SKRIPSI
Oleh :
BILLY
150100153
SKRIPSI
Oleh :
BILLY
150100153
ii
Universitas Sumatera Utara
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,
baik dari segi konten maupun cara penulisannya. Oleh sebab itu, dengan segala
kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran agar penulis dapat
menyempurnakan skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan mampu
memberikan sumbangsih bagi bangsa dan Negara terutama dalam bidang
pendidikan terkhususnya ilmu kedokteran.
Medan, 8 Januari 2019
Penulis,
Billy
150100153
iii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesahan ......................................................................................... i
Kata Pengantar ................................................................................................... ii
Daftar Isi............................................................................................................. iv
Daftar Gambar .................................................................................................... vi
Daftar Tabel ....................................................................................................... vii
Daftar Singkatan................................................................................................. viii
Daftar Lampiran ................................................................................................. ix
Abstrak ............................................................................................................... x
Abstract .............................................................................................................. xi
iv
Universitas Sumatera Utara
2.2.4 Pengetahuan Terhadap Narkoba ....................................... 30
2.2.4.1 Dengar Narkoba ............................................................. 31
2.2.4.2 Pemahaman Narkoba ..................................................... 31
2.3 Sikap.............................................................................................. 33
2.3.1 Pengertian ......................................................................... 33
2.3.2 Tingkatan Sikap ................................................................ 33
2.3.3 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Sikap ...................... 34
2.3.4 Pengukuran Sikap ............................................................. 34
2.3.5 Sikap Terhadap Narkoba ................................................... 34
2.4 Perilaku ......................................................................................... 35
2.5 Kerangka Teori.............................................................................. 36
2.6 Kerangka Konsep .......................................................................... 37
v
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR SINGKATAN
5-HT : 5-hydroxytryptamine
AUD : Alcohol use disorder
AUDIT : Alkohol Identification Disorders Identification Test
BE : Benzoylecgonine
BNN : Badan Narkotika Nasional
CNS : Central Nervous System
CYP : Cytochrome P450
DA : Dopamine
DALY : Disability-adjusted life-year
DKI : Daerah Khusus Ibukota
EME : Metil Ester Ecgonine
GABA : γ-aminobutyric acid
GI : Gastrointestinal
M3G : Morfin-3-glukuronida
M6G : Morfin-6-glukuronida
MDMA : 3,4-methylenedioxymethamphetamine
NAPZA : Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lain
NE : Norepinephrine
NMDA : N-metil-D-aspartat
pH : Potential of hydrogen
Puslitkes : Pusat Penelitian Kesehatan
RTK : Rumah Tangga Keluarga
SMA : Sekolah Menengah Atas
SMP : Sekolah Menengah Pertama
SSP : Susunan Saraf Pusat
Sumut : Sumatera Utara
THC : Tetra-hydro-cannabinol
TV : Televisi
UDP : Uridine diphosphate
UGT2B7 : UDP-Glucuronosyltransferase-2B7
UU : Undang – Undang
WHO : World Health Organization
viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
ix
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Latar Belakang. Penyalahgunaan narkoba di dunia cukup memprihatinkan. Pada tahun 2013
diperkirakan hampir seperempat miliar orang menggunakan narkoba. Indonesia merupakan negara
kepulauan terbesar di dunia dan memiliki letak geografis yang unik dan strategis. Kondisi demikian
merupakan pangsa pasar potensial bagi peredaran narkoba. Badan Narkotika Nasional mencatat
data warga yang menjadi pengguna dan terdampak narkoba di Provinsi Sumatera Utara (Sumut)
berjumlah sekitar 350 ribu orang, dan tersebar di 33 kabupaten/kota di Sumut. Tujuan. Penelitian
ini dilakukan untuk Mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku siswa – siswi SMA
terhadap NAPZA. Metode. Penelitian ini menggunakan design penelitian deskriptif dengan
menggunakan pendekatan cross-sectional. Sampel penelitian adalah siswa dan siswi sekolah SMA
Sutomo 2 Medan yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Teknik pengambilan sampel
pada penelitian ini diambil dengan metode probability sampling yaitu metode Simple Random
Sampling. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
kuesioner berupa sejumlah pertanyaan tertulis. Hasil. Dari 74 orang responden, hasil uji tingkat
pengetahuan didapatkan jumlah siswa–siswi SMA Sutomo 2 Medan yang tingkat pengetahuannya
baik terhadap NAPZA adalah sebanyak 67 orang (90,5%), hasil uji sikap didapatkan jumlah siswa–
siswi SMA Sutomo 2 Medan yang sikapnya positif terhadap NAPZA adalah sebanyak 74 orang
(100%) dan hasil uji perilaku didapatkan jumlah siswa–siswi SMA Sutomo 2 Medan yang
perilakunya baik terhadap NAPZA adalah sebanyak 63 orang (85,1%). Kesimpulan. Siswa-siswi
SMA Sutomo 2 Medan memiliki tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku yang baik terhadap
NAPZA.
x
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Background. Drugs abuse in the world is quite alarming. In 2013, almost a quarter of a billion
people was estimated to use drugs. Indonesia is the largest archipelagic country in the world and
has a unique and strategic geographical location. This condition is a potential market share for
drug trafficking. Badan Narkotika Nasional records data on people who are users and affected by
drugs in North Sumatra Province, which amounts to around 350 thousand people, and spread across
33 districts / cities in North Sumatra. Objectives. This study was conducted to determine the level
of knowledge, attitudes and behavior of high school students towards drugs. Methods. This study is
a descriptive research using a cross-sectional approach. The sample was students of SMA Sutomo
2 Medan who had fulfilled the inclusion and exclusion criteria. The sampling technique in this study
was taken by using probability sampling method which is Simple Random Sampling method. The
instrument of data collection in this study is by using a questionnaire in the form of some written
questions. Results. From 74 respondents, 67 students (90.5%) have a good knowledge, 74 students
(100%) have a g ood attitude and 63 students (85.1%) have a good behavior. Conclusion. Students
of SMA Sutomo 2 Medan have a good level of knowledge, attitude and behavior for drug.
xi
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1
Universitas Sumatera Utara
2
TINJAUAN PUSTAKA
Angka prevalensi pernah pakai dan setahun pakai narkoba di Jakarta paling
tinggi dibandingkan dengan provinsi lainnya. Setelah DKI Jakarta, disusul oleh
daerah Yogyakarta dan Aceh. Hal yang menarik, dari mereka yang pernah pakai
narkoba di DKI Jakarta, ternyata lebih dari separuhnya masih aktif pakai dalam
setahun terakhir. Jika dibandingkan dengan di Yogyakarta, mereka yang masih aktif
pakai dalam setahun terakhir hanya sekitar seperdelapan dari yang pernah pakai.
Artinya mereka saat ini kebanyakan sudah tidak pakai narkoba lagi (BNN, 2015).
Gambar 2.1 Grafik angka prevalensi pernah dan setahun pakai narkoba di lokasi survey tahun 2015.
*Coba pakai adalah mereka yang pakai narkoba kurang atau sama dengan 5 kali dalam setahun;
teratur pakai adalah mereka yang pakai narkoba antara 6 sampai 49 kali dalam setahun; pecandu
suntik adalah mereka yang pernah pakai narkoba dengan cara suntik dalam setahun terakhir;
pecandu non-suntik adalah mereka yang pakai narkoba lebih dari 49 kali dalam setahun.
*Angka di atas menunjukan prevalensi (%).
