Anda di halaman 1dari 16

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara

Kementerian Perhubungan

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR


PM 27 TAHUN 2021 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN DAN PENGENAAN SANKSI
ADMINISTRATIF TERHADAP PELANGGARAN PERATURAN PERUNDANG – UNDANGAN
DI BIDANG PENERBANGAN

BAGIAN HUKUM
SETDITJEN PERHUBUNGAN UDARA
PENGAWASAN

▪ Setiap Operator Penerbangan yang melanggar peraturan perundang-undangan di bidang


penerbangan dapat dikenakan sanksi administratif.

▪ Ketentuan mengenai larangan atau kewajiban bagi operator penerbangan diatur dalam peraturan
teknis masing-masing Direktorat
PENGAWASAN

▪ Pelanggaran dikenali dan/atau ditemukan berdasarkan hasil pengawasan Inspektur Penerbangan


yang berupa:
➢ Audit;
➢ Inspeksi;
➢ Pengamatan (surveillance);
➢ Pemantauan (monitoring); dan
➢ Pengujian (test).

▪ Pengawasan dapat dilakukan berdasarkan jadwal pengawasan rutin atau tidak terjadwal (insidental)
PENGAWASAN

▪ Pengawasan insidental dilakukan:


➢ Berdasarkan laporan yang masuk dari masyarakat, operator penerbangan, atau inspektur
penerbangan yang sedang tidak bertugas;
➢ Sebagai tindak lanjut pengenaan sanksi administratif
➢ Pada masa puncak angkutan udara

▪ Pengawasan Inspektur dapat berupa:


➢ Pengawasan langsung;dan/atau
➢ Pengawasan tidak langsung (daring/online)
PROSEDUR PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF

▪ Terhadap LHP yang terdapat

▪ Apabila berdasarkan hasil analisa evaluasi disimpulkan bahwa pelanggaran dapat dikenakan
sanksi administratif maka ditindaklanjut dengan menyampaikan rekomendasi penetapan sanksi
administratif kepada Direktur Jenderal paling lambat 14 (empat belas) hari sejak usulan
pengenaan sanksi diterima

▪ Apabila berdasarkan hasil analisa evaluasi disimpulkan bahwa pelanggaran tidak dapat dikenakan
sanksi administratif maka ditindaklanjuti dengan mengembalikan usulan pengenaan sanksi
administratif kepada Direktur paling lambat 14 (empat belas) hari sejak usulan pengenaan sanksi
diterima
PROSEDUR PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF

Usulan pengenaan
Ditemukan Dilakukan analisa dan
sanksi disampaikan ke
pelanggaran evaluasi bersama
Bagian Hukum

Inspektur Menyusun Bila dianggap perlu


Bagian hukum Menyusun
dikenakan sanksi, Direktur
Laporan Hasil Menyusun usulan
rekomendasi penetapan sanksi
administratif kepada Dirjen
Pengawasan (LHP) pengenaan sanksi

LHP disampaikan Direktur Melakukan


Dirjen menetapkan
kepada Direktur evaluasi terhadap
sanksi administratif
Secara Berjenjang LHP
PROSEDUR PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF

▪ Terhadap usulan pengenaan sanksi administratif yang diajukan oleh Direktur Angkutan Udara,
dilakukan analisa dan evaluasi oleh Bagian Hukum.

▪ Analisa dan evaluasi yang dilakukan bertujuan untuk menentukan sanksi administratif yang akan
dikenakan kepada pelanggar dengan mempertimbangkan:
➢ Unsur pelanggaran yang dapat dikenakan sanksi
➢ Alasan terjadinya pelanggaran
➢ Dampak yang dapat ditimbulkan terhadap keselamatan dan/atau keamanan penerbangan
➢ Keseriusan pelanggar dalam melakukan upaya perbaikan dan menghindari terjadinya
pelanggaran yang sama
➢ Tingkat kepatuhan pelanggar terhadap peraturan perundang-undangan di bidang
penerbangan

▪ Apabila berdasarkan hasil analisa evaluasi disimpulkan bahwa pelanggaran dapat dikenakan
sanksi administratif maka ditindaklanjut dengan menyampaikan rekomendasi penetapan sanksi
administratif kepada Direktur Jenderal paling lambat 14 (empat belas) hari sejak usulan
pengenaan sanksi diterima
Sanksi Administratif

▪ Sanksi Administratif berupa:


➢ Peringatan I-III
➢ Pembekuan
➢ Pencabutan
➢ Denda Administratif

▪ Sanksi administratif ditetapkan oleh Direktur Jenderal, dapat dikenakan secara bertahap atau
langsung.

