A. Pengertian Motivasi
Motivasi adalah aktivitas perilaku yang bekerja dalam usaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan
yang di inginkan (Fahmi, 2013:107). Untuk memahami lebih dalam definisi motivasi
ada baiknya kita melihat beberapa pendapat para ahli berikut ini.
Di sisi lain menurut Santoso Soeroso (2003:69) ”Motivasi adalah suatu set atau kumpulan
perilaku yang memberikan landasan bagi seseorang untuk bertindak dalam suatu cara yang di
arahkan kepada tujuan spesifik tertentu (specific goal directed way)”.Berdasarkan pengertian
motivasi menurut para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu kondisi
atau keadaan yang dimaksudkan untuk mempengaruhi maupun mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu atau tindakan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti yang
diinginkan.sehingga motivasi dapat dibagi menjadi dua bagian pokok, yaitu:
1. Motivasi yang bersumber dari luar diri seseorang, yang dikenal dengan Motivasi
Ekstrinsik.
2. Motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang, yang dikenal denagan Motivasi
Instrinsik.
Motivasi dan kinerja seseorang yaitu Penetapan tujuan penting dalam proses motivasi. Anda
harus tahu cara menetapkan tujuan bagi diri anda sendiri dan bagaimanabekerja dengan
karyawan untuk menciptakan tujuan mereka. Proses penetapan tujuan adalah proses penentuan
kinerja yang akan memandu aktivitas selanjutnya.
Tujuan yang anda tetapkan haruslah spesifik, baik itu untuk anda sendiri maupun untuk orang
lain. Tujuan yang kabur tidak akan menghasilkan tingkat kinerja terbaik. Hanya dengan
memerinci dengan pasti apa yang hendak dilakukan, maka tingkat kinerja yang tinggi bisa
dicapai. Jika anda hanya meminta karyawan untuk “melakukan yang terbaik”. Maka mereka
tidak punya gambaran yang jelas tentang bagaimana seharusnya bekerja. Menentukan peran uang
dalam motivasi. Uang bukanlah satu-satunya motivasi kenyataanya, kini uang tidak lagi menjadi
motivator utama. Bila dulu uang digunakan oleh manajemen sebagai penyelesaian masalah,
sekarang para karyawan menghendaki lebih sekadar uang, pada tahun 1776, adam smith, seorang
ahli ekonomi, menyatakan bahwa ketertarikan dari pada pemerolehan uang merupakan motivator
utama bagi semua orang kendati sebagai orang masih memegang asumsi, kebanyakan peneliti
sependapat bahwa uang bukan lagi motivator utama.
C. Teori-teori Motivasi &Aplikasi Teori tersebut pada pengelolaan
perusahaan
Teori-teori motivasi :
1. Teori Dua Faktor Hezberg dan penerapan di perusahaan
Frederick Herzberg (Hasibuan, 1990:177) mengemukakan teori motivasi berdasarkan teori dua
faktor yaitu faktor higiene dan motivator. Dia membagi kebutuhan Maslow menjadi dua bagian
yaitu kebutuhan tingkat rendah (fisik, rasa aman, dan sosial) dan kebutuhan tingkat tinggi
(prestise dan aktualisasi diri) serta mengemukakan bahwa cara terbaik untuk memotivasi
individu adalah dengan memenuhi kebutuhan tingkat tingginya. Frederick Herzeberg (Hariyanto:
2001) mengembangkan teori hierarki kebutuhan Maslow menjadi teori dua faktor
tentang motivasi. Dua faktor ini dinamakan faktor pemuas (motivation factor) yang disebut
dengan satisfier atau intrinsic motivationdan faktor pemelihara (maintenance factor) yang
disebut dengan dissatisfier atauestrinci motivation.
Menurut Hezberg, faktor-faktor seperti kebijakan, administrasi perusahaan, dan gaji yang
memadai dalam suatu pekerjaan akan menentramkan karyawan. Bila faktor-faktor ini tidak
memadai maka orang-orang tidak akan terpuaskan (Robbins, 2001:170).
Menurut hasil penelitian Herzberg ada tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam
memotivasi bawahan (Hasibuan, 1990:176) yaitu :
Hal-hal yang mendorong karyawan adalah pekerjaan yang menantang yang mencakup
perasaan berprestasi, bertanggung jawab, kemajuan, dapat menikmati pekerjaan itu
sendiri dan adanya pengakuan atas semua itu
Hal-hal yang mengecewakan karyawan adalah terutama pada faktor yang bersifat embel-
embel saja dalam pekerjaan, peraturan pekerjaan, penerangan, istirahat dan lain-lain
sejenisnya.
Karyawan akan kecewa bila peluang untuk berprestasi terbatas. Mereka akan menjadi
sensitif pada lingkungannya serta mulai mencari-cari kesalahan.
Selanjutnya dapat dipahami bahwa penerapan teori harapan di perusahaan kiranya seorang
manajer (pimpinan) selalu melakukan hal-hal seperti berikut :
- Tentukan tujuan organisasi secara jelas dan tentukan pula kreteria kinerjanya.
