DAFTAR ISI.............................................................................................................i
DAFTAR TABEL.....................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................10
1.3. Identifikasi Masalah................................................................................11
1.4. Tujuan Penelitan......................................................................................11
1.5. Kegunaan Penelitian................................................................................11
1.5.1. Kegunaan Teoritis............................................................................12
1.5.2. Kegunaan Praktis.............................................................................12
1.6. Sistematika Penulisan..............................................................................12
1.7. Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................................13
1.7.1. Lokasi Penelitian..............................................................................13
1.7.2. Waktu Penelitian..............................................................................13
BAB II TINJAUAN TEORI.................................................................................15
2.1 Kajian Teoritis.........................................................................................15
2.1.1. Komunikasi......................................................................................15
2.1.2. Media Online....................................................................................16
2.1.3. Berita................................................................................................22
2.1.4. Kepanikan Moral..............................................................................25
2.1.5. Jurnalisme Kontruktif......................................................................26
2.1.6. Teori Framing..................................................................................31
2.1.7. Konsep Analisis Framing Robert N. Entman...................................34
2.2 Penelitian Terdahulu................................................................................36
2.3 Kerangka Pemikiran................................................................................37
BAB III METODELOGI PENELITIAN..............................................................39
3.1 Pendekatan Penelitian..............................................................................39
3.2 Jenis Dan Sumber Data..........................................................................41
i
ii
DAFTAR GAMBAR
i
BAB I
PENDAHULUAN
Media sosial terus berkembang sebagai platform populer bagi warga untuk
berbagi dan mencari berbagai informasi, baik dalam level personal hingga
di kalangan pengguna internet Indonesia telah banyak diungkap survei dan studi
pendahulu. Laporan dari We Are Social menyebut bahwa pengguna media sosial
di Indonesia telah mencapai 170 juta hingga Januari 2021, naik 10 juta atau 6,3%
sejak 2020. Angka pengguna media sosial tersebut setara dengan 61,8% dari total
populasi pada periode yang sama. Studi terbaru di tingkat kawasan Asia Pasifik
yang dibiayai oleh APEC menemukan bahwa 59% responden masih memilih
meski menyadari bahwa media sosial amat rentan dengan misinformasi dan
disinformasi
Saat ini, seluruh dunia sedang dihadapi dengan wabah virus dengan
Organization (WHO) sebagai badan kesehatan dunia sejak 11 Maret 2020 telah
menetapkan virus ini sebagai pandemi, sehingga setiap lembaga dan institusi di
1
2
Dalam situasi seperti ini, masyarakat berada dalam keadaan siaga yang tinggi
dari banyak sumber, seperti portal berita daring, media sosial, hingga aplikasi
ini kita tidak hanya melawan pandemi, tetapi juga melawan infodemi.
sebagian berupa informasi yang benar dan sebagian tidak sehingga membuat
orang sulit untuk menemukan informasi yang benar dan dapat dipercaya. Keadaan
seperti ini tentu saja membawa dampak serius bagi masyarakat yang
mengadapi wabah virus corona. Seperti yang kita ketahui, kemunculan sebuah
fenomena ini sudah ada sejak abad pertengahan. Tetapi kondisi saat ini berbeda,
layaknya seperti virus yang menginfeksi orang dengan sangat cepat dan jauh.
(Zarocostas, 2020:676).
19” menunjukkan hasil analisis mengenai infodemik di media sosial bahwa dari
3
112 juta publikasi di media sosial yang berkaitan dengan COVID-19 dan
dari sumber yang tidak dapat diandalkan. Studi lain yang menggunakan teknik
menemukan bahwa dari 178 juta tweet yang terkait dengan COVID-19 diproduksi
oleh bot, dan 40% tidak bisa diandalkan kebenarannya. Selain itu, Aliansi
informasi yang salah atau menyesatkan, berasal dari 70 lebih negara dan lebih dari
40 bahasa. Dan yang menjadi masalah tidak hanya volume dan kecepatan
menyebutkan bahwa ketakutan telah memainkan peranan yang sangat vital dalam
cakupan wabah corona ini sehingga wabah corona jauh lebih menonjol dalam
menunjukkan bahwa terdapat 23 kali lebih banyak artikel dalam berita cetak
dibandingkan dengan periode waktu yang sama pada epidemi Ebola pada tahun
memenuhi lebih dari 41.000 artikel berita cetak dalam bahasa Inggris, dan 19.000
4
yang sama pada tahun 2018, hanya terdapat 1800 artikel berita cetak bahasa
Inggris yang menyebutkan “Ebola”. Dari hasil tersebut, kita bisa melihat
bagaimana wabah corona virus ini mendapatkan tempat dan perhatian yang lebih
dari media. Liputan mengenai virus ini memberitahu kita banyak ketidakpastian
dalam menghadapi pandemi ini dan dengan sangat mudah dapat menumbuhkan
rasa takut. Oleh karena itu, liputan media sangat penting untuk dikaji bersama
dalam keadaan pandemi seperti ini, karena memiliki peran yang penting dalam
bukan malah menakut-nakuti atau membuat publik lebih panik (Manan, 2020).
Karena, saat kita menghadapi wabah Corona seperti saat ini, fungsi mendidik itu
bermanfaat lainnya agar publik mampu mencegah dari penularan penyakit yang
belum ada vaksin ini. Dan seharusnya media tidak mengeksploitasi dan memberi
ruang lebih kepada informasi yang memicu kepanikan moral, seperti dugaan aksi
borong warga untuk menimbun makanan karena khawatir akan kehabisan stok,
menjalankan upaya secara maksimal dalam menghadapi penyebaran virus ini dan
Hal ini juga mengacu pada Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program
Siaran (P3 dan SPS) Tahun 2012 pasal 25 yang dengan jelas mengatur program
yang terkena bencana dan musibah dan ditegaskan kembali bahwa program siaran
mendorong masyarakat agar lebih tenang, siaga, sabar, dan patuh berada di dalam
rumah untuk memutus rantai penyebaran virus corona. Jurnalisme harapan atau
sering juga disebut sebagai jurnalisme konstruktif adalah cerita konstruktif dalam
termasuk jurnalis, sumber, dan audiens. Berita ini seharusnya membuat orang
merasa lebih terlibat, terinspirasi, dan merasa lebih positif daripada sebelumnya .
jalan, ratusan warga yang ketakutan mengantri dan berjaga jarak karena berisiko
menulari satu sama lain, koridor rumah sakit yang sempit diisi dengan pasien-
pasien yang menunggu dokter dengan menggunakan jas hazmat putih, hingga
video tenaga medis yang depresi karena kelelahan menghadapi lonjakan pasien
setiap harinya.
6
Hal yang sama juga terjadi di Indonesia, survei yang dilakukan oleh Radio
yang sangat cepat dan menimbulkan korban jiwa, selain itu juga belum
lunak Artificial Intelligence (AI) mencatat bahwa isu virus corona menjadi isu
yang masif diperbincangan warganet. Hal ini terjadi akibat dari gencarnya
2020, terdapat sebanyak 1339 media online telah memberitakan isu virus corona
juga waspada terhadap virus tersebut, hingga akhirnya tidak lagi menjual ular dan
2020).
Tren perbincangan tentang virus corona akan terus naik, terlebih saat
Indonesia secara resmi mengumumkan kasus positif COVID-19 pertama, kita bisa
mengenai virus corona, seperti yang dilakukan oleh salah satu jurnalis TVOne
7
yang memakai respirator saat melakukan liputan di lokasi suspect virus corona di
Depok. Hal ini tentu saja menggambarkan situasi seolah-olah Depok menjadi
daerah yang sangat rawan. Dilain sisi, jurnalis CGTN di China pada saat
tidak terlepas dari peran media dalam menyajikan framing menjadi momok utama
berita. Kepanikan moral teta terjadi di masyarakat melalui headline berita yang
menyimpulkan suatu peristiwa hanya dengan membaca judul nya saja (Tirto.id,
2017). Penelitian ini dilakukan oleh Statista (2016) yang mengungkap bahwa
mengaku hanya membaca berita dari judul saja, dan ini merupakan jumlah yang
cukup besar. Hal ini yang membuat peneliti tertarik untuk menjelaskan bagaimana
bentuk framing yang dilakukan media dalam isu kepanikan moral saat terjadinya
corona. Dalam konferensi pers nya, Idris mengatakan warganya yang positif
Keluarga Depok. Diduga, ada lebih dari 50 orang yang juga terindikasi
"Yang positif corona ada dua orang, yang terindikasi diatas 50 orang. Yang
diatas 50 orang ini yang kontak langsung dengan korban," ujar Idris di Balai
yang ada di rumah sakit. Saat ini, perawat tersebut pun sudah diistirahatkan
virus corona.
(https://www.tribunnews.com/metropolitan/2020/03/02/wali-kota-depok-50-
orang-terindikasi-corona- perawat-hingga-warga-yang-berinteraksi-dengan-
korban)
Kita bisa melihat berita yang lain berfokus pada kepanikan moral dengan
opini dari pejabat publik, hingga pada riwayat pasien positif Covid-19 pertama di
Indonesia. Seharusnya peliputan yang dilakukan oleh jurnalis dalam situasi seperti
ini hanya berfokus pada objek virus corona, bukan pada identitas pasien, riwayat
Jurnalis sebagai praktisi media memiliki fungsi dan tanggung jawab yang tidak
hanya berfokus pada cerita apa yang ingin mereka sampaikan dalam sebuah
berita, tetapi juga emosi apa yang ingin mereka bagikan saat menyebar pesan
membawa dampak yang tidak baik bagi masyarakat yang menerima informasi
setiap harinya.
depresi dan ketidakberdayaan. Selain itu, berita negatif juga akan menghilangkan
berita positif, berita negatif dapat membuat khalayak sebagai konsumen merasa
Untuk menentukan portal berita daring yang akan dijadikan subjek penelitian,
penulis terlebih dahulu menghimpun data dari situs Alexa.com untuk mengetahui
tiga urutan teratas situs berita daring yang paling sering di akses. Dari hal tersebut
tribunnews.com dan detik.com. Sedangkan menurut data yang penulis dapat dari
paling aktif memberitakan isu Covid-19 sepanjang 2020 yakni 82.183 berita
10
(https://regional.kompas.com/read/2020/12/29/07055951/ini-10-media-online-
cetak-dan-akun-medsos-teraktif-beritakan-covid-19?page=all)
media tersebut untuk melihat jumlah artikel yang dipublikasi pada tanggal 2
kunci ‘corona indonesia’. Peneliti fokus pada tanggal tersebut karena menjadi
awal pemberitaan virus corona masuk ke Indonesia. Dari media monitoring yang
terdapat 949 berita. Dan porta berita daring tribunnews.com menjadi situs yang
atau 9 dari 78 berita, dan okezone.com sebanyak 5,88% atau 3 dari 51 berita.
tribunnews.com ?
covid19?
tentang penerapan
mampu menilai suatu isu tidak hanya fokus pada pemberitaan media
massa
berikut :
13
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam waktu tiga bulan, mulai dari
bulan Oktober 2021 sampai dengan Desember 2021. Adapun jadwal penelitian
sebagai berikut :
1 Observasi Awal
14
3 Pengumpulan Data
4 Wawancara
5 Penyusunan Laporan
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.1. Komunikasi
sangat mendasar bagi manusia, karena hampir setiap saat dalam kehidupan di
pada saat seseorang dengan orang lain saling menyampaikan pesan, tetapi apabila
seseorang dengan orang lain dalam jarak yang jauh dapat pula dilakukan dengan
berbagai cara untuk berkomunikasi satu sama lain. Istilah komunikasi dalam
komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu communis yang berarti “sama”,
make common). Istilah pertama communis paling sering disebut sebagai asal kata
komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata latin lainnya yang mirip.
Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan
berkumpul atau hidup bersama untuk mencapai tujuan tertentu, dan mereka
berbagi makna dan sikap. Tanpa komunikasi tidak akan ada komunitas.
15
16
komunikasi yang berkaitan dengan seni, agama dan bahasa (Deddy Mulyana,
2014:46). Untuk dapat berkomunikasi dengan baik dan efektif, kita dituntut untuk
kita secara kreatif. Komunikasi dikatakan efektif apabila komunikasi yang terjadi
bersifat dua arah yaitu dimana makna yang distimulasikan sama atau serupa
(media siber), internet media (media internet), dan new media (media baru), dapat
di artikan sebagai media yang tersaji secara online di situs web (website) internet.