▪ Besaran denda administratif sampai dengan 10.000 (sepuluh ribu) penalty unit (PU) dan dapat
dikenakan berdiri sendiri maupun dibarengi dengan peringatan, atau pembekuan
BANDING ADMINISTRATIF

▪ Pelanggar yang dikenakan sanksi administratif dapat mengajukan usulan banding administratif ke
pada Dirjen paling lambat 14 (empat belas) hari sejak tanggal diterimanya penetapan sanksi
administratif yang paling sedikit memuat:
➢ Justifikasi terhadap butir pelanggaran yang menjadi dasar pengenaan sanksi administratif
➢ Data dukung yang menguatkan keberatan si pelanggar

▪ Bila banding administratif diterima, Direktur Jenderal menetapkan sanksi administratif yang baru
atau pembatalan sanksi administratif dalam waktu 14 (empat belas) hari sejak usulan keberatan
diterima.

▪ Bila banding administratif ditolak, Direktur Jenderal Menerbitkan surat penolakan dalam waktu 14
(empat belas) hari sejak usulan keberatan diterima.
TATA CARA PEMBAYARAN DENDA ADMINISTRATIF

▪ Direktur atas nama Direktur Jenderal menerbitkan surat pemberitahuan pembayaran denda
administratif yang berfungsi sebagai surat tagihan utang penerimaan negara bukan pajak yang
disampaikan kepada pelanggar setelah tidak ada banding administratif dari pelanggar.

▪ Apabila pelanggar tidak melaksanakan pembayaran, Direktur atas nama Direktur Jenderal
menerbitkan surat tagihan maksimal 3 (tiga) kali dengan selang waktu 1 (satu) bulan.

▪ Apabila setelah 3 (tiga) kali penagihan masih belum dilakukan pembayaran, Menteri menyerahkan
penagihan kepada Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan untuk diproses
sesuai peraturan perundang-undangan.

▪ Pelanggar yang tidak melaksanakan pembayaran sanksi denda administratif dapat dikenakan
sanksi administratif pencabutan.
DATABASE SANKSI ADMINISTRATIF

▪ Setiap hasil evaluasi Laporan Hasil Pengawasan yang merekomendasikan untuk diberikan sanksi
dan setiap pengenaan sanksi administratif yang disampaikan oleh Direktorat dikumpulkan dalam
satu database yang dikelola oleh unit kerja yang bertanggung jawab terhadap pengenaan sanksi
administratif.

▪ Merupakan data terbatas dan hanya bisa diakses oleh pihak yang berkepentingan.

▪ Dilakukan pemutakhiran setiap bulan.


Ketentuan Penutup
▪ Mencabut Peraturan Menteri Perhubungan nomor PM 78 Tahun 2017 dan Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 56 Tahun 2020.

▪ Mencabut ketentuan pasal 29 sampai pasal 35 Peraturan Menteri Perhubungan nomor PM 51


Tahun 2020 tentang Keamanan Penerbangan Nasional.
Contoh Kasus
Bidang Angkutan Udara:

• Posisi Kasus
Maskapai PT. Macan Terbang merupakan perusahaan penerbangan dengan kategori Full Service berdasarkan
hasil pengawasan yang dilakukan Inspektur Penerbangan Kantor OBU Wilayah X ditemukenali melakukan
pelanggaran berupa tidak memberikan pelayanan sesuai dengan SOP yang mengakibatkan kerugian bagi
seluruh penumpangnya, sesuai dengan Pasal 18 PM 30 Tahun 2021.

• Analisa Kasus
Inspektur Penerbangan OBU menyampaikan Laporan Hasil Pengawasan kepada Direktur Angkutan Udara.
Setelah dilakukan analisa dan evaluasi, ditemukan bahwa pelanggaran ini karena penggunaan pesawat baru
yang masih belum dilengkapi dengan fasilitas hiburan. Dikarenakan tidak mengancam keselamatan dan
keamanan penerbangan, atau dilakukan dengan kesengajaan, maka pelanggar diberikan kesempatan untuk
pembinaan berupa penyusunan rencana perbaikan (corrective action plan) disertai dengan mitigasi yang harus
dilakukan, paling lambat 7 (tujuh) hari. Apabila dalam waktu 7 (tujuh) hari belum dilakukan perbaikan, maka
Direktur Angkutan Udara akan menyampaikan LHP kepada Bagian Hukum untuk dikenakan Sanksi
Administratif. Bagian Hukum bersama dengan Inspektur Penerbangan kemudian akan melakukan Analisa dan
evaluasi bersama untuk memastikan unsur – unsur pelanggaran terpenuhi. Apabila unsur pelanggaran telah
terpenuhi, maka terhadap PT. Macan Terbang akan dikenakan sanksi administrative sesuai dengan PM 27
Tahun 2021
Contoh Kasus
Bidang Angkutan Udara:

• Posisi Kasus
Maskapai Langit Biru yang merupakan Badan Usaha Angkutan Udara Niaga berjadwal telah mengajukan perse
tujuan izin rute untuk rute CGK-DPS dengan DOS 12345, dimana itu merupakan rute baru yang belum ada izin
nya. Saat melakukan pengawasan, Inspektur Penerbangan menemukan di website resmi maskapai langit biru
telah melakukan penjualan tiket meskipun izin rutenya belum ditetapkan.

• Analisa Kasus
Berdasarkan PM 35 Tahun 2021, pasal 33 menyatakan bahwa BUAU Niaga Berjadwal dilarang melakukan
penjualan tiket sebelum penetapan pelaksanaan rute penerbangan diterbitkan sehingga apa yang dilakukan
oleh maskapai langit biru telah melanggar pasal tersebut. Inspektur Angkutan Udara yang melakukan pengawa
san secara online kemudian menyampaikan kepada Direktur Angkutan Udara untuk ditindaklanjuti. Dari Hasil
evaluasi yang dilakukan oleh Direktorat Angkutan Udara ditemukan bahwa pelanggaran terjadi karena faktor
ketidaksengajaan karena personel langit baru belum mengetahui ketentuan pasal 33, sehingga dilakukan
Langkah pembinaan berupa penyusunan corrective action plan berupa penarikan penjualan di website dan
pembekalan peraturan kepada personel maskapai langit biru dalam jangka waktu 7 hari yang apabila tidak
dipenuhi maka akan diteruskan prosesnya berupa pengusuan sanksi administratif kepada Bagian Hukum.
Contoh Kasus
Bidang Angkutan Udara:

• Posisi Kasus
Maskapai rajawali hijau menjual tiket dengan rute DPS – CGK dengan tarif melebihi tarif batas atas yang diteta
pkan oleh Menteri dah telah mendapatkan pembinaan berupa corrective action plan dimana Rajawali Hijau waji
b segera menyesuaikan tarif pada rute DPS – CGK dalam waktu paling lambat 5 hari dan melaporkan kepada
Direktur Angkutan Udara. 1 hari setelah melewati batas waktu, belum ada laporan yang masuk kepada Direktur
sehingga Inspektur Angkutan Udara melakukan pengawasan secara online dan menemukan bahwa harga tiket
maskapai Rajawali Hijau rute DPS – CGK masih melebihi tarif batas atas, sehingga disusun Laporan Hasil Pen
gawasan terhadap hal tersebut dan disampaikan kepada Direktur Angkutan Udara.

• Analisa Kasus
Berdasarkan PM 53 Tahun 2021, di pasal 54 BUAU wajib menetapkan tarif penumpang sesuai dengan tarif
batas atas yang ditetapkan oleh Menteri sehingga apa yang dilakukan oleh maskapai Rajawali Hijau telah
memenuhi unsur pelanggaran. Atas LHP yang disampaikan oleh Inspektur, Direktur Angkutan Udara
mengusulkan pengenaan sanksi administratif terhadap Maskapai Rajawali Hijau kepada Bagian Hukum dan
ditindaklanjuti dengan proses analisa dan evaluasi dengan mengundang seluruh pihak terkait. Berdasarkan
hasil analisa dan evaluasi ditemukan bahwa maskapai Rajawali Hijau ditemukan bahwa unsur pelanggaran
telah terpenuhi dan terjadi karena ketidakseriusan management dalam melakukan perbaikan dan maskapai
Rajawali Hijau juga telah beberapa kali melakukan pelanggaran sehingga ditetapkan sanksi administratif
berupa denda sebesar 150 juta rupiah.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai