Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN BIOKIMIA

PEMERIKSAAN ENZIM

OLEH :

NAMA : PUTRI RAHMAH

NIM : AK122031

SEMESTER/KELAS : 2/A

SHIFT/KELOMPOK : 2/1

TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

AKADEMI ANALIS KESEHATAN BORNEO LESTARI

BANJARBARU

2021
I. DASAR TEORI

Enzim adalah suatu protein spesifik yang memiliki aktifitas katalitik. Tenaga katalik enzim amat
luar biasa, umumnya jauh lebih besar dari katalisator sintetik/non protein/ion-ion logam. Sifat
katalitik enzim menentukan corak perubahan kimia dalam sel, ia juga berperan dalam perubahan
berbagai bentuk energi.

Sebagai makromolekul, enzim sangat efektif dalam mengkatalisis berbagai ragam reaksi kimia,
karena kemampuannya untuk berikatan secara khas dengan beerbagai macam molekul. Dengan
menggunakan seluruh daya intermolekuler yang ada, enzim menempatkan substrat pada
kedudukan yang optimum untuk memulai proses pembentukan ataupun pemecahan ikatan kimia.
Pada hakikatnya, enzim mengkatalisis reaksi dengan cara memantapkan keadaan transisi, yaitu
bentuk substrat dengan tingkat energi yang tertinggi.

Spesifisitas enzim sangat tinggi terhadap substartnya, enzim mempercepat reaksi kimiawi
spesifik dalam system biologi tanpa pembentukan produk samping, dan molekul ini berfungsi di
dalam larutan encewr pada keadaan suhu dan pH normal. Hanya sedikit katalisator non biologi
yang dilengkapi dengan sifat-sifat seperti ini.

semua enzim murni yang telah diamati sampai saat ini adalah protein, dan katalitiknya
bergantung pada integritas strukturnya sebagai protein dan katalitiknya bergantung pada
integritas strukturnya sevagai protein. Sebagai contoh, jika suatu enzim dididihkan dengan asam
kuat atau diinkubasi dengan tripsin (= perlakuan yang memotong rantai polipeptida), aktivitas
katalitiknya biasanya akan hancur; hal ini memperlilhatkan bahwa sturuktur kerangka primer
protein enzim dibutuhkan untuk aktivitasnya. Selanjutnya, jika pelipatan (struktur pilin) rantai
protein yang khas dari suatu protein enzim utuh dirubah, oleh panas,oleh perlakuan pH yang jauh
menyimpang dari keadaan normal, atau oleh perlakuan dengan senyawa perusak lainnya,
aktivitas katalitik enzim juga akan lenyap akan lenyap. Jadi struktur primer, sekunder, dan tersier
protein enzim penting bagi aktivitas katalitiknya.

Aktivitasnya katalitik enziim dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : konsentrasi enzim
dan substrat, konsentrasi koenzim (untuk beberapa reaksi tertentu), temperature, pH, dan
inhibitor.
II. TUJUAN

Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu untuk mengenal dan mengetahui Enzim dengan
Percobaan Aktivitas Enzim Invertase dan Percobaan Aktivitas Enzim Ptyalin dengan activator
ion Klorida

III. METODE PRAKTIKUM

1. Percobaan Aktivitas Enzim Invertase

Enzim invertase yang terdapat dalam ragi, dapat menghidrolisis sukrosa menjadi glukosa
dan fruktosa. Bila larutan ragi terlebih dahulu dipanaskan, maka enzim akan rusak dan tidak
dapat menghidrolisis sukrosa. Untuk menunjukan bahwa hidrolisis telah sempurna, maka
terhadap hidrosilat dilakukan uji Barfoed.

a. Alat dan Bahan :

1. Alat yang digunakan :


- Tabung reaksi
- Rak tabung reaksi
- Pipet ukur 5 ml, 10 ml
- Penjepit tabung reaksi
- Pembakar Bunsen
- Penangas air
2. Bahan yang digunkan :
- Larutan ragi 1%
- Larutan sukrosa 1%
- Larutan maltose 1%
- Larutan pereaksi Bennedict
b, Prosuder kerja :

1. Ke dalam 2 buah tabung reaksi yang bersih dan telah di beri label,
2. Ke dalam tabung pertama, diambahkan 1 ml larutan ragi 1% , dicampur sampai
homogen,
3. Ke dalam tabung ke dua, ditambahkan 1 ml larutan ragi 1% yang telah
dididihkan,dicampur sampai homogen,
4. Ke dalam tabung ke tiga, dimasukkan 5 ml larutan maltose 1% dan 1 ml larutan ragi,
dicampur sampai homogen,
5. Ke tiga tabung diatas dipanaskan dalam penangas air pada suhu 40℃,selama 10 menit,
6. Terhadap ke tiga hidrolisat, dilakukan uji barfoed (lihat karbohidrat), diamati
perubahan yang terjadi.

2. Percobaan Aktivitas Enzim Ptyalin dengan activator ion Klorida

Dalam air liur terdapat enzim ptyalin yang dapat menghidrolisis ammilum, menjadi
amilodekstrin, eritrodekstrin, akhrodekstrin, dan maltose. Dengan penambahan larutan iodine,
amilodekstrin berwarna biru, eritrodesktrin berwarna merah, sedangkan akhrodekstrin dan
maltose tidak berwarna.

Dengan adanya ion klorida (dari NaCl) pada pH netral, menyebabkan kondisi yang
optimum untuk aktivitas enzim ptyalin, sedangkan dalam suasana netral dan tidak adanya
klorida, aktivitas enzim lambat. Bila ke dalam air liur ditambahkan ion klorida yang berasal
dari asam klorida, maka aktivitas enzim ptyalin hilang (rusak), karena kondisi pH larutan
menjadi asam.

a. Alat dan Bahan :

1. Alat yang digunakan :


-Tabung reaksi
-Rak tabung reaksi
-Pipet ukur 5 ml, 10 ml
-Penjepit tabung reaksi
-Pembakar Bunsen
-Penangas air
2. Bahan yang digunkan :
-Larutan NaCl 1%
-Larutan amilum 1%
-Larutan HCl 1 N
-Larutan Iodin ancer
-Air liur
b, Prosuder kerja

1. Ke dalam 3 buah tabung reaksi yang bersih dan telah di beri label, masing-masing
dimasukkan 3 ml larutan amilum 1%, 1 ml air liur dan 1 tetes larutan iodin.
2. Ke dalam tabung pertama, diambahkan 1 ml larutan NaCl 1% , dicampur sampai
homogen,
3. Ke dalam tabung ke dua, ditambahkan 1 ml larutan HCl 1 N, dicampur sampai
homogen,
4. Ke dalam tabung ke tiga, dimasukkan 1 ml aquadest/aqua DM, dicampur sampai
homogen,
5. Ke tiga tabung diatas dipanaskan dalam penangas air pada suhu 40℃,selama beberapa
menit,
6. Diamati perubahan yang terjadi pada saat pemanasan.
IV. HASIL PENGAMATAN
1. Percobaan Aktivitas Enzim Invertase

PENGAMATAN
NO NAMA ENZIM
AWAL REAKSI AKHIR REAKSI
1. Ragi 1%+maltose+uji Bening Warna biru
barfoed
2. Ragi 1% Bening Warna biru
panas+maltose+uji barfoed
3 Ragi 1%+air+uji barfoed bening Warna biru
2. Percobaan Aktivitas Enzim Ptyalin dengan activator ion Klorida

PENGAMATAN
3. NO NAMA ENZIM
AWAL REAKSI AKHIR REAKSI
1. amilum+air Biru (amilum+air Putih keruh
liur+iodin+NaCl liur+iodin)
2. amilum+air liur+iodin+HCl Biru (amilum+air Putih keruh
liur+iodin)
3 amilum+air Biru (amilum+air Putih keruh
liur+iodin+aquades liur+iodin)

V. PEMBAHASAN

Enzim adalah sekelompok protein yang berfungsi sebagai katalisator untuk berbagai
reaksi kimia dalam sistem biologik. Hampir tiap reaksi kimia dalam sistem biologis
dikatalisis oleh enzim. Sintesis enzim terjadi didalam sel dan sebagian enzimdapat eksraksi
dari sel tanpa merusak fungsinya. Enzim amilase dapat diperoleh dari sekresi air liur atau
saliva. Saliva adalah suatu cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna yang terdiri atas
campuran sekresi dari kelenjar ludah besar kecil dan besar yang ada pada mukosa oral.
Saliva dapat juga disebut dengan kelenjar ludah atau kelenjar air liur.