Media online merupakan produk jurnalistik online atau cyber journslisme yang di
distribusikan.
objek kajian teori “media baru”(new media), yaitu istilah yang mengacu pada
permintaan konten (isi/informasi) kapan saja, dimana saja, pada setiap perangkat
digital srta umpan balik pengguna interaktif, partsipasi kreatif dan pembentukan
komunitas sekitar konten media, juga aspek generasi “real-time”. Syamsul Romli
(2012:39)
media di luar lima media massa konvesional-televisi, radio, majalah, koran dan
18
film sifat new media adalah cair, konektivitas individual, dan menjadi sarana
media sendiri tidak serta merta berarti media digital, video, teks, gambar, grafik
yang diubah menjadi data-data digital berbentuk byte, hanya merujuk pada sisi
teknologi multimedia, salah satu dari tiga unsur dalam new media, selain ciri
interaktif atau intertekstual. Menurut Adzkia (2015: 42) Eksistensi media online
adalah media yang menggunakan jaringan tanpa kabel yaitu internet untuk proses
penyelenggaraan dan penyebar luas informasi atau berita kepada khaklayak luas.
Salah satu kelebihan dari media online adalah penyajian berita baik berupa teks,
Media online di ragukan dari sisi kredibilitas mengingat orang yang tidak
online yang di kelola oleh Lembaga pers yang juga menerbitkan edisi cetak atau
public terhadap organisasi berita utama juga telah menurun sejak pertengahan
1980-an. Sebagai contoh, tahun 2012 hanya 65% orang Amerika yang di survei
menilai berita ABC sebagai sanagt di percaya, turun dari 83% tahun 1985.
jaringan surat kabar atau televisi dianggap lebih kredibel daripada situs tersebut
tidak terkait dengan organisasi seperti itu. Namun demikian, kredibilitas media
online menuntun dari sisi akurasi. Sebagian besar wartawan yang di survei dalam
informasi yang salah. Proses yang rumit itu pula. Karya jurnalistik cetak lebih
lihat dari dari hasil evaluasi sumber informasi, pesan itu sendiri, atau pada
kombinasi antara sumber dengan pesan. Maksud kredibel atau tidaknya media
dapat ditentukan dari sumber dan isi pesan yang disampaikan, jika sumber sesuai
penyajian.
semua orang.
6. Fleksibilitas, pemuatan dan editing naskah bias kapan saja, juga jadwal
(Romli, 2012:39).
media yang fleksibel. Internet memiliki arti yang penting dalam penyebaran
penggunaan internet sebagai basis media online menjadi hal yang membedakan
bias menimpa siapapun saja tergantung kondisi, salah satu upaya yang di
sudah terbiasa, komunikasi dalam media sosial lebih efektif dari pada
gunakan sosial dan publik, maka terbagai aktivitas online pun bias di
lainnya.
3. Lebih mudah di akses oleh khalayak kapan saja dimana saja serta harus
6. Promosi usaha lewat media baru (New Media) lebih murah dan lebih
di media baru.
8. Khaklayak atau pembaca dapat menemukan apa saja di media baru (New
dapatkannya.
23
2.1.3. Berita
adalah sesuatu yang termasa yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat
kabar, karena dia menarik minat atau mempunyai makna bagi pembaca surat
kabar, atau karena dia dapat menarik para pembaca untuk membaca berita
sumber berita yang lazim digunakan wartawan. Pertama, peristiwa atau kejadian,
bersamaan dalam suatu sajian berita. Sebuah berita yang dianggap lengkap dan
pandangan mata, pernyataan atau wawancara pelaku, dan ada data – data
universal berlaku di dunia jurnalistik manapun. Rumus ini tidak lain adalah
singkatan dari what (apa), who (siapa), where (dimana), when (kapan), why
(mengapa), dan how (bagaimana). Setiap berita yang ditulis, disiarkan atau
2011:133)
Menurut Fishman, ada dua proses produksi berita dilihat dari pandangan
proses produksi berita adalah proses seleksi. Seleksi ini dari wartawan di lapangan
yang akan memilih mana yang penting dan mana yang tidak, mana peristiwa yang
24
bisa diberitakan dan mana yang tidak. Pendekatan kedua adalah pendekatan
pembentukan berita (creation of news). Dalam perspektif ini, peristiwa itu bukan
peristiwa mana yang disebut berita dan mana yang tidak (Eriyanto,2012:117)
berita untuk pertama kalinya dalam bukunya Public Opinion pada tahun 1922. Di
situ ia menyebutkan bahwa suatu berita memiliki nilai layak berita jika di
dalamnya ada unsur kejelasan (clarity), tentang kejadiannya, ada unsur kejutannya
(surprise), ada unsur kedekatanya (proximity) secara geografis, serta ada dampak
Inilah kriteria berita atau unsur – unsur nilai berita yang sekarang diapakai
1. Aktualitas (Timeliness)
Dalam segala hal sesuatu yang baru akan selalu menarik perhatian orang.
Peristiwa yang baru saja terjadi, sedang terjadi, maupun akan terjadi,
menampilkan hal baru dalam hitungan detik bukan lagi hari apalagi
minggu.
2. Kedekatan (Proximity)
3. Keterkenalan (Prominence)
berita surat kabar. Berada di kolom halaman depan, tokoh terkenal lainnya
diketahui oleh umum selain oleh sanak keluarga. Kejadian inilah yang
4. Dampak (Consequence)
Peristiwa yang baru saja terjadi pada setiap harinya dan memiliki
tinggi.
5. Human Interest
Berita yang memiliki daya tarik secara universal yang menarik minat
orang memiliki nilai berita tinggi. Beberapa unsur human interest misalnya
berupa perasaan yang tidak rasional, bahwa seseorang atau sesuatu menjadi
masyarakat pada umumnya. Biasanya kepanikan moral ini diabadikan oleh berita
dari media, dipicu oleh para politisi yang sering kali menghasilkan undang -
standar perilaku normal manusia tampak terancam, maka akan diikuti oleh
Cohen (1972) mengacu pada karya Wilkins (1964) yang menunjukkan bagaimana
kelompok dibawah kekuasaan. Implikasi dari kepanikan moral ini akan berlanjut
nilai-nilai sosial
27
masyarakat
sebuah karya atau simbol jurnalistik yang mudah dikenali agar dengan
Konsep kepanikan moral ini juga menjadi dasar dari studi jurnalistik yang
digunakan sebagai kritik pada media untuk menunjukkan isu-isu dalam jurnalisme
liputan
positif pada proses dan produksi berita dalam upaya menciptakan liputan yang
28
produktif, akurat, dan menarik dengan berpegang teguh pada prinsip inti
jurnalisme (Mclntyre & Gyldensted, 2017:20). Gaya liputan ini hampir sama
tidak lagi berperan untuk mengeksploitas kepedihan dan kehancuran, baik dalam
bentuk tulisan, foto maupun rekaman yang menampilkan saat bencana terjadi.
solusi, tindakan, dan masa depan. Dengan menerapkan psikologi positif dalam
dasarnya jika sebuah pesan berita mengarah ke emosi yang lebih positif seperti
solusi, tindakan, dan masa depan. Terdapat enam elemen yang disebutkan dalam
1. Solusi (Solutions):
29
Saat meliput masalah, tambahkan juga framing berita yang berorientasi pada
jaringan Solusi Jurnalisme yang berbasis di New York pada tahun 2001 dan
diluncurkan pada tahun 2013. Media The New York Times bahkan memiliki
kanal berita tersendiri yang disebut dengan solusi. Times Media Group juga telah
Afrika Selatan untuk memfasilitasi debat dan mencari solusi untuk masalah-
Metode yang diterapkan dalam solusi ini memiliki satu prinsip yang sama,
bingkai (framing) pada cakupan solusi terhadap sebuah masalah tersebut. Tiga
metode ini menjadi hal penting dalam memberikan solusi pada metode jurnalisme:
atau hanya fokus pada hal-hal yang negatif. Mencari bingkai yang positif,
atau cerita yang mengarah pada kemajuan, dapat menghasilkan berita yang
jauh lebih berharga. Misalnya, jika topik berita hanya tentang kegagalan
negara dalam mengontrol penjualan senjata api, cari negara atau wilayah
b. Dukung cerita dengan data: Gagasan yang bagus saja tidak dapat
investigatif dan kemajuan kemajuan yang didasari dengan data yang dapat
diandalkan.
dan politisi, bukan fokus terhadap siapa yang benar ataupun salah,
(what, who, where, when, why, how). Menyediakan orientasi pada masa depan
dengan orientasi pada masa depan. Mereka menggunakan elemen ini untuk
menggambarkan bagaimana perubahan iklim akan di bahas pada 2015 lalu, dan
mengenai isu global. Elemen orientasi masa depan dapat dicapai melalui
yang dibuat oleh media berita untuk memperkuat inklusi dan keberagaman
kerangka kerja yang bias digunakan untuk memperolah jawab konstruktif pula
publik
Ideologi, dan Politik Media, analisis framing dapat digunakan untuk mengetahui
bagaimana realitas dikonstruksikan oleh media. Dengan cara dan teknik apa
peristiwa ditekankan dan ditonjolkan. Apakah dalam berita itu ada bagian yang
untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, actor, kelompok, atau apa saja)
dibingkai oleh media. Pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses konstruksi.
Di sini realitas sosial dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu. Peristiwa
tidak hanya bagian dari teknik jurnalistik, tetapi menandakan bagaimana peristiwa
dimaknai dan ditampilkan. Misalnya, Jokowi tegaskan Vaksin corona gratis, bisa
saja dimaknai dan dipahami sebagai upaya Presiden Jokowi Dodo melakukan
pencegahan terhadap virus corona. Bisa juga penegasan Jokowi Dodo terhadap
vaksin corona gratis itu dimaknai oleh media sebagai upaya mengharumkan nama
Presiden Jokowi Dodo dan dilakukan oleh orang-orang yang suka dengan
realitas, dan dengan cara apa realitas itu ditandakan, hal inilah yang menjadi pusat
atau penekanan aspek tertentu dari realitas tersebut haruslah dicermati lebih jauh.
Karena penonjolan atau penekanan aspek tertentu dari realitas tersebut akan
membuat bagian tertentu saja yang lebih bermakna, lebih mudah diingat, dan lebih
mengena dalam pikiran khalayak. Ia juga diikuti oleh akibat yang lain, kita
kemudian jadi melupakan aspek lain yang bisa jadi jauh lebih berarti dan berguna
Politik Media menjelaskan, pada dasarnya framing adalah metode untuk melihat
cara bercerita (story telling) media atas peristiwa. Cara bercerita itu tergambar
pada “Cara melihat” terhadap realitas yang dijadikan berita, “Cara melihat” ini
berpengaruh pada hasil akhir dari konstruksi realitas. Analisis framing adalah
Analisis framing juga dipakai untuk melihat bagaimana peristiwa dipahami dan
diorganisasi secara subjektif. Lewat frame itu, orang melihat realitas dengan
pandangan tertentu dan melihat sebagai sesuatu yang bermakna dan beraturan.
menentukan bagaimana realitas itu hadir dihadapan pembaca. Apa yang kita tahu
tentang realitas sosial pada dasarnya tergantung pada bagaimana kita melakukan
frame atas peristiwa itu yang memberikan pemahaman dan pemaknaan tertentu
atas suatu peristiwa. Framing dapat mengakibatkan suatu peristiwa yang sama
mempunyai frame yang berbeda ketika melihat peristiwa tersebut dan menuliskan
merupakan hasil dari pandangan mereka wartawan ketika melihat dan meliput
peristiwa yang sama itu dikemas secara berbeda oleh wartawan sehingga
Proses framing adalah bagian yang tidak terpisahkan dari bagaimana awak
menentukan siapa yang diwawancarainya dan siapa yang tidak, serta pertanyaan
apa yang diajukannya dan apa yang tidak. Redaktur yang bertugas didesk yang
redaktur umum, menentukan apakah laporan sireporter akan dimuat atau tidak,
dan mengarang judul apa yang akan diberikan (Eriyanto 230 : 2002).
bagi analisis framing untuk studi isi media. Konsep mengenai framing ditulis
dalam sebuah artikel untuk Journal of Political Communication dan tulisan lain
yang mempraktikan konsep itu dalam studi kasus pemberitaan media. Konsep
menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh media. Framing dapat dipandang
tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada isu yang lain (Eriyanto 219 :
2002)
pertama kali dapat dilihat mengenai framing. Elemen ini merupakan bingkai
ada masalah atau peristiwa, bagaimana peristiwa atau isu tersebut dipahami.
Peristiwa yang sama dapat dipahami secara berbeda. Dan bingkai yang berbeda
merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai actor
dari suatu peristiwa. Penyebab disini bisa berarti apa(what), tetapi bisa juga berarti
siapa (who).
argumentasi pada pendefinisian masalah yang telah dibuat. Ketika masalah sudah
Elemen ini dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa
yang dipilih untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu tentu saja sangat
kejelasan penelitian ini maka diuraikan model framing Entman bagaimana skema
tersebut, yaitu
TABEL 2. 1
ANALISIS FRAMING MODEL ROBERT N. ENTMAN
Define Problems Bagaimana suatu peristiwa dilihat?