- Pimpinan perusahaan (instansi) selalu menyediakan insentif (pendorong kerja) yang
menarik, baik berupa penghargaan dalam bentuk uang maupun penghargaan lain, agar
para karyawan (terutama bawahan) bersedia mencapai tujuan organisasi melalui upaya
mencapai kinerja sesuai dengan kreteria yang telah ditetapkan.
- Pimpinan perusahaan (instansi) secara teratur menjelaskan tentang umpan balik tujuan
perusahaan (instansi), sehingga setiap karyawan mengetahui posisi peranannya dalam
perusahaan (instansi).
- Gunakan cara manajemen partisipatif di mana para karyawan diikutsertakan dalam
pengambilan keputusan tertentu di mana mereka dapat melakukan pekerjaan dengan baik.
- Pertemuan atau berunding dengan karyawan bawahan dilakukan berdasarkan komonikasi
dua arah. Dalam hal ini kedua pihak harus menjadi pendengar yang baik didasari niat
yang baik demi peningkatan kinerja perusahaan (instansi).
- Secara khusus memberikan orientasi pengenalan ruang lingkup kerja kepada karyawan
baru tentang pekerjaan atau tugas yang diinginkan oleh perusahaan (instansi). Hal ini
dipertlukan agar karyawan baru dapat cepat menguasai tugasnya sesuai degan kebutuhan
instansi (perusahaan).
Motivasi dan kepemimpinan merupakan salah satu faktor kunci dalam fungsi pengarahan dan
implementasi dari manajemen organisasi. Motivasi terkait dengan berbagai hal yang mendorong
seseorang untuk menunjukan perilaku tertentu dalam organisasi dan lingkunganya.Terdapat
berbagai pendekatan dalam menjelaskan teori motivasi, di antaranya adalah pendekatan klasik
dan kontemporer. Yang termasuk ke dalam pendekatan klasik mengenai teori motivasi adalah
mencakup pendekatan tradisional, pendekatan relasi manusia, dan pendekatan manajemen
SDM.Yang termasuk ke dalam pendekatan kontemporer mengenai teori motivasi adalah
mencakup pendekatan kebutuhan, pendekatan keseimbangan dan keadilan,pendekatan
pengharapan, pendekatan penguatan, dan pendekatan penyusunan tujuan.Kepemimpinan
adalah aktivitas untuk memengaruhi perilku orang lain agar mereka maudi arahkan
untuk mencapai tujuan organisasi (Thoha, 2015:121).
Dalam praktiknya, kepemimpinan dibedakan dengan manajemen.Kepemimpinan dalam
implementasi rencana memotivasi dan memberikan inspirasi peran pada saat implementasi
adalah memotvasi orang-orang yang teah sepakat bekerjasama untuk melakukan implementasi
dari apa yang telah di bangun sebagai upaya bersama.Terdapat beberapa pendekatan dalam
menjelaskan teori-teori kepemimpinan,antara lain pendekatan personal, pendekatan perilaku, dan
pendekatan kontingens(Fahmi,2016). Selain ketiga pendekatan tersebut di atas, di kenal pula
beberapa pendekatan kontemporer lainya seperti pendekatan substitusi terhadap
kepemimpinan,kepemimpinan karismatik, dan kepemimpinan transformative. Perilaku politis
dapat di lakukan manajer atau seseorang karena dana tujuan tertentu yang ingin di raihnya dalam
organisasi. Pada praktiknya, beberapa perilaku politis ini bisa
berupa inducement,persuasion, creation of obligation, dan coercion. Manajer perlu
mempertimbangkan berbagai perilaku dan tindakannya sekiranya ingin mampu mengendalikan
dan mengelola perilaku-perilaku politis yang di tunjukan para anggotanya.
Motivasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja.Semakin tinggi motivasi
kerja semakin tinggi pula kepuasan kerja pegawai atau anggota organisasi.Sebaiknya pemimpin
harus terus memotivasi para pegawainya agar kepuasan juga menjadi tinggi.Kepuasan kerja
mempengaruhi kinerja, sehingga berdampak pada prestasi yang lebih baik.
E. Pengambilan Keputusan
Pengertian Pengambilan Keputusan Menurut Robbins (2007), pengambilan keputusan adalah
penentuan pilihan di antara dua atau lebih alternatif.
Terry (2003) menyatakan bahwa pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku
dari dua alternatif atau lebih, tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi melalui
pemilihan satu diantara alternatif- alternatif yang memungkinkan.
Menurut Simon (1993) pengambilan keputusan merupakan suatu bentuk pemilihan dari berbagai
alternatif tindakan yang mungkin dipilih, yang prosesnya melalui mekanisme tertentu dengan
harapan akan menghasilkan suatu keputusan yang terbaik.
Siagian (dalam Syamsi, 1995) bahwa pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis
terhadap suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari
alternatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan
tindakan yang paling tepat.
