PCM

Dalam PCM Konvensional, sinyal analog dapat diproses sebelum menjadi sinyal
digital. Setelah menjadi sinyal digital, sinyal PCM biasanya digunakan untuk
pemrosesan lebih lanjut.
PCM dengna kuantisasai linear dikenal dengan Linear PCM(LPCM). Beberapa bentuk
PCM menggabungkan pemrosesan sinyal dengan coding.

Anda mungkin juga menyukai