Mereka yang masih aktif pakai narkoba dalam setahun terakhir, selain di DKI
Jakarta, juga banyak ditemukan di Papua Barat, Kepulauan Bangka Belitung,
Papua, dan Yogyakarta. Di Papua Barat dan Papua banyak beredar ganja yang
berasal dari perbatasan Papua Nugini. Sedangkan Provinsi Aceh yang menduduki
urutan ketiga, jenis narkoba yang digunakan terutamanya adalah ganja sedangkan
jenis lain tidak terlalu banyak. Apabila dilihat tingkat kecenderungan pada 3 kali
survei, ada variasi tingkat prevalensi antar lokasi studi. Ada daerah yang cenderung
naik, stabil, dan menurun. Daerah dengan angka prevalensi setahun pakai
cenderung naik, antara lain: Yogyakarta, Manado, Surabaya. Daerah yang
cenderung turun, antara lain: Jayapura, Samarinda, dan Denpasar. Pada Rumah
Tangga Keluarga (RTK), ada 2 dari 6 provinsi yang memiliki tingkat angka
prevalensi tertinggi mereka yang pernah pakai narkoba yaitu DKI Jakarta dan
Sumatera Utara, sedangkan yang angka prevalensi setahun terakhir yang paling
tinggi di DKI Jakarta, sedangkan pada 3 kota lainnya tidak jauh berbeda yaitu
Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, dan Jawa Timur (BNN, 2015).
2.5
2
Prevalensi (%)
1.5 2005
1 2010
2015
0.5
0
Pernah Setahun
Gambar 2.2 Kecenderungan angka prevalensi pernah dan setahun pakai narkoba pada 12 provinsi
menurut tahun.
Dalam studi ini, ada sekitar 12 provinsi yang diobservasi secara berkelanjutan
untuk 3 survei, yaitu Sumatera Utara, Jambi, DKI Jakarta, Jawa Barat, DI
Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Utara, dan Papua. Terlihat ada perbedaan pola yang terbalik
dengan tingkat nasional, di mana pada 12 provinsi ini cenderung angka
prevalensinya naik, terutama untuk angka prevalensi setahun terakhir. Dengan
demikian, peredaran narkoba pada 12 provinsi ini cenderung semakin marak.
Pengetahuan dan sikap terhadap narkoba merupakan salah satu indikator penting
untuk mengukur tingkat keterpaparan responden terhadap komunikasi, informasi,
dan edukasi tentang bahaya narkoba (BNN, 2015).
2.1.3 Narkotika
Secara etimologis istilah narkotika berasal dari kata marke (Bahasa Yunani)
yang berarti terbius sehingga menjadi patirasa atau tidak merasakan apa-apa lagi
(Sumarwoto, 2014).
B. Narkotika Golongan II
Narkotika golongan dua, berkhasiat untuk pengobatan digunakan sebagai
pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan
ketergantungan.
Contoh: Morfin, Petidin, Fentanil, Metadon.
2.1.4 Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan prilaku
(Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997).
2.1.5 Heroin
Heroin atau diamorfin adalah sejenis opioid alkaloid. Heroin adalah derivatif
3.6-diasetil dari morfin (karena itulah namanya adalah diasetilmorfin) dan
disintesiskan darinya melalui asetilasi. Bentuk kristal putihnya umumnya adalah
garam hidroklorida, diamorfin hidroklorida (Sumarwoto, 2014).
Kelas senyawa ini menunjukkan efek paradoks tertentu yang penting pada
sistem saraf parasimpatis. Obat-obatan ini memberikan efek procholinergic pada
mata dan pada pembuluh darah di perifer (yaitu, mereka menyebabkan penyempitan
pupil [pin-point pupils] dan vasodilatasi perifer). Sebaliknya, dalam usus mereka
menurunkan motilitas gastrointestinal (GI) (yaitu, mereka menunjukkan efek
antikolinergik di saluran pencernaan). Fakta ini memungkinkan diagnosis heroin
yang cepat atau, secara umum, penyalahgunaan candu menyebabkan pasien dibawa
ke ruang gawat darurat dalam keadaan obtunded atau koma. Pasien-pasien ini
biasanya memiliki miosis yang parah (konstriksi pupil). Sembelit biasanya terjadi,
meskipun tanda itu tidak berguna dalam diagnosis akut, (Pincus et. al., 2017).
2.1.6 Kokain
Kokain adalah alkaloid yang ditemukan dalam daun Erythroxylon coca, suatu
tumbuhan semak dari Andes. Selama lebih dari 100 tahun, kokain telah diekstraksi
dan digunakan dalam pengobatan klinis, terutama sebagai anestetik local dan untuk
melebarkan pupil dalam oftalmologi (Katzung, B.G.,2007).
Kokain hidroklorida adalah garam larut air yang dapat disuntikkan atau diserap
oleh tiap membran mukosa (misalnya, melalui penghirupan lewat hidung). Ketika
dipanaskan dalam larutan alkali, kokain hidroklorida berubah menjadi basa
dasarnya, yakni “crack cocaine” yang kemudian dapat diisap. Inhalasi crack
cocaine cepat diabsorbsi dalam paru-paru dan cepat berpenetrasi ke dalam otak,
menghasilkan “rush” yang hampir terjadi dengan sangat cepat. (Katzung,
B.G.,2007).
2.1.7 Opium
Opium, yang merupakan sumber morfin, diperolah dari tanaman poppy, yakni
Papaver somniferum dan P. album. Jika disayat, kulit biji poppy mengeluarkan
cairan putih yang berubah menjadi gom coklat; gom ini adalah opium mentah.
Opium mengandung berbagai alkaloid, terutama morfin, yang terdapat dalam
konsentrasi sekitar 10%. Kodein disintesis dari morfin untuk keperluan
perdagangan (Katzung, B.G.,2007).
Obat-obatan opioid terdiri atas agonis penuh, agonis parsial, dan antagonis.
Kebanyakan opioid analgesic diabsorpsi dengan baik pada pemberian subkutan,
intramuscular, dan oral. Ambilan opioid oleh berbagai organ dan jaringan
bergantung pada faktor fisiologik dan kimia. Meskipun semua opioid terikat pada
protein plasma dengan berbagai tingkat afinitas, senyawa ini cepat meninggalkan
darah dan banyak menumpuk di berbagai jaringan yang perfusinya tinggi, seperti
otak, paru, hati, ginjal, dan limpa. Opioid sebagian besar diubah menjadi metabolit
polar (kebanyakan glukuronida) yang cepat diekskresi oleh ginjal. Metabolit polar,
termasuk konjugat glukuronida dari opioid analgesik, terutama diekskresikan
melalui ginjal (Katzung, B.G.,2007).
2.1.8 Ganja
2.1.9 Ekstasi
2.1.10 Morfin
2.1.11 Metadon
Metadon adalah agonis opioid, mengikat reseptor mu-, kappa-, dan delta-
opioid. Metadon juga bertindak sebagai antagonis N-metil-D-aspartat (NMDA);
reseptor NMDA dianggap terkait dengan toleransi opioid dan hipersensitivitas
sentral, dan menurunkan efektivitas klinis opioid untuk nyeri. Metadon adalah
campuran rasemat 2 enansiomer (R-methadone dan S-methadone). Opioid dasar
dan lipofilik, metadon memiliki bioavailabilitas oral tinggi (67% -95%). Onset aksi
setelah pemberian oral adalah sekitar 30 menit, dengan efek puncak pada 2,5 jam.
Metadon memiliki waktu paruh yang panjang dan bervariasi (8–90 jam) tetapi
diperkirakan pada 24 jam. Karena lipofilisitasnya, metadon didistribusikan secara
luas ke seluruh tubuh. Ini menunjukkan pengikatan protein tingkat tinggi. Metadon
secara ekstensif dimetabolisme oleh hati (sitokrom P [CYP] 2B6, CYP2C19,
CYP3A4, dan CYP2D6) ke metabolit farmakologi yang tidak aktif, yang kemudian
diekskresikan oleh ginjal. Metabolisme hati metadon yang ekstensif mempengaruhi
banyak interaksi obat yang melibatkan metadon (McPherson et. al., 2018).
2.1.12 Kodein
Efek merugikan yang terlihat pada 38% pengguna opioid jangka panjang dan
jangka pendek, yang paling umum adalah konstipasi, mual, dan sedasi. Laporan
juga mencatat terjadinya sakit kepala, pusing, ruam atau gatal, kebingungan,
insomnia, depresi, diare, dan mioklonik menyentak. Tidak ada perbedaan signifikan
dalam profil efek samping yang dilaporkan antara kelompok dan tidak ada subjek
yang menghentikan pengobatan karena efek samping. Ada perilaku
penyalahgunaan opioid pada 3% pengguna jangka panjang, tetapi tidak didapati
adanya hubungan dengan riwayat penyalahgunaan zat (Aronson, 2016).
2.1.13 Buprenorfin
Buprenorfin adalah turunan thebaine, agonis parsial reseptor, dan mirip dalam
struktur untuk morfin tetapi sekitar 33 kali lebih kuat. Sedangkan fentanyl (yang
juga termasuk golongan opioid) berdisosiasi dengan cepat dari reseptor μ (t ½ dari
6,8 menit), buprenorfin memiliki afinitas yang lebih tinggi dan membutuhkan
waktu lebih lama (t ½ 166 menit). Onset aksi buprenorfin lambat, efek puncaknya
mungkin tidak terjadi hingga 3 jam, dan durasi efek berlangsung lama (<10 jam).
Volume distribusi buprenorfin adalah 2,8 L / kg, dan dosis maksimal adalah 20 mL
/ kg / menit. Konsentrasi plasma dari metabolit buprenorphine (norbuprenorphine,
buprenorphine-3-glucuronide, dan norbuprenorphine-3-glucuronide) dapat
melebihi obat induk. Metabolisme glukoronat secara biologis aktif dan dapat
berkontribusi pada farmakologi keseluruhan buprenorfin (Fukuda, 2015).
2.1.14 Amfetamin
Amfetamin awalnya dijual sebagai penekan nafsu tanpa resep dan dengan cepat
menjadi obat jalanan favorit ("pil semangat", "Bennies"). Kristal methamphetamine
(lazim disebut sebagai "kristal meth", "kristal", "es", "kaca", "tina"), stimulan
adiktif dengan potensi tinggi untuk penyalahgunaan dan ketergantungan,
menghasilkan "rush" atau "flash" yang lebih kuat ketika serbuk disuntikkan secara
intravena atau dihirup; sering disediakan sebagai "batu" kecil. Meminum obat tablet
(Desoxyn ®; lazim disebut sebagai "rush", "meth", "crank"; "yaba" [dengan
kafein]) atau bubuk hanya menghasilkan rasa euforia yang mendalam. Merokok
bentuk dasar ("bubuk") memperpanjang durasi "tinggi" hingga 24 jam. Amfetamin
dapat menyebabkan berkurangnya nafsu makan, gelisah, insomnia, dan sensasi
yang meningkat atau terdistorsi; pada pemeriksaan fisik, mungkin ada takipnea,
takikardia dan hipertensi serta gerakan memerah, berkeringat, dan bahkan tak
terkendali atau gemetar. "Speed freaks" (penyalahgunaan intensitas tinggi) semakin
menggunakan obat untuk tetap euforia, dan dosis tinggi atau penggunaan kronis
sering menyebabkan xerostomia, xerosis, pruritus, eksorie jerawat dan formikasi,
bersama dengan karies gigi dan kehilangan gigi ("meth mouth”). "Tweaking" adalah
penggunaan narkoba terus menerus tanpa tidur selama 3 hingga 15 hari, sering
dikaitkan dengan iritabilitas, paranoia, kekerasan, dan frustrasi karena
ketidakmampuan untuk menciptakan tinggi euforia (Lamo et. al., 2018).
Penemuan barbital pada tahun 1903 dan fenobarbital pada tahun 1912
melahirkan sintesis dan pengujian lebih dari 2500 turunan barbiturat, yang sekitar
50 didistribusikan secara komersial. Barbiturat sangat dominan sehingga kurang
dari selusin obat penenang-hipnotik lainnya dipasarkan dengan sukses sebelum
1960. Sifat anxiolytic dari barbiturat kurang dari yang diberikan oleh
benzodiazepin. Karena indeks terapeutiknya yang rendah dan potensi
penyalahgunaan yang tinggi, mereka telah digantikan oleh benzodiazepin yang
lebih aman. Phenobarbital efektif sebagai obat antikonvulsan, dan barbiturat short-
dan ultra-short-acting digunakan untuk anestesi intravena. Klasifikasi barbiturat
sebagai "ultra-short-acting", "short-acting", "intermediate-acting" dan "long-
acting" mengacu pada durasi efek dan bukan pada waktu paruh eliminasi. Lamanya
efek ditentukan oleh tingkat distribusi ke otak dan redistribusi berikutnya ke
jaringan lain. Dosis anestesi barbiturat, seperti pentobarbital, digunakan untuk
mengurangi tekanan intrakranial dari edema serebral yang berhubungan dengan
trauma kepala, pembedahan, atau iskemia serebral. Oleh karena itu metode analitis
yang sesuai diperlukan untuk memantau konsentrasi pentobarbital serum dalam
keadaan ini (Langman et. al., 2018).
Barbiturat bekerja di seluruh CNS; dosis non-anestetik secara istimewa
menekan respon polisinaptik, menekan aktivitas neuron CNS, dan dengan demikian
memiliki sifat penenang dan hipnosis. Situs penghambatan terjadi terutama pada
sinaps di mana neurotransmisi dimediasi oleh GABA yang bekerja pada reseptor
GABA A. Supresi CNS ini adalah hasil dari aktivasi sistem inhibitory GABAergic
berhasil untuk barbiturat karena obat ini dicerna dalam dosis yang cukup tinggi
untuk memungkinkan deteksi obat yang tidak dimetabolisme dalam urin (Langman
et. al., 2018).
2.1.16 Benzodiazepine
di Jerman telah mengemukakan bahwa hipnosedatif adalah obat yang paling umum
digunakan dalam meracuni diri sendiri, yang sebagian besar diresepkan oleh dokter,
dan bahwa hampir separuh dari mereka yang mengkonsumsinya secara kronis, efek
samping dianggap sebagai kemungkinan dari penyebab meracuni diri. Sebelum
meresepkan obat apa pun dari kelas ini, dokter dinasehati untuk menilai masalah
bunuh diri dan alkohol; terdapat screening cepat untuk nantinya, Alkohol
Identification Disorders Identification Test (AUDIT), yang terdiri dari 10-item
kuesioner dan 8-item prosedur klinis (Aronson, 2016).
Penyerapan lambat
Clonazepam 2–4 20–40
Loprazolam 2–5 5–15
Lorazepam 2 10–20
Oxazepam 2 5–15
Temazepam (hard capsules) 3 8–20
Penyerapan dan eliminasi menengah
Alprazolam 1–2 12–15
Bromazepam 1–4 10–25
Chlordiazepoxide 1–2 10–25
Penyerapan menengah, eliminasi lambat (dengan metabolit aktif)
Flurazepam 1.5 40–120
Clobazam 1–2 20–40
Chlorazepate 1 40–100
Quazepam 1.5 15–35
Penyerapan cepat, eliminasi lambat, tetapi redistribusi cepat
Diazepam 1 20–70
Flunitrazepam 1 10–40
Nitrazepam 1 20–30
Lormetazepam (soft capsules) 1 8–20
Temazepam (soft capsules) 1 8–20
Penyerapan cepat, eliminasi cepat
Brotizolam 1 4–7
Zolpidem 1.5 2–5
Zopiclone 1.5 5–8
Penyerapan cepat, eliminasi sangat cepat
Midazolam 0.3 1–4
Triazolam 1 2–5
Tabel 2.2 Jalur metabolik dominan untuk benzodiazepin dan agonis terkait.
Melalui glukoronidasi
NB: Obat selain diazepam dan clobazam, khususnya yang disebut "Z drugs" (zaleplon, zolpidem,
zopiclone), juga cenderung memiliki jalur oksidatif ganda.
2.1.17 Alkohol
Konsumsi alkohol bertanggung jawab atas 3,8% kematian global, 4,6% dari
setiap hilangnya disability-adjusted life-year (DALY) karena kematian dini, dan
diproyeksikan untuk menghadapi peningkatan kepentingan dari waktu ke waktu.
Prevalensi seumur hidup alcohol use disorder (AUD) pada populasi umum hampir
20% dan ketergantungan adalah 13%. AUD terdiri dari “alcohol dependence”,”
alcohol abuse”, dan “dependence or harmful use”. Gangguan ini umum terjadi di
semua negara maju dan lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan pada wanita,
dengan tingkat yang lebih rendah tetapi masih cukup besar di negara berkembang
(Finnell, 2018).
* Efek ini untuk peminum sesekali. Peminum kronis dapat berfungsi pada konsentrasi alkohol yang
jauh lebih tinggi karena toleransi. Di sisi lain, pasien bisa menjadi koma dengan kadar alkohol
rendah dalam overdosis obat-obatan campuran.
2.1.18 Nikotin
Merokok adalah metode yang paling umum (> 90%) dalam penggunaan
tembakau, meskipun banyak bentuk penggunaan tembakau lainnya, termasuk pipe
tobacco, cerutu, dan smokeless tobacco, adalah hal yang umum. Nikotin adalah
bahan aktif dalam tembakau yang berfungsi sebagai penguat untuk penggunaan
berulang pada semua bentuk tembakau (George, 2016).
berkembang, dan diperkirakan bahwa merokok akan menyebabkan sekitar 450 juta
kematian di seluruh dunia dalam 50 tahun ke depan (George, 2016).
Meskipun ada perokok yang tidak merokok setiap hari (misalnya, "chippers"),
sebagian besar perokok adalah pengguna harian dan memiliki beberapa tingkat
ketergantungan fisiologis pada nikotin. Perokok biasanya mendeskripsikan
"hasrat/desakan" dan perasaan waspada, relaksasi, dan "kepuasan" saat merokok,
dan diketahui bahwa nikotin memiliki efek stimulasi dan ansiolitik tergantung pada
tingkat gairah dasar. Stimulasi saluran napas merupakan aspek penting dari perilaku
merokok, dan aditif seperti mentol meningkatkan pengalaman dengan
meningkatkan rasa dan mengurangi kerasnya asap tembakau (George, 2016).
Yang menarik, efek positif dari merokok (misalnya, rasa, kepuasan) tampaknya
dimediasi oleh komponen tembakau non-nikotin seperti tar. Selain penguatan
positif, penarikan, dan ketagihan, ada beberapa efek sekunder dari penggunaan
nikotin dan tembakau yang dapat berkontribusi pada pemeliharaan merokok dan
relaps merokok, termasuk modulasi suasana hati (misalnya, pengurangan pengaruh
perasaan negatif), pengurangan stres, dan pengendalian berat badan. Selain itu,
petunjuk yang dikondisikan dapat menimbulkan dorongan untuk merokok bahkan
setelah periode pantangan yang berkepanjangan. Efek spesifik mungkin paling
relevan untuk perokok yang ingin menurunkan berat badan dan mereka yang
memiliki presentasi psikiatri (modulasi suasana hati, peningkatan kognitif,
pengurangan stres). Efek sekunder ini dapat memberikan target tambahan untuk
intervensi farmakologis pada subkelompok perokok tertentu (misalnya, mereka
dengan skizofrenia atau depresi, atau mereka yang peduli dengan berat badan
mereka) (George, 2016).
2.1.19 Kafein
farmakologis yang ditekankan, termasuk yang dijelaskan di atas, dan mereka dapat
menjadi sangat jelas pada individu yang secara patologis atau genetis memiliki
predisposisi. Perbedaan dalam aktivitas N –acetylases di hati, sekunder untuk
polimorfisme genetik menyebabkan kerentanan diferensial untuk kafein (toksisitas
xanthine). Derajat tingkat toleransi tertentu berkembang pada beberapa aksi
farmakologis dari kafein, tetapi terdapat sedikit atau tidak ada toleransi terhadap
efek stimulasi sentralnya; namun, beberapa jenis habituasi psikis dapat berkembang
setelah konsumsi yang berkepanjangan. (Aronson, 2016).
Istilah "caffeinism" mengacu pada keadaan toksisitas akut atau kronis akibat
konsumsi kafein dosis tinggi. Asupan rata-rata 500–600 mg / hari kafein (sekitar 7–
9 cangkir teh atau 4–7 cangkir kopi) saat ini dianggap mewakili risiko kesehatan
yang signifikan. Gejala-gejala kafeinisme termasuk manifestasi perilaku,
psikofisiologis, dan afektif. Mereka termasuk gelisah, kecemasan, iritabilitas,
agitasi, tremor otot, insomnia, sakit kepala, gangguan sensorik, diuresis, gejala
kardiovaskular, dan keluhan gastrointestinal. Pada kafein dosis tinggi dapat
menyebabkan kejang epilepsi. Overdosis akut dapat terjadi dan menghasilkan
eksitasi CNS yang parah pada individu yang sensitif dan anak-anak kecil. Kejang
tonik-klonik telah dilaporkan pascapartum. Penggunaan ibu kafein dalam
kehamilan dapat menyebabkan disritmia pada neonatus. Karena potensi
penyalahgunaan yang signifikan dan potensi toksisitas, formulasi yang
mengandung kandungan kafein tinggi telah tersedia hanya dengan resep di
beberapa negara Eropa (Aronson, 2016).
2.2 Pengetahuan
2.2.1 Pengertian
b. Memahami (comprehension)
Memahami adalah kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang
yang telah paham harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan
dan meramalkan.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
dalam situasi atau kondisi yang nyata.
d. Analisis (analysis)
Analisis berarti kemampsuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen atau bagian terkecil tetapi masih ada kaitannya.
Kemampuan analisis ini dilihat dari penggunaan kata kerja seperti menggambarkan,
membedakan, memisahkan dan mengelompokkan.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk menyusun bentuk baru dari bentuk
keseluruhan yang sudah ada. Seperti dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat
meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah
ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu materi atau objek yang didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri
atau kriteria yang sudah ada.
a. Umur
Bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan
pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau
menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan
akan berkurang.
b. Intelegensi
Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir
abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar.
Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk berfikir dan
mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga ia mampu menguasai
lingkungan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari
seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan.
c. Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang. Dalam lingkungan, seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan
berpengaruh pada cara berfikir seseorang.
d. Sosial Budaya
Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang
memperoleh suatu kebudayaan dalam hubunganya dengan orang lain, mengalami
suatu proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan.
e. Pendidikan
Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula
pengetahuannya.
f. Informasi
Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun
seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi
yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu
akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.
g. Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan
bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu
cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi
pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini
dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.
pemahaman narkoba semua provinsi hampir sama, baik di rumah tangga umum
maupun di rumah tangga khusus (BNN, 2015).
120
100
80
Prevalensi (%)
60
40
20
0
2005 2010 2015
Gambar 2.14 Kecenderungan tingkat pengetahuan responden terhadap narkoba menurut tahun.
2.3 Sikap
2.3.1 Pengertian
Sikap diartikan sebagai respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan
(senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya)
(Notoatmodjo, 2010).
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari
pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap.
b. Faktor Eksternal yaitu faktor yang terdapat dari luar diri manusia itu sendiri.
Faktor ini berupa interaksi sosial diluar kelompok. Misalnya interaksi antara
manusia dalam bentuk kebudayaaan yang sampai kepada individu melalui surat
kabar, televisi, majalah, dan sebagainya.
Pengukuran sikap model Likert juga dikenal dengan pengukuran sikap dengan
skala Likert, karena dalam pengukuran sikap juga menggunakan skala. Dalam
menciptakan alat ukur Likert juga menggunakan pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Subjek yang diteliti disuruh memilih salah satu dari empat alternatif jawaban yang
disediakan. Alternatif jawaban yang disediakan oleh Likert adalah:
a. Sangat setuju (Strongly approve): 4
b. Setuju (Approve): 3
c. Tidak setuju (Disapprove): 2
d. Sangat tidak setuju (Strongly disapprove): 1
Lebih jauh lagi, sikap masyarakat juga sangat positif mengenai sifat kejahatan
narkoba, konsekuensi umum penyalahgunaan dan peran institusi terkait narkoba.
Dalam konsekuensi penyalahgunaan narkoba 83% responden setuju/sangat setuju
bila menyalahgunakan narkoba akan membuat hidup tak terkontrol dan
penggunanya menyesal kemudian. Hampir semua (90%) masyarakat setuju/sangat
setuju bila narkoba adalah bentuk kejahatan terbesar dalam suatu negara. Senada
dengan pernyataan tersebut, hampir semua masyarakat (93%) juga setuju bahwa
harus ada ketentuan hukum yang lebih berat mengenai penyalahgunaan narkoba.
Sekolah sangat diharapkan lebih berperan dalam memberikan edukasi mengenai
bahaya narkoba (92%). Namun, sepertiga masyarakat agak ragu dan kurang setuju
bila polisi menangkap remaja yang coba pakai narkoba (33%) (BNN, 2015).
2.4 Perilaku
A. Narkotika
B. Psikotropika
C. Zat Adiktif Lain
NAPZA
METODE PENELITIAN
Populasi pada penelitian ini adalah siswa - siswi kelas X, XI dan XII SMA
Sampel pada penelitian ini adalah siswa - siswi SMA Sutomo 2 Medan yang
telah memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.
a. Kriteria Inklusi :
Siswa – siswi sekolah menengah atas yang berada pada lingkungan
sekolah pada saat penelitian dilaksanakan.
b. Kriteria Eksklusi :
1. Siswa – siswi sekolah menengah atas yang tidak mengembalikan
kuesioner dengan semestinya.
38
. Z 1 − ⁄2 . . 1 −
=
−1 + Z 1 − ⁄2 . . 1 −
Dimana :
n = besar sampel minimum
N = besar populasi
Z1 − ⁄2 = nilai distribusi normal baku menurut tabel Z pada
tertentu
P = harga proporsi di populasi
D = kesalahan (absolut ) yang dapat ditolerir
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden dimana
pengumpulan data dilakukan dengan metode kuesioner yang dibagikan kepada
responden untuk diisi.
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sekolah SMA Sutomo 2 Medan,
berupa jumlah seluruh siswa SMA Sutomo 2 Medan.
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
1. Tingkat Segala sesuatu yang Kuesioner 1. Jawaban yang benar diberi 1.Tingkat pengetahuan Ordinal
Pengetahuan diketahui responden skor 2. baik apabila jawaban
tentang NAPZA. 2. Jawaban yang salah diberi responden bernilai 14-20.
skor 1. 2.Tingkat pengetahuan
3. Jawaban yang dijawab sedang apabila jawaban
tidak tahu diberi skor 0. responden bernilai 7-13.
3.Tingkat pengetahuan
kurang apabila jawaban
responden bernilai 0-6.
2. Sikap Tanggapan atau reaksi Kuesioner 1.Pernyataan positif dengan 1. Sikap dikatakan positif Ordinal
responden terhadap skor: apabila jawaban
NAPZA. (1) sangat tidak setuju, responden bernilai ≥ 25
(2) tidak setuju, 2. Sikap dikatakan
(3) setuju, negatif apabila jawaban
(4) sangat setuju. responden bernilai < 25
2.Pernyataan negatif dengan
skor:
(1) sangat setuju,
(2) setuju,
(3) tidak setuju,
(4) sangat tidak setuju.
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
3. Perilaku Segala sesuatu yang Kuesioner 1. Pernyataan positif dengan 1.Perilaku baik apabila Ordinal
akan dilakukan skor: jawaban responden
responden sehubungan (1) setuju, bernilai 8-10.
dengan pengetahuan (0) tidak setuju. 2. Perilaku sedang
dan sikap tentang apabila jawaban
NAPZA. 2. Pernyataan negatif dengan responden bernilai 5-7.
skor: 3. Perilaku kurang
(0) setuju, apabila jawaban
(1) tidak setuju. responden bernilai 0-4.
Responden penelitian tersebar secara merata pada setiap tingkatan kelas (Tabel
4.2), dengan jumlah siswa - siswi di kelas X SMA sebanyak 25 orang (33.8 %),
kelas XI SMA sebanyak 24 orang (32.4%) dan kelas XII SMA sebanyak 25 orang
(33.8%).
45
Responden penelitian terdiri atas siswa – siswi yang tinggal bersama orangtua,
bersama famili dan tinggal di tempat kos (Tabel 4.3), dengan 66 orang (89.2%)
siswa yang tinggal bersama orangtua, 7 orang (9.5%) siswa yang tinggal bersama
famili dan 1 orang (1.4%) siswa yang tinggal di tempat kos.
Hasil uji tingkat pengetahuan siswa – siswi SMA Sutomo 2 Medan yang
dilakukan dengan menggunakan kuesioner dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.5 Hasil uji tingkat pengetahuan responden terhadap NAPZA berdasarkan jenis kelamin.
Tingkat Pengetahuan
Jenis
Baik Sedang Total
Kelamin
F % f %
Laki-laki 32 47.8 3 42.9 35
Perempuan 35 52.2 4 57.1 39
Total 67 100 7 100 74
Tabel 4.6 Hasil uji tingkat pengetahuan responden terhadap NAPZA berdasarkan kelas.
Tingkat Pengetahuan
Kelas Baik Sedang Total
F % f %
X SMA 23 34.3 2 28.6 25
XI SMA 24 35.8 0 0 24
XII SMA 20 29.9 5 71.4 25
Total 67 100 7 100 74
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 67 orang siswa - siswi yang tingkat
pengetahuannya baik, proporsi terbesarnya, yaitu 24 orang (35.8%) merupakan
siswa - siswi kelas XI SMA.
Tabel 4.7 Hasil uji tingkat pengetahuan responden terhadap NAPZA berdasarkan tempat tinggal.
Tingkat Pengetahuan
Tempat
Baik Sedang Total
Tinggal
F % f %
Bersama
59 88.1 7 100 66
orangtua
Bersama 7 10.4 0 0 7
famili
Kos 1 1.5 0 0 1
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari 67 orang siswa - siswi yang tingkat
pengetahuannya baik, proporsi terbesarnya, yaitu 59 orang (88.1%) merupakan
siswa - siswi yang tinggal bersama dengan orang tua.
Dari hasil uji tingkat pengetahuan di atas didapatkan jumlah siswa – siswi SMA
Sutomo 2 Medan yang tingkat pengetahuannya baik terhadap NAPZA adalah
sebanyak 90.5%.
Tingkat pengetahuan berdasarkan jenis kelamin didapatkan mayoritas siswa –
siswi yang tingkat pengetahuannya baik adalah perempuan, tingkat pengetahuan
berdasarkan kelas didapatkan tingkat pengetahuan yang baik mayoritasnya adalah
siswa – siswi kelas XI SMA dan tingkat pengetahuan berdasarkan tempat tinggal
didapatkan tingkat pengetahuan yang baik mayoritasnya adalah siswa – siswi yang
tinggal bersama dengan orang tua.
Dari salah satu penelitian yang dilakukan oleh Muslichah, M. dan Hilman, O.
(2008), mengenai pengetahuan tentang napza dari 115 responden, diperoleh hasil
bahwa 78,3% termasuk dalam kategori baik. Hasil yang didapatkan sejalan dengan
penelitian.
Tetapi hasil yang didapatkan tidaklah sejalan dengan salah satu penelitian yang
dilakukan oleh Syahrial (2015), dimana diperoleh sebanyak 55 orang (63.2%) siswa
yang memiliki tingkat pengetahuan kurang. Menurut Notoatmodjo (2003),
lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang. Dalam lingkungan, seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan
berpengaruh pada cara berfikir seseorang.
Hasil ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa SMA Sutomo 2 Medan memiliki
tingkat pengetahuan yang baik tentang NAPZA. Hal ini dapat terjadi karena siswa
mendapatkan informasi dan pendidikan yang adekuat tentang NAPZA.
Hasil uji sikap siswa – siswi SMA Sutomo 2 Medan yang dilakukan dengan
menggunakan kuesioner dapat dilihat pada table 4.8.
Dari hasil uji sikap di atas didapatkan jumlah siswa – siswi SMA Sutomo 2
Medan yang sikapnya positif terhadap NAPZA adalah sebanyak 100%.
Dari salah satu penelitian yang dilakukan oleh Muslichah, M. dan Hilman, O.
(2008), sikap terhadap napza didapatkan bahwa dari 115 responden, diperoleh hasil
bahwa 85,2% termasuk dalam kategori baik. Hasil yang didapatkan sejalan dengan
penelitian. Dengan mengingat dampak NAPZA dan dengan pengetahuan yang
sudah didapat mereka cenderung memiliki sikap yang baik terhadap NAPZA.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa SMA Sutomo 2
Medan memiliki sikap yang positif terhadap NAPZA. Berdasarkan salah satu
penelitian yang dilakukan oleh Asti, Y. (2014), hal ini dapat terjadi karena siswa
memiliki pengetahuan (faktor internal) dan lingkungan, sosial dan budaya (faktor
eksternal) yang baik. Faktor internal yang menyebabkan usia remaja termasuk
kelompok penyalahguna narkoba adalah faktor hasrat ingin tahu/ coba – coba, ingin
dihargai, dan depresi serta kurangnya nilai-nilai agama. Faktor eksternal penyebab
penyalahgunaan narkoba usia remaja adalah pengaruh teman sebaya, kurangnya
perhatian orang tua, broken home (kondisi dimana keluarga mengalami perpecahan
atau adanya kesenjangan dalam rumah tangga), dan media massa.
Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003), pengetahuan memiliki
peranan yang sangat penting dalam membentuk sikap atau tindakan seseorang.
Apabila memiliki tingkat pengetahuan yang baik maka akan memberikan sikap
yang positif.
Hasil uji perilaku siswa – siswi SMA Sutomo 2 Medan yang dilakukan dengan
menggunakan kuesioner dapat dilihat pada table 4.9
Baik 8 – 10 63 85.1
Sedang 5–7 10 13.5
Kurang 0–4 1 1.4
Total 74 100
Tabel 4.10 Hasil uji perilaku responden terhadap NAPZA berdasarkan jenis kelamin.
Perilaku
Jenis
Baik Sedang Kurang Total
Kelamin
f % f % F %
Laki-laki 29 46.0 5 50 1 100 35
Perempuan 34 54.0 5 50 0 0 39
Total 63 100 10 100 1 100 74
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa dari 63 orang siswa - siswi yang perilakunya
baik, proporsi terbesarnya, yaitu 34 orang siswa (54.0%) merupakan perempuan.
Tabel 4.11 Hasil uji perilaku responden terhadap NAPZA berdasarkan kelas.
Perilaku
Kelas Baik Sedang Kurang Total
f % f % F %
X SMA 23 36.5 2 20.0 0 0 25
XI SMA 23 36.5 1 10.0 0 0 24
XII SMA 17 27.0 7 70.0 1 100 25
Total 63 100 10 100 1 100 74
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa dari 63 orang siswa - siswi yang perilakunya
baik, proporsi terbesarnya, yaitu 23 orang (36.5%) merupakan siswa - siswi kelas
X SMA dan XI SMA.
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa dari 63 orang siswa - siswi yang perilakunya
baik, proporsi terbesarnya, yaitu 56 orang (88.9%) merupakan siswa - siswi yang
tinggal bersama dengan orang tua.
Tabel 4.12 Hasil uji perilaku responden terhadap NAPZA berdasarkan tempat tinggal.
Perilaku
Tempat
Baik Sedang Kurang Total
Tinggal
f % f % F %
Bersama 66
56 88.9 9 90.0 1 100
orangtua
7
Bersama 7 11.1 0 0 0 0
famili
0 0 1 10.0 0 0 1
Kos
Total 63 100 10 100 1 100 74
Dari hasil uji perilaku di atas didapatkan jumlah siswa – siswi SMA Sutomo 2
Medan yang perilakunya baik terhadap NAPZA adalah sebanyak 85.1%.
Perilaku berdasarkan jenis kelamin didapatkan mayoritas siswa yang tingkat
pengetahuannya baik adalah perempuan, perilaku berdasarkan kelas didapatkan
perilaku yang baik mayoritasnya adalah siswa kelas X SMA dan XI SMA dan
perilaku berdasarkan tempat tinggal didapatkan tingkat pengetahuan yang baik
mayoritasnya adalah siswa yang tinggal bersama dengan orang tua.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, didapatkan bahwa 1 orang memiliki
perilaku yang kurang. Jika dilihat dari kuesioner dari diisi oleh siswa tersebut,
didapatkan bahwa siswa tersebut tidak selalu menyibukan diri ke arah yang positif
walaupun tertimpa masalah, tidak mencari tahu informasi narkoba, lebih banyak
menghabiskan waktu dengan teman dan lebih memilih bercerita pada teman
daripada orangtua, dan mudah percaya ajakan teman baru.
Dari salah satu penelitian yang dilakukan oleh Muslichah, M. dan Hilman, O.
(2008), perilaku terhadap napza yang didapatkan dari 115 responden, diperoleh
hasil bahwa 87,8% termasuk dalam kategori baik. Hasil yang didapatkan sejalan
dengan penelitian. Dimana perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor
lingkungan yang mempengaruhi individu, dan masyarakat.
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Beberapa hal yang dapat direkomendasikan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Bagi subjek penelitian
Siswa - siswi harus mampu untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan
jenis – jenis, efek dan penyebaran NAPZA agar dapat terhindar dari
penyalahgunaan NAPZA.
2. Bagi sekolah
Pemberian konseling diperlukan untuk memberi wawasan terhadap siswa -
siswi SMA tentang NAPZA dan bagaimana cara agar siswa – siswi terbebas
52
Ahad, 2017, BNN Sebut Ada 350 Ribu Pengguna Narkoba di Sumut, Medan,
Sumatera Utara, Indonesia, diakses 7 April 2018, tersedia di :
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/17/08/27/ovc1pk384-
bnn-sebut-ada-350-ribu-pengguna-narkoba-di-sumut
Aronson, J. K. 2016, Meyler's Side Effects of Drugs : Benzodiazepines, pp. 863-
877, Oxford: Elsevier Inc.
Aronson, J. K. 2016, Meyler's Side Effects of Drugs : Caffeine, pp. 7-15, Oxford:
Elsevier Inc.
Aronson, J. K. 2016, Meyler's Side Effects of Drugs : Codeine, pp. 544-548, Oxford:
Elsevier Inc.
Asti, Y. 2014, Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Perilaku
Penyalahgunaan Narkoba pada Siswa/i SMP Negeri 4 Kecamatan Pontianak
Timur Kotamadya Pontianak Tahun 2013, pp.1-16.
Astuti, S. 2013, Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Masyarakat terhadap
Upaya Pencegahan Penyakit Tuberkulosis di RW 04 Kelurahan Lagoa
Jakarta Utara Tahun 2013, DKI Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Budijanto, D. 2015, Populasi, Sampling dan Besar Sampel, Indonesia, diakses 15
Juni 2018, tersedia di http://www.risbinkes.litbang.depkes.go.id/2015/wp-
content/uploads/2013/02/SAMPLING-DAN-BESAR-SAMPEL.pdf
Djusnir, M. 2015, Survei Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba pada Kelompok
Rumah Tangga di 20 Provinsi Tahun 2015, Jakarta Timur: Pusat Penelitian
Data dan Informasi Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia.
Eleanora, F. N. 2011, Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Serta Usaha Pencegahan
dan Penanggulangannya, Jurnal Hukum, vol xxv, no. 1, pp.439-452.
Finnell, J. T. 2018, Rosen's Emergency Medicine: Concepts and Clinical Practice
,Chapter 142, pp.1838-1851.e1, Elsevier Inc.
Fukuda,K. 2015, Miller's Anesthesia : Opioid Analgetics, pp. 864-914, California:
Elsevier Inc.
George, T. P. 2016, Goldman-Cecil Medicine : Nicotine and Tobacco, 25th edn,
pp. 145-149.e2, New York: Elsevier Inc.
Hysek, C.M., Simmler, L.D., Schillinger, N., Meyer, N., Schmid, Y., Donzelli, M.,
Grouzmann, E. & Liechti, M.E. 2014, Pharmacokinetic and
pharmacodynamic effects of methylphenidate and MDMA administered
alone or in combination, International Journal of
Neuropsychopharmacology, vol. 17, Issue 3, pp. 371–381.
54
Isnaini, Y., Hariyono, W. & Utami, I.K. 2011, Hubungan Antara Dukungan
Keluarga dengan Keinginan untuk Sembuh pada Penyalahguna NAPZA di
Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan Kota Yogyakarta , KES MAS, vol. 5,
no. 2, pp.162-232.
Lamo, J.G.D., Pittelkow, M.R. & Sanchez, M. 2018, Dermatology : Signs of Drug
Abuse ,pp. 1595-1606, United States of America: Elsevier Inc.
Langman, L.K., Bechtel, L.K., Meier, B.M. and Holstege, C. 2018, Tietz Textbook
of Clinical Chemistry and Molecular Diagnostics : Clinical Toxicology, 6th
edn ,pp. 832-887.e26, Boston: Elsevier Inc.
Luscher, C. 2007, Farmakologi Dasar & Klinik : Obat yang disalahgunakan,
Jakarta: Buku Kedokteran EGC, pp. 522-554.
McPherson, M. L., Constantino, R.C. & McPherson, A.L. 2018, Maximizing Safety
and Efficacy for Pain Control in Patients with Cancer, Methadone, pp.1-11,
Baltimore: Elsevier Inc.
Muslichah, M. & Hilman, O. 2008, Pengaruh Hubungan Orang Tua dan Anak
Remaja terhadap Pengetahuan Sikap Perilaku tentang Seks Bebas dan
Narkoba, Mutiara Medika Edisi Khusus Vol. 8 No. 2, pp.83-88.
N.Ellefsen, K. 2016, Pharmacodynamics effects and relationships to plasma and
oral fluid pharmacokinetics after intravenous cocaine administration, Drug
and Alcohol Dependence, pp.116-125.
Notoatmodjo, S. 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka cipta.
Nurmaya, A. 2016, Penyalahgunaan napza di kalangan remaja (studi kasus pada 2
Siswa di MAN 2 Kota Bima), Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling,
vol. 2, no. 1, pp.26-32.
Pincus, M.R., Bluth, M.H. & Abraham, N.Z. 2017, Clinical Diagnosis and
Management by Laboratory Methods : Maximizing Safety and Efficacy for
Pain Control in Patients with Cancer, 23rd edn, chapter 23, pp.324-361.e2,
New York: Elsevier Inc.
Saleh, H.D., Rokhmah, D. & Nafikadini, I. 2014, Fenomena Penyalahgunaan
NAPZA Di Kalangan Remaja Ditinjau Dari Teori Interaksionisme Simbolik
Di Kabupaten Jember (The Phenomenon of Substance Abuse among
Adolescents Based on Symbolic Interactionism Theory in Jember Regency
) ,e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 , no.3, pp.468-475.
Schumacher, M. A., Basbaum, A. I. & Way, W. L. 2007, Farmakologi Dasar &
Klinik : Analgesik Opioid & Antagonisnya Jakarta: Buku Kedokteran
EGC, pp. 500-510.
Sholihah, M. 2014, Gambaran Peluang Perubahan Perilaku Perokok dengan
Health Belief Model pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Ciputat
Nama : Billy
NIM : 150100153
Tempat / Tanggal Lahir : Medan / 10 Januari 1997
Agama : Buddha
Nama Ayah : Winarta Koesuma
Nama Ibu : Tjin Kwi Lie
Alamat : Jalan Merdeka No.43B Medan
Riwayat Pendidikan : 1. TK Swasta Sutomo 2 Medan (2000 – 2003)
2. SD Swasta Sutomo 2 Medan (2003 – 2009)
3. SMP Swasta Sutomo 2 Medan (2009 – 2012)
4. SMA Swasta Sutomo 2 Medan (2012 – 2015)
5. Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara (2015 – Sekarang)
Riwayat Pelatihan : 1. Manajemen Mahasiswa Baru (MMB) PEMA FK
USU 2015
2. Balut dan Bidai (Balbi) TBM PEMA FK USU
2015
Riwayat Organisasi : 1. KMB USU (2015 - Sekarang)
2. MIND FK USU (2015 - Sekarang)
LEMBAR PERSETUJUAN
No ID : ….
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama :
Jenis Kelamin :
Alamat :
No. Telepon/HP :
Kelas :
Telah benar-benar paham atas penjelasan yang disampaikan oleh peneliti mengenai
penelitian ini yang berjudul “Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Siswa –
Siswi SMA Sutomo 2 Medan terhadap NAPZA”. Oleh karena itu, saya menyatakan
BERSEDIA menjadi partisipan dalam penelitian ini.
Demikianlah persetujuan ini saya sampaikan dengan sukarela dan tanpa ada
paksaan dari pihak manapun.
(Billy) ( )
LEMBAR PENJELASAN
Dengan hormat,
Medan,…..Oktober2018
Peneliti,
( Billy )
KUESIONER
No ID : Tinggal* : 1. Bersama orangtua
Kelas : 2. Bersama famili
Bersekolah di SMA Sutomo 2 sejak kelas : 3. Di rumah kos
4. Lainnya : ………………………….
(*Lingkari pada nomor yang sesuai
A. Pengetahuan a. Mual, muntah
1. Apa singkatan dari NAPZA? b. Jantung berdebar-debar
a. Narkotika dan penggunaan zat adiktif c. Berkeringat
b. Narkotiba, penanggulangan dan hindari zat lain d. Insomnia
c. Narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya e. Semua jawaban benar
d. Narkoba dan obat-obat terlarang f. Tidak tahu
e. Tidak tahu 5. Apakah yang dimaksud dengan BNN?
2. Apa yang termasuk narkoba? a. Merupakan badan narkoba nasional
a. Morfin b. Merupakan badan narkotika nasional
b. Ganja c. Merupakan badan NAPZA nasional
c. Putaw d. Semua jawaban benar
d. Sabu-sabu e. Tidak tahu
e. Semua jawaban benar
f. Tidak tahu
3. Apa bentuk-bentuk dari narkoba yang anda ketahui?
a. Pil/ tablet
b. Cairan
c. Gas
d. Bubuk 6. Bagaimana pencegahan agar tidak terlibat pada penyalahgunaan
e. Semua jawaban benar narkoba?
f. Tidak tahu a. Memilih kelompok teman-teman yang baik
4. Bagaimana tanda-tanda orang yang sedang ketagihan (sakau) b. Meningkatkan pengetahuan mengenai bahaya narkoba
karena narkoba?
Universitas Sumatera Utara
63
Lampiran F. Lembar Kuesioner
c. Menyediakan waktu untuk berkumpul dan berkomunikasi 10. Apa yang merupakan pengertian dari psikotropika golongan I?
dengan orang lain a. Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
d. Mengikuti gerakan anti narkoba di sekolah ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
e. Semua jawaban benar mempunyai potensi sangat kuat mengakibatkan sindroma
f. Tidak tahu ketergantungan.
7. Yang bukan merupakan penyalahgunaan NAPZA adalah : b. Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat
a. Digunakan secara berkali-kali atau terus menerus digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu
b. Menyebabkan ketagihan atau ketergantungan pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan
c. Pemberian NAPZA oleh dokter sebagai penghilang rasa sindroma ketergantungan.
sakit c. Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
d. Menimbulkan gangguan pada tubuh, pikiran, perasaan, digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu
dan perilaku pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
e. Tidak tahu mengakibatkan sindroma ketergantungan.
8. Apa bahaya yang ditimbulkan dari merokok? d. Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas
a. Impotensi digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu
b. Serangan jantung pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
c. Stroke mengakibatkan sindroma ketergantungan.
d. Semua jawaban benar e. Tidak tahu
e. Tidak tahu
B. Sikap
Untuk kuesioner sikap, beri tanda centang pada kolom yang anda inginkan dengan :
SS : Sangat setuju TS : Tidak setuju
S : Setuju STS : Sangat tidak setuju
C. Perilaku
Perilaku apa yang akan saudara / saudari lakukan untuk menjauhi narkoba
1. Saya selalu menyibukan diri dengan hobi yang positif saat tertimpa masalah ataupun mengikuti kursus di luar jam sekolah.
A. Setuju B. Tidak setuju
2. Saya berpartisipasi dalam organisasi dan kegiatan ekstrakurikuler.
A. Setuju B. Tidak setuju
3. Saya selalu mencari tahu informasi narkoba dari majalah, buku, website dan rajin menghadiri seminar narkoba.
A. Setuju B. Tidak setuju
4. Jika ada masalah atau sedang stress saya lebih memilih bercerita dengan orangtua.
A. Setuju B. Tidak setuju
5. Saya berprinsip tidak mau berteman dengan pecandu narkoba.
A. Setuju B. Tidak setuju
6. Saya selalu berusaha untuk menjauhi kelompok pengguna narkoba.
A. Setuju B. Tidak setuju
7. Saya lebih banyak menghabiskan waktu berkumpul-kumpul bersama teman-teman dibandingkan dengan keluarga.
A. Setuju B. Tidak Setuju
8. Saya mudah percaya pada ajakan teman yang baru dikenal.
A. Setuju B. Tidak Setuju
9. Saya bersikap tegas ajakan teman menjauhi narkoba.
A. Setuju B. Tidak Setuju
10. Saya suka mencoba segala sesuatu tanpa memedulikan apapun itu.
A. Setuju B. Tidak Setuju
Total
Nomor Alpha
Pearson Status Status
Pertanyaan Cronbach
Correlation
Total
Nomor Alpha
Pearson Status Status
Pertanyaan Cronbach
Correlation
Total
Nomor Alpha
Pearson Status Status
Pertanyaan Cronbach
Correlation
FREKUENSI RESPONDEN
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Tempat Tinggal
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Kelas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Total Tingkat
No Nama (Inisial) Jenis Kelamin Kelas Tinggal
Skor Pengetahuan
1 AB Laki-laki XII SMA Bersama orangtua 18 Baik
2 LM Laki-laki XII SMA Bersama famili 14 Baik
3 W Laki-laki XII SMA Bersama orangtua 18 Baik
4 ST Laki-laki XII SMA Bersama famili 18 Baik
5 V Perempuan XII SMA Bersama orangtua 16 Baik
6 UO Perempuan XII SMA Bersama orangtua 15 Baik
7 AW Laki-laki XII SMA Bersama orangtua 16 Baik
8 ALSH Laki-laki XII SMA Bersama orangtua 19 Baik
9 RH Laki-laki XI SMA Bersama orangtua 20 Baik
10 FG Laki-laki XI SMA Bersama famili 20 Baik
11 J Laki-laki XI SMA Bersama orangtua 20 Baik
12 SW Laki-laki XI SMA Bersama orangtua 20 Baik
13 ZHL Laki-laki XI SMA Bersama orangtua 17 Baik
14 HVP Perempuan XI SMA Bersama orangtua 17 Baik
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pengetahuan Pengetahuan
Sedang Bagus Total
% within
Interval
42.9% 47.8% 47.3%
Pengetahuan
Total
Perempuan Count 4 35 39
% within
Interval
57.1% 52.2% 52.7%
Pengetahuan
Total
Total Count 7 67 74
% within
Interval
100.0% 100.0% 100.0%
Pengetahuan
Total
Pengetahuan Pengetahuan
Sedang Bagus Total
% within Interval
28.6% 34.3% 33.8%
Pengetahuan Total
XI SMA Count 0 24 24
% within Interval
0.0% 35.8% 32.4%
Pengetahuan Total
% within Interval
71.4% 29.9% 33.8%
Pengetahuan Total
Total Count 7 67 74
% within Interval
100.0% 100.0% 100.0%
Pengetahuan Total
Pengetahuan Pengetahuan
Sedang Bagus Total
Bersama Count 0 7 7
Famili % within Interval
0.0% 10.4% 9.5%
Pengetahuan Total
Kos Count 0 1 1
% within Interval
0.0% 1.5% 1.4%
Pengetahuan Total
Total Count 7 67 74
% within Interval
100.0% 100.0% 100.0%
Pengetahuan Total
Total
No Nama (Inisial) Jenis Kelamin Kelas Tinggal Sikap
Skor
1 AB Laki-laki XII SMA Bersama orangtua 38 Positif
2 LM Laki-laki XII SMA Bersama famili 34 Positif
3 W Laki-laki XII SMA Bersama orangtua 34 Positif
4 ST Laki-laki XII SMA Bersama famili 34 Positif
5 V Perempuan XII SMA Bersama orangtua 36 Positif
6 UO Perempuan XII SMA Bersama orangtua 35 Positif
7 AW Laki-laki XII SMA Bersama orangtua 38 Positif
8 ALSH Laki-laki XII SMA Bersama orangtua 40 Positif
9 RH Laki-laki XI SMA Bersama orangtua 36 Positif
10 FG Laki-laki XI SMA Bersama famili 40 Positif
11 J Laki-laki XI SMA Bersama orangtua 33 Positif
12 SW Laki-laki XