INFECTIVE ENDOCARDITIS
OLEH
PEMBIMBING
Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
laporan Case Based Discussion ini dapat terselesaikan. Laporan ini dibuat dalam
rangka mengikuti Kepaniteraan Klinik di SMF Penyakit Dalam, Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar, di Rumah Sakit Umum Bangli.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Gusti Ayu Suryawati, M.Biomed, Sp. JP, selaku pembimbing dalam
Case Based Discussion ini,
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kata
sempurna, karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki.
Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari
para pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infective Endocarditis (IE) adalah penyakit langka, tetapi dampaknya
signifikan. Insiden yang dilaporkan 3-10 kasus per 100.000 pasien per tahun rasio
laki-laki dan perempuan lebih dari 2:1. Kejadian IE meningkat seiring
bertambahnya usia. Meskipun terdapat kecenderungan terhadap diagnosis dini dan
intervensi bedah, angka kematian satu tahun penderita endokarditis belum
membaik dalam lebih dari duadekade terakhir. Infective Endocarditis adalah
kondisi yang kompleks, ditandai dengan heterogenitas baik dalam penyajian
maupun perjalanannya. Dalam beberapa tahun terakhir, mikroorganisme baru telah
muncul dengan dampak meningkatnya insiden, terutama yang mempengaruhi
organ intracardiac. Etiologi endokarditis dengan infeksi yang muncul dari
Staphylococci, bakteri dari kelompok HACEK dan jamur telah menghasilkan
peningkatan frekuensi endokarditis kultur negatif. Dalam banyak kasus,
endokarditis disebabkan oleh Streptococci atau Staphylococci. Dua organisme ini
terutama ditemukan pada endokarditis katup asli dan endokarditis katup prostetik
akhir; sementara Staphylococcus aureus lebih sering ditemukan pada
penyalahgunaan obat intravena dan pada awal endokarditis katup prostetik.
Ekokardiografi, terutama dari pendekatan transesophageal (TEE), telah
secara signifikan meningkatkan evaluasi IE yang memungkinkan untuk mendeteksi
tanda-tanda spesifik dari penyakit sebagai vegetasi, abses, insufisiensi katup,
dehiscence katup prostetik serta fistula jantung. Komplikasi endokarditis dapat
melibatkan struktur jantung ketika infeksi menyebar di dalam jantung, atau luar
jantung ketika penyebabnya biasanya berasal dari embolik; kondisi ini juga
mungkin karena perawatan medis atau kondisi septik itu sendiri. Berbagai
komplikasi dapat terjadi pada sebagian besar pasien. Gagal jantung kongestif
adalah komplikasi paling penting dari endocarditis, yang memiliki dampak terbesar
pada prognosis.
1
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
1. Nama : IWS
2. Tanggal lahir : 31-12-1981
3. Usia : 39 tahun
4. Jenis kelamin : Laki-laki
5. Agama : Hindu
6. Status : Menikah
7. MRS : 15-5-2021
8. Ruang : Mawar
9. No. RM : 302261
2.2 Anamnesis
1. Keluhan Utama: Sesak nafas
2. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang sadar ke IGD RSUD Bangli dengan keluhan sesak nafas
sejak 3 hari SMRS. Sesak dirasakan terus menerus dan semakin memberat.
Sesak nafas dirasakan saat beraktivitas (+). Sesak nafas saat malam hari (+),
pasien tidur menggunakan 3 bantal. Selain itu, pasien juga mengeluhkan
perut membesar sejak kurang lebih 3 bulan, kaki membengkak (+), mual
(+), dan penurunan nafsu makan. Keluhan nyeri dada (-), berdebar (-),
muntah (-), riwayat demam (-).
3. Riwayat Penyakit Dahulu:
a. Riwayat hipertensi : (-)
b. Riwayat kencing manis : (-)
c. Riwayat penyakit jantung : (+)
d. Riwayat asma : (-)
4. Riwayat Penyakit Keluarga:
a. Riwayat hipertensi : (-)
b. Riwayat kencing manis : (-)
2
3
c. Hidung: discharge (-/-), nafas cuping hidung (-), deformitas (-/-), deviasi
septum nasi (-), mukosa hiperemis (-/-).
d. Mulut dan gigi: mukosa pucat (-), sianosis (-), lidah kotor (-), tonsil dan
faring hiperemis (-), mukosa bibir kering (-), sianosis perioral (-), carries
gigi (-).
e. Telinga: discharge (-), kelainan kongenital (-)
f. Leher: Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran kelenjar tiroid
(-), JVP (5+3) cmH2O, deviasi trakea (-)
g. Thorax: Cor
- Inspeksi: Ictus cordis terlihat pada ICS 5 linea axilaris anterior
sinistra.
- Palpasi: Ictus cordis teraba pada ICS 5 linea axilaris anterior
sinistra.
- Perkusi:
Batas kanan jantung : ICS 5 linea sternalis dextra
Batas kiri jantung : ICS 5 linea axilaris anterior sinistra
Batas atas jantung : ICS 2 linea sternalis sinistra
Batas pinggang jantung : ICS 3 linea midclavicula sinistra
- Auskultasi: S1, S2 tunggal reguler, murmur (+) fase sistolik grade
3/6 di ICS 4 linea parasternalis sinistra dan apex jantung.
h. Thorax: Pulmo (depan dan belakang)
- Inspeksi: Normochest, simetris kanan dan kiri, gerakan nafas
tertinggal (-), massa (-), tanda peradangan (-)
- Palpasi: Pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, tidak ada
nyeri tekan
- Perkusi: Sonor diseluruh lapang paru.
- Auskultasi:
Vesikuler Rhonki Wheezing
+ + - - - -
+ + - - - -
+ + - - - -
5
i. Abdomen
- Inspeksi: Abdomen cembung, warna kulit merata
- Auskultasi: Bising usus (+)
- Perkusi:
Redup Timpani Redup
Redup Timpani Redup
Redup Timpani Redup
- Palpasi: Hepar dan lien sulit dinilai
- Pemeriksaan asites: tes undulasi (+)
j. Genitalia: Dalam batas normal
k. Ekstremitas
- Akral hangat
+ +
+ +
- Edema
- -
+ +
(pitting (pitting
edema) edema)
2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan di IGD Penatalaksanaan lanjutan (ruangan)
O2 nasal canule 2-4 lpm O2 nasal canule 2-4 lpm
IVFD NaCl 0,9% 8 tpm IVFD NaCl 0,9% 8 tpm
Pasang DC Drip furosemide 2,5 mg/jam
Drip furosemide mulai 2,5 Asetosal 1×80 mg
mg/kgBB/menit
Asetosal 160 mg Clopidogrel 1×75 mg
Clopidogrel 300 mg Bisoprosol tunda
Bisoprosol tunda Diazepam 1×5 mg
Diazepam 5 mg Laxadin 3×10 cc
9
2.8 Follow Up
1. Kamis, 27 Mei 2021
Keluhan: sulit tidur, bengkak pada kedua kaki, merasa begah pada
perut, sesak (-)
Keadaan umum: lemah
Kesadaran: Composmentis
GCS: E4V5M6
Tanda vital:
a. TD: 108/71 mmHg (MAP: 83,3)
b. N: 89×/menit
c. RR: 20×/menit
d. SpO2: 97% nasal canule
e. Suhu: 36℃
f. CM: 850 cc; CK: 1600 cc
Pemeriksaan Fisik:
a. Kepala: normocephali
b. Mata: anemis (-/-), ikterik (-/-), reflek pupil (+) isokor, edema
palpebral (-).
c. Hidung: discharge (-/-), nafas cuping hidung (-), deformitas (-/-),
deviasi septum nasi (-), mukosa hiperemis (-/-).
10
d. Mulut dan gigi: mukosa pucat (-), sianosis (-), lidah kotor (-),
tonsil dan faring hiperemis (-), mukosa bibir kering (-), sianosis
perioral (-), carries gigi (-).
e. Telinga: discharge (-), kelainan kongenital (-)
f. Leher: Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran
kelenjar tiroid (-), JVP (5+3) cmH2O, deviasi trakea (-)
g. Thorax: Cor
- Inspeksi: Ictus cordis terlihat pada ICS 5 linea axilaris anterior
sinistra.
- Palpasi: Ictus cordis teraba pada ICS 5 linea axilaris anterior
sinistra.
- Perkusi:
Batas kanan jantung : ICS 5 linea sternalis dextra
Batas kiri jantung : ICS 5 linea axilaris anterior sinistra
Batas atas jantung : ICS 2 linea sternalis sinistra
Batas pinggang jantung : ICS 3 linea midclavicula sinistra
- Auskultasi: S1, S2 tunggal reguler, murmur (+) fase sistolik
grade 3/6 di ICS 4 linea parasternalis sinistra dan apex jantung.
h. Thorax: Pulmo
- Inspeksi: Normochest, simetris kanan dan kiri, gerakan nafas
tertinggal (-), massa (-), tanda peradangan (-)
- Palpasi: Pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, tidak
ada nyeri tekan
- Perkusi: Sonor diseluruh lapang paru.
- Auskultasi:
Vesikuler Rhonki Wheezing
+ + - - - -
+ + - - - -
+ + - - - -
i. Abdomen
- Inspeksi: Abdomen cembung, warna kulit merata
11
Pemeriksaan Penunjang:
a. Pemeriksaan hematologi (19 Mei 2021)
Jenis Hasil Nilai rujukan Keterangan
Pemeriksaan
PT 20.9 detik 11.4-14.4 Tinggi
INR 1.87 detik 0.8-1.2 Tinggi
APTT 47.6 detik 25.9-39.5 Tinggi
- Gelombang T: normal
- Interval QT: 0,2 detik
- Gelombang U: tidak ada
- Kesan: sinus rhytm, normoaxis, p inversi lead V1-V2
menunjukkan lokasi infark di septal
Diagnosis:
a. Possible infektif endocarditis
b. TR Severe
c. AR Severe
d. PH
e. Sec (+) RA, RV
Terapi:
a. IVFD NaCl 0,9% 8 tpm
b. O2 nasal canule 2 lpm
c. Drip furosemide 5 mg/jam
d. Bisoprolol 1×2,5 mg
e. Curcuma 2×3
f. Laxadin 3×10 cc
g. ISDN 5 mg klp nyeri dada
h. Spironolakton 1×25 mg
i. Paracetamol 3×650 mg klp
j. Asam folat 1×400 mg
k. Alprazolam 0-0-0,25 mg (PO)
l. Ampicillin 4×3 gr/hari (tiap 6 jam) hari ke-4 s/d 14 hari
m. Gentamicin 3 mg/kgbb/hari (tiap 24 jam) hari ke-4 s/d 14 hari
n. Warfarin 0-0-2 mg (tiap 2 hari)
15
Monitoring:
a. TTV
b. CMCK
c. Keluhan dan tanda-tanda perdarahan
Planning:
a. Kultur darah
b. Hapusan darah tepi
c. EKG tiap hari
d. Mulut dan gigi: mukosa pucat (-), sianosis (-), lidah kotor (-),
tonsil dan faring hiperemis (-), mukosa bibir kering (-), sianosis
perioral (-), carries gigi (-).
e. Telinga: discharge (-), kelainan kongenital (-)
f. Leher: Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran
kelenjar tiroid (-), JVP (5+3) cmH2O, deviasi trakea (-)
g. Thorax: Cor
- Inspeksi: Ictus cordis terlihat pada ICS 5 linea axilaris anterior
sinistra.
- Palpasi: Ictus cordis teraba pada ICS 5 linea axilaris anterior
sinistra.
- Perkusi:
Batas kanan jantung : ICS 5 linea sternalis dextra
Batas kiri jantung : ICS 5 linea axilaris anterior sinistra
Batas atas jantung : ICS 2 linea sternalis sinistra
Batas pinggang jantung : ICS 3 linea midclavicula sinistra
- Auskultasi: S1, S2 tunggal reguler, murmur (+) fase sistolik
grade 3/6 di ICS 4 linea parasternalis sinistra dan apex jantung.
h. Thorax: Pulmo
- Inspeksi: Normochest, simetris kanan dan kiri, gerakan nafas
tertinggal (-), massa (-), tanda peradangan (-)
- Palpasi: Pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, tidak
ada nyeri tekan
- Perkusi: Sonor diseluruh lapang paru.
