Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN

PSIKOSOSIAL&BUDAYA DALAM KEPERAWATAN


FRAKTUR

Disusun Oleh:
Kelompok 2

Nama Kelompok : 1. Meyra Melinda (142012016011)


2. Aqnes Biyunita (142012016002)
3. Septiana Oktavia (142012016014)
4. Glennata Pratama(142012016008)

DOSEN PEMBIMBING :
Ns.Helsy Desvitasari,M.Kep

STIKES SITI KHADIJAH PALEMBANG


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN AJAR 2020-2021

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan dalam
menyelesaikan makalah tepat waktu, penulis tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi agung Muhammad SAW
yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengkaji dan memperdalam pengetahuan kita tentang
“Fraktur”. Asuhan Keperawatan ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Psikososial&Budaya Dalam Keperawatan.
Meskipun demikian kami mengakui bahwa apa yang kami sajikan kedalam makalah ini
masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu, kritik dan saran dari
para pembaca sangat diharapkan untuk perbaikan selanjutnya.kami mengucapkan
terimakasih,karena telah memberikan kesempatan kami untuk mengkaji materi ini, semoga
kesediaan tersebut mendapat berkah dan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, Aamiin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

BAB 1
1.1 Latar Belakang 
Fraktur atau patah tulang merupakan masalah yang sangat menarik perhatian masyarakat.
Banyak kejadian yang tidak terduga yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur, baik itu fraktur
tertutup maupun fraktur terbuka.Terjadinya kecelakaan secara tiba-tiba yang menyebabkan
fraktur seringkali membuat orang panik dan tidak tahu tindakan apa yang harus dilakukan.
Ini disebabkan tidak adanya kesiapan dan kurangnya pengetahuan terhadap fraktur tersebut.
Seringkali untuk penanganan fraktur ini tidak tepat, mungkin dikarenakan kurangnya informasi
yang tersedia.
Contohnya ada seseorang yang mengalami fraktur. Tetapi, karena kurangnya pengetahuan dalam
penanganan pertolongan pertama terhadap fraktur, ia pergi ke dukun pijat karena mungkin ia
menganggap bahwa gejala fraktur mirip dengan gejala orang yang terkilir. Olehnya itu, kita
harus mengetahui paling tidak bagaimana penanganan pada korban fraktur.

1.2  Tujuan Penulisan


1.2.1  Tujuan Umum
 Menjelaskan definisi dari konsep keperawatan transkultural M. Leininger
 Menjelaskan konsep Transkultural Nursing
 Menjelaskan teori Sunrise Model menurut M. Leininger
 Menjelaskan hal-hal apa saja yang termasuk ddalam komponen-komponen teori Sunrise
Model

1.2.2  Tujuan Khusus


Dapat memahami serta mempraktekkan tentang keperawatan lintas budaya yang berhubungan
dengan globalisasi dan pelayanan kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan lintas
budaya khususnya pada kasus Retak Tulang kering ( Fraktur ) dengan berkomunikasi yang
sesuai dengan budaya klien.

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 TEORI M LEININGER
A. Definisi Budaya
Budaya bisa diartikan dari berbagai sudut pandang. Berdasarkan wujudnya misalnya,
kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama yaitu kebudayaan material dan
nonmaterial. Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret.
Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu
penggalian arkeologi : mangkuk tanah liat, perhiasan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan
material juga mencangkup barang-barang seperti televisi, pesawat terbang, stadion olah raga,
pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci. Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-
ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita
rakyat, dan lagu atau tarian tradisional. Perilaku dari berbagai kelompok masyarakat dunia
berbeda-beda, perilaku tersebut akan membentuk budaya tertentu. Respon masyarakat terhadap
suatu peristiwa dalam kehidupan berbeda-beda bergantung pada bagaimana kebiasaan
sekelompok masyarakat tersebut dalam menangani masalah.

Setiap individu memiliki budaya baik disadari maupun tidak disadari,budaya merupakan struktur
dari kehidupan. Istilah budaya pertama kali didefinisikan oleh antropolog Inggris Tylor tahun
1871 bahwa budaya yaitu semua yang termasuk dalam pengetahuan, kepercayaan, seni, moral,
hukum, adat dan kebiasaan lain yang dilakukan manusia sebagai anggota masyarakat.( Brunner
dan Suddart,2001).Sedangkan petter (1993) mendefinisikan budaya sebagai nilai-nilai,
kebudayaan sikap dan adat yang terbagi dalam suatu kelompok dan berlanjut dari generasi ke
generasi berikutnya. Budaya akan dipakai oleh seseorang atau sekelompok orang dengan nyaman
dari wktu ke waktu tanpa memikirkan rasionalisasinya.Budayaan atau kebudayaan berasal dari
bahasa sansekerta yaitu buddayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddi (budi atau akal)
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan disebut culture, yang berasal dari kata latin
Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau
bertani.
Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia. Kebudayaan
juga didefinisikan sebagai rancangan hidup yang tercipta secara historis baik eksplisit maupun
implisit, rasional, irasional yang ada pada suatu waktu sebagai pedoman yang potensial untuk
prilaku manusia (kluckhohn dan kelly, dalam kessing, 1992). Menurut swasono (1998), respon
masyarat terhadap berbagai peristiwa kehidupan disebut budaya. Dan budaya ini berbeda-beda
pada berbagai kelompok di masyarakat.