(Pendefinisian Sebagai Apa?
Masalah) Atau sebagai masalah Apa?
Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh
Diagnouse Causes apa? Apa
(Memperkirakan yang dianggap sebagai penyebab suatu
Masalah Atau masalah?
Sumber Masalah) Siapa actor yang dianggap sebagai
penyebab
masalah?
Make Moral Nilai Moral apa yang disajikan untuk
Judgment menjelaskan
(Membuat masalah? Nilai Moral apa yang dipakai
Keputusan Moral) untuk
melegitimasi atau mendelegitimasi
suatu tindakan?
Treatment Penyelesaian apa yang ditawarkan
Recommendation untuk
(Menekan mengatasi masalah/isu? Jalan apa yang
Penyelesaian) ditawarkan
dan harus ditempuh untuk mengatasi
masalah
TABEL 2. 2
PENELITIAN TERDAHULU
Institusi/
Universitas Mutimedia Universitas Bandar Universitas Islam Negeri
Nusantara Lampung Syarif Hidayatulloh Jakarta
Tahun
38
Perbedaannya adalah
terdapat pada
metodelogi yang mana
peneliti memakai Objek dan lokasi penelitian
Perbedaan Perbedaan objek penelitian
kualitatif deskriptip berbeda
sementara di penelitia
ini memakai teori
kuantitatif
2020. Sebagai media massa yang mempublikasi berita cukup banyak mengenai
yang ingin ditonjolkan dan tidak ditonjolkan. Untuk melihat bagaimana framing
Peristiwa Kepanikan
moral Karena covid di
Indonesia
METODELOGI PENELITIAN
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah yang dimaksud
adalah kegiatan penelitian yang didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yang rasional,
karena bersifat alamiah, dinamis, dan berkembang, serta ada batas kajian penelitian
yang ditentukan oleh fokus penelitian. Metode penelitian adalah cara atau strategi
penelitian perlu dibedakan dari teknik pengumpulan data yang merupakan teknik
Sugiono dalam (Harbani Pasalong, 2013) adalah metode penelitian yang digunakan
untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, sebagai lawannya adalah eksperimen.
Metode penelitian ini dipilih karena untuk menyajikan data secara sistematis, faktual,
thesis dari paham yang meletakan pengamatan dan objektivitas dalam menemukan
sutu realitas atau ilmu pengetahuan. Paradigma ini memandang ilmu sosial sebagai
peristiwa sosia dan manusia bukan ilmu dalam kerangka positivistik, tetapi justru
dalam artian common sense. Menurut mereka, pengetahuan dan pemikiran awam
berisikan arti atau makna yang di berikan individu terhadap pengalaman dan
kehidupan sehari-hari. Dan hal tersebutlah yang menjadi awal penelitian ilmu-ilmu
sosial; (2) pendekatan yang di gunakan adalah induktif, berjalan dari spesifik menuju
umum, dari yang kongkrit menujuyang abstrak, (3) ilmu bersifat idiografis bukan
melalui indra karena pemahaman melalui makna dan interpretasi adalah jauh lebih
penting; dan (5) ilmu tidak bebas nilai. Kondisi bebas nilai tidak menjadi sesuatu
yang dianggap penting dan tidak pula mungkin dicapai. (sarantok. 1993).
terkontruksi olwh individu dan implikasi dari konstruksi tersebut bagi kehidupan
pengalaman yang unik. Dengan demikian, penelitian dengan strategi seperti ini
menyarankan bahwa setiap cara yang diambil individu dalam memandang dunia
adalah valid, dan perlu adanya rasa menghargai atas pandangan tersebut
(patton,2002, p.96-97).
peristiwa.
42
Sehingga, pendekatan framing ini mampu untuk melihat bagaimana suatu peristiwa
Entman melalui empat elemen utama (define problems, diagnose causes, make
informasi yang diberikan penekanan atau ditonjolkan oleh wartawan agar khalayak
Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data
sekunder.
1. Data primer merupakan sumber data yang diperoleh peneliti melalui sumber
utama. Dalam penelitian ini, data primer berupa data hasil observasi yang
2. Data Sekunder, yaitu data yang dikutip dari sumber-sumber tertentu yang
primer atau sumber data sekunder ini diperoleh dari data pendukung. Data
43
sekunder yang merupakan sumber data yang akan melengkapi sumber data
dengan kebutuhan dalam iformasi data yang akan di jadikan pembahasan dalam
1. Bidang Redaksi
Bidang redaksi dipilih karena dalam penelitian ini membutuhkan informasi dari
2. Bidang Konten
Bidang konten dipilih karena dalam penelitian ini membutuhkan informasi dari
gejala tertentu. Pengumpulan Data menurut Ulber Silalahi (2012) dapat didefinisikan
1. Wawancara
digunakan untuk mengumpulkan data atau keterangan lisan dari seseorang yang
44
masalah yang diteliti. Wawancara dapat dibedakan atas wawancara terstruktur dan
jelas dan terperinci apa informasi yang dibutuhkan dan memiliki satu daftar
pembicaraan dua arah yang dilakukan oleh pewawancara terhadap informan, untuk
2. Observasi
suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis
dan psikologis. Dua diantara yang penting adalah proses-proses pengamatan dan
ingatan. Observasi ini dilakukan dengan cara melitas secara langsung tentang
partisipasi terbatas, yakni peneliti terlibat hanya terbatas pada aktivitas objek yang
mendukung penelitian.
3. Studi Kepustakaan
dokumen dan juga mempelajari literatur-literatur yang ada berupa karya ilmiah,
buku-buku, atau kepustakaan lain yang berhubungan erat dengan masalah yang
data dan penyajian data dengan mengelompokannya dalam suatu bentuk yang mudah
dibaca dan diinterpretasi. Teknik analisis data yang dilalukan oleh peneliti yaitu
a. Reduksi Data
menulis memo.
b. Penyajian Data
data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dalam berbagai jenis matriks, grafik,
46
c. Menarik Kesimpulan
yang muncul dari data harus diuji kebenarannya, kekukuhannya, dan kecocokannya,
adalah model Robert N. Entman, karena model analisis ini memberikan elemen yang
problem (mendefinisikan masalah). Elemen ini merupakan hal pertama yang dilihat
sebagai framing. Menekankan pada cara wartawan dalam memberi makna pada
Elemen ini merupakan cara untuk membingkai siapa (who) yang dianggap menjadi
penyebab suatu masalah. Namun, penyebab disini bisa juga merupakan apa (what).
Masalah yang dipahami secara berbeda, tentu saja penyebab masalah tersebut akan
moral).
Elemen ini merupakan cara yang dipakai untuk membenarkan atau memberi
masalah ini sangat bergantung pada cara wartawan memaknai sebuah peristiwa,
siapa/apa yang menjadi penyebab sebuah peristiwa, dan argumen apa yang ingin
diajukan.
Kosicki lebih berfokus pada elemen retoris dan sintaksis pada sebuah berita,
sehingga framing berita dilihat dari makna kata-kata yang terdapat pada berita.
singkat mengenai elemen retoris, melainkan hanya melihat bagaimana kalimat, kata
dan gambar merupakan sebuah bagian integral untuk memahami frame. Hal ini
sejalan dengan penerapan jurnalisme konstruktif yang akan dianalisis penulis dalam
solusi. Model framing ini dapat menggambarkan isu-isu yang berfokus pada solusi di
dalam berita, sehingga elemen jurnalisme konstruktif yang dapat dilihat melalui
model Robert N Entman berupa elemen solutions dan future orientation. Sehingga
model ini dapat dijadikan alat oleh penulis untuk mendeskripsikan framing yang
konstruktif.
yaitu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut, dan
teknik triangulasi yang paling banyak digunakan adalah dengan pemeriksaan melalui
data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui
langsung dan observasi tidak langsung, observasi tidak langsung ini dimaksudkan
dalam bentuk pengamatan atas beberapa kelakukan dan kejadian yang kemudian dari
keduannya.
memperoleh data primer dan sekunder. Observasi dan interview digunakan untuk
menjaring data primer yang berkaitan belanja daerah, sementara studi dokumentasi
digunakan untuk menjaring data skunder yang dapat diangkat dari berbagai
(2004) yaitu dengan memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori
metode kualitatif.
diperiksa derajat kepercayaan dengan satu atau lebih teori tetapi hal itu
triangulasi sumber (data) dan triangulasi metode untuk menguji keabsahan data yang
DAFTAR PUSTAKA