- Auskultasi:
Vesikuler Rhonki Wheezing
+ + - - - -
+ + - - - -
+ + - - - -
i. Abdomen
- Inspeksi: Abdomen cembung, warna kulit merata
17
Diagnosis:
a. Possible infektif endocarditis
b. TR Severe
c. AR Severe
d. PH
e. Sec (+) RA, RV
f. CHF NYHA III
Terapi:
a. IVFD NaCl 0,9% 8 tpm
b. O2 nasal canule 4 lpm
c. Drip furosemide 7,5 mg/jam
d. Bisoprolol 1×2,5 mg
e. Curcuma 3×1
f. Laxadin 3×10 cc
g. ISDN 5 mg klp nyeri dada
18
h. Spironolakton 1×50 mg
i. Paracetamol 650 mg klp
j. Asam folat 1×400 mg
k. Alprazolam 0-0-0,5 mg (PO)
l. Ampicillin 4×3 gr/hari (tiap 6 jam) hari ke-5 s/d 14 hari
m. Gentamicin 3 mg/kgbb/hari (tiap 24 jam) hari ke-5 s/d 14 hari
n. Warfarin 0-0-2 mg (tiap 2 hari)
o. Drip dobutamin 5-20 mcg/kgBB/menit bila MAP <65 mmHg
Monitoring:
a. TTV
b. CMCK
c. Keluhan dan tanda—tanda perdarahan
Planning:
a. Kultur darah
b. EKG tiap hari
- Auskultasi:
Vesikuler Rhonki Wheezing
+ + - - - -
+ + - - - -
+ + - - - -
i. Abdomen
- Inspeksi: Abdomen cembung, warna kulit merata
- Auskultasi: Bising usus (+)
- Perkusi:
Redup Timpani Redup
Redup Timpani Redup
Redup Timpani Redup
- Palpasi: Distensi (+), nyeri tekan (-), hepar dan lien sulit dinilai
- Pemeriksaan asites: tes undulasi (+)
j. Ekstremitas
- Akral hangat
+ +
+ +
- Edema
- -
+ +
(pitting (pitting
edema) edema)
Pemeriksaan Penunjang:
a. Pemeriksaan laboratorium (29 Mei 2021)
Jenis Hasil Nilai rujukan Keterangan
Pemeriksaan
Fungsi Ginjal
Creatinine 0.92 mg/dL 0.6-1.1 Normal
Urea UV 29 mg/dL 10-50 Tinggi
Diagnosis:
a. Possible infektif endocarditis
b. TR Severe
21
c. AR Severe
d. CHF NYHA III
e. PH
f. Sec (+) RA, RV
Terapi:
a. IVFD NaCl 0,9% 8 tpm
b. O2 nasal canule 4 lpm
c. Drip furosemide 10 mg/jam
d. Bisoprolol 1×2,5 mg
e. Curcuma 3×1
f. Laxadin 3×10 cc
g. ISDN 5 mg klp nyeri dada
h. Spironolakton 1×50 mg
i. Paracetamol 650 mg klp
j. Asam folat 1×400 mg
k. Alprazolam 0-0-0,5 mg (PO)
l. Ampicillin 4×3 gr/hari (tiap 6 jam) hari ke-6 s/d 14 hari
m. Gentamicin 3 mg/kgbb/hari (tiap 24 jam) hari ke-6 s/d 14 hari
n. Warfarin 0-0-2 mg (tiap 2 hari)
Monitoring:
a. TTV
b. CMCK
c. INR: 1,87
d. Keluhan dan tanda-tanda perdarahan
Planning:
a. Kultur darah
b. EKG tiap hari
22
- Edema
- -
+ +
(pitting (pitting
edema) edema)
Diagnosis:
a. Possible infektif endocarditis
b. TR Severe
c. CHF NYHA III
d. PH
e. Sec (+) RA
Terapi:
a. IVFD NaCl 0,9% 8 tpm
b. O2 nasal canule 4 lpm
c. Drip furosemide 15 mg/jam
d. Bisoprolol 1×2,5 mg
e. Curcuma 3×1
f. Laxadin 3×10 cc
g. ISDN 5 mg klp nyeri dada
h. Spironolakton 1×50 mg
i. Paracetamol 650 mg klp
j. Asam folat 1×400 mg
k. Alprazolam 0-0-0,5 mg (PO)
l. Ampicillin 4×3 gr/hari (tiap 6 jam) hari ke-8 s/d 14 hari
m. Gentamicin 3 mg/kgbb/hari (tiap 24 jam) hari ke-8 s/d 14 hari
n. Warfarin 0-0-2 mg (tiap 2 hari)
Monitoring:
a. TTV
25
b. CMCK
c. INR: 1,87
d. Keluhan dan tanda-tanda perdarahan
Planning:
a. Kultur darah
b. BUN, SC tiap 5 hari
c. EKG klp
d. Mulut dan gigi: mukosa pucat (-), sianosis (-), lidah kotor (-),
tonsil dan faring hiperemis (-), mukosa bibir kering (-), sianosis
perioral (-), carries gigi (-).
e. Telinga: discharge (-), kelainan kongenital (-)
f. Leher: Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran
kelenjar tiroid (-), JVP (5+3) cmH2O, deviasi trakea (-)
g. Thorax: Cor
- Inspeksi: Ictus cordis terlihat pada ICS 5 linea axilaris anterior
sinistra.
- Palpasi: Ictus cordis teraba pada ICS 5 linea axilaris anterior
sinistra.
- Perkusi:
Batas kanan jantung : ICS 5 linea sternalis dextra
Batas kiri jantung : ICS 5 linea axilaris anterior sinistra
Batas atas jantung : ICS 2 linea sternalis sinistra
Batas pinggang jantung : ICS 3 linea midclavicula sinistra
- Auskultasi: S1, S2 tunggal reguler, murmur (+) fase sistolik
grade 3/6 di ICS 4 linea parasternalis sinistra dan apex jantung.
h. Thorax: Pulmo
- Inspeksi: Normochest, simetris kanan dan kiri, gerakan nafas
tertinggal (-), massa (-), tanda peradangan (-)
- Palpasi: Pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, tidak
ada nyeri tekan
- Perkusi: Sonor diseluruh lapang paru.
- Auskultasi:
Vesikuler Rhonki Wheezing
+ + - - - -
+ + - - - -
+ + - - - -
i. Abdomen
- Inspeksi: Abdomen cembung, warna kulit merata
27
Diagnosis:
a. Possible infektif endocarditis
b. TR Severe
c. CHF NYHA III
d. PH
e. Sec (+) RA, RV
Terapi:
a. IVFD NaCl 0,9% 8 tpm
b. O2 nasal canule 4 lpm
c. Drip furosemide 15 mg/jam
d. Bisoprolol 1×2,5 mg
e. Curcuma 1×1
f. Laxadin 3×10 cc
g. ISDN 5 mg klp nyeri dada
h. Spironolakton 1×100 mg
28
Monitoring:
a. TTV
b. CMCK
c. INR: 1,66
d. Keluhan dan tanda-tanda perdarahan
Planning:
a. Kultur darah
b. BUN, SC tiap 5 hari 4 Juni 2021
c. EKG klp
d. INR
c. RR: 20×/menit
d. SpO2: 95% udara ruang
e. Suhu: 36℃
f. CM: 600 cc; CK: 700 cc
Pemeriksaan Fisik:
a. Kepala: normocephali
b. Mata: anemis (-/-), ikterik (-/-), reflek pupil (+) isokor, edema
palpebral (-/+).
c. Hidung: discharge (-/-), nafas cuping hidung (-), deformitas (-/-),
deviasi septum nasi (-), mukosa hiperemis (-/-).
d. Mulut dan gigi: mukosa pucat (-), sianosis (-), lidah kotor (-),
tonsil dan faring hiperemis (-), mukosa bibir kering (-), sianosis
perioral (-), carries gigi (-).
e. Telinga: discharge (-), kelainan kongenital (-)
f. Leher: Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran
kelenjar tiroid (-), JVP (5+3) cmH2O, deviasi trakea (-)
g. Thorax: Cor
- Inspeksi: Ictus cordis terlihat pada ICS 5 linea axilaris anterior
sinistra.
- Palpasi: Ictus cordis teraba pada ICS 5 linea axilaris anterior
sinistra.
- Perkusi:
Batas kanan jantung : ICS 5 linea sternalis dextra
Batas kiri jantung : ICS 5 linea axilaris anterior sinistra
Batas atas jantung : ICS 2 linea sternalis sinistra
Batas pinggang jantung : ICS 3 linea midclavicula sinistra
- Auskultasi: S1, S2 tunggal reguler, murmur (+) fase sistolik
grade 3/6 di ICS 4 linea parasternalis sinistra dan apex jantung.
h. Thorax: Pulmo
30
Pemeriksaan Penunjang:
a. Pemeriksaan laboratorium
Jenis Hasil Nilai rujukan Keterangan
Pemeriksaan
Hematologi (2 Juni 2021; 11.25 WITA)
PT 19.2 Tinggi
31
Diagnosis:
a. Possible infektif endocarditis
b. TR Severe
c. CHF NYHA III
d. PH
e. Sec (+) RA, RV
Terapi:
a. IVFD NaCl 0,9% 8 tpm
b. O2 nasal canule 4 lpm
c. Drip furosemide 10 mg/jam
d. Bisoprolol 1×2,5 mg
e. Curcuma 1×1
f. Laxadin 3×10 cc
g. Ramipril 1×2,5 mg
h. ISDN 5 mg klp nyeri dada
i. Spironolakton 1×100 mg
j. Paracetamol 650 mg klp
k. Asam folat 1×400 mg
l. Alprazolam 0-0-0,5 mg (PO)
m. Ampicillin 4×3 gr/hari (tiap 6 jam) hari ke-11 s/d 14 hari
n. Gentamicin 3 mg/kgbb/hari (tiap 24 jam) hari ke-11 s/d 14
hari
o. Warfarin 0-0-2 mg (tiap 2 hari)
32
Monitoring:
a. TTV
b. CMCK
c. INR: 1,66
d. Keluhan dan tanda-tanda perdarahan
Planning:
a. Kultur darah
b. BUN, SC tiap 5 hari 4 Juni 2021
c. EKG klp
d. Analisa elektrolit
b. Mata: anemis (-/-), ikterik (-/-), reflek pupil (+) isokor, edema
palpebral (-/+).
c. Hidung: discharge (-/-), nafas cuping hidung (-), deformitas (-/-),
deviasi septum nasi (-), mukosa hiperemis (-/-).
d. Mulut dan gigi: mukosa pucat (-), sianosis (-), lidah kotor (-),
tonsil dan faring hiperemis (-), mukosa bibir kering (-), sianosis
perioral (-), carries gigi (-).
e. Telinga: discharge (-), kelainan kongenital (-)
f. Leher: Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran
kelenjar tiroid (-), JVP (5+3) cmH2O, deviasi trakea (-)
g. Thorax: Cor
- Inspeksi: Ictus cordis terlihat pada ICS 5 linea axilaris anterior
sinistra.
- Palpasi: Ictus cordis teraba pada ICS 5 linea axilaris anterior
sinistra.
- Perkusi:
Batas kanan jantung : ICS 5 linea sternalis dextra
Batas kiri jantung : ICS 5 linea axilaris anterior sinistra
Batas atas jantung : ICS 2 linea sternalis sinistra
Batas pinggang jantung : ICS 3 linea midclavicula sinistra
- Auskultasi: S1, S2 tunggal reguler, murmur (+) fase sistolik
grade 3/6 di ICS 4 linea parasternalis sinistra dan apex jantung.
h. Thorax: Pulmo
- Inspeksi: Normochest, simetris kanan dan kiri, gerakan nafas
tertinggal (-), massa (-), tanda peradangan (-)
- Palpasi: Pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, tidak
ada nyeri tekan
- Perkusi: Sonor diseluruh lapang paru.
