Disusun Oleh:
Kelompok 2
DOSEN PEMBIMBING :
Ns.Helsy Desvitasari,M.Kep
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan dalam
menyelesaikan makalah tepat waktu, penulis tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi agung Muhammad SAW
yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengkaji dan memperdalam pengetahuan kita tentang
“Fraktur”. Asuhan Keperawatan ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Psikososial&Budaya Dalam Keperawatan.
Meskipun demikian kami mengakui bahwa apa yang kami sajikan kedalam makalah ini
masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu, kritik dan saran dari
para pembaca sangat diharapkan untuk perbaikan selanjutnya.kami mengucapkan
terimakasih,karena telah memberikan kesempatan kami untuk mengkaji materi ini, semoga
kesediaan tersebut mendapat berkah dan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, Aamiin.
BAB 1
1.1 Latar Belakang
Fraktur atau patah tulang merupakan masalah yang sangat menarik perhatian masyarakat.
Banyak kejadian yang tidak terduga yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur, baik itu fraktur
tertutup maupun fraktur terbuka.Terjadinya kecelakaan secara tiba-tiba yang menyebabkan
fraktur seringkali membuat orang panik dan tidak tahu tindakan apa yang harus dilakukan.
Ini disebabkan tidak adanya kesiapan dan kurangnya pengetahuan terhadap fraktur tersebut.
Seringkali untuk penanganan fraktur ini tidak tepat, mungkin dikarenakan kurangnya informasi
yang tersedia.
Contohnya ada seseorang yang mengalami fraktur. Tetapi, karena kurangnya pengetahuan dalam
penanganan pertolongan pertama terhadap fraktur, ia pergi ke dukun pijat karena mungkin ia
menganggap bahwa gejala fraktur mirip dengan gejala orang yang terkilir. Olehnya itu, kita
harus mengetahui paling tidak bagaimana penanganan pada korban fraktur.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 TEORI M LEININGER
A. Definisi Budaya
Budaya bisa diartikan dari berbagai sudut pandang. Berdasarkan wujudnya misalnya,
kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama yaitu kebudayaan material dan
nonmaterial. Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret.
Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu
penggalian arkeologi : mangkuk tanah liat, perhiasan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan
material juga mencangkup barang-barang seperti televisi, pesawat terbang, stadion olah raga,
pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci. Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-
ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita
rakyat, dan lagu atau tarian tradisional. Perilaku dari berbagai kelompok masyarakat dunia
berbeda-beda, perilaku tersebut akan membentuk budaya tertentu. Respon masyarakat terhadap
suatu peristiwa dalam kehidupan berbeda-beda bergantung pada bagaimana kebiasaan
sekelompok masyarakat tersebut dalam menangani masalah.
Setiap individu memiliki budaya baik disadari maupun tidak disadari,budaya merupakan struktur
dari kehidupan. Istilah budaya pertama kali didefinisikan oleh antropolog Inggris Tylor tahun
1871 bahwa budaya yaitu semua yang termasuk dalam pengetahuan, kepercayaan, seni, moral,
hukum, adat dan kebiasaan lain yang dilakukan manusia sebagai anggota masyarakat.( Brunner
dan Suddart,2001).Sedangkan petter (1993) mendefinisikan budaya sebagai nilai-nilai,
kebudayaan sikap dan adat yang terbagi dalam suatu kelompok dan berlanjut dari generasi ke
generasi berikutnya. Budaya akan dipakai oleh seseorang atau sekelompok orang dengan nyaman
dari wktu ke waktu tanpa memikirkan rasionalisasinya.Budayaan atau kebudayaan berasal dari
bahasa sansekerta yaitu buddayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddi (budi atau akal)
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan disebut culture, yang berasal dari kata latin
Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau
bertani.
Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia. Kebudayaan
juga didefinisikan sebagai rancangan hidup yang tercipta secara historis baik eksplisit maupun
implisit, rasional, irasional yang ada pada suatu waktu sebagai pedoman yang potensial untuk
prilaku manusia (kluckhohn dan kelly, dalam kessing, 1992). Menurut swasono (1998), respon
masyarat terhadap berbagai peristiwa kehidupan disebut budaya. Dan budaya ini berbeda-beda
pada berbagai kelompok di masyarakat.
Andrews dan Boyle (2003) mendefinisikan budaya dari Leininger (1978) bahwa budaya adalah
pengetahuan yang dipelajar dan disebarkan dengan nilai, kepercayaan, aturan perilaku, dan
praktik gaya hidup yang menjadi acuan bagi kelompok tertentu dalam berpikir dan bertindak
dengan cara yang terpola. Purwasito (2003) menjelaskan bahwa kata budaya diambil dari bahasa
sansekerta buddayah yang berarti akal budi. Sedangkan dalam bahasa Inggris kata budaya
bersinonimdengan kata ‘cuture’. Kata culture berasal dari bahasa latin ‘cultura’. Kata kultur atau
kebudayaan adalah hasil kegiatan intelektual manusia, suatu konsep mencangkup berbagai
komponen yang digunakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan hidupnya
sehari-hari.Dari semua definisi diatas jelaslah bahwa kultur atau memiliki karakteristik sendiri.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yaitu sistem
pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pemikiran manusia,
sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan
kebudayaan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk
yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola
perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya
ditunjukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
B. Karakteristik Budaya
Boyle dan Andrews (1989), yang menggambarkan empat ciri esensial budaya yaitu pertama,
budaya dipelajari dan dipindahkan, orang yang mempelajari budaya mereka sendiri sejak lahir.
Kedua, budaya berbagi bersama, anggota-anggota kelompok yang sama membagi budaya baik
secara sadar maupun tidak sadar, perilaku dalam kelompok merupakan bagian dari identitas
budayanya. Ketiga, budaya adalah adaptasi pada lingkungan yang mencerminkan kondisi khusus
pada sekelompok manusia seperti bentuk rumah, alat-alat dan sebagainya.Adaptasi budaya pada
negara maju diadopsi sesuai dengan tehnologi yang tinggi. Keempat, budaya adalah proses yang
selalu berubah dan dinamis, berubah seiring kondisi kebutuhan kelompoknya, misalnya tentang
partisipasi wanita dan sebagainya.Penelitian batak Toba di Indonesia yang beradaptasi dengan
suku Sunda dengan merubah adat ketatnya karena menyesuaikan diri dengan budaya
setempat.Menurut Samovar dan Porter ( 1995 ) ada 6 karakteristik budaya :
1. Budaya itu bukan keturunan tapi dipelajari, jika seorang anak lahir di Amerika dan hidup di
Amerika dari orangtua yang berkebangsaan Indonesia maka tidaklah secara otomatis anak itu
dapat berbicara dengan bahasa Indonesia tanpa ada proses pembelajaran oleh orangtuanya.
2. Budaya itu ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya, kita mengetahui banyak hal
tentang kehidupan yang berhubungan dengan budaya, karena generasi sebelum kita mengajarkan
kita tentang hal budaya tersebut. Contohnya upacara penguburan pla centa bada masyarakat
jawa, sehingga banyak masyarakat yang mengikuti adat istiadat seperti itu.
3. Budaya itu berdasarkan simbol, untuk bisa mempelajari budaya orang memerlukan symbol.
Dengan simbol inilah nantinya kita dapat saling bertukar pikiran dan komunikasi sehingga
memungkinkan terjadinya proses transfer budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Contoh beberapa simbol yang mengkarakteristikan budaya adalah kalung pada suku dayak,
manik-manik, gelang, yang semua itu menandakan simbol pada budaya tertentu.
4. Budaya itu hal yang bisa berubah, karena budaya merupakan sistem yang dinamis dan adaftif
maka budaya rentan terhadap adanya perubahan. Misalnya pada sekelompok masyarakat
merayakan kelahiran dengan tumpeng atau nasi kuning, pada zaman modern tradisi tersebut
berubah menjadi kue ulang tahun untuk merayakan hari kelahirannya.
5. Budaya itu bersifat menyeluruh, satu elemen budaya dapat mempengaruhi elemen-elemen
budaya yang lain.
6. Budaya itu etnosentris, adanya anggapan bahwa buadaya kitalah yang paling baik diantara
budaya-buadaya yang lain. Suku badui akan merasa budaya Badui yang benar,apabila melihat
perilaku budaya dari suku lain dianggap aneh, hal ini terjadi pada kelompok suku yang
lain.Meskipun tiap kelompok memiliki pola yang dapat dilihat yang membantu membedakannya
dengan kelompok lain,sebagian besar individu juga mengungkapkan keyakinan atau sifat yang
tidak sesuai dengan norma kelompok. Seseorang bisa sangat tradisional dalam satu aspek dan
sangat modern dalam aspek lain. Ketika orang sakit, mereka kadang menjadi lebih tradisional
dalam harapan mereka dan pemikiran mereka. Juga ada variasi signifikan dengan dan antara
kelompok. Pengetahuan tentang kelompok juga bernilai ketika memberikan sekumpulan harapan
realistik. Tetapi,hanya belajar tentang individu atau keluarga yang dihadapi sehingga tenaga
medis dapat memahami dalam hal apa pola kelompok bermakna (Leininger 2000).
D. Pengertian Transkultural
Bila ditinjau dari makna kata , transkultural berasal dari kata trans dan culture, Trans berarti luar
perpindahan , jalan lintas atau penghubung.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia; trans
berarti melintang , melintas , menembus, melalui. Culture berarti budaya Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia kultur berarti :kebudayaan,cara pemeliharaan pembudidayaan, Kepercayaan ,
nilai – nilai dan pola perilaku yang umum berlaku bagi suatu kelompok dan diteruskan pada
generasi berikutnya , sedangkan cultural berarti: Sesuatu yang berkaitan dengan kebudayaan.
Budaya sendiri berarti : akal budi , hasil dan adat istiadat.Dan kebudayaan berarti :Hasil kegiatan
dan penciptaan batin ( akal budi ) manusia seperti kepercayaan kesenian dan adat istiadat.
Keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk menjadi
pedoman tingkah lakunyaJadi , transkultural dapat diartikan sebagai : Lintas budaya yang
mempunyai efek bahwa budaya yang satu mempengaruhi budaya yang lain, Pertemuan kedua
nilai–nilai budaya yang berbeda melalui proses interaksi social.Menurut Leininger
(1991),Transcultural Nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan
perbedaan maupun kesamaan nilai– nilai budaya yang mempengaruhi pada seorang perawat saat
melakukan asuhan keperawatan kepada klien.
E.Konsep Transkultural
Kazier barabara (1983), dalam bukunya yang berjudul Fundamental Of Nursing Concept and
Procedures mengatakan bahwa konsep keperawatan adalah tindakan keperawatan yang
merupakan konfigurasi dari ilmu kesehatan dan seni merawat yang meliputi pengetahuan ilmu
humanistik, philosopi keperawatan, praktik klinis keperawatan, komunkasi dan ilmu sosial.
Konsep ini ingin memberikan penegasan bahwa sifat seorang manusia yang menjadi target
pelayanan dalam perawatan adalah bio-psiko-sosio-kultural-spiritual. Oleh karenanya tindakan
keperawatan harus didasarkan pada tindakan yang kompereshif. Budaya merupakan salah satu
dari perwujudan atau bentuk interaksi yang nyata sebagai manusia yang bersifat sosial.Budaya
yang berupa norma,adat istiadat menjadi acuan perilaku manusia dalam kehidupan dengan yang
lain.Pola kehidupan yang berlangsung lama dalam suatu tempat,selalu diulangi,membuat
manusia terikat dalam proses yang dijalaninya. Keberlangsungaan terus – menerus dan lama
merupakan proses internalisasi dari suatu nilai – nilai yang mempengaruhi pembentukan
karakter,pola pikir,pola interaksi perilaku yang kesemuanya itu akan mempunyai pengaruh pada
pendekatan intervensi keperawatan.
Leininger (2002), beberapa asumsi yang mendasari konsep transkultural berasal dari hasil
penelitian kualitatif tentang kultur, yang kemudian teori ini dipakai sebagai pedoman untuk
mencari culture care yang akan diaplikasikan. Human caring merupakan fenomena yang
universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara culture satu tempat dengan
tempat yang lainnya. Caring act dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan
dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku caring semestinya diberikan pada manusia sejak
lahir,masa perkembangan, masa pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala meninggal.
1. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan dibagi
serta memberi petunjuk dalam berpikir, bertindak dan mengambil keputusan.
2. Nilai Budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau sesuatu
tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan.
3. Perbedaan budaya Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang
optimal daei pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan
keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya
individu, kepercayaan dan tindakantermasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang
datang danindividu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).
4. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya
adalah yang terbaik di antara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain.
5. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan
menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
6. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal
manusia
7. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian
etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perbedaan
budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-
orang, dan saling memberikan timbal balik di antara keduanya.
8. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku pada
individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik aktual
maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.
9. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan
mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi
kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia
10. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan
pola ekspresi yang digunakan untuk membimbing, mendukung atau memberi kesempatan
individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan
bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
11. Cultural imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan
kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena percaya bahwa ide yang dimiliki
oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
3.1 Kasus
An. A 8 tahun suku padang, beragama islam diantarkan orang tuanya di rumah sakit harapan kita
dengan keluhan nyeri pada tulang keringnya. Bp.A mengatakan nyerinya timbul akibat An.A
terjatuh dari pohon keramat didesanya, kemudian menurut kepercayaan orang sekitar An.A
terjatuh akibat didorong oleh penunggu pohon keramat tersebut. Menurut cerita yang dikatakan
Bp.A, saat anak nya jatuh An. A langsung dibawa ke dukun, lalu An.A dipijit menggunakan
batang sereh yang di bakar dengan bacaan doa-doa. Bp.A mengatakan An.A dilarang
mengkonsumsi makanan seperti ikan, daging, dan telur. Namun An.A masih tampak lemah, lesu,
dan tampak kesakitan, pada saat di berikan perkes Bp.A masih terlihat kebingungan. Setelah
dilakukan pemeriksaan melalui rontgen, pada hasil rontgen terlihat bahwa terdapat adanya retak
pada tulang kering An. A.
Ada perbedaan yang mendasar antara fraktur pada anak dengan fraktur pada orang dewasa,
perbedaan tersebut pada anatomi, biomekanik, dan fisiologi tulang. Pada anak-anak antara
epifisis dan metafisis terdapat lempeng epifisis sebagai daerah pertumbuhan kongenital.
Lempeng epifisis ini akan menghilang pada dewasa, sehingga epifisis dan metafisis ini akan
menyatu pada saat itulah pertumbuhan memanjang tulang akan berhenti.
Tulang panjang terdiri dari : epifisis, metafisis dan diafisis. Epifisis merupakan bagian paling
atas dari tulang panjang, metafisis merupakan bagian yang lebih lebar dari ujung tulang panjang,
yang berdekatan dengan diskus epifisialis, sedangkan diafisis merupakan bagian tulang panjang
yang di bentuk dari pusat osifikasi primer. Seluruh tulang diliputi oleh lapisan fibrosa yang
disebut periosteum, yang mengandung sel-sel yang dapat berproliferasi dan berperan dalam
proses pertumbuhan transversal tulang panjang. Kebanyakan tulang panjang mempunyai arteria
nutrisi. Lokasi dan keutuhan dari pembuluh darah inilah yang menentukan berhasil atau tidaknya
proses penyembuhan suatu tulang yang patah.