Jadi, dari beberapa pendapat tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan
adalah proses mengidentifikasikan alternatif yang ada yang paling sesuai dengan nilai dan tujuan
individu untuk mendapatkan solusi dari masalah tertentu.
Langkah pengambilan keputusan menurut Mintzberg dan koleganya (dalam Luthans, 2006)
adalah:
1) Tahap identifikasi Ialah pengenalan masalah atau kesempatan muncul dan diagnosis
dibuat. Diketahui bahwa masalah yang berat mendapatkan diagnosis yang ekstensif dan
sistematis, tetapi masalah yang sederhana tidak.
2) Tahap pengembangan Ialah terdapat pencarian prosedur atau solusi standar yang ada atau
mendesain solusi yang baru. Diketahui bahwa proses desain merupakan proses pencarian
d percobaan di mana pembuat keputusan hanya mempunyai ide solusi ideal yang tidak
jelas.
3) Tahap seleksi Ialah pilihan solusi dibuat. Ada tiga cara pembentukan seleksi: dengan
penilain, pembuat keputusan berdasarkan pengalaman atau intuisi bukan analisis
logis,dan dengan tawar-menawar saat seleksi melibatkan kelompok pembuat keputusan
dan semua manuver politik yang ada. Sekali keputusan diterima secara formal, otorisasi
pun kemudian dibuat. Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa tahapan
dalam pengambilan keputusan adalah pemahaman, perancangan, dan pemilihan.
Menurut Engel dkk (1995) ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses pengambilan
keputusan, yaitu:
a) Belajar dan ingatan Belajar merupakan perubahan tingkah laku seseorang yang
bersumber dari adanya pengalaman. Seseorang memperoleh sikap, nilai, selera, perilaku,
kesukaan, makna- makna simbolis melalui belajar. Kebudayaan dan kelas sosial
memberikan pengalaman belajar melalui sekolah, organisasi keagamaan, keluarga dan
teman. Perilaku konsumen dapat dipelajari karena sangat dipengaruhi oleh pengalaman
belajar yang menentukan tindakan dan pengambilan keputusan membeli bagi konsumen.
Seseorang harus mempelajari semua hal yang berkaitan dengan performa, keberadaan,
nilai, pilihan produk, kemudian menyimpan informasi tersebut dalam ingatan.
b) Gaya hidup, Gaya hidup adalah fungsi dari karektaristik seseorang yang telah terbentuk
melalui interaksi sosial. Gaya hidup individu didasari oleh konsep dirinya yaitu sikap
yang dianut seseorang dalam dirinya. Gaya hidup merupakan pendorong dasar yang
mempengaruhi kebutuhan dan sikap individu.
c) Sikap Ada tiga komponen sikap, yaitu kognitif, afektif dan perilaku. Kognitif berarti
keyakinan atau pengetahuan individu terhadap objek. Afektif berarti perasaan atau reaksi
emosional terhadap objek. Sedangkan perilaku merefleksikan tindakan yang tampak dan
pernyataan dari intensi perilaku dengan mempertimbangkan atribut fisik dari suatu objek.
Ketiga komponen sikap akan konsisten satu sama lainnya.
d) Motivasi dan kepribadian Motivasi adalah dorongan yang menggerakkan perilaku dan
memberikan arah serta tujuan bagi perilaku seseorang. Sedangkan motif adalah konstruk
yang menggambarkan kekuatan dalam diri yang tidak dapat diamati, merangsang respon
perilaku dan memberikan arah spesifik terhadap respon tersebut. Ketika motivasi
mengarahkan kekuatan yang mengakibatkan perilaku sesorang memiliki tujuan, maka
kepribadian akan mengarahkan perilaku yang dipilih untuk mencapai tujuan dalam situasi
yang berbeda. Kepribadian berkaitan dengan kualitas pribadi yang bertahan lama, yang
memungkinkan seseorang untuk menyesuaikan diri dan berespon terhadap dunia
sekitarnya.
e) Persepsi Dasar dari pengambilan keputusan adalah adanya informasi. Mengumpulkan
informasi, memprosesnya, dan menyimpan sebagian informasi, serta menambah dan
menggabungkan informasi yang baru dengan yang lama sehingga akan menghasilkan
suatu pemecahan masalah dalam bentuk adanya keputusan. Ada empat langkah utama
dalam menghasilkan informasi yaitu pengenalan (exposure), perhatian (attention),
interpretasi (interpretation) dan ingatan (memory). Informasi tersebut merupakan fakta,
perkiraan, prediksi dan hubungan yang digeneralisasikan dan digunakan konsumen untuk
menggali dan memecahkan masalah. Tahapan 12 pengenalan (exposure), perhatian
(attention), interpretasi (interpretation) dan ingatan (memory) inilah yang membentuk
persepsi seseorang. Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang dapat
mempengaruhi proses pengambilan keputusan adalah belajar dan ingatan, gaya hidup,
sikap, motivasi dan kepribadian, serta persepsi.