34
- Auskultasi:
Vesikuler Rhonki Wheezing
+ + - - - -
+ + - - - -
+ + - - - -
i. Abdomen
- Inspeksi: Abdomen cembung, warna kulit merata
- Auskultasi: Bising usus (+)
- Perkusi:
Redup Timpani Redup
Redup Timpani Redup
Redup Timpani Redup
- Palpasi: Distensi (+), nyeri tekan (-), hepar dan lien sulit dinilai
- Pemeriksaan asites: tes undulasi (+)
j. Ekstremitas
- Akral hangat
+ +
+ +
- Edema
- -
+ +
(pitting (pitting
edema) edema)
Pemeriksaan Penunjang:
a. Pemeriksaan laboratorium
Jenis Hasil Nilai rujukan Keterangan
Pemeriksaan
Analisa elektrolit (3 Juni 2021; 12.16 WITA)
Kalium (K) 3.75 3.5-5.5 Normal
Natrium (Na) 134.3 136-145 Rendah
Chloride (Na) 92.0 96-108 Rendah
Diagnosis:
a. Possible infektif endocarditis
35
b. TR Severe
c. CHF NYHA III
d. PH
e. Sec (+) RA, RV
f. AKI dd ACKD (GFR 83 mL/menit)
Terapi:
a. IVFD NaCl 0,9% 8 tpm
b. O2 nasal canule 4 lpm
c. Furosemide 3×40 mg (IV)
d. Bisoprolol 1×2,5 mg
e. Curcuma 2×1
f. Laxadin 3×10 cc
g. Ramipril 1×2,5 mg
h. ISDN 5 mg klp nyeri dada
i. Spironolakton 1×100 mg
j. Paracetamol 650 mg klp
k. Asam folat 1×1 mg
l. Alprazolam 0-0-0,5 mg (PO)
m. Ampicillin 4×3 gr/hari (tiap 6 jam) hari ke-12 s/d 14 hari
n. Gentamicin 3 mg/kgbb/hari (tiap 24 jam) hari ke-12 s/d 14
hari
o. Warfarin 0-0-2 mg (tiap 2 hari)
Monitoring:
a. TTV
b. CMCK
c. INR: 1,66
d. Keluhan dan tanda-tanda perdarahan
e. BUN: 50
36
f. CR: 1,27
Planning:
a. Kultur darah 7 Juni 2021
b. Echocardiografi 7 Juni 2021
c. EKG klp
- Perkusi:
Redup Timpani Redup
Redup Timpani Redup
Redup Timpani Redup
- Palpasi: Distensi (+), nyeri tekan (-), hepar dan lien sulit dinilai
- Pemeriksaan asites: tes undulasi (+)
j. Ekstremitas
- Akral hangat
+ +
+ +
- Edema
- -
+ +
(pitting (pitting
edema) edema)
Diagnosis:
a. Possible infektif endocarditis
b. TR Severe
c. CHF NYHA III
d. PH
e. Sec (+) RA, RV
f. AKI dd ACKD (GFR 83 mL/menit)
Terapi:
a. IVFD NaCl 0,9% 8 tpm
b. O2 nasal canule 4 lpm
c. Furosemide 3×40 mg (IV)
d. Bisoprolol 1×2,5 mg
e. Curcuma 2×1
f. Laxadin 3×10 cc
g. Ramipril 1×2,5 mg
h. ISDN 5 mg klp nyeri dada
39
i. Spironolakton 1×100 mg
j. Paracetamol 650 mg klp
k. Asam folat 1×1 mg
l. Alprazolam 0-0-0,5 mg (PO)
m. Ampicillin 4×3 gr/hari (tiap 6 jam) hari ke-13 s/d 14 hari
n. Gentamicin 3 mg/kgbb/hari (tiap 24 jam) hari ke-13 s/d 14
hari
o. Warfarin 0-0-2 mg (tiap 2 hari)
p. Drip dobutamin 5-20 mcg/kgbb/menit bila MAP <65 mmHg
Monitoring:
a. TTV
b. CMCK
c. INR: 1,66
d. Keluhan dan tanda-tanda perdarahan
Planning:
a. Kultur darah 7 Juni 2021
b. Echocardiografi 7 Juni 2021
c. BUN, SC tiap 5 hari 8 Juni 2021
d. EKG klp
h. Thorax: Pulmo
- Inspeksi: Normochest, simetris kanan dan kiri, gerakan nafas
tertinggal (-), massa (-), tanda peradangan (-)
- Palpasi: Pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, tidak
ada nyeri tekan
- Perkusi: Sonor diseluruh lapang paru.
- Auskultasi:
Vesikuler Rhonki Wheezing
+ + - - - -
+ + - - - -
+ + - - - -
i. Abdomen
- Inspeksi: Abdomen cembung, warna kulit merata
- Auskultasi: Bising usus (+)
- Perkusi:
Redup Timpani Redup
Redup Timpani Redup
Redup Timpani Redup
- Palpasi: Distensi (+), nyeri tekan (-), hepar dan lien sulit dinilai
- Pemeriksaan asites: tes undulasi (+)
j. Ekstremitas
- Akral hangat
+ +
+ +
- Edema
- -
+ +
(pitting (pitting
edema) edema)
Pemeriksaan Penunjang
a. Kultur darah: Steril (tidak terdapat pertumbuhan bakteri pada
media kultur
b. Echocardiografi
42
Diagnosis:
a. Possible infektif endocarditis
b. TR Severe
c. CHF
d. PH
e. Sec (+) RA, RV
f. AKI dd ACKD (GFR 83 mL/menit)
Terapi:
a. IVFD NaCl 0,9% 8 tpm
b. O2 nasal canule 4 lpm
43
Monitoring:
a. TTV
b. CMCK
c. INR: 1,66
d. Keluhan dan tanda-tanda perdarahan
Planning:
a. BUN, SC tiap 5 hari 8 Juni 2021
b. EKG klp
c. Ref = PJT
44
- Edema
- -
+ +
(pitting (pitting
edema) edema)
Pemeriksaan Penunjang:
a. Pemeriksaan laboratorium
Creatinine 1,88 (tinggi)
Urea UV 122 (tinggi)
b. EKG (08 Juni 2021)
Diagnosis:
a. Possible infektif endocarditis
b. TR Severe
47
Terapi:
a. IVFD NaCl 0,9% 8 tpm
b. O2 nasal canule 4 lpm
c. Furosemide 3×40 mg (IV)
d. Bisoprolol 1×2,5 mg
e. Curcuma 2×1
f. Laxadin 3×10 cc
g. Ramipril 1×2,5 mg
h. ISDN 5 mg klp nyeri dada
i. Spironolakton 1×100 mg
j. Asam folat 1×1 mg
k. Alprazolam 0-0-0,5 mg (PO)
l. Ampicillin 4×3 gr/hari (tiap 6 jam) hari ke-15
m. Gentamicin 3 mg/kgbb/hari (tiap 24 jam) hari ke-15
n. Warfarin 0-0-2 mg (tiap 2 hari)
Monitoring:
a. TTV
b. CMCK
c. INR: 1,66
d. Keluhan dan tanda-tanda perdarahan
Planning:
a. EKG klp
b. Reft RSUP Sanglah
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Infective Endocarditis (IE)
1. Definisi
Infective endocarditis (IE) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
mikroorganisme pada permukaan endokardium jantung. Infeksi paling
banyak mengenai katup jantung (baik katup asli maupun prostetik), namun
dapat juga mengenai daerah septum dan mural endocardium. Lesi khas berupa
vegetasi yang terdiri dari kumpulan platelet, fibrin, sel-sel inflamasi, dan
bakteri (Willim, 2020).
2. Etiologi
Sebagian besar kasus IE disebabkan oleh infeksi bakteri gram positif.
Staphylococcus aureus adalah penyebab tersering IE (25-30% kasus),
terutama pada pengguna katup prostetik, alat jantung implan, penyalahguna
obat intravena, dan imunosupresi. Mikroorganisme penyebab lain meliputi
Streptococcus oral (grup viridans) (20-25%), Staphylococcus koagulase
negatif (11%), Enterococcus faecalis (10%), dan bakteri gram negatif (5%)
meliputi grup HACEK (Haemophilus, Aggregatibacter, Cardiobacterium,
Eikenella, dan Kingella), Enterobacteriaceae, dan basil gram negatif non-
fermentasi. Hasil kultur darah negatif dapat ditemukan pada 2-20% kasus
endokarditis, berkaitan dengan penggunaan antibiotik sebelum pemeriksaan
kultur darah dan mikroorganisme tertentu yang tumbuh lambat atau sulit
terdeteksi seperti Brucella, Coxiella burnetii, Bartonella, Legionella,
Tropheryma whipplei, dan jamur (Candida dan Aspergillus) (Willim, 2020).
3. Patofisiologi
Tahap awal perkembangan IE adalah adanya jejas endotel. Mekanisme
penyebab jejas endotel yang tersering adalah turbulensi aliran darah akibat
abnormalitas intrakardiak kongenital atau didapat. Daerah jejas tersering yaitu
permukaan atrium katup atrioventrikular dan permukaan ventrikel katup
semilunar. Penggunaan kateter intravaskular atau alat tertentu dapat
menyebabkan abrasi langsung pada endotel. Pada penyalahgunaan obat
48
49
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis IE sangat beragam. Demam tinggi ditemukan pada
80-90% kasus. IE perlu dicurigai pada setiap pasien dengan demam tinggi
yang tidak diketahui penyebabnya dan memiliki faktor risiko. Onset IE dapat
akut ataupun subakut. IE akut biasanya disebabkan Staphylococcus aureus,
bermanifestasi parah seperti demam tinggi, menggigil, gagal jantung
kongestif yang cepat akibat insufisiensi akut katup jantung kiri. IE subakut
biasanya disebabkan Streptococcus viridans atau Staphylococcus koagulase
negatif, dapat bermanifestasi non-spesifik seperti demam, lelah, dispnea,
anoreksia, atau penurunan berat badan selama beberapa minggu-bulan
(Willim, 2020).
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan murmur regurgitasi baru (48%
kasus) atau perburukan murmur yang sudah ada sebelumnya (20% kasus).
Temuan klinis lainnya berupa: hematuria, splenomegali, perdarahan
konjungtiva, petekie, Roth spots (perdarahan retina), Janeway lesions (makula
eritema yang tidak nyeri di telapak tangan/ kaki), Osler nodes (nodul eritema
yang nyeri di jari tangan/kaki), dan splinter hemorrhages (perdarahan linear
di bantalan kuku) (Gambar 2) (Willim, 2020).
Komplikasi serebral merupakan komplikasi emboli ekstrakardiak
terberat dan tersering (terjadi pada 15-20% pasien), meliputi stroke iskemik
atau hemoragik, transient ischemic attack (TIA), aneurisma mikotik, abses
otak, dan meningitis. Komplikasi lain meliputi emboli paru septik (pada
endokarditis jantung kanan), oklusi arteri perifer akut, dan gagal ginjal
(Willim, 2020).
51
5. Diagnosis
Diagnosis IE membutuhkan temuan klinis, mikrobiologis, dan
pencitraan. Berdasarkan modifikasi kriteria Duke, IE diklasifikasikan menjadi
3 kategori, yaitu: definitif IE (definite), kemungkinan EI (possible), dan bukan
IE (rejected) (Tabel 1). Diagnosis definitif EI ditegakkan apabila terdapat 2
kriteria mayor, atau 1 kriteria mayor dan 3 kriteria minor, atau 5 kriteria minor
(Tabel 2) (ESC Guideline, 2015).
Tabel 1. Definisi IE berdasarkan midifikasi kriteria Duke
Definitif IE
Kriteria Patologis
Mikroorganisme pada pemeriksaan kultur atau histologi pada vegetasi,
vegetasi yang mengalami embolisasi, atau abses intrakardiak, atau
Lesi patologis vegetasi atau abses intrakardiak yang terkonfirmasi dengan
pemeriksaan histologi menunjukkan endokarditis aktif
Kriteria Klinis
2 kriteria mayor, atau
1 kriteria mayor dan 3 kriteria minor, atau
5 kriteria minor
Possible IE
1 kriteria mayor dan 1 kriteria minor, atau
3 kriteria minor
Rejected IE
Diagnosis alternatif lebih meyakinkan, atau
Resolusi gejala kecurigaan EI setelah terapi antibiotik ≤4 hari, atau
Tidak ada bukti patologis EI pada pembedahan atau otopsi dengan terapi
antibiotik ≤4 hari, atau
Tidak memenuhi kriteria kemungkinan EI seperti di atas
52
dijumpai pada sebagian kasus, akibat terapi antibiotik sebelum kultur dan
mikroorganisme tertentu yang sulit tumbuh atau membutuhkan media spesifik
seperti Coxiella, Bartonella, Brucella, grup HACEK, dan jamur. Pemeriksaan
lanjutan seperti tes serologis atau polymerase chain reaction dari darah atau
spesimen katup dapat dilakukan pada kasus kultur darah negative (ESC
Guideline, 2015; Willim, 2020).
Pemeriksaan EKG tidak memberikan gambaran spesifik, tetapi dapat
mengevaluasi komplikasi seperti gangguan konduksi (akibat perluasan
infeksi) dan iskemi (akibat emboli sirkulasi koroner).
Pencitraan Echocardiografi merupakan modalitas pencitraan terpenting
untuk diagnosis IE. Echocardiografi dapat menemukan vegetasi, abses,
fistula, perforasi katup, regurgitasi katup, dan dehisensi katup prostetik.
Echocardiografi transtorakal dapat menjadi pemeriksaan awal pada semua
kasus kecurigaan IE. Apabila hasil ekokardiografi transtorakal negatif tetapi
kecurigaan klinis IE sangat tinggi atau kasus katup prostetik, harus dilakukan
echocardiografi transesofageal karena memiliki visualisasi lebih baik
(Gambar 3) (Willim, 2020).
Pemeriksaan computed tomography (CT) kardiak dapat menjadi
modalitas tambahan apabila echocardiografi tidak memberikan gambaran
anatomi yang jelas. CT kardiak dapat menggambarkan anatomi paravalvular
dan komplikasi (misalnya abses paravalvular, aneurisma mikotik) dengan
jelas. Pemeriksaan 18F-fluorodeoxyglucose positron emission
tomography/computed tomography (18F-FDG-PET/CT) dapat mendeteksi
fokus infeksi dan emboli perifer (Willim, 2020).
54
6. Tatalaksana
Tatalaksana EI membutuhkan tim multidisiplin terintegrasi, meliputi
spesialisasi kardiologi, bedah jantung, penyakit infeksi, mikrobiologi,
neurologi, nefrologi, radiologi, dan lainnya. Keberhasilan terapi bergantung
pada eradikasi mikroorganisme penyebab yang membutuhkan terapi
antibiotik bakterisidal intravena jangka panjang, dalam bentuk kombinasi.
Terapi antibiotik disesuaikan dengan mikroorganisme penyebab, sensitivitas
antibiotik, dan keterlibatan katup (asli atau prostetik). Terapi empiris
diberikan sambil menunggu hasil kultur darah. Pembedahan dini untuk
membuang jaringan terinfeksi dan penggantian katup dipertimbangkan pada
kasus infeksi persisten atau komplikasi yang buruk.
a. Terapi Empiris. Antibiotik empiris dapat diberikan setelah pengambilan
kultur darah. Pada pasien dengan klinis stabil, antibiotik dapat ditunda
menunggu hasil kultur darah. Regimen antibiotik empiris untuk IE dapat
mengikuti panduan European Society of Cardiology (ESC) 2015 (Tabel
3) (Willim, 2020).
55
dengan
Gentamisin 3 mg/kg/hari IV atau IM dalam 1 dosis 2
atau
Netilmisin 4-5 mg/kg/hari IV dalam 1 dosis 2
Pasien alergi beta lactam
Vankomisin 30 mg/kg/hari IV dalam 2 dosis 4a
Strain resisten penisilin
Terapi standar
Penisilin G 24 juta U/hari IV dalam 4-6 dosis atau kontinu 4a
atau
Amoksisilin 200 mg/kg/hari IV dalam 4-6 dosis 4a
atau
Seftriakson 2 g/hari IV atau IM dalam 1 dosis 4a
dengan
Gentamisin 3 mg/kg/hari IV atau IM dalam 1 dosis 2a
Pasien alergi beta lactam
Vankomisin 30 mg/kg/hari IV dalam 2 dosis 4a
dengan
Gentamisin 3 mg/kg/hari IV atau IM dalam 1 dosis 2a
Keterangan: aTerapi 6 minggu pada pasien endokarditis katup prostetik,
b
Hanya pada endokarditis katup asli tanpa komplikasi
- Mitral regurgitasi
Mitral regurgitasi adalah suatu keadaan ketidakmampuan katup
mitral menutup dengan sempurna sehingga menyebabkan aliran darah
balik dari ventrikel kiri ke atrium kiri pada fase sistolik. Etiologi mitral
regurgitasi berkaitan dengan klinisnya akut atau kronik. Mitral
regurgitasi akut terbagi menjadi 3 penyebab, yaitu mitral regurgitasi
primer akut non iskemik, mitral regurgitasi karena iskemia akut, dan
mitral regurgitasi akut pada kardiomiopati. Sedangkan mitral
regurgitasi kronik dapat terjadi pada penyakit jantung rematik,
perforasi katup atau rupture chorda (Smer et al., 2020).
Tabel 10. Derajat keparahan mitral regurgitasi
Derajat Fraksi Regurgitasi Luas
regurgitasi volume atrium kiri
Ringan <30% <30 ml <20%
Sedang 30-50% 30-60 ml 20-40%
Berat >50% >60 ml >40%
62
perfusi yang buruk pada sirkulasi splanchnic, edema usus, dan mual yang
disebabkan oleh kongesti hepar (Malik et al., 2021).
4. Klasifikasi
Klasifikasi gagal jantung dapat dijabarkan melalui dua kategori yaitu
kelainan structural jantung atau berdasarkan gejala yang berkaitan dengan
kapasitas fungsional dari New York Heart Association (NYHA) (PERKI,
2020).
Tabel 10. Klasifikasi Gagal Jantung
Berdasarkan kelainan struktural Berdasarkan kapasitas fungsional
jantung (NYHA)
Stadium A Kelas I
Memiliki risiko tinggi untuk berkembang Tidak ada batasan aktivitas fisik. Aktivitas
menjadi gagal jantung. Tidak terdapat fisik sehari-hari tidak menimbulkan
gangguan struktural atau fugsional kelelahan, berdebar atau sesak nafas.
jantung, dan juga tidak tampak tanda atau
gejala.
Stadium B Kelas II
Telah terbentuk kelainan pada struktur Terdapat batasan aktivitas ringan. Tidak
jantung yang berhubungan dengan terdapat keluhan saat istrahat, namun
perkembangan gagal jantung tapi tidak aktivitas fisik sehari-hari menimbulkan
terdapat tanda atau gejala. kelelahan, berdebar atau sesak nafas.
Stadium C Kelas III
Gagal jantung yang simtomatik Terdapat batasan aktivitas yang bermakna.
berhubungan dengan penyakit struktural Tidak terdapat keluhan saat istrahat,
jantung yang mendasari. namun aktivitas fisik ringan menyebabkan
kelelahan, berdebar atau sesak nafas.
Stadium D Kelas IV
Penyakit jantung struktural lanjut serta Tidak dapat melakukan aktivitas fisik
gejala gagal jantung yang sangat bermakna tanpa keluhan. Terdapat gejala saat
muncul saat istrahat walaupun sudah istrahat. Keluhan meningkat saat
mendapat terapi farmakologi maksimal melakukan aktivitas.
(refrakter).
5. Diagnosis
Diagnosis gagal jantung dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang (foto toraks, EKG, echocardiografi,
pemeriksaan laboratorium rutin, pemeriksaan biomarker). Foto thoraks
digunakan untuk mendeteksi kardiomegali, kongesti paru, efusi pleura, dan
dapat mendeteksi penyakit atau infeksi paru yang menyebabkan atau
memperberat sesak nafas. Echocardiografi digunakan untuk mengevaluasi
66
6. Tatalaksana
a. Terapi Non Farmakologi
- Manajemen perawatan mandiri. Menjaga stabilitas fisik, menghindari
perilaku yang dapat memperburuk kondisi dan mendeteksi gejala awal
perburukan gagal jantung (PERKI, 2020).
- Ketaatan pasien berobat.
- Pemantauan berat badan mandiri. Jika terjadi kenaikan berat badan >2
kg dalam 3 hari, pasien harus meningkatkan dosis diuretik atas
pertimbangan dokter (PERKI, 2020).
- Asupan cairan. Restriksi cairan 900ml-1,2 liter/hari (sesuai berat
badan) dipertimbangkan terutama pada pasien dengan gejala berat
yang disertai hiponatremia (PERKI, 2020).
- Latihan fisik direkomendasikan pada semua psien gagal jantung
kronik stabil (PERKI, 2020).
b. Terapi Farmakologi
- Tujuan terapi gagal jantung adalah untuk mengurangi mortalitas,
morbiditas, dan tindakan pencegahan. Menurunkan morbiditas
meliputi meringankan gejala dan tanda, memperbaiki kualitas hidup,
menghilangkan edema dan retensi cairan, meningkatkan kapasitas
aktivitas fisik, mengurangi kelelahan dan sesak nafas, mengurangi
kebutuhan rawat inap, dan menyediakan perawatan akhir hayat.
Tindakan pencegahan meliputi mencegah timbulnya kerusakan
miokard, perburukan kerusakan miokard, remodeling miokard, timbul
kembali gejala dan akumulasi cairan, dan mencegah rawat inap
(PERKI, 2020).
- Pemberian ACE-I. Diberikan jika fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤40%,
dengan atau tanpa gejala; jika fraksi ejeksi ventrikel kiri >40% dengan
tanda dan gejala gagal jantung. Kontraindikasi pemberian ACE-I
meliputi riwayat angioedema, stenosis renal bilateral, stenosis aorta
berat, kadar kalium serum >5,5 mmol/L, serum kreatinin > 2,5 mg/dL
(relatif) (PERKI, 2020).
68
bersamaan; Monitor fungsi ginjal dan serum elektrolit serial bila ARB
digunakan bersama ACE-I. Efek samping ARB sama seperti ACE-I,
kecuali ARB sedikit menyebabkan batuk (PERKI, 2020).
- Angiotensin reseptor-neprilysin inhibitor (ARNI) =
Sacubitril/valsartan. Pada pasien yang masih simtomatik dengan dosis
pengobatan ACE-I/ARB, penyekat beta, dan MRA, dapat juga
diberikan terapi baru sebagai pengganti ACE-I / ARB yaitu
Angiotensin Receptor–Neprilysin Inhibitor (ARNI) yang merupakan
kombinasi molekuler valsartan-sacubitril. Sacubitril merupakan
penghambat enzim nefrilisin yang akan menyebabkan memperbaiki
remodeling miokard, diuresis dan natriuresis serta mengurangi
vasokontriksi, retensi cairan dan garam. Dosis yang dianjurkan adalah
50 mg (2 kali per hari) dan dapat ditingkatkan hingga 200 mg (2 kali
per hari). Bila pasien sebelumnya mendapatkan ACE-I maka harus
ditunda selama minimal 36 jam terbih dahulu sebelum memulai
Sacubitril/ valsartan. Tetapi bila pasien sebelumnya mendapatkan
ARB, maka Sacubitril/ valsartan dapat langsung diberikan sebagai
pengganti ARB (PERKI, 2020).
- Ivabradine. Ivabradine bekerja memperlambat laju jantung melalui
penghambatan kanal If di nodus sinus, dan hanya digunakan untuk
pasien dengan irama sinus (PERKI, 2020).
- Hydralazine dan isosorbide dinitrate (H-ISDN). Pada pasien gagal
jantung dengan fraksi ejeksi ventrikel ≤40%, kombinasi H-ISDN
digunakan sebagai alternatif jika pasien intoleran terhadap ACE-
I/ARB/ ARNI. Efek samping pemberian H-ISDN yaitu hipotensi
simptomatik, nyeri sendi atau nyeri otot (PERKI, 2020).
- Diuretic. Diuretik direkomendasikan pada pasien gagal jantung
dengan tanda klinis atau gejala kongesti. Tujuan dari pemberian
diuretik adalah untuk mencapai status euvolemia (kering dan hangat)
dengan dosis yang serendah mungkin, yaitu harus diatur sesuai
70
3. Etiologi
Penyebab terjadinya perburukan gagal jantung kronis yaitu dipengaruhi
oleh beberapa faktor pencetus, di antaranya sindrom koroner akut, takiaritmia
(fibrilasi atrium, takikardi ventrikel), tekanan darah tinggi, infeksi
(pneumonia, endokarditis infeksi, sepsis), tidak minum obat (jantung),
bradiaritmia, alkohol, NSAIDs, kortikosteroid, zat kardiotoksik, eksaserbasi
penyakit paru obstruksi kronis, emboli paru, komplikasi bedah,
kardiomiopati, gangguan tiroid, atau komplikasi mekanik akut akibat sindrom
koroner akut.
71
4. Manifestasi klinis
ADHF ditandai dengan perburukan gejala gagal jantung kronis yaitu
sesak nafas yang makin memberat, edema tungkai, ortopnea, ronki basah
halus.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tersebtu, dapat disimpulkan bahwa Tn. IWS usia 39
tahun datang ke IGD RSU Bangli tanggal 15 Mei 2021 dengan keluhan sesak nafas.
Diagnosis awal menunjukkan NSTEMI dan ADHF Profil B. Setelah dilakukan
echocardiogram, ditemukan gambaran vegetatif yang mengarahkan diagnosis
possible infective endocarditis disertai adanya regurgitasi tricuspid severe, aorta
regurgitasi severe, pulmonal hipertensi. Selain itu, pasien juga mengalami CHF
NYHA III. Dari diagnosis tersebut, pasien mendapatkan terapi penanganan untuk
CHF dan pemberian antibiotik empiris selama 14 hari untuk Infective Endocarditis.
Namun, dari hasil kultur darah menunjukkan hasil negatif dan terapi antibiotic
dilanjutkan sekaligus dilakukan rujukan ke RSUP Sanglah untuk mendapatkan
penanganan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
74