Pada anak, terdapat lempeng epifisis yang merupakan tulang rawan pertumbuhan. Periosteum
sangat tebal dan kuat dimana pada proses bone helding akan menghasilkan kalus yang cepat dan
lebih besar daripada orang dewasa. Perbedaan di atas menjelaskan perbedaan biomekanik tulang
anak-anak dibandingkan orang dewasa, yaitu :
1. Biomekanik tulang
Tulang anak-anak sangat porous, korteks berlubang-lubang dan sangat mudah dipotong oleh
karena kanalis Haversian menduduki sebagian besar tulang. Faktor ini menyebabkan tulang
anak-anak dapat menerima toleransi yang besar terhadap deformasi tulang dibandingkan orang
dewasa. Tulang orang dewasa sangat kompak dan mudah mengalami tegangan dan tekanan
sehingga tidak dapat menahan kompresi.
2. Biomekanik lempeng pertumbuhan
Lempeng pertumbuhan merupakan tulang rawan yang melekat pada metafisis yang bagian
luarnya diliputi oleh periosteum sedang bagian dalamnya oleh procesus mamilaris. Untuk
memisahkan metafisis dan epifisis diperlukan kekuatan yang besar. Tulang rawan lempeng
epifisis mempunyai konsistensi seperti karet yang besar.
3. Biomekanik periosteum
Periosteum pada anak-anak sangat kuat dan tebal dan tidak mudah mengalami robekan
dibandingkan orang dewasa.
Persendian panggul merupakan bola dan mangkok sendi dengan acetabulum bagian dari femur,
terdiri dari : kepala, leher, bagian terbesar dan kecil, trokhanter dan batang, bagian terjauh dari
femur berakhir pada kedua kondilas. Kepala femur masuk acetabulum. Sendi panggul dikelilingi
oleh kapsula fibrosa, ligamen dan otot. Suplai darah ke kepala femoral merupakan hal yang
penting pada faktur hip. Suplai darah ke femur bervariasi menurut usia. Sumber utamanya arteri
retikuler posterior, nutrisi dari pembuluh darah dari batang femur meluas menuju daerah
tronkhanter dan bagian bawah dari leher femur.
Pada anak-anak, pertumbuhan merupakan dasar terjadinya remodelling yang lebih besar
dibandingkan pada orang dewasa, sehingga tulang pada anak-anak mempunyai perbedaan
fisiologi, yaitu :
1. Pertumbuhan berlebihan (over growth)
Pertumbuhan diafisis tulang panjang akan memberikan stimulasi pada pertumbuhan
panjang, karena tulang rawan lempeng epifisis mengalami hiperemi pada waktu
penyambungan.
2. Deformitas yang progresif
Kerusakan permanen pada lempeng epifisis akan terjadi pemendekan atau angulasi.
3. Fraktur Total
Pada anak-anak fraktur total jarang bersifat komunitif karena tulangnya sangat fleksibel
dibandingkan orang dewasa.
C.Fisiologi Tulang
Fungsi tulang adalah sebagai berikut :
1. Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh
2. Melindungi organ tubuh ( misalnya jantung,otak,dan paru-paru) dan jaringan lunak
3.Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan pergerakan
4.Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum tulang belakang ( hema topoiesis)
5. Menyimpan garam mineral misalnya kalsium dan fosfor
D. Klasifikasi Fraktur
Ada 2 type dari fraktur femur, yaitu :
Fraktur Intrakapsuler femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan Melalui
kepala femur (capital fraktur),Hanya di bawah kepala femur, Melalui leher dari femur
Fraktur Ekstrakapsuler Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang
lebih besar/yang lebih kecil /pada daerah intertrokhanter. Terjadi di bagian distal menuju
leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di bawah trokhanter kecil.