Andrews dan Boyle (2003) mendefinisikan budaya dari Leininger (1978) bahwa budaya adalah
pengetahuan yang dipelajar dan disebarkan dengan nilai, kepercayaan, aturan perilaku, dan
praktik gaya hidup yang menjadi acuan bagi kelompok tertentu dalam berpikir dan bertindak
dengan cara yang terpola. Purwasito (2003) menjelaskan bahwa kata budaya diambil dari bahasa
sansekerta buddayah yang berarti akal budi. Sedangkan dalam bahasa Inggris kata budaya
bersinonimdengan kata ‘cuture’. Kata culture berasal dari bahasa latin ‘cultura’. Kata kultur atau
kebudayaan adalah hasil kegiatan intelektual manusia, suatu konsep mencangkup berbagai
komponen yang digunakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan hidupnya
sehari-hari.Dari semua definisi diatas jelaslah bahwa kultur atau memiliki karakteristik sendiri.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yaitu sistem
pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pemikiran manusia,
sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan
kebudayaan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk
yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola
perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya
ditunjukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

B. Karakteristik Budaya
Boyle dan Andrews (1989), yang menggambarkan empat ciri esensial budaya yaitu pertama,
budaya dipelajari dan dipindahkan, orang yang mempelajari budaya mereka sendiri sejak lahir.
Kedua, budaya berbagi bersama, anggota-anggota kelompok yang sama membagi budaya baik
secara sadar maupun tidak sadar, perilaku dalam kelompok merupakan bagian dari identitas
budayanya. Ketiga, budaya adalah adaptasi pada lingkungan yang mencerminkan kondisi khusus
pada sekelompok manusia seperti bentuk rumah, alat-alat dan sebagainya.Adaptasi budaya pada
negara maju diadopsi sesuai dengan tehnologi yang tinggi. Keempat, budaya adalah proses yang
selalu berubah dan dinamis, berubah seiring kondisi kebutuhan kelompoknya, misalnya tentang
partisipasi wanita dan sebagainya.Penelitian batak Toba di Indonesia yang beradaptasi dengan
suku Sunda dengan merubah adat ketatnya karena menyesuaikan diri dengan budaya
setempat.Menurut Samovar dan Porter ( 1995 )  ada 6 karakteristik budaya :
1. Budaya itu bukan keturunan tapi dipelajari, jika seorang anak lahir di Amerika dan hidup di
Amerika dari orangtua yang berkebangsaan Indonesia maka tidaklah secara otomatis anak itu
dapat berbicara dengan bahasa Indonesia tanpa ada proses pembelajaran oleh orangtuanya.
2. Budaya itu ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya, kita mengetahui banyak hal
tentang kehidupan yang berhubungan dengan budaya, karena generasi sebelum kita mengajarkan
kita tentang hal budaya tersebut. Contohnya upacara penguburan pla centa bada masyarakat
jawa, sehingga banyak masyarakat yang mengikuti adat istiadat seperti itu.
3. Budaya itu berdasarkan simbol, untuk bisa mempelajari budaya orang memerlukan symbol.
Dengan simbol inilah nantinya kita dapat saling bertukar pikiran dan komunikasi sehingga
memungkinkan terjadinya proses transfer budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Contoh beberapa simbol yang mengkarakteristikan budaya adalah kalung pada suku dayak,
manik-manik, gelang, yang semua itu menandakan simbol pada budaya tertentu.
4. Budaya itu hal yang bisa berubah, karena budaya merupakan sistem yang dinamis dan adaftif
maka budaya rentan terhadap adanya perubahan. Misalnya pada sekelompok masyarakat
merayakan kelahiran dengan tumpeng atau nasi kuning, pada zaman modern tradisi tersebut
berubah menjadi kue ulang tahun untuk merayakan hari kelahirannya.
5. Budaya itu bersifat menyeluruh, satu elemen budaya dapat mempengaruhi elemen-elemen
budaya yang lain.
6. Budaya itu etnosentris, adanya anggapan bahwa buadaya kitalah yang paling baik diantara
budaya-buadaya yang lain. Suku badui akan merasa budaya Badui yang benar,apabila melihat
perilaku budaya dari suku lain dianggap aneh, hal ini terjadi pada kelompok suku yang
lain.Meskipun tiap kelompok memiliki pola yang dapat dilihat yang membantu membedakannya
dengan kelompok lain,sebagian besar individu juga mengungkapkan keyakinan atau sifat yang
tidak sesuai dengan norma kelompok. Seseorang bisa sangat tradisional dalam satu aspek dan
sangat modern dalam aspek lain. Ketika orang sakit, mereka kadang menjadi lebih tradisional
dalam harapan mereka dan pemikiran mereka. Juga ada variasi signifikan dengan dan antara
kelompok. Pengetahuan tentang kelompok juga bernilai ketika memberikan sekumpulan harapan
realistik. Tetapi,hanya belajar tentang individu atau keluarga yang dihadapi sehingga tenaga
medis dapat memahami dalam hal apa pola kelompok bermakna (Leininger 2000).

C. Perilaku Budaya Kesehatan


Adat kebiasaan yang dikembangkan di suatu negara atau daerah, suku atau sekelompok
masyarakat merupakan praktek hidup budaya, Amerika, Australia, dan negara lainnya termasuk
Indonesia merupakan sebuah negara mempunyai berbagai suku dan daerah dimana tiap suku atau
daerah tersebut mempunyai adat kebiasaan yang berbeda-beda dalam menangani masalah
kesehatannya di masyarakat. Ada perilaku manusia, cara interaksi yang dipengaruhi kesehatan
dan penyakit yang terkait dengan budaya, diantaranya adalah perilaku keluarga dalam
menghadapi kematian, Menurut Crist (1961) yang ditulis oleh Koentjaraningrat (1990), dari hasil
studi komaratifnya. Menyimpulkan bahwa ada perbedaan sikap manusia dengan berbagai
kebudayaan yang berbeda-beda dalam menghadapi maut. Menurut Bendel (2003) di Indonesia
terdapat pruralisme system pengobatan di mana berbagai cara penyembuhan yang berbeda-beda
hadir berdampingan termasuk humoral medicine dan elemen magis. Indonesia merupakan negara
yang terdiri dari berbagai suku bangsa dimana tiap suku atau kelompok masyarakat tersebut akan
mempunyai norma, perilaku, adat istiadat yang berbeda-beda termasuk dalam mencari
penyembuhan yang terkait dengan perilaku budaya. Menurut Bendel (2003) dalam masyarakat
Indonesia terdapat kepercayaan tradisional pada hal-hal gaib.

D. Pengertian   Transkultural
Bila ditinjau dari makna kata , transkultural berasal dari kata trans dan culture, Trans berarti luar 
perpindahan , jalan lintas atau penghubung.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia; trans
berarti melintang , melintas , menembus, melalui. Culture berarti budaya Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia kultur berarti :kebudayaan,cara pemeliharaan pembudidayaan, Kepercayaan ,
nilai – nilai dan pola perilaku yang umum berlaku bagi suatu kelompok dan diteruskan pada
generasi berikutnya , sedangkan cultural berarti: Sesuatu yang berkaitan dengan kebudayaan.
Budaya sendiri berarti : akal budi , hasil dan adat istiadat.Dan kebudayaan berarti :Hasil kegiatan
dan penciptaan batin ( akal budi ) manusia seperti kepercayaan kesenian dan adat istiadat.
Keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk menjadi
pedoman tingkah lakunyaJadi , transkultural dapat diartikan sebagai : Lintas budaya yang
mempunyai efek bahwa budaya yang satu mempengaruhi  budaya yang lain, Pertemuan kedua
nilai–nilai budaya yang berbeda melalui proses interaksi social.Menurut Leininger
(1991),Transcultural Nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan
perbedaan maupun kesamaan nilai– nilai budaya yang mempengaruhi pada seorang perawat saat
melakukan asuhan keperawatan kepada klien.

E.Konsep Transkultural
Kazier barabara (1983), dalam bukunya yang berjudul Fundamental Of Nursing Concept and
Procedures mengatakan bahwa konsep keperawatan adalah tindakan keperawatan yang
merupakan konfigurasi dari ilmu kesehatan dan seni merawat yang meliputi pengetahuan ilmu
humanistik, philosopi keperawatan, praktik klinis keperawatan, komunkasi dan ilmu sosial.
Konsep ini ingin memberikan penegasan bahwa sifat seorang manusia yang menjadi target
pelayanan dalam perawatan adalah bio-psiko-sosio-kultural-spiritual. Oleh karenanya tindakan
keperawatan harus didasarkan pada tindakan yang kompereshif.   Budaya merupakan salah satu
dari perwujudan atau bentuk interaksi yang nyata sebagai manusia yang bersifat sosial.Budaya
yang berupa norma,adat istiadat menjadi acuan perilaku manusia dalam kehidupan dengan yang
lain.Pola kehidupan yang berlangsung lama dalam suatu tempat,selalu diulangi,membuat
manusia terikat dalam proses yang dijalaninya. Keberlangsungaan terus – menerus dan lama
merupakan proses internalisasi dari suatu nilai – nilai yang mempengaruhi pembentukan
karakter,pola pikir,pola interaksi perilaku yang kesemuanya itu akan mempunyai pengaruh pada
pendekatan intervensi keperawatan.
Leininger (2002), beberapa asumsi yang mendasari konsep transkultural berasal dari hasil
penelitian kualitatif tentang kultur, yang kemudian teori ini dipakai sebagai pedoman untuk
mencari culture care yang akan diaplikasikan. Human caring merupakan fenomena yang
universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara culture satu tempat dengan
tempat yang lainnya. Caring act dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan
dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku caring semestinya diberikan pada manusia sejak
lahir,masa perkembangan, masa pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala meninggal.
1.      Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan dibagi
serta memberi petunjuk dalam berpikir, bertindak dan mengambil keputusan.
2.      Nilai Budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau sesuatu
tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan.
3.      Perbedaan budaya Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang
optimal daei pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan
keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya
individu, kepercayaan dan tindakantermasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang
datang danindividu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).
4.      Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya
adalah yang terbaik di antara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain.
5.      Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan
menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
6.      Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal
manusia
7.      Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian
etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perbedaan
budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-
orang, dan saling memberikan timbal balik di antara keduanya.
8.      Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku pada
individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik aktual
maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.
9.      Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan
mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi
kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia
10.  Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan
pola ekspresi yang digunakan untuk membimbing, mendukung atau memberi kesempatan
individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan
bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
11.  Cultural imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan
kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena percaya bahwa ide yang dimiliki
oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.

 F. Peran dan Fungsi Transkultural


Budaya mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu . Oleh sebab itu , penting bagi
perawat mengenal latar belakang budaya orang yang dirawat.Misalnya kebiasaan hidup sehari –
hari , seperti tidur , makan , kebersihan diri , pekerjaan,pergaulan social , praktik
kesehatan,pendidikan anak, ekspresi perasaan , hubungan kekeluargaaan, peranan masing –
masing orang menurut umur . Kultur juga terbagi dalam sub – kultur. Subkultur adalah kelompok
pada suatu kultur yang tidak seluruhnya mengaanut pandangan keompok kultur yang lebih besar
atau member makna yang berbeda . Kebiasaan hidup juga saling berkaitan dengan kebiasaan
cultural. Nilai – nilai budaya Timur, menyebabkan sulitnya wanita yang hamil mendapat
pelayanan dari dokter pria . Dalam beberapa setting, lebih mudah menerima pelayanan kesehatan
pre-natal dari dokter wanita dan bidan . Hal ini menunjukkan bahwa budaya Timur masih kental
dengan hal – hal yang dianggap tabu. Dalam tahun – tahun terakhir ini , makin ditekankan
pentingknya pengaruh kultur terhadap pelayanan perawatan.
Perawatan Transkultural merupakan bidang yang relative baru ia berfokus pada studi
perbandingan nilai – nilai dan praktik budaya tentang kesehatan dan hubungannya dengan
perawatannya Leininger ( 1991 ) mengatakan bahwa transcultural nursing merupakan suatu area
kajian ilmiah yang berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai – nilai budaya (nilai
budaya yang berbeda ras),yang mempengaruhi pada seseorang perawat saat melakukan asuhan
keperawatan kepada pasien. Perawatan transkultural adalah berkaitan dengan praktik budaya
yang ditujukan untuk pemujaan dan pengobatan rakyat (tradisional) Caring practices adalah
kegiatan perlindungan dan bantuan yang berkaitan dengan kesehatan.
Menurut Dr. Madelini Leininger, studi praktik pelayanan kesehatan transkultural adalah
berfungsi untuk meningkatkan pemahaman atas tingkah laku manusia dalam kaitan dengan
kesehatannya. Dengan mengidentifikasi praktik kesehatan dalam berbagai budaya ( kultur ) baik
di masa lampau maupun zaman sekarang akan terkumpul persamaan – persamaan. Lininger
berpendapat , kombinasi pengetahuan tentang pola praktik transkultural dengan kemajuan
teknologi dapat menyebabkan makin sempurnanya pelayanan perawatan dan kesehatan orang
banyak dan berbagai kultur.

G. Paradigma Transkultural Nursing


Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transkultural sebagai cara pandang,
keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai
dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan yaitu: manusia, sehat,
lingkungan dan keperawatan (Andrewand Boyle, 1995) :
1. Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma
yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut Leininger
(1984) manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat
dimana pun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).
2. Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi kehidupannya,
terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan
dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat
yang dapat diobservasi dalam aktifitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang
sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif
(Andrew and Boyle, 1995).
3. Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan,
kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana
klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu: fisik, sosial
dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti
daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo
yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun.  
Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi
individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan
sosial individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut.
Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang menyebabkan individu
atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang
digunakan.
4. Keperawatan didalam Leininger  menyajikan 3 tindakan yang sebangun dengan kebudayaan
klien yaitu Cultural care preservation, accomodation dan repatterning.

2.2 Proses Keperawatan Transkultural


Model konseptual yang dikembangkan oleh leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan
dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit / sunrise model. Geisser (1991)
menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir dan
memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan
keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi pada proses keperawatan transkultural.

2.3. Tahap Pengkajian


Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien
sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang
berdasarkan 7 komponen yang ada pada “Sunrise Model” yaitu:

1. Faktor teknologi (technological factors). Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk


memilih atau mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat
perlu mengkaji: persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan
mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien
tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat
ini.
2. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors). Agama adalah suatu
simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para pemeluknya.
Agama memberikan motivasi yangsangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya,
bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah:
agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara
pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
3. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kindship and social factors). Perawat pada tahap ini
harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal
lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan
klien dengan kepala keluarga.
4. Faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural values and lifeways factors). Nilai-nilai
budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang dianggap
baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan
terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah: posisi dan
jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan
yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan
kebiasaan membersihkan diri.
5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors). Kebijakan dan
peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu
dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji pada
tahap ini adalah: peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah
anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
6. Faktor ekonomi (economical factors). Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan
sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.Faktor
ekonomi yang harus dikaji oleh perawat di antaranya: pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan,
tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian
biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.
7. Faktor pendidikan (educational factors). Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman
klien dalam menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan
klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan
individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi
kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: tingkat pendidikan klien, jenis
pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya
sehingga tidak terulang kembali.
2.4 Tahap Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat dicegah,
diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat
tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu:
gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial
berhubungan disorientasi sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan
dengan sistem nilai yang diyakini.

2.5 Tahap perencanaan dan pelaksaan


Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan transkultural adalah suatu proses keperawatan
yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi yang tepat dan
pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien
(Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan
transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu: mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila
budaya klien tidak bertentangan dengankesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya
klien kurang menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki
klien bertentangan dengan kesehatan.
Cultural care preservation/maintenance:
a)  Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang proses melahirkan dan
perawatan bayi.
b) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien.
c) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat.
Cultural care accomodation/negotiation:
a)  Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien.
b) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan.
c) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan
pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik.
Cultual care repartening/reconstruction:
  a) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan
melaksanakannya;
b) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok;
c) Gunakan pihak ketiga bila perlu;
d) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat dipahami oleh
klien dan orang tua;
e) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan.
Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masing-masing melalui proses
akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya akan
memperkaya budaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan
timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan
terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan menciptakan
hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.

2.6 Tahap Evaluasi


Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang
mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak
sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat
bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan
keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.

BAB III
PEMBAHASAN KASUS

3.1 Kasus
An. A 8 tahun suku padang, beragama islam diantarkan orang tuanya di rumah sakit harapan kita
dengan keluhan nyeri pada tulang keringnya. Bp.A mengatakan nyerinya timbul akibat An.A
terjatuh dari pohon keramat didesanya, kemudian menurut kepercayaan orang sekitar An.A
terjatuh akibat didorong oleh penunggu pohon keramat tersebut. Menurut cerita yang dikatakan
Bp.A, saat anak nya jatuh An. A langsung dibawa ke dukun, lalu An.A dipijit menggunakan
batang sereh yang di bakar dengan bacaan doa-doa. Bp.A mengatakan An.A dilarang
mengkonsumsi makanan seperti ikan, daging, dan telur. Namun An.A masih tampak lemah, lesu,
dan tampak kesakitan, pada saat di berikan perkes Bp.A masih terlihat kebingungan. Setelah
dilakukan pemeriksaan melalui rontgen, pada hasil rontgen terlihat bahwa terdapat adanya retak
pada tulang kering An. A.

3.2 Anatomi dan Fisiologi


A. Definisi Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur
terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari pada yang dapat diabsorpsinya. Fraktur
dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak dan bahkan
kontraksi otot ekstrem. Meskipun tulang patah , jaringan di sekitarnya juga akan terpengaruh
mengakibatkan edema jaringang lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, ruptur
tendo, kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah. Organ tubuh dapat mengalami cedera
akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau akibat fragmen tulang (Burner at all,
2002).Fraktur adalah patahnya kontinuitas tulang yang terjadi ketika tulang  tidak mampu lagi
menahan tekanan yang diberikan kepadanya (Donna L. Wong, 2004).

Ada perbedaan yang mendasar antara fraktur pada anak dengan fraktur pada orang dewasa,
perbedaan tersebut pada anatomi, biomekanik, dan fisiologi tulang. Pada anak-anak antara
epifisis dan metafisis terdapat lempeng epifisis sebagai daerah pertumbuhan kongenital.
Lempeng epifisis ini akan menghilang pada dewasa, sehingga epifisis dan metafisis ini akan
menyatu pada saat itulah pertumbuhan memanjang tulang akan berhenti.
Tulang panjang terdiri dari : epifisis, metafisis dan diafisis. Epifisis merupakan bagian paling
atas dari tulang panjang, metafisis merupakan bagian yang lebih lebar dari ujung tulang panjang,
yang berdekatan dengan diskus epifisialis, sedangkan diafisis merupakan bagian tulang panjang
yang di bentuk dari pusat osifikasi primer. Seluruh tulang diliputi oleh lapisan fibrosa yang
disebut periosteum, yang mengandung sel-sel yang dapat berproliferasi dan berperan dalam
proses pertumbuhan transversal tulang panjang. Kebanyakan tulang panjang mempunyai arteria
nutrisi. Lokasi dan keutuhan dari pembuluh darah inilah yang menentukan berhasil atau tidaknya
proses penyembuhan suatu tulang yang patah.

Pada anak, terdapat lempeng epifisis yang merupakan tulang rawan pertumbuhan. Periosteum
sangat tebal dan kuat dimana pada proses bone helding akan menghasilkan kalus yang cepat dan
lebih besar daripada orang dewasa. Perbedaan di atas menjelaskan perbedaan biomekanik tulang
anak-anak dibandingkan orang dewasa, yaitu :
1. Biomekanik tulang
Tulang anak-anak sangat porous, korteks berlubang-lubang dan sangat mudah dipotong oleh
karena kanalis Haversian menduduki sebagian besar tulang. Faktor ini menyebabkan tulang
anak-anak dapat menerima toleransi yang besar terhadap deformasi tulang dibandingkan orang
dewasa. Tulang orang dewasa sangat kompak dan mudah mengalami tegangan dan tekanan
sehingga tidak dapat menahan kompresi.
2. Biomekanik lempeng pertumbuhan
Lempeng pertumbuhan merupakan tulang rawan yang melekat pada metafisis yang bagian
luarnya diliputi oleh periosteum sedang bagian dalamnya oleh procesus mamilaris. Untuk
memisahkan metafisis dan epifisis diperlukan kekuatan yang besar. Tulang rawan lempeng
epifisis mempunyai konsistensi seperti karet yang besar.
3. Biomekanik periosteum
Periosteum pada anak-anak sangat kuat dan tebal dan tidak mudah mengalami robekan
dibandingkan orang dewasa.
Persendian panggul merupakan bola dan mangkok sendi dengan acetabulum bagian dari femur,
terdiri dari : kepala, leher, bagian terbesar dan kecil, trokhanter dan batang, bagian terjauh dari
femur berakhir pada kedua kondilas. Kepala femur masuk acetabulum. Sendi panggul dikelilingi
oleh kapsula fibrosa, ligamen dan otot. Suplai darah ke kepala femoral merupakan hal yang
penting pada faktur hip. Suplai darah ke femur bervariasi menurut usia. Sumber utamanya arteri
retikuler posterior, nutrisi dari pembuluh darah dari batang femur meluas menuju daerah
tronkhanter dan bagian bawah dari leher femur.
Pada anak-anak, pertumbuhan merupakan dasar terjadinya remodelling yang lebih besar
dibandingkan pada orang dewasa, sehingga tulang pada anak-anak mempunyai perbedaan
fisiologi, yaitu :
1. Pertumbuhan berlebihan (over growth)
Pertumbuhan diafisis tulang panjang akan memberikan stimulasi pada pertumbuhan
panjang, karena tulang rawan lempeng epifisis mengalami hiperemi pada waktu
penyambungan.
2. Deformitas yang progresif
Kerusakan permanen pada lempeng epifisis akan terjadi pemendekan atau angulasi.
3. Fraktur Total
Pada anak-anak fraktur total jarang bersifat komunitif karena tulangnya sangat fleksibel
dibandingkan orang dewasa.

C.Fisiologi Tulang
Fungsi tulang adalah sebagai berikut :
1. Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh
2. Melindungi organ tubuh ( misalnya jantung,otak,dan paru-paru) dan jaringan lunak
3.Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan pergerakan
4.Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum tulang belakang ( hema topoiesis)
5. Menyimpan garam mineral misalnya kalsium dan fosfor

D. Klasifikasi Fraktur
Ada 2 type dari fraktur femur, yaitu :
 Fraktur Intrakapsuler femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan Melalui
kepala femur (capital fraktur),Hanya di bawah kepala femur, Melalui leher dari femur
 Fraktur Ekstrakapsuler Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang
lebih besar/yang lebih kecil /pada daerah intertrokhanter. Terjadi di bagian distal menuju
leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di bawah trokhanter kecil.

3.3 PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan tanggal : 10 Mei 2013             Jam                  : 10.00 WIB
Tanggal masuk                        :  9 Mei 2013              No. CM            : _
Ruangan                                 : _                             Ruangan         :_
A.    Identitas Pasien
Nama                                      : An. A
Jenis Kelamin                          : Laki-laki
Usia                                        : 8 Tahun
Status Perkawinan                  : Belum Menikah
Agama                                    : Islam
Suku Bangsa                           : Padang
Pendidikan                              : SD
Bahasa yang digunakan           : Bahasa Indonesia
Pekerjaan                                 : Pelajar
Alamat                                    : Jl. Samudra 37 Padang Sumbar
Diagnosa Medis                      : Fraktur Tibia ( Retak tulang kering )

B.     Penanggung Jawab


Nama                                       : Bp.A
Jenis Kelamin                          : Laki-laki
Usia                                         : 35 Tahun
Status Perkawinan                  : Menikah       
Agama                                     : Islam
Suku Bangsa                           : Padang
Pendidikan                             : Tamat SD
Bahasa yang digunakan          : Indonesia
Pekerjaan                               : Kuli Bangunan
Alamat                                  : Jl. Samudera 37 Padang Sumbar
Hubungan Dengan Pasien       : Ayah klien
Keluhan Utama : Nyeri pada Tulang Kering ( Fraktur )
 Riwayat Kesehatan Saat ini : saat ini Klien merasakan nyeri pada tulang keringnya. Bp.A
mengatakan nyerinya timbul akibat An.A terjatuh dari pohon keramat didesanya,
kemudian menurut kepercayaan orang sekitar An.A terjatuh akibat didorong oleh
penunggu pohon keramat tersebut.
 Riwayat kesehatan Masa Lalu : Pada masa lalu Klien tidak memiliki riwayat kesehatan
sehingga tidak ada pengaruh dalam kesehatan saat ini.
 Riwayat Kesehatan Keluarga : Keluarga Klien tidak memiliki penyakit apapun sehingga
penyakit klien ditimbulkan bukan dari keluarga.
 Riwayat pengobatan : Ada riwayat pengobatan dar keluarga yaitu pengobatan dari dukun
sehingga klien sebelum dibawa ke tim medis dibawa terlebih dahulu ke dukun tersebut.

C.Riwayat Kesehatan
Teori Sunrise model :
1.Faktor Tekhnologi
a. Persepsi Sehat Sakit
persepsiklienmengenai sehat sakit,klien mengatakan biasanya klien cukup datang ke dukun
dalam mengatasi permasalahan kesehatan, selain itu juga sering menkonsumsi obat tradisional
b. Alasan mencari bantuan kesehatan
Bp.A mengatakan bahwa anaknya  didorong oleh pohon penunggu keramat, sehingga bp.A
mencari bantuan kesehatan dengan membawa An.A kedukun, selain itu keluarga bp.A
mempunyai kebiasaan berobat kedukun

c.Alasan klien memilih pengobatan alternative


Bp.A sebagai keluarga klien mengatakan bahwa sebelum klien dibawa ke rumah sakit harapan
kita,saatanaknyajatuh An. A langsungdibawakedukun, laluAn.Adipijitmenggunakanbatangsereh
yang di bakardenganbacaandoa-doa.
Bp.AmengatakanAn.Adilarangmengkonsumsimakanansepertiikan, daging, dantelur.
Alasankeluargaklienmemilihpengobatan alternative karenaBp.Asebagi ayah
klienmempercayaibahawaanaknyayaituAn.Aterjatuhkarenadidorongolehpenunggupohonkeramat.
d. Persepsi penggunaan dan pemanfaatan tekhnologi
1. Hasilpemeriksaanrontgen, padahasilrontgenterlihatbahwaterdapatadanyaretak
Padatulangkering An. A
2. An. A akanmelakukanoperasi.

2.Faktor Agama dan Filosofi


1. Agama yang dianut klien adalah islam,
2. klien & keluarga mempunyai pandangan bahwa sakit yang diderita An.A  akibat gangguan
dari makhluk gaib , klien & keluarga biasanya datang kedukun dan meminta doa-doa agar
penyakitnya berkurang .

3. Faktor Sosial dan Ikatan Kekerabatan


1. Bp.A yaitu ayah dari An. A seorang karyawan
2. umur  An.A 8 tahun
3. Suku bangsa padang

4. Faktor nilai budaya dan gaya hidup klien


1. Bahasa yang digunakan klien adalah bahasa indonesia
2. An.A dipijitmenggunakanbatangsereh yang di bakardenganbacaandoa-doa.
3. An. A terjatuh karena memanjat pohon
4. An.A tidak mengosumsi makanan seperti ikan, daging, dan telur, karena dukun setempat
melarangnya untuk memakan jenis makanan tersebut

5. Faktor hukum dan kebijakan yang berlaku


Jam berkunjung Klien pukul 09.00 sampai 17.00, jumlah anggota keluarga yang boleh
menunggu hanya kedua orang tua dan kerabat Klien,cara pembayaran biaya rumah sakit di
peroleh dari penghasilan kedua orang tua klien

6. Faktor Ekonomi
Bp.A seseorang yang berprofesi sebagai karyawan. Biaya rumah sakit ditanggung oleh keluarga
klien. Keluarga klien juga menggunakan asuransi.

7. Faktor Pendidikan
An.A pada saat ini masih duduk di Sekolah Dasar.
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan
tekanan. Tapi, apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang,
maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas
tulang.Ketika tulang patah, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang
dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan
jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hematoma pada kanal medulla antara tepi tulang
di bawah periosteum dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur.

Terjadinya respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotis adalah ditandai dengan vasodilatasi
dari plasma dan leukoit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses
penyembuhan untuk memperbaiki cedera, tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan
tulang. Hematoma yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum tulang
yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk kedalam
pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang lain. Hematoma menyebabkan dilatasi kapiler
di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot yang
iskhemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini
menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung saraf, yang bila
berlangsung lama bisa menyebabkan Syndroma Comportement.

F. Etiologi
Fraktur dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
1. Penyebab fraktur adalah trauma
Fraktur patologis adalah  fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma berupa
yang disebabkan oleh suatu proses yaitu :Osteoporosis Imperfekta,Osteoporosis dan Penyakit
metabolic.
Trauma Dibagi menjadi dua, yaitu :
 Trauma langsung, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh dengan posisi
miring dimana daerah trokhanter mayor langsung terbentur dengan benda keras.
 Trauma tak langsung, yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya jatuh
terpeleset di kamar mandi pada orangtua.

2. Non Trauma
Fraktur terjadi karena kelemahan tulang akibat kelainan patologis didalam tulang, non trauma ini
bisa karena kelainan metabolik atau infeksi.
3. Stress
Fraktur stress terjadi karena trauma yang terus-menerus pada suatu tempat tertentu.

G. Manifestasi Klinis
 Nyeri terus-menerus dan bertambah berat sampai fragmen tulang diimobilisasi,
hematoma, dan edema.
 Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah.
 Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat di atas
dan di bawah tempat fraktur.
 Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit sebagai akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur.

F. Tanda dan Gejala


Nyeri hebat di tempat fraktur,Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah,Rotasi luar dari kaki
lebih pendek dan Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah, bengkak,
kripitasi, sepsis pada fraktur terbuka, deformitas.

DIAGNOSA KEPERAWATAN  BIO,PSIKO,SOSIO,KULTURAL


Dx.KEPERAWATAN
NO DATA ANALISIS DATA BIO,PSIKO,SOSIAL,
CULTURE

Ds :An.A Mengatakan P : Gangguan rasa Gangguan rasa nyaman


1.
nyeri pada tulang nyaman berupa nyeri nyeri berhubungan
keringnya berhubungan dengan dengan pergeseran
pergeseran fragmen fragmen tulang 
Do:An.A Tampak lemas tulang 
dan kesakitan E : Klien mengatakan
merasakan nyeri dengan
skala 2-3
S : An.a tampak
lesu,lemah,dan meringis
kesakitan.

Ds : Bp.A mengatakan P: Resiko terjadinya Resiko terjadinya


2.
dukun desa melarang infeksi berhubungan infeksi pada struktur
An.A untuk mengosumsi dengan kurangnya tulang dan jaringan
ikan,daging, dan telur pemenuhan nutrisi lunak sekitarnya
E: Setelah An.A dibawa berhubungan dengan
Do: An.A masih Tampak kedukun  Bp.A kurangnya pemenuhan
Lemah dan lesu mengatakan dukun desa nutrisi tehadap An.A
melarang An.A untuk
mengosumsi
ikan,daging, dan telur
S: An.A masih tampak
lemah dan lesu

3. Ds : Bp.A mengatakan P: Resiko tinggi cedera Resiko tinggi cedera


setelah pijat oleh dukun berhubungan dengan berhubungan dengan
desa An.A masih diskontinuitas tulang diskontinuitas tulang
mengeluh nyeri pada E:setelah dipijit oleh
tulang keringnya dukun Bp.A mengatakan
An.A masih merasakan
Do : An.A tampak nyeri
meringis kesakitan S: An.A tampak lemas
dan meringis kesakitan

INTERVENSI/ RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


NO. Dx. Tujuan Rencana Asuhan Rasional
Keperawatan Keperawatan/Interverensi
Tujuan Jangka pendek:
1. Gangguan rasa 1.Kaji nyeri secara Mengetahui
nyaman nyeri  Setelah dilakukan komprehensif rentang respon
berhubungan asuhan keperawatan klien tentang
dengan selama 30 menit nyeri nyeri.
pergeseran berkurang dengan 1-2
fragmen tulang  skala 2. Tinggikan posisi Meningkatkan
ekstremitas pada bagian aliran balik
Tujuan Jangka panjang : yang sakit vena,
Setelah dilakukan mengurangi
Asuhan keperawatan edema/nyeri.
selama 2x 24 jam tingkat
kenyamanan klien
meningkat, tingkat nyeri 3. Lakukan dan awasi Mempertahanka
terkontrol dengan latihan gerak pasif/aktif. n kekuatan otot
Kriteria Hasil: dan
meningkatkan
a.Klien melaporkan nyeri sirkulasi
berkurang dg scala 1-2 vaskuler.

b.Ekspresi wajah tenang  4. Lakukan tindakan untuk Meningkatkan


meningkatkan kenyamanan sirkulasi umum,
c.klien dapat istirahat dan (masase, perubahan posisi). menurunakan
tidur area tekanan
lokal dan
kelelahan otot.

5.Kolaborasi dengan dokter Menurunkan


untuk pemberian analgetik nyeri melalui
untuk mengurangi nyeri. mekanisme
penghambatan
rangsang nyeri
baik secara
sentral maupun
perifer.

6.Evaluasi tindakan Menilai


pengurang nyeri/kontrol perkembangan
nyeri klien. masalah klien.
2. Resiko terjadinya Tujuan Jangka Pendek : 1.Kaji Nutrisi secara teratur Mengetahui
infeksi pada Setelah dilakukan asuhan perkembangan
struktur tulang keperawatan selama 30 nutrisi
dan jaringan menit kebutuhan nutrisi
lunak sekitarnya meningkat.
berhubungan 2. Berikan penjelasan pada Sebagai
dengan Tujuan Jangka Panjang : klien dan keluarga tindakan awal
kurangnya Setelah dilakukan mengenai pentingnya nutrisi untuk
pemenuhan tindakan keperawatan bagi proses penyembuhan menentukan
nutrisi tehadap selama 3 x 24 jam, fraktur klien intervensi
An.A kebutuhan nutrisi selanjutnya
terpenuhi dengan criteria
hasil : 3. Berikan penjelasan Sebagai
kepada klien dan keluarga tindakan untuk
1. Klien tidak terlihat mengenai kepercayaan mempertimbang
lemah dan lesu keluarga pada dukun kan antara
terhadap pemenuhan nutrisi budaya klien
klien. dan jenis
2. Klien dan keluarga makanan
menerima penjelasan dari pengganti yang
perawat tentang diperlukan
kebutuhan nutrisi dan untuk
manfaat nutrisi terhadap mempercepat
luka An.A proses
penyembuhan
3. Tidak terjadi infeksi luka
pada fraktur klien
4. Ajarkan Pola makan Mempercepat
4.Pemenuhan nutrisi dengan nutrisi yang baik proses
tercukupi penyembuhan
luka

5. Kolaborasi dengan Antibiotik


Dokter untuk pemberian mencegah
antibiotic perkembangan
mikroorganisme
patogen.

6.Evaluasi tindakan dalam Menilai


pemberian nutrisi perkembangan
masalah klien
Resiko tinggi Tujuan Jangka Pendek : 1. Pertahankan tirah baring/ meningkatkan
3. cidera Setelah dilakukan asuhan ekstremitas sesuai indikasi. stabilitas,
berhubungan keperawatan selama 30 Berikan sokongan sendi menurunkan
dengan menit tidak terjadi cidera diatas dan dibawahfraktur kemungkinan
diskontinuitas bila bergerak/membalik. gangguan posisi
tulang Tujuan Jangka Panjang : dan cedera
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 2x24
jam terjadi peningkatan  2.obsevasi pasien, beri Meningkatkan
Status keselamatan Injuri pengaman tempat tidur keselamatan
fisik dengan Kriteria pasien,
Hasil : menurunkan
kemungkinan
a.Bebas dari cidera pasien terjatuh

b.Mampu mencegah 3. Bantu dan Ajarkan klien Meningkatkan


cidera latihan rentang gerak pasif kemandirian
aktif (imobilisasi) pada klien dalam
c. Dapat melakukan ekstremitas yang sakit perawatan diri
mobilisasi dengan baik maupun yang sehat sesuai melakukan
keadaan klien. imobilisasi
sesuai kondisi
keterbatasan
klien

4.Libatkan banyak orang Meningkatkan


dalam memindahkan pasien, tingkat
atur posisi pasien yang kenyamanan
nyaman dan
keselamatan
pasien

5.   Kaji ulang foto/ Evaluasi. Memberikan


bukti visual
mulainya
pembentukan
kalus/ proses
penyembuhan.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Diagnosa Implementasi Rasional Evaluasi

Gangguan 1.Perawat mengkaji skala Perawat mengetahui Pukul 10.00 WIB


rasa nyaman nyeri secara komprehensif rentang respon
Tanggal 10/05/2012
berupa nyeri pada pasien dengan  skala nyeri pasien.
akut  nyeri 0-10 Dengan hasil skala
berhubungan nyeri pasien 2-3
S: Klien tidak
dengan 2.Perawat meninggikan
pergeseran posisi ekstremitas pada Perawat  dapat merasakan nyeri
fragmen bagian yang sakit den meningkatkan
lagi pada tulang
tulang  aliran balik vena
3. Perawat melakukan dan pasien untuk keringnya
mengawasi latihan gerak mengurangi
O: Klien tampak
pasif/aktif pada paien atau edema/nyeri.
imobilisasi tenang
Perawat  dapat
A: Tujuan tercapai
 4.Perawat melakukan Mempertahankan
tindakan untuk kekuatan otot  P: Hentikan
meningkatkan kenyamanan  pasien dan Intervensi
pasien (masase, perubahan meningkatkan
posisi). sirkulasi vaskuler.

5.Perawat  melakukan
kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian analgetik Perawat dapat
untuk mengurangi nyeri. meningkatkan
sirkulasi umum dan
menurunakan area
tekanan lokal serta
kelelahan otot
pasien

Perawat  dapat
menurunkan nyeri 
pasien melalui
mekanisme
penghambatan
rangsang nyeri baik
secara sentral
maupun perifer
Resiko 1. Perawat mengkaji Nutrisi 1. Perawat Pukul 14.00 WIB,
terjadinya pasien secara teratur mengetahui
Tanggal 10/05/2012
infeksi pada perkembangan
struktur nutrisi pasien.
tulang dan
S :Klien
jaringan 2. Perawat memberikan 2. Sebagai tindakan
lunak penjelasan pada klien dan agar klien mengerti mengatakan nafsu
sekitarnya keluarga mengenai pentingnya nutrisi
makan bertambah
berhubungan pentingnya nutrisi bagi bagi proses
dengan proses penyembuhan fraktur penyembuhan luka O :Klien tidak
kurangnya klien fraktur
tampak lemah dan
pemenuhan
nutrisi 3. Perawat memberikan 3. Sebagai tindakan lesu
tehadap An.A penjelasan kepada klien dan agar pasien dapat
A : tujuan belum
keluarga mengenai mempertimbangkan
kepercayaan keluarga pada dalam pemilihan tercapai.
dukun terhadap pemenuhan makanan untuk
P : lanjutkan
nutrisi klien. proses kesembuhan
intervensi
fraktur dan
I : 1. Observasi
4 Perawat melakukan memenuhi
kebutuhan nutrisi
Kolaborasi dengan Dokter kebutuhan nutrisi.
klien
untuk pemberian vitamin
2. Tinjau
4. Membantu 
kecukupan nutrisi
   meningkatkan nafsu
klien
makan pasien
3. Identifikasi
Acupan nutrisi

  
Resiko tinggi 1. Perawat  1Agar perawat Pukul 10.30 WIB
cidera Mempertahankan tirah dapat.
Tanggal 10/05/2012
berhubungan baring/ ekstremitas sesuai meningkatkan
dengan indikasi. Memberikan stabilitas dan
diskontinuitas sokongan sendi diatas dan menurunkan
S: Klien
tulang dibawahfraktur bila kemungkinan
bergerak/membalik. gangguan posisi mengatakan sudah
dan cedera pasien
tidak merasakan
2. Perawat mengobsevasi
pasien, dan memberikan 2.Perawat dapat sakit
pengaman tempat tidur Meningkatkan
O: Klien tampak
keselamatan pasien
dan  menurunkan lemas
kemungkinan
A: Tujuan Belum
3. Perawat membantu dan pasien terjatuh.
Mengajarkan klien latihan Tercapai
rentang gerak pasif aktif 3. Perawat dapat
P: Lanjutkan
(imobilisasi) pada Meningkatkan
ekstremitas yang sakit kemandirian pasien Intervensi
maupun yang sehat sesuai dalam perawatan
I : 1.Berikan posisi
keadaan klien. diri  melakukan
imobilisasi sesuai yang aman untuk
4.Perawat melibatkan tim kondisi pasien
pasien dengan
medis yang lain dalam
memindahkan pasien dan 4. Perawat dapat meningkatkan
mengatur posisi pasien yang
membantu
2.obsevasi pasien,
nyaman Keterbatasan pasien
Dan meningkatkan beri pengaman
5.Perawat mengkaji ulang tingkat kenyamanan
tempat tidur
foto/ Evaluasi. dan keselamatan
pasien 2.Menilai ROM
pasien
5. Memberikan
bukti visual 3.Melakukan
mulainya mobilisasi
pembentukan kalus/
proses
penyembuhan.
BAB IV
PENUTUP

A. SIMPULAN
Keperawatan Transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan keperawatan yang difokuskan
kepada individu dan kelompok untuk mempertahankan,Meningkatkan perilaku sehat sesuai
dengan latar belakang budaya.Hal ini dipelajari dimulai dari kehidupan biologis sebelumnya,
kehidupan psikologis, kehidupan spiritualnya.Pelaksanaan dan perencanaan prose keperawatan
transkultural tidak dapat dipaksakan begitu saja kepada klien sebelum perawat memahami,
sehingga tindakan yang dilakukan dapat sesuai dengan budaya klien, penyesuaian diri sangatlah
diperlukan dalam aplikasi keperawatan traanskultural

B. SARAN
Setelah membaca dan memahami diharapkan bisa memahami teori sunrise model menurut
Leininger, serta bagaimana aplikasi teori tersebut dalam proses keperawatan.
Dengan adanya teori leininger tersebut maka perbedaan budaya yang dimiliki setiap pasien dan
perawat itu sendiri,tidakakan berpengaruh pada proses asuhan keperawatan pada pasien
dikarenakan telah mengetahui dan memahami teori sunrise model dari leininger

Anda mungkin juga menyukai