Saliva mempunyai Ph antara 5,75 sampai 7,05. Pada umumnya pH saliva adalah sedikit
dibawah 7. Enzim ptyalin dalam saliva adalah suatu enzim amilase. Enzim ptyalin bekerja
secara optimal pada Ph 6,6. Adapun maksud dari percobaan ini untuk mengetahui dan
memahami pengaruh suhu/Ph dari enzim amilase dan indikator reaksi antara amilum dan
iodin. Adapula tujuan dari percobaan ini untuk menentukan Ph optimum terhadap aktivitas
enzim amilase dan menentukan temperature dan pengaruh Ph terhadap keaktifan enzim.

Sebagai katalis dalam reaksi-reaksi di dalam tubuh organisme, enzim memiliki beberapa
sifat, yaitu:

 Enzim adalah protein, karenanya enzim bersifat thermolabil, membutuhkan pH dan


suhu yang tepat.
 Enzim bekerja secara spesifik, dimana satu enzim hanya bekerja pada satu substrat.
 Enzim berfungsi sebagai katalis, yaitu mempercepat terjadinya reaksi kimia tanpa
mengubah kesetimbangan reaksi.
 Enzim hanya diperlukan dalam jumlah sedikit.
 Enzim dapat bekerja secara bolak-balik.
 Kerja enzim dipengaruhi oleh lingkungan, seperti oleh suhu, pH, konsentrasi, dan lain-
lain (wikipedia, 2010).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kerja enzim diantaranya adalah sebagai
berikut.

1. Suhu

Enzim tidak dapat bekerja secara optimal apabila suhu lingkungan terlalu rendah atau
terlalu tinggi. Jika suhu lingkungan mencapai 0° C atau lebih rendah lagi, enzim tidak aktif.
Jika suhu lingkungan mencapai 40° C atau lebih, enzim akan mengalami denaturasi (rusak).
Suhu optimal enzim bagi masing-masing organisme berbeda-beda. Untuk hewan berdarah
dingin, suhu optimal enzim adalah 25° C, sementara suhu optimal hewan berdarah panas,
termasuk manusia, adalah 37° C.

2. pH (Tingkat Keasaman)

Setiap enzim mempunyai pH optimal masing-masing, sesuai dengan "tempat kerja"-nya.


Misalnya enzim pepsin, karena bekerja di lambung yang bersuasana asam, memiliki pH
optimal 2. Contoh lain, enzim ptialin, karena bekerja di mulut yang bersuasana basa,
memiliki pH optimal 7,5-8.
3. Aktivator dan Inhibitor

Aktivator adalah zat yang dapat mengaktifkan dan menggiatkan kerja enzim. Contohnya
ion klorida, yang dapat mengaktifkan enzim amilase.

Inhibitor adalah zat yang dapat menghambat kerja enzim. Berdasarkan cara kerjanya,
inhibitor terbagi dua, inhibitor kompetitif dan inhibitor nonkompetitif. Inhibitor kompetitif
adalah inhibitor yang bersaing aktif dengan substrat untuk mendapatkan situs aktif enzim,
contohnya sianida bersaing dengan oksigen dalam pengikatan Hb. Sementara itu, inhibitor
nonkompetitif adalah inhibitor yang melekat pada sisi lain selain situs aktif pada enzim,
yang lama kelamaan dapat mengubah sisi aktif enzim.

4. Konsentrasi enzim dan substrat

- Semakin tinggi konsentrasi enzim akan semakin mempercepat terjadinya reaksi. Dan
konsentrasi enzim berbanding lurus dengan kecepatan reaksi.

- Jika sudah mencapai titik jenuhnya, maka konsentrasi substrat berbanding terbalik
dengan kecepatan reaksi (Mulia, 2007).

Enzim adalah satu atau beberapa gugus polipeptida (protein) yang berfungsi sebagai
katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi
kimia. Enzim bekerja dengan cara menempel pada permukaan molekul zat-zat yang bereaksi
dan dengan demikian mempercepat proses reaksi. Percepatan terjadi karena enzim
menurunkan energi pengaktifan yang dengan sendirinya akan mempermudah terjadinya
reaksi.

VII. KESIMPULAN

Enzim adalah sekelompok protein yang berperan sebagai pengkatalis dalam reaksi-
reaksi biologis. Enzim dapat juga didefenisikan sebagai biokatalisator yang dihasilkan oleh
jaringan yang berfungsi meningkatkan laju reaksi dalam jaringan itu sendiri. Adapun Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi kerja enzim diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Suhu
Enzim tidak dapat bekerja secara optimal apabila suhu lingkungan terlalu rendah atau
terlalu tinggi.

2. pH (Tingkat Keasaman)

Setiap enzim mempunyai pH optimal masing-masing, sesuai dengan "tempat kerja"-nya.

3. Aktivator dan Inhibitor

Aktivator adalah zat yang dapat mengaktifkan dan menggiatkan kerja enzim. Contohnya
ion klorida, yang dapat mengaktifkan enzim amilase.

Inhibitor adalah zat yang dapat menghambat kerja enzim. Berdasarkan cara kerjanya,
inhibitor terbagi dua, inhibitor kompetitif dan inhibitor nonkompetitif.

4. Konsentrasi enzim dan substrat

- Semakin tinggi konsentrasi enzim akan semakin mempercepat terjadinya reaksi. Dan
konsentrasi enzim berbanding lurus dengan kecepatan reaksi.

- Jika sudah mencapai titik jenuhnya, maka konsentrasi substrat berbanding terbalik
dengan kecepatan reaksi
DAFTAR PUSTAKA

- Isharmanto, 2009. Sifat-sifat Enzim. http://isharmanto.blogspot.com. Diakses 24.9. 2010.


- Juryatin. 1997. Peran Enzim Amilase pada Tubuh Manusia. http://www.docstoc.com. Diakses
24.9.2010.
- Mulia,Isnan,2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kerja Enzim.
http://metabolismelink.freehostia.com. Diakses 26.9.2010
- Nurhalim, M. Shahib.2005. Biologi Molekuler. Bandung: Universitas Padjajaran.
- Wikipedia, 2010. Cara Kerja Enzim. http://metabolismelink.freehostia.com.
LAPORAN BIOKIMIA

PEMERIKSAAN KARBOHIDRAT

OLEH :

NAMA : PUTRI RAHMAH

NIM : AK122031

SEMESTER/KELAS : 2/A

SHIFT/KELOMPOK : 2/1

TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


AKADEMI ANALIS KESEHATAN BORNEO LESTARI

BANJARBARU

2021

I. DASAR TEORI

Karbohidrat tersebar luas, baik dalam jaringan binatang maupun jaringan tumbuh-
tumbuhan, karbohidrat dihasilkan oleh reaksi fotosentesis dalam tanaman hijau daun dengan
bantuan sinar matahari, mencakup selulosa yang berperan sebagai rangka tunbuhtumbuhan
serta pati glukosa danm glikogen, berperan sebagai sumber energi yang penting bagi
aktivitas vital. Beberapa karbohidrat mempunyai fungsi sangat spesifik, misalnya ribosa
dalam nukleoprotein sel, galaktosa dalam lipida tertentu dan laktosa susu. Bahan makanan
nabati yang merupakan sumber karbohidrat adalah beras, jagung, gandum, singkong, dan
sebagainya.

Karbohidrat didefinisikan sebagai senyawa polihidroksi aldehid atau polihidroksi


keton, atau sebagai senyawa yang menghasilkan derivate-derivat teersebut di atas pada
hidrolisis.

Secara umum, karbohidrat dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) golongan, yakni :


1. Monosakarida (sering disebut gula sederhana), adalah sakarida yang tidak dapat
dihidrolisis menjadi bentuk yang lebih sederhana lagi. Yang termasuk ke dalam
golongan ini, adalah triosa (seperti ; gliserosa, dihidroksi aceton), tetrosa (seperti :
eritrosa eritrulosa), pentosa (seperti : arabinosa, ribose, dan ribulosa), heksosa
(seperti : glokusa, manosa, galaktosa, yang memiliki gugus fungsi aldehida, dan
fruktosa yang memiliki gugus fungsi keton), dan heptosa ( seperti : heptolusa yang
memiliki gugus fungsi keton).
2. Disakarida, adalah karbohidrat yang bila dihidrolisis akan menghasilkan dua molekul
monosakarida yang sama atau berbeda. Senyawa-senyawa yang termasuk ke dalam
golongan ini, adalah sukrosa/sakarosa, maltose, selobiosa dan laktosa.
3. Polisakarida, adalah kagom arab, glikogen, dan lain sebagainya.rbohidrat yang
menghasilkan lebih dari enam molekul monosakarida pada hidrolisis. Senyawa yang
termasuk kedalam golongan ini, antara lain : ammilum, dekstrin, gom arab,
glikogen, dan lain sebagainya
Karbohidrat secara umum, merupakan zat padat yang berwarna putih, mempunyai sifat
mudah larut dalam air (pelarut polar) kecuali beberapa senyawa polidsakarida, dan sukar
larut dalam pelarut non polar (seperti kloroform, eter, dan lain-lain).

Secara umum, untuk mengetahui adanya karbohidrat dalam suatu bahan makanan atau
dalam suatu contoh (Zat uji), dapat dilakukan dengan menguji molisch,dan uji Anthorone;
untuk mengetahui adanya gula pereduksi, dapat ditentukan dengan uji Fehling, Bednedict,
atau uji Tollens; untuk mengetahui adanya pentose, dapat ditentukan dengan uji Benziden –
Tauber dan uji Orsinol Bial-HCL; untuk mengetahui adanya gugus keton, dapat ditentukan
dengan uji Iodin.

II. TUJUAN
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu untuk mengenal dan mengetahui
karbohidrat dengan Tes Molisch, , Tes Reduksi, Tes Iodium.
III. METODE PRAKTIKUM
1. Tes Molisch
Prinsip reaksi :
Reaksi terjadi karena adanya dehidrasi karbohidrat oleh H2SO4 pekat sehingga terbentuk
furfural atau derivatnya. Kondensasi dengan α-naftol akan terbentuk kompleks ungu.

Bahan-bahan :
Sampel (larutan glukosa, sukrosa, laktosa, maltosa, manosa, arabinosa, amilum, gom
Arab, dan gula pasir masing-masing 1%).

Pereaksi :
- Larutan Molisch
(5 gram α-naftol dilarutkan dalam 100 ml alkohol 95%)
- H2SO4 pekat

Cara Kerja :
- Pipet 2 ml masing-masing larutan sampel ke dalam tabung reaksi.
- Tambahkan 3 tetes pereaksi Molisch
- Kocok, kemudian alirkan perlahan-lahan 1 ml H2SO4 pekat melalui dinding tabung
- Lihat hasilnya, reaksi positif bila pada bidang pembatas kedua lapisan, terbentuk
cincin berwarna ungu.
2. Tes Reduksi
a. Tes Barfoed
Prinsip reaksi :
Reaksi reduksi oksidasi terjadi dalam suasana asam
Test ini berguna untuk membedakan monosakarida dan disakarida, karena dalam
suasana asam larutan sampel yang masih mempunyai sifat mereduksi adalah
monosakarida. Bahan-bahan :

Sampel (larutan glukosa, sukrosa, laktosa, maltosa, manosa, arabinosa, amilum, gom
Arab, dan gula pasir masing-masing 1%).

Pereaksi :
- Larutan Barfoed
(13,3 gram Cu asetat, 1,9 ml asam asetat glasial dilarutkan dalam 200ml
aquades) Cara Kerja :

- Pipet 3 ml pereaksi Barfoed kedalam masing-masing tabung reaksi


- Tambahkan 3 tetes larutan sampel ke dalam masing-masing tabung di atas.
- Panaskan di atas nyala api selama 1 menit bila terlihat reduksi panaskan dalam
water bath selama 15 menit.
- Lihat hasilnya (reaksi positif bila terjadi endapan merah).
3. Tes Iodium (untuk polisakarida)
Prinsip reaksi :
Polisakarida dengan iodium akan membentuk kompleks yang berwarna sesuai dengan
sifat jenisnya.

Bahan-bahan :
Sampel (larutan glukosa, sukrosa, laktosa, maltosa, manosa, arabinosa, amilum, gom
Arab, dan gula pasir masing-masing 1%).

Pereaksi :
- Larutan Iodium 0,01 M
- Larutan NaOH 2 N
- Larutan HCl 2 N Cara Kerja :
- Teteskan 1 tetes larutan sampel ke dalam cawan proselin pada masing-masing lubang.
- Tambahkan satu tetes larutan Iodium ke dalam masing-masing larutan sampel.
- Lihat perubahan warna yang terjadi.
- Tambahkan 1 tetes NaOH 2N, amati perubahan warna yang terjadi.
- Tambahkan 1 - 2 tetes HCl 2N, amati perubahan warna yang terjadi.

IV. HASIL PENGAMATAN


A. Tes Molisch

PENGAMATAN
NAMA
NO AWAL AKHIR KETERANGAN
KARBOHIDRAT
REAKSI REAKSI
1. Larutan Glukosa 1% Warna bening Terbentuk cincin Positif
ungu
2. Larutan Sukrosa 1% Warna bening Terbentuk cincin Positif
ungu
3. Larutan Laktosa 1% Warna bening Terbentuk cincin Positif
ungu
4. Larutan Maltosa 1% Warna bening Terbentuk cincin Positif
ungu
5. Larutan Gula Pasir Warna bening Terbentuk cincin Positif
ungu
6. Larutan Amilum 1% Warna bening Warna kuning Negatif
B. Tes Barfoed

PENGAMATAN
NAMA
NO AWAL AKHIR KETERANGAN
KARBOHIDRAT
REAKSI REAKSI
1. Larutan Glukosa 1% Warna bening Terbentuk Positif
endapan merah
2. Larutan Sukrosa 1% Warna bening Tidak terbentuk Negatif
endapan merah
3. Larutan Laktosa 1% Warna bening Tidak terbentuk Negatif
endapan merah
4. Larutan Maltosa 1% Warna bening Terbentuk Positif
endapan merah
5. Larutan Gula Pasir Warna bening Terbentuk Positif
endapan merah
6. Larutan Amilum 1% Warna bening Tidak terbentuk Negatif
endapan merah
C. Tes Iodium