3.3 PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan tanggal : 10 Mei 2013 Jam : 10.00 WIB
Tanggal masuk : 9 Mei 2013 No. CM : _
Ruangan : _ Ruangan :_
A. Identitas Pasien
Nama : An. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 8 Tahun
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Padang
Pendidikan : SD
Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl. Samudra 37 Padang Sumbar
Diagnosa Medis : Fraktur Tibia ( Retak tulang kering )
C.Riwayat Kesehatan
Teori Sunrise model :
1.Faktor Tekhnologi
a. Persepsi Sehat Sakit
persepsiklienmengenai sehat sakit,klien mengatakan biasanya klien cukup datang ke dukun
dalam mengatasi permasalahan kesehatan, selain itu juga sering menkonsumsi obat tradisional
b. Alasan mencari bantuan kesehatan
Bp.A mengatakan bahwa anaknya didorong oleh pohon penunggu keramat, sehingga bp.A
mencari bantuan kesehatan dengan membawa An.A kedukun, selain itu keluarga bp.A
mempunyai kebiasaan berobat kedukun
6. Faktor Ekonomi
Bp.A seseorang yang berprofesi sebagai karyawan. Biaya rumah sakit ditanggung oleh keluarga
klien. Keluarga klien juga menggunakan asuransi.
7. Faktor Pendidikan
An.A pada saat ini masih duduk di Sekolah Dasar.
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan
tekanan. Tapi, apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang,
maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas
tulang.Ketika tulang patah, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang
dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan
jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hematoma pada kanal medulla antara tepi tulang
di bawah periosteum dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur.
Terjadinya respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotis adalah ditandai dengan vasodilatasi
dari plasma dan leukoit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses
penyembuhan untuk memperbaiki cedera, tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan
tulang. Hematoma yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum tulang
yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk kedalam
pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang lain. Hematoma menyebabkan dilatasi kapiler
di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot yang
iskhemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini
menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung saraf, yang bila
berlangsung lama bisa menyebabkan Syndroma Comportement.
F. Etiologi
Fraktur dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
1. Penyebab fraktur adalah trauma
Fraktur patologis adalah fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma berupa
yang disebabkan oleh suatu proses yaitu :Osteoporosis Imperfekta,Osteoporosis dan Penyakit
metabolic.
Trauma Dibagi menjadi dua, yaitu :
Trauma langsung, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh dengan posisi
miring dimana daerah trokhanter mayor langsung terbentur dengan benda keras.
Trauma tak langsung, yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya jatuh
terpeleset di kamar mandi pada orangtua.
2. Non Trauma
Fraktur terjadi karena kelemahan tulang akibat kelainan patologis didalam tulang, non trauma ini
bisa karena kelainan metabolik atau infeksi.
3. Stress
Fraktur stress terjadi karena trauma yang terus-menerus pada suatu tempat tertentu.
G. Manifestasi Klinis
Nyeri terus-menerus dan bertambah berat sampai fragmen tulang diimobilisasi,
hematoma, dan edema.
Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah.
Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat di atas
dan di bawah tempat fraktur.
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit sebagai akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur.
5.Perawat melakukan
kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian analgetik Perawat dapat
untuk mengurangi nyeri. meningkatkan
sirkulasi umum dan
menurunakan area
tekanan lokal serta
kelelahan otot
pasien
Perawat dapat
menurunkan nyeri
pasien melalui
mekanisme
penghambatan
rangsang nyeri baik
secara sentral
maupun perifer
Resiko 1. Perawat mengkaji Nutrisi 1. Perawat Pukul 14.00 WIB,
terjadinya pasien secara teratur mengetahui
Tanggal 10/05/2012
infeksi pada perkembangan
struktur nutrisi pasien.
tulang dan
S :Klien
jaringan 2. Perawat memberikan 2. Sebagai tindakan
lunak penjelasan pada klien dan agar klien mengerti mengatakan nafsu
sekitarnya keluarga mengenai pentingnya nutrisi
makan bertambah
berhubungan pentingnya nutrisi bagi bagi proses
dengan proses penyembuhan fraktur penyembuhan luka O :Klien tidak
kurangnya klien fraktur
tampak lemah dan
pemenuhan
nutrisi 3. Perawat memberikan 3. Sebagai tindakan lesu
tehadap An.A penjelasan kepada klien dan agar pasien dapat
A : tujuan belum
keluarga mengenai mempertimbangkan
kepercayaan keluarga pada dalam pemilihan tercapai.
dukun terhadap pemenuhan makanan untuk
P : lanjutkan
nutrisi klien. proses kesembuhan
intervensi
fraktur dan
I : 1. Observasi
4 Perawat melakukan memenuhi
kebutuhan nutrisi
Kolaborasi dengan Dokter kebutuhan nutrisi.
klien
untuk pemberian vitamin
2. Tinjau
4. Membantu
kecukupan nutrisi
meningkatkan nafsu
klien
makan pasien
3. Identifikasi
Acupan nutrisi
Resiko tinggi 1. Perawat 1Agar perawat Pukul 10.30 WIB
cidera Mempertahankan tirah dapat.
Tanggal 10/05/2012
berhubungan baring/ ekstremitas sesuai meningkatkan
dengan indikasi. Memberikan stabilitas dan
diskontinuitas sokongan sendi diatas dan menurunkan
S: Klien
tulang dibawahfraktur bila kemungkinan
bergerak/membalik. gangguan posisi mengatakan sudah
dan cedera pasien
tidak merasakan
2. Perawat mengobsevasi
pasien, dan memberikan 2.Perawat dapat sakit
pengaman tempat tidur Meningkatkan
O: Klien tampak
keselamatan pasien
dan menurunkan lemas
kemungkinan
A: Tujuan Belum
3. Perawat membantu dan pasien terjatuh.
Mengajarkan klien latihan Tercapai
rentang gerak pasif aktif 3. Perawat dapat
P: Lanjutkan
(imobilisasi) pada Meningkatkan
ekstremitas yang sakit kemandirian pasien Intervensi
maupun yang sehat sesuai dalam perawatan
I : 1.Berikan posisi
keadaan klien. diri melakukan
imobilisasi sesuai yang aman untuk
4.Perawat melibatkan tim kondisi pasien
pasien dengan
medis yang lain dalam
memindahkan pasien dan 4. Perawat dapat meningkatkan
mengatur posisi pasien yang
membantu
2.obsevasi pasien,
nyaman Keterbatasan pasien
Dan meningkatkan beri pengaman
5.Perawat mengkaji ulang tingkat kenyamanan
tempat tidur
foto/ Evaluasi. dan keselamatan
pasien 2.Menilai ROM
pasien
5. Memberikan
bukti visual 3.Melakukan
mulainya mobilisasi
pembentukan kalus/
proses
penyembuhan.
BAB IV
PENUTUP
A. SIMPULAN
Keperawatan Transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan keperawatan yang difokuskan
kepada individu dan kelompok untuk mempertahankan,Meningkatkan perilaku sehat sesuai
dengan latar belakang budaya.Hal ini dipelajari dimulai dari kehidupan biologis sebelumnya,
kehidupan psikologis, kehidupan spiritualnya.Pelaksanaan dan perencanaan prose keperawatan
transkultural tidak dapat dipaksakan begitu saja kepada klien sebelum perawat memahami,
sehingga tindakan yang dilakukan dapat sesuai dengan budaya klien, penyesuaian diri sangatlah
diperlukan dalam aplikasi keperawatan traanskultural
B. SARAN
Setelah membaca dan memahami diharapkan bisa memahami teori sunrise model menurut
Leininger, serta bagaimana aplikasi teori tersebut dalam proses keperawatan.
Dengan adanya teori leininger tersebut maka perbedaan budaya yang dimiliki setiap pasien dan
perawat itu sendiri,tidakakan berpengaruh pada proses asuhan keperawatan pada pasien
dikarenakan telah mengetahui dan memahami teori sunrise model dari leininger