Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS SASTRA KARAWITAN

KETAWANG DHANDHANGGULA TLUTUR


Guna Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Sastra Karawitan
Dosen Pengampu : Dr. Suyoto, S.Kar, M.Hum

Disusun Oleh :
Bagas Surya Muhammad
NIM : 16111101

PROGRAM STUDI KARAWITAN


FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN
INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA

2020
Ketawang Dhandhanggula Tlutur, Laras Slendro Pathet Sanga

Buka : 2 2 1 y t 2 2 5 3 2 1 2 gy
Umpak :
2 2 . 1 y t e nt 2 y 2 1 2 y e gt
Ngelik :
! ! . . @ 6 ! n@ . ! y t ! @ ! g6
j.5 6 j.5 6 j.5 3 1 n2 6 6 . . 5 6 ! g6
5 3 2 3 2 1 2 ny ! ! . . @ ! 6 g5
! @ ! 6 5 3 1 n2 6 6 . 3 5 6 ! g6
5 3 2 3 2 1 2 ny t t . 6 1 2 1 gy

Sumber Balungan Gending : Gamelan BVG

Gendhing ini berasal dari Sekar Macapat Dhandhanggula Tlutur, Laras


Slendro Pathet Sanga, dengan notasi sebagai berikut :

Sekar Macapat Dhandhanggula Tlutur, Laras Slendro Pathet Sanga

@ @ @ @, @ @ @ 6 6 z\!x.c@
Be -dhug ti - ga da-tan ar sa gu-ling
! ! z!c6 5, 6 6 6 z6c\! 5 6
Pa - dhang bu - lan ke-ken - car ing la-tar
2 2 2 2 2 1 2 z\3c2
The-nguk the-nguk lung-guh dhe -we
z5c6 6 6 6 6 6 z\!c6
A - ngin mi - did ma – ngi-dul
3 \3 2 \z3c3, zyc2 2 2 \z3c2 z\1cy
Sa - ya nggre-ges ra -sa - ning a - ti
! ! ! 6 6 z\!c6 5
Ru – mang-sa yen wus lo - la
! @ ! z6\c! 5 z6x\5x.x3x.c2
Ba - bo ra - ga ning -sun
z5c6 6 6 6 6 6 z6c\! 6
No - ra sa - nak no - ra ka -dang
3 \3 2 z\3c3, zyc2 2 2 2 2 2 z\3c2 z\1zyz.ct
Neng pon - dhok- an sa – yek - ti nan-dhang pri – ha - tin
t t t ztc2 2 \z3c2 \\z1cy
Dhuh nya - wa dhuh dhuh ra - ga

Sumber : Macapat Jilid I, Gunawan Sri Hascaryo, 1980 : 17


Analisis lagu :
Ketawang Dhandhanggula Tlutur dibuat berdasarkan melodi dari
Sekar Macapat Dhandhanggula Tlutur, hal ini dapat terlihat bilamana sekar
macapat ini disejajarkan dengan melodi balungan ngelik. Melodi yang
digunakan pada balungan menyesuaikan pada melodi Sekar Macapat
Dhandhanggula Tlutur. Berikut adalah penempatan dari kedua melodi :

Ngelik :
! ! . . @ 6 ! n@
@ @ @ @, @ @ @ 6 6 z\!x.c@
Be -dhug ti - ga da-tan ar sa gu-ling

. ! y t ! @ ! g6
! ! z!c6 5, 6 6 6 z6c\! 5 6
Pa - dhang bu - lan ke-ken - car ing la-tar

j.5 6 j.5 6 j.5 3 1 n2


2 2 2 2 2 1 2 z\3c2
The-nguk the-nguk lung-guh dhe -we

6 6 . . 5 6 ! g6
z5c6 6 6 6 6 6 z\!c6
A - ngin mi - did ma – ngi-dul
5 3 2 3 2 1 2 ny
3 \3 2 \z3c3, zyc2 2 2 \z3c2 z\1cy
Sa - ya nggre-ges ra -sa - ning a - ti

! ! . . @ ! 6 g5
! ! ! 6 6 z\!c6 5
Ru – mang-sa yen wus lo - la

! @ ! 6 5 3 1 n2
! @ ! z6\c! 5 z6x1x5c6 z1c5 z6x\5x.x3x.c2
Ba - bo ra - ga ning - sun

6 6 . 3 5 6 ! g6
z5c6 6 6 6 6 6 z6c\! 6
No - ra sa - nak no - ra ka -dang

5 3 2 3 2 1 2 ny
3 \3 2 z\3c3, zyc2 2 2 2 2 2 z\3c2 z\1zyz.ct
Neng pon - dhok- an sa – yek - ti nan-dhang pri – ha - tin
t t . 6 1 2 1 gy
t t t ztc2 2 \z3c2 \\z1cy
Dhuh nya - wa dhuh dhuh ra - ga

Analisis :
1. Ciri-ciri
Ciri-ciri dari Sekar Macapat Dhandhanggula adalah :
a. Satu bait terdiri dari sepuluh baris
b. Tiap baris memiliki jumlah suku kata (guru wilangan) dan
asonansi (guru lagu) yang berbeda
1) Baris pertama memiliki sepuluh suku kata, dengan asonansi “i”
2) Baris kedua memiliki sepuluh suku kata, dengan asonansi “a”
3) Baris ketiga memiliki delapan suku kata, dengan asonansi “e”
4) Baris keempat memiliki tujuh suku kata, dengan asonnsi “u”
5) Baris kelima memiliki sembilan suku kata, dengan asonansi “i”
6) Baris keenam memiliki tujuh suku kata, dengan asonansi “a”
7) Baris ketujuh memiliki enam suku kata, dengan asonansi “u”
8) Baris kedelapan memiliki delapan suku kata, dengan asonansi
“a”
9) Baris kesembilan memiliki dua belas suku kata, dengan
asonansi “i”
10) Baris kesepuluh memiliki tujuh suku kata, dengan asonansi “a”
c. Dalam teks macapat di atas menggunakan bahasa jawa baru
2. Lapis Arti
Dalam sekar macapat Dhandhanggula di atas memiliki lapis arti
sebagai berikut :
Bedhug : Alat musik membran
Tiga : Kata dasar, termasuk kata bilangan, berarti tiga
Datan : Kata dasar, yang berarti tidak
Arsa : Merupakan kata dasar, berarti ingin
Guling : Merupakan kata dasar, yang berarti tidur
Padhang : Kata dasar, yang berarti terang
Bulan : Kata benda, berarti bulan
Kekencar :Termasuk dalam Dwipurwa, yaitu penambahan
awalan. Penambahan ditujukan sebagai arti yang
melebihkan. Berasal dari kata kencar, yang berarti
bersinar terang
Ing : Memiki arti “di”, menjadi tanda tempat
Latar : Kata dasar, yang berarti halaman
Thenguk – thenguk : Dari kata thenguk, menggunakan
pengulangan Dwilingga Padha Swara.
Bermakna diam tanpa melakukan sesuatu, hanya
menengok kesana kemari
Lungguh : Kata dasar, yang berarti duduk
Dhewe : Kata dasar, yang berarti sendiri
Angin : Kata dasar, yang berarti angin
Midid : Bermakna berhembus pelan dengan irama
teratur
Mangidul : Dari kata kidul, yang berarti selatan. Mendapat
awalan “ma-“ yang menunjukan arah “ke”
Saya : Kata dasar yang berati semakin
Nggrantes : Grantes, yang berarti sangat sedih hati
Rasaning : Dari kata rasa, yang berarti rasa. Ditambah
dengan akhiran “-ing” yang menunjukkan tempat
Ati : Kata dasar yang berarti hati
Rumangsa : Kata yang berarti merasa
Yen : Jika
Wus : Sudah
Lola : Istilah untuk yatim piatu
Babo : Kata dasar yang bermakna “dhuh”, mengarah ke

ekspresi keluhan
Raganingsun : Dari kata raga, yang berarti badan. Mendapat
tambahan “-ingsun”yang berarati kepemilikan
sudut pandang pertama (aku)
Nora : Kata dasar yang berarti bukan
Sanak : Saudara yang memiliki hubungan yang jauh
secara garis darah
Kadang : Saudara yang memiliki hubungan dekat secara
garis darah
Ning : Di
Pondhokan : Pondokan. Sejenis rumah sederhana
Sayekti : Dari kata yekti, yang berarti sungguh. Mendapat
awalan
“sa-”
Nandhang : Dari kata sandhang, yang berarti pakai.
Nandhang bermakna mengidap, merasa
Prihatin : Prihatin
Dhuh : Sebuah ekpresi keluhan
Nyawa : Nyawa
Raga : Badan, raga

3. Lapis Bunyi
Lapis bunyi pada syair macapat ini adalah sebagai berikut :
a. Baris pertama dihadirkan u,a,a,a,i
b. Baris kedua dihadirkan a,a,a,i,a
c. Baris ketiga dihadirkan u,u,u,e
d. Baris keempat dihadirkan i,i,u
e. Baris kelima dihadirkan a,a,i,i
f. Baris keenam dihadirkan a,e,u,a
g. Baris ketujuh dihadirkan o,u
h. Baris kedelapan dihadirkan a,a,a,a
i. Baris kesembilan dihadirkan i,a,i,a,i
j. Baris kesepuluh dihadirkan u,a,u,a
Sedangkan lapis bunyi aliterasi sebagai berikut :
a. Baris pertama dihadirkan : g,n
b. Baris kedua dihadirkan : ng,n,r,h
c. Baris ketiga dihadirkan : k,k,h
d. Baris keempat dihadirkan : n,d,l
e. Baris kelima dihadirkan aliterasi s
f. Baris keenam dihadirkan aliterasi n
g. Baris ketujuh dihadirkan aliterasi n
h. Baris kedelapan dihadirkan : k, ng
i. Baris kesembilan dihadirkan : ng, n, ng, n
j. Baris kesepuluh tidak terdapat aliterasi

4. Terjemahan
Dari lapis arti yang telah diuraikan di atas, terjemahan secara utuh
sebagai berikut:
Bedhug tiga datan arsa guling : Dini hari tidak bisa tidur
Padhang bulan kekencar ing latar : Saat bulan bersinar terang di

halaman
Thenguk thenguk lungguh dhewe :Melamun diam duduk
menyendiri
Angin midid mangidul : Angin berhembus ke selatan
Saya nggreges rasaning ati : Semakin sedih rasa hati
Rumangsa yen wus lola : Merasa bila sudah menjadi
yatim piatu
Babo raga ningsun : Aduh, ragaku
Nora sanak nora kadang : Tanpa sanak, tanpa saudara
Neng pondhokan sayekti
nandhang prihatin :Di pondok sungguh sangat
menyedihkan
Dhuh nyawa dhuh dhuh raga : Aduh jiwa raga

5. Makna Konotatif
Makna konotatif dari sekar macapat ini adalah kesedihan seorang
yatim piatu yang tinggal sendiri tanpa ada siapapun dalam hidupnya.

6. Makna Simbol
Makna simbol dapat diambil dari beberapa unsur. Berikut
diantaranya:
a. Makna Benda : Bedhug Tiga. Disini bukan berarti alat musik
berjumlah tiga, namun berarti waktu dini hari, dimana terhitung
dari pukul dua belas malam hingga pukul tiga dini hari.
b. Makna Sosial : Lola, yang bermakna yatim piatu.

7. Gaya Bahasa
Dalam sekar macapat ini terdapat pemakaian gaya bahasa,
diantaranya adalah:
a. Majas Hiperbola : Melebih-lebihkan, ada pada kalimat “Padhang
bulan kekencar ing latar”. Padhang berarti terang, dengan
ditambah kata “kekencar” yang berarti bersinar terang.
b. Majas Repetisi : Ada pada kalimat “nora sanak nora kadang”,
“dhuh nyawa dhuh dhuh raga”
c. Sinekdoke Pars Prototo : Penggunan satu bagian untuk seluruh
bagian. Ada pada kalimat “Saya nggreges rasaning ati”

8. Penokohan
Penokohan pada syair ini adalah pada seorang yatim piatu. Sudut
pandang pertama yang digunakan ada pada baris keenam dan
kesembilan.

9. Tema
Tema yang diambil dari teks macapat ini adalah tentang kesedihan.

10. Amanat
Amanat yang dapat dipetik dari teks macapat ini adalah terus berbuat
baik kepada sesama. Perhatikan di setiap sudut pandangan, bila ada
yang membutuhkan hendaknya memberi perhatian. Untuk yang
sedang bersedih hati jangan berlarut-larut ketika sedang kesusahan.

Anda mungkin juga menyukai