PENGAMATAN
NAMA
NO AWAL AKHIR KETERANGAN
KARBOHIDRAT
REAKSI REAKSI
1. Larutan amilum 1% + iodin Warna bening Warna biru + polisakarida
2. Larutan 1% + iodin + HCL Warna bening Warna bening Karena tereduksi
menjadi
disakarida
3. Larutan 1% + iodin + NaOH Warna bening Warna bening Karena tereduksi
menjadi
disakarida
V. PEMBAHASAN
1. Tes Molisch
 Uji Molisch untuk mengetahui adanya kandungan karbohidrat dalam·sampel. Uji
Fehling bertujuan mengetahui adanya gula pereduksi, yaitu semua jenis karbohidrat
kecuali sukrosa, fruktosa, dan polisakarida.Glukosa akan menghasilkan reaksi positif
jika diuji dengan tes Fehling.
2. Tes Barfoed
Uji barfoed adalah uji yang bertujuan untuk mengetahui adanya gula monosakrida
pereduksi pada bahan pangan. Jelas terlihat bahwa uji ini lebih spesifik daripada uji
benedict yang hanya bertujuan untuk mengetahui adanya gula pereduksi saja dalam
bahan pangan.
3. Tes Iodium (untuk polisakarida)
Uji iodium adalah uji yang dilakukan untuk membuktikan
adanya polisakarida (amilum, glikogen, dan dekstrin). Reaksi iodin dengan amilum
atau pati menghasilkan warna biru, dengan dekstrin menghasilkan warna merah,
serta dengan glikogen dan sebagian pati menghasilkan warna coklat.

VI. KESIMPULAN
Dari praktikum kali ini dapat disimpulkan pada tes molicsh pada awal reaksi akan
berwarna bening dan ketika positif reaksi yang akan timbul yaitu terbentuknya cincin
ungu , sedangkan jika negatif akan terbentuk warna kuning.
Pada tes barfoed pada awal reaksi akan berwarna bening dan pada hasil positif akan
terbentuk endapan putih , biasanya hasil positif akan terbentuk pada sampel
monosakarida, sedangkan sampel negatif tidak terbentuk endapan putih.
Pada tes iodin pada awal reaksi akan berwarna bening dan pada hasil positif akan
berwarna biru yang menunjukkan bahwa positif polisakarida, sedangkan pada hasil
negatif tidak ada perubahan karena tereduksi menjadi disakarida.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.slideshare.net/anishamidah/uji-barfoed
https://roboguru.ruangguru.com/question/suatu-bahan-pangan-di-ujicoba-dengan-
beberapa-tes-sebagai-berikut-berdasarkan-hasil_QU-79BELJ62
LAPORAN BIOKIMIA

PEMERIKSAAN LIPID

OLEH :

NAMA : PUTRI RAHMAH

NIM : AK122031

SEMESTER/KELAS: 2/A

SHIFT/KELOMPOK : 2/1

TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

AKADEMI ANALIS KESEHATAN BORNEO LESTARI

BANJARBARU
2021

I. DASAR TEORI
Lipida memegang peranan penting dalam struktur dan fungsi sel. Dalam tumbihan ganggang Euglena, lemak
terdapat dalam membran kloroplas sebagai penyimpanan energi kimia, beberapa mitokondria, dan dalam
sitoplasma sel.

Lipida, adalah suatu kelompok senyawa heterogen yang berhubungan dengan asam lemak, baik secara actual
maupun potensial, dan terdapat di alam. Lipida dan asam lemak memiliki sifat yang sama, yaitu rrelatif tidak
larut dalam air, dapat diekstrak dari sel dan jaringan oleh pelarut nonopolar, seperti : eter (dietel eter),
kloroform, benzene, heksan, dll. Dengan demikian lipida mencakup lemak (triasilgliserol=trigliserida), minyak
lilin, malam, fofolipid, glikolipid, terpena, steroid, karoten, dan beberapa senyawa lain yang pentinng. Berbagai
kelas lipida dihubungkan satu sama lain berdasarkan kemiripan sifat fisisnya, tetapi hubungan kimia, fungsi,
struktur, dan fungsi-fungsi biologis mereka beraneka ragam.

Percobaan lipida, melliputi : sifat umum lemak dan minyak (daya larut, keasaman dan emulsi lemak/minyak),
reaksi-reaksi yang berhubungan dengan reaksi-reaksi yang berhubungan dengan kolesterol (percobaan
Salkowsky, percobaan Liebermann-buchard, dan pembentukan Kristal kolesterol).

II. TUJUAN
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu untuk mengenal dan mengetahui karbohidrat dengan
Daya Larut Lemak, Keasaman, Emulsi, Benedict, Dunstan, Salkowsky, Lieberman Burchard, Penyabunan,
Iodium, Asam Lemak Bebas
III. METODE PRAKTIKUM
1. Daya Larut Lemak
Prinsip Reaksi :

Minyak dalam air akan membentuk emulsi yang tak mantap karena butir-butir kecil berkumpul menjadi besar.
Dengan penambahan zat-zat emilsier seperti protein, sabun, gom akan membentuk emulsi yang
stabil/mantap. Minyak dengan Na 2CO3 menyebabkan proses penyabunan. Sedangkan lemak akan melarut baik
dengan pelarut organik (non polar).

Bahan :

- HCl 2N
- Na2CO3 1%
- Alkohol
- Benzena
- Kloroform
- Ether
Cara kerja :

- Pipet 2 ml air, HCl 2N, Na 2CO3 1%, alkohol dingin, alkohol panas, benzena, kloroform, dan ether kedalam
tabung reaksi.
- Tambahkan 2 tetes minyak kedalam tiap tabung, kemudian kocok.
- Amati perubahan yang terjadi.
2. Pembentukan Emulsi
Prinsip Reaksi :

Minyak kelapa dan minyak tengik dengan penambahan Na 2CO3 akan terjadi proses penyabunan. Pada minyak
tengik terdapat asam-asam lemak bebas sehingga akan membentuk emulsi mantap.

Bahan :

- Minyak kelapa dan minyak tengik


- Na2CO3 0,5%
Cara kerja :

- Pipet masing-masing 5 ml air dan masukkan kedalam 3 tabung reaksi :


 Tabung 1 masukkan 2 tetes minyak kelapa dan kocoklah
 Tabung 2 masukkan 2 tetes minyak kelapa dan 2 tetes Na 2CO3 0,5 % dan kocok
 Tabung 3 masukkan 2 tetes minyak tengik dan 2 tetes Na 2CO3 0,5 %, dan kocok
- Amati perubahan yang terjadi.
3. Tes Salkowsky
Prinsip Reaksi :

Dengan adanya asam sulfat terjadi oksidasi dan dehidrasi dari kolesterol membentuk zat yang memberi warna
merah coklat sampai ungu pada lapisan atas dan pada lapisan bawah terjadi warna merah yang cepat berubah
menjadi biru (fluoresensi hijau / reaksi ini dilakukan dalam keadaan kering).

Bahan :

- Kolesterol padat
- Kloroform
- H2SO4 pekat
Cara kerja :
- Kedalam tabung reaksi masukkan sedikit kolesterol padat
- Tambahkan 1 ml kloroform dan 2 ml H 2SO4 pekat
- Goyangkan agar bercampur dan bereaksi
- Amati perubahan yang terjadi (reaksi positif bila terbentuk dua lapisan).
 Lapisan atas : kloroform, berwarna merah coklat/ungu
 Lapisan bawah : asam sulfat, berfluoresensi hijau

4. Tes Lieberman-Burchard
Prinsip Reaksi :

Tes ini belum diketahui reaksi kimianya. Kecepatan terbentuknya warna berlainan untuk macam-macam
sterol.

Bahan :

- Kolesterol padat
- Kloroform
- Asam cuka anhidrat
- H2SO4 pekat
Cara kerja :

- Kedalam tabung reaksi masukkan sedikit kolesterol


- Tambahkan 1 ml kloroform
- Tambahkan 5 tetes asam cuka anhidrat dan 1 tetes H2SO4 pekat
- Amati perubahan yang terjadi (reaksi positif bila terbentuk warna merah yang berubah menjadi biru lalu
biru hijau).

IV. HASIL PENGAMATAN


A. Daya Larut Lemak
PENGAMATAN
NO NAMA LIPID KETERANGAN
AWAL REAKSI AKHIR REAKSI
1. Minyak + HCL Bening Bercampur Larut
2. Minyak+Alkohol dingin Bening Masih terpisah Tidak larut
minyak dan alkohol
dingin
3. Minyak+alkohol panas Bening Masih terpisah Tidak larut
minyak dan alkohol
panas
4. Minyak+ Na2CO31% Bening Masih terpisah Tidak larut
minyak dan
Na2CO31%
5. Minyak+kloroform Bening Bercampur Larut
6. Minyak+eter Bening Bercampur Larut

B. Pembentukan Emulsi
PENGAMATAN
NO NAMA LIPID AWAL KETERANGAN
AKHIR REAKSI
REAKSI
1. Minyak baru+ Na2CO3 1% Bening Terbentuk gelembung (+) terbentuk emulsi
emulsi
2. Minyak baru+ air Bening Tidak Terbentuk (-) terbentuk emulsi
gelembung emulsi
3. Minyak tengik+ Na2CO3 1% Bening Terbentuk gelembung (+) terbentuk emulsi
emulsi

C. Tes Salkowsky

PENGAMATAN
NO NAMA LIPID AWAL KETERANGAN
AKHIR REAKSI
REAKSI
1. Kolesterol padat + kloroform + bening
terbentuk dua lapisan Positif
H2SO4
D. Tes Lieberman-Burchard

PENGAMATAN
A. N
NAMA LIPID AWAL KETERANGAN
AKHIR REAKSI
REAKSI
1. Kolesterol padat + kloroform + Warna putih Tidak ada perubahan
Negatif
asam asetat anhidrat + H2SO4 susu warna

V. PEMBAHASAN
A. Daya Larut Lemak
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut
dalam suatu pelarut (solvent0. Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut
dalam sustu pelarut pada kesetimban gan. Minyak adalah salah satu kelompok yang temasuk pada
golongan lipid, yaitu senyawa or ganik yang terdapat di alam serta tilak laru dalam air, tetapi larut dalam
pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter. kloroform.
Kelarutan bergantung pada struktur zat, seperti perbandingan gugus polar dan non polar dari suatu
molekul. Menutu Page (1985) makin panjang rantai gugus non polar suatu zat, makin sukar zat tersebut
larut dalam air. Senyawa nonpolar akan mudah larut dalam senyawa nonpolar, misalnya lemak mudah
larut dalam minyak. Pelarut non polar tidak dapat mengurangi daya tarik-menarik antara ion-ion karena
konstanta dielektiknya yang rendah. lapun tidak dapat memecahkan ikatan kovalen dan tidak dapat
membentuk jembatan hidrogen. Menurut Montgomery (1993) mekanis me terjadinya kelarutan minyak
dalam pelarut non-polar dengan melarutkan zat-zat non polar pada tekanan internal yang sama melalui
induksi antara aksi dipol, Pelarut semi polar dapat menginduksi tingkat kepolaran molekul-molekul
pelarut non polar. Ia bertindak sebagai perantara (Intermediete Solvent) untuk mencampurkan pelarut
non polar dengan non polar.
Pada uji kelarutan lemak digunakan HCL,alkohol,Na 2CO3 1%, kloroform,eter menunjukkan hasil positif
minyak larut dalam kloroform dan eter, karena kedua sampel tersebut merupakan senyawa non-polar
sehingga sampel dengan minyak dapat saling tarik-menarik antarmolekul. Hal ini sudah sesuai dengan
teori Kusnandar (2010) bahwa lemak atau minyak bersifat non-polar sehingga hanya dapat larut dalam
pelarut organik non-polar, seperti kloroform, heksana, petroleum eter, atau dietil eter.
B. Pembentukan Emulsi
Emulsi adalah campuran dari dua cairan yang biasanya tidak bergabung, seperti minyak dan air. Perlu
ditambahkan zat tertentu yang bertindak sebagai pengemulsi, yang dapat membantu dua cairan dapat
bercampur secara homogen dan stabil . Menurut farmakope edisi IV Emulsi adalah sistem dua fase yang
salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Stabilitas emulsi
dapat dipertahankan dengan penambahan zat yang ketiga yang disebut dengan emulgator (emulsifying
agent).
Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor yang penting untuk
diperhatikan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang
digunakan. Emulgator adalah bagian berupa zat yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi. Mekanisme
kerjanya adalah menurunkan tegangan antamuka permukaan air dan minyak serta membentuk lapisan
film pada permukaan globul-globul fasa terdispersinya. Daya kohesi suatu zat selalu sama, sehingga pada
permukaan suatu zat cair akan terjadi perbedaan tegangan karena tidak adanya keseimbangan daya
kohesi, sehingga terjadi perbedaan tegangan bidang bautas dua cairan yang tidak dapat bercampur.
Semakin tinggi perbedaun tegangan yang terjadi pada bidang mengakibatkan antara kedua zat cair itu
semak in susah untuk bercampur, sehingga terjadi emulsi.
C. Tes Salkowsky

Uji salkowski dan lieberman-buchard digunakan untuk mengidentifikasi adanya


kolesterol. Pada uji salkowski, terbentuk cincin coklat yang menunjukkan terjadinya
reaksi antara kolesterol dengan asam sulfat pekat. Warna hijau pada uji lieberman-
buchard menunjukkan reaksi antara kolesterol dengan asam asetat anhidrat. Kedua uji
tersebut diatas dapat digunakan untuk mengukur kadar kolesterol secara kalorimetri.

Trigliserida dengan bagian utama asam lemak tidak jenuh dapat diubah secara kimia
menjadi lemak padat oleh proses hidrogenasi sebagian ikatan gandanya. Jika terkena
udara bebas, trigliserida yang mengandung asam lemak tidak jenuh cenderung
mengalami autooksidasi. Molekul oksigen dalam udara dapat bereaksi dengan asam
lemak, sehingga memutuskan ikatan gandanya menjadi ikatan tunggal. Hal ini
menyebabkan minyak mengalami ketengikan. Kelas lipida yang lain adalah steroid dan
terpen. Steroid merupakan molekul kompleks yang larut di dalam lemak dengan empat
cincin yang saling bergabung. Steroid yang paling banyak adalah sterol yang merupakan
steroid alkohol. Kolesterol adalah sterol utama pada jaringan hewan. Kolesterol dan
senyawa turunan esternya, dengan asam lemaknya yang berantai panjang adalah
komponen penting dari plasma lipoprotein.Uji Kelarutan Lipid Uji ini terdiri atas
analisis kelarutan lipid maupun derivat lipid terdahap berbagai macam pelarut. Dalam
uji ini, kelarutan lipid ditentukan oleh sifat kepolaran pelarut. Apabila lipid dilarutkan ke
dalam pelarut polar maka hasilnya lipid tersbut tidak akan larut. Hal tersebut karena
lipid memiliki sifat nonpolar sehingga hanya akan larut pada pelarut yang sama-sama
nonpolar. Uji Lieberman Buchard Uji Lieberman Buchard merupakan uji kuantitatif
untuk kolesterol. Prinsip uji ini adalah mengidentifikasi adanya kolesterol dengan
penambahan asam sulfat ke dalam campuran. Sebanyak 10 tetes asam asetat dilarutkan
ke dalam larutan kolesterol dan kloroform (dari percobaan Salkowski). Setelah itu, asam
sulfat pekat ditambahkan. Tabung dikocok perlahan dan dibiark an beberapa menit.
Mekanisme yang terjadi dalam uji ini adalah ketika asam sulfat ditambahkan ke dalam
campuran yang berisi kolesterol, maka molekul air berpindah dari gugus C3 kolesterol,
kolesterol kemudian teroksidasi membentuk 3,5-kolestadiena. Produk ini dikonversi
menjadi polimer yang mengandung kromofor yang menghasilkan warna hijau. Warna
hijau ini menandakan hasil yang positif (WikiAnswers 2008). Reaksi positif uji ini
ditandai dengan adanya perubahan warna dari terbentuknya warna pink kemudian
menjadi biru-ungu dan akhirnya menjadi hijau tua.
D. Tes Lieberman-Burchard
Uji Liebermann-Burchard atau uji anhidrida asetat digunakan untuk mendeteksi kolesterol. Pembentukan
warna hijau atau hijau-biru setelah beberapa menit adalah positif.
Lieberman-Burchard adalah reagen yang digunakan dalam uji kolorimetri untuk mendeteksi kolesterol,
yang memberikan warna hijau tua. Warna ini dimulai sebagai keunguan, warna merah muda dan
berkembang menjadi hijau muda kemudian warna hijau sangat gelap. Warna ini disebabkan oleh gugus
hidroksil (-OH) kolesterol yang bereaksi dengan reagen dan meningkatkan konjugasi ketidakjenuhan
pada cincin leburan yang berdekatan. Karena tes ini menggunakan anhidrida asetat dan asam sulfat
sebagai reagen, kehati-hatian harus dilakukan agar tidak mengalami luka bakar yang parah.
VI. KESIMPULAN
Dari praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa pada tes kelarutan lipid pada sampel HCL, kloroform,
eter didapatkan hasil positif karena minyak dapat larut pada sampel tersebut.
Pada tes pembentukan emulsi hasil positif didapat dari sampel yang ditambahkan Na 2CO3 1% dengan
ditandai adanya gelembung emulsi, sedangkan sampel yang ditambahkan air tidak terbentuk gelembung
emulsi.
Pada tes salkowsky didapatkan hasil positif karena terbentuk kedua lapisan

 Lapisan atas : kloroform, berwarna merah coklat/ungu


 Lapisan bawah : asam sulfat, berfluoresensi hijau
Pada tes Tes Lieberman-Burchard didapatkan hasil negatif karena tidak terjadi perubahan warna.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.slideshare.net/fransiskaputeri/laporan-biokimia-itp-uns-smt3-lipida
https://farmasetika.com/2019/07/13/emulsi-dan-tipe-tipe-emulsi-dalam-sediaan-farmasi/
https://www.slideshare.net/radendanixiipaii/laporan-praktikum-biokimia

LAPORAN BIOKIMIA

PEMERIKSAAN PROTEIN
OLEH :

NAMA : PUTRI RAHMAH

NIM : AK122031

SEMESTER/KELAS: 2/A

SHIFT/KELOMPOK : 2/1

TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

AKADEMI ANALIS KESEHATAN BORNEO LESTARI

BANJARBARU

2021
I. DASAR TEORI

Protein berasal dari kata Yunani “proteios” yang berarti “barisan pertama”. Kata ini diciptakan oleh Jons J.
barzelius pada tahun 1938, untuk menekankan pentingnya golongan ini. Protein merupakan makromolekul yang
paling berlimpah dalam sel hidup, dan merupakan 50 persen atau lebih berat kering sel. Protein ditemukan dalam
semua sel dan semua bagian sel.

Sel hidup menghasilkan berbagai macam makromolekul, terutama protein asam nukleat, dan polisakarida,
yang berfungsi sebagai komponen strukturil, biokatalisator, hormone, dan sebagai tempat penyimpanan informasi
genetika yangn khas untuk setiap spesies. Makromolekulini adalah biopolimer yang dibentuk dari unit monomer
atau bahan bangunan yang berlainan, Unit monomer yang menyusun suatu protein, adalah asam amino.

Banyak protein mengandung zat-zat lain selain asam amino. maka banyak sifat biologis ditentukan oleh
jenis asam amino yang menyusunnya, urutan asam amino yang berkaitan satu sama lain pada rantai polipeptida,
dan hubungan keruangan satu asam amino satu dengan asam amino lainnya. Sifat biologi protein yang unik
terutama disebabkan oleh interaksi spesifik antara asam amino yang menyusunnya.

Protein terdiri dari bermacam-macam golongan makromolekul heterogen yang merupakan turunan dari
polipeptida dengan berat molekul tinggi. Secara kimia, dapat dobedakan antara protein sederhana (yang hanya
trerdiri dari polipeptida), dan protein kompleks, yang mengandung zat-zat tambahan seperti : hem, karbohidrat,
lipida, atau asam nukleat.

Berdasarkan fungsinya didalam tubuh, protein dikelompokkan ke dalam tiga kelas, yaitu : protein serat
(=protein struktuiral) merupakan protein yang tidak larut dalam air, seperti : kolagen elastin, dan keratin; protein
globular, adalah protein yang beerbentuk agak bulat, karena rantai-rantai melipat bertumpukan, larut di dalam air,
contoh protein globular antara lain : albumin (albumin telur dan serum), globulin (globulin serum), histon dan
protamin; serta protein konjugasi seperti : nukleoprotein, glikoprotein, dan lipoprotein.

Protein bila dihidrolisis lengkap, yang dikatalisis oleh asam, basa, atau enzim, menghasilkan 20 jenis asam
amino.

Asam amino sebagai unsur dasar pembangun protein, mempunyai struktur umum

Atom C α

gugus karboksilat
H2N CH C OH

R Rantai sampinig
gugus amin

Berdasarkan polaritas gugus R yang terikat pada atom karbon α, asam amino yang berdasarkan dalam
protein dikelompkkan kedalam 7 kelas, yaitu :

- Asam amino dengan R (rantai samping) alifatik, contoh : glisin, alanin, valin, leusin, dan isoleusin.
- Asam Amino dengan R (rantai samping) yang mengandung gugus hidroksil, contoh : serin dan teronin
- Asam Amino dengan R (rantai samping) yang mengandung atom belerang (sulfur), contoh : sistein dan
metionin.
- Asam Amino dengan R (rantai samping) yang mengandung gugus asam atau amidanya, contoh : asam
aspartat, asparagin, asam glutamate, dan glutamin.
- Asam Amino dengan R (rantai samping) yang mengandung gugus basa, contoh : arginin, lisin, hidroksilisin, dan
histidin.
- Asam Amia gugus dengan R (rantai samping) yang mengandung cincin aromatic, contoh : fenilalamin, tirosin,
dan triptofan.
- Asam Imino, contoh : prolin dan 4-hidroksiprolin.
Kelarutan dalam air, dan titik leleh yang tinggi dari sebagian besar protein, melukiskan adanya gugus yang
bermuatan. Asam amino dan protein mudah dilarutkan dalam pelarut polar seperti air dan etanol, tetapi mereka
tidak larut dalam pelarut nion polar seperti : benzen, heksxan, dan eter. Asam amino aromatic menyerap sinar
ultraviolet, sebagian besar absorbs sinar ultraviolet protein disebabkan oleh kadar triptofan yang terdapat
didalammya.

Pemisan asam-asam amino dari suatu campuran, atau dari hasil hidrolisis lengkap suatu protein dapat
dilakukan dengan metode kromatografi dan elektroforesis. Kromatografi lapis tipis satu atau dua dimensi dapat
digunakan untuk pemisan asam-asam amino, sebagai pengganti kromatografi kertas.

Gugus karboksil dan gugus amin yang dimiliki oleh amino sebagai penyusun suatu protein merupakan
gugus fungsi yang dapat diidentifikasi, bila ke dalamnya ditambahkan suatu pereaksi. Reaksi-reaksi yang dapat
dilakukan, adalah reaksi pembentukan garam, pengesteran, dan asilasi.

Reaksi warna dapat digunakan untuk mengidentifikasikan asam amino dan protein, adalah reaksi
Ninhidrin, Biuret, Xantroprotein, Millon, Hopkins-Cole, dll.

II. TUJUAN
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu untuk mengenal dan mengetahui Protein dengan Percobaan
Biuret, Tes Xantoprotein, Percobaan Cincin Heller, Percobaan Neuwman, Percobaan Pengendapan Protein
dengan logam berat, Percobaan Pengendapan Protein dengan pelarut organik, Percobaan Pengendapan
Protein dengan garam netral

III. METODE PRAKTIKUM


1. Percobaan Biuret
Prinsip :

Suatu peptida yang terdiri dari dua atau klebih ikatan peptida bereaksi dengan Cu 2+ dalam larutan basa akan
membentuk kompleks yang berwarna biru-ungu.

Bahan :

- NaOH 2 N
- CuSO4 1%
- Sampel protein (susu kedelai, filtrate ubi kayu, susu sapi murni, sampel albumin)
Cara Kerja :

- Masukkan 2 ml NaOH 2N kedalam tabung reaksi,


- Tambahkan 2 tetes CuSO41%, dan kocok.
- Tambahkan 1 ml sampel protein, kocok
- Perhatikan warna yang terjadi
2. Tes Xantoprotein
Prinsip :

Asam nitrat bila ditambahkan kedalam larutan protein menyebabkan warna kuning yang kemuddian berubah
menjadi oranye.

Bahan :

- NaOH 40%
- HNO3 pekat
- Sampel protein (susu kedelai, filtrate ubi kayu, susu sapi murni, sampel albumin)
Cara Kerja :

- Masukkan 2 ml sampel protein kedalam tabung reaksi


- Tambahkan 1 ml HNO3 p, perhatikan terbentuknya endapan putih.
- Panaskan mendidih selama 1 menit
- Dinginkan dengan air mengalir dan masukkan dengan hati-hati melalui dinding tabung tetes demi tetes
larutan NaOH 40% sehingga terbentuk dua lapisan.
3. Percobaan Cincin Heller
Prinsip :

Protein dengan HNO3 pekat akan membentuk dua lapisan, pada bidang batas terlihat warna putih yang lama
kelamaan menjadi kuning.

Bahan :

- HNO3 pekat
- Sampel protein (susu kedelai, filtrate ubi kayu, susu sapi murni, sampel albumin)
Cara Kerja :

- Masukkan 2 ml sampel protein kedalam tabung reaksi,


- Tambahkan 2 ml HNO3 p dengan hati-hati lewat dinding tabung.
- Amati antara dua lapisan perbatasan terlihat warna putih, lama kelamaan menjadi kuning, kemudian
menjadi coklat.

4. Percobaan Pengendapan Protein dengan logam berat


Prinsip :

Dalam suasana yang lebih basa dari titik iso elektriknya, maka gugus amino dari protein disosiasinya terdesak
yang menyebabkan protein bersifat asam sehingga dapat mengikat logam berat membentuk garam proteinat
yang tidak larut.

Bahan :

- Na2CO3 5%
- FeCl3 2%
- CuSO4 5%
- HgCl2 jenuh
- Pb asetat 5%
- Sampel protein
Cara Kerja :

- Siapkan 4 tabung reaksi masing-masing berisi 5 ml larutan protein (albumin 2%)


- Tambahkan masing-masing tabung (tetes demi tetes) larutan di bawah ini :
a. 1 tetes Na2CO3 5% + 10 tetes FeCl3 2%
b. 1 tetes Na2CO3 5% + 10 tetes CuSO4 5%
c. 1 tetes Na2CO3 5% + 10 tetes HgCl2 jenuh
d. 1 tetes Na2CO3 5% + 10 tetes Pb asetat 5%
- Perhatikan perubahan yang terjadi pada masing-masing tabung.
5. Percobaan Pengendapan Protein dengan pelarut organik
Prinsip :

Alkohol absolut adalah suatu dehydrating agent. Bila dicampur dengan protein maka akan menghalau molekul
airnya, apabila ini terjadi disekitar titik iso elektriknya maka akan terjadi pengendapan protein.

Bahan :

- Alkohol 95%
- Sampel protein (albumin 2%)

Cara Kerja :

- Masukkan 2 ml protein (albumin 2%)


- Tambahkan 4 ml alkohol 95%
- Lihat adanya presipitasi
IV. HASIL PENGAMATAN
1. Percobaan Biuret

PENGAMATAN Keterangan
NO NAMA PROTEIN
AWAL REAKSI AKHIR REAKSI
1. Filtrat Ubi Kayu Bening Biru Negatif
2. Susu murni Bening Ungu Positif

3. Susu Kedelai Bening Ungu Positif


4. Albumin (Putih telur) Bening Ungu positif

2. Tes Xantoprotein
PENGAMATAN Keterangan
NO NAMA PROTEIN
AWAL REAKSI AKHIR REAKSI
1. Filtrat Ubi Kayu Putih Warna orange Protein yang
keputihan mengandung asam
amino triptofan dan
fenilalanin
2. Susu murni Putih Warna orange Protein yang
keputihan mengandung asam
amino triptofan dan
fenilalanin
3. Susu Kedelai Putih Warna orange Protein yang
keputihan mengandung asam
amino triptofan dan
fenilalanin
4. Albumin (Putih telur) Putih Warna orange Protein yang
keputihan mengandung asam
amino triptofan dan
fenilalanin

3. Percobaan Cincin Heller


PENGAMATAN Keterangan
NO NAMA PROTEIN
AWAL REAKSI AKHIR REAKSI
1. Filtrat Ubi Kayu Bening, putih susu Tidak terbentuk Negatif
cincin heller
2. Susu murni Bening, putih susu Tidak terbentuk Negatif
cincin heller
3. Susu Kedelai Bening, putih susu Tidak terbentuk Negatif
cincin heller
4. Albumin (Putih telur) Bening, putih susu terbentuk cincin Positif
heller
4. Percobaan Pengendapan Protein dengan logam berat
PENGAMATAN Keterangan
NO NAMA PROTEIN
AWAL REAKSI AKHIR REAKSI
1. Albumin (Putih telur)+ Bening Menggumpal Terjadi pengendapan
Na2CO3 5% + FeCl3 2%
2. Susu murni Albumin (Putih Bening Menggumpal Terjadi pengendapan
telur)+ Na2CO3 5% + FeCl3
2%
3. Albumin (Putih telur)+ bening menggumpal Terjadi pengandapan
Na2CO3 5% + CuSO4 5%
5. Percobaan Pengendapan Protein dengan pelarut organik

N PENGAMATAN Keterangan
NAMA PROTEIN
O AWAL REAKSI AKHIR REAKSI
1. Albumin (Putih telur)+ bening Putih telur biasa Terjadi
Alkohol menghalau pengendapan
molekul airnya

V. PEMBAHASAN
1. Percobaan Biuret
Larutan protein dibuat alkalis dengan NaOH kemudian ditambahkan larutan CuSO4 encer. Uji ini untuk
menunjukkan adanya senyawa-senyawa yang mengandung gugus amida asam yang berada bersama
gugus amida yang lain. Uji ini memberikan reaksi positif yaitu ditandai dengan timbulnya warna merah
violet atau biru violet.( Sumardjo, 2008 ) Pembentukan bahan – bahan kimia tertentu pada larutan protein
kemungkinan dapat mengakibatkan larutan protein yang semula tidak berwarna menjadi berwarna.
Reaksi pembentukan warna protein sering dipakai untuk menunjukkan adanya protein atau protein
tertentu, walaupun beberapa diantara reaksi – reaksi tidak spesifik karena 9 beberapa zat lain dengan
reagen yang sama memberikan hasil yang sama. ( Sumardjo, 2008 ) Pemeriksaan protein total
menggunakan metode Biuret. Prinsipnya yaitu ion kupri akan bereaksi dengan protein dalam suasana
basa membentuk kompleks berwarna ungu. Absorbansi kompleks ini sebanding dengan konsentrasi
protein dalam sampel. ( Burtis, Aswood. 2008 )
2. Uji xantoprotein
Uji xantoprotein merupakan uji kualitatif pada protein yang digunakan untuk menunjukkan keberadaan
gugus benzene [1]. Metode analisis protein ini menggunakan larutan asam nitrat pekat, yang merupakan
salah satu asam pekat [1]. Larutan asam nitrat ini ditambahkan dengan ke dalam larutan protein[1]. Setelah
kedua larutan tersebut tercampur maka akan terjadi reaksi ini sehingga terbentuk endapan
berwarna putih[1]. Langkah selanjutnya dilakukan pemanaskan terhadap larutan tersebut, pada tahapan
ini endapan berwarna putih akan berubah warna menjadi kuning[1]. Reaksi perubahan yang terjadi
tersebut disebut nitrasi pada inti dari benzena yang terdapat pada molekul dari protein [1]. Hasil positif
pada uji xantoprotein adalah munculnya gumpalan atau cincin warna kuning[1]. Pada uji ini, digunakan
larutan asam nitrat yang berfungsi untuk memecah protein menjadi gugus benzena [1]. Asam amino yang
menunjukkan reaksi positif untuk uji ini, yaitu tyrosin, phenilalanin dan tryptophan [1]. Protein yang
mengandung residu asam amino dengan radikal fenil dalam struktur kimianya (protein yang mengandung
asam amino fenilalanin atau tirosin) jika ditambahkan dengan asam nitrat pekat akan terbentuk gunpalan
warna putih. Pada pemanasan, warna gumpalan putih tersebut akan berubah menjadi kuning yang
akhirnya berubah menjadi jingga jika ditambah dengan larutan basa[1]. Sebenarnya, proses ini dapat
terjadi jika kulit terkena asam nitrat pekat, yang segera menjadi kuning karena terjadinya proses nitrasi
inti benzena pada asam amino penyusun kulit[1]. Pada senyawa yang bukan asam amino akan memberikan
hasil negatif, seperti kolagen dan gelatin [2].
3. Uji Heller
digunakan untuk mengetahui adanya kandungan protein dalam bahan uji dengan cara mendenaturasikan
menggunakan pH asam. Perubahan pH yang terjadi karena penambahan asam mineral atau penambahan
basa pada protein dapat merusak ikatan garam yang terdapat pada protein tersebut. Ikatan garam dalam
molekul protein adalah secara ionic dan terjadi karena gaya tarik-menarik Antara gugus -COO- dan gugus
NH3+ yang berdekatan. Penambahan asam berarti penambahan ion H+ akan mengubah -COO- menjadi
COOH dan mengakibatkan gaya tarik-menarik hilang atau kerusakan ikatan garam dalam molekul protein.
Penambahan basa yang berarti penambahan ion OH- akan mengubah -NH3- menjadi -NH3dan air, yang
mengakibatkan hilangnya gaya tarik-menarik atau rusaknya ikatan garam pada protein tersebut.
Penambahan asam atau basa pada kondisi ekstrem ke dalam larutan protein tidak hanya merusak ikatan
garam tersebut, tetapi juga memutus ikatan- ikatan peptide yang terdapat dalam molekul protein. Produk
denaturasi disebut protein terkoagulasi yang tidak larut dalam air tapi larut dalam larutan basa kuat dan
asam kuat karena terhidrolisis menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana. (Sumardjo, Damin. 191) Pada
uji heller, bahan uji akan dicampurkan dengan HNO3 pekat supaya protein pada bahan uji akan
terdenaturasi dan membentuk presipitasi putih. Namun jika berlangsung lama, denaturasi akan terus
berlangsung hingga presipitasi tersebut hilang..

4. Percobaan Pengendapan Protein dengan logam berat


Ujilogam berat garam logam berat sepert raksa (W) klorida atau perak nitrat menggumpalkan protein.
Senyawa ini beracun kalau dimakan, dapat menggumpalkan dan merusak protein yang terdapat dalam
tubuh, Penawar racunnya yaitu putin telur atau susu. Ion logam berat bereaksi dengan putih telur yang
bermuatan negativ

5. Percobaan Pengendapan Protein dengan pelarut organik


Pengendapan protein dilakukan dengan denaturasi protein. Denaturasi dapatdilakukan akibat adanya
perubahan pH, temperature, dan penambahan senyawa kimia.Penambahan pelarut organik akan
menggantikan beberapa molekul air di sekitar daerahhidrofob dari permukaan protein yang berasosiasi
dengan protein sehingga menurunkankonsentrasi air dalam larutan. Dengan demikian kelarutan protein
akan menurun danmemungkinkan terjadinya pengendapan (Muslim, 2010).Penentuan protein
metode pengendapan alkohol adalah kompetisi pembentukan antara protein-air dengan alkohol-
air.Alkohol dapat mengendapkan protein karena gugus fungsional dari alkohol lebih kuatmengikat air
sehingga kelarutan protein dalam ar berkurang. Pada proteinujung C asam amino yang terbuka dapat
bereaksi dengan alkohol dalam suasana asammembentuk senyawa protein ester. Pembentukan ester ini
ditunjukan oleh adanya endapanyang terbentuk 

VI. KESIMPULAN
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa pada uji biuret pada awal reaksi sampel akan berwarna
bening dan pada sampel positif akan berwarna ungu , sedangkan pada sampel negatif akan berwarna biru.
Pada uji xantoprotein pada awal reaksi akan berwarna putih dan setelah di panaskan akan berubah warna
menjadi orange keputihan yang mmenandakan Protein yang mengandung asam amino triptofan dan
fenilalanin.
Pada uji cincin heller pada awal reaksi sampel berwarna bening putih susu dengan akhir reaksi
membentuk cincin heller jika positif sedangkan negatif tidak akan membentuk cincin heller.
Pada uji Percobaan Pengendapan Protein dengan logam berat pada awal reaksi sampel berwarna bening
dan pada akhir reaksi akan menggumpal yang menunjukkan terjadinya pengendapan.

Pada uji Percobaan Pengendapan Protein dengan pelarut organik pada awal reaksi sampel akan berwarna
bening sedangkan akhir reaksi putih telur bisa menghalau molekul air yang menandakan terjadi
pengendapan.

DAFTAR PUSTAKA
http://repository.unimus.ac.id/1183/3/BAB%20II.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Reaksi_xantoprotein#:~:text=Uji%20xantoprotein%20merupakan%20uji
%20kualitatif,untuk%20menunjukkan%20keberadaan%20gugus%20benzene.&text=Pada%20uji%20ini
%2C%20digunakan%20larutan,yaitu%20tyrosin%2C%20phenilalanin%20dan%20tryptophan.
https://www.academia.edu/26421635/PROTEIN_II
https://www.academia.edu/11576516/Laporan_Praktikum_Biokim

Anda mungkin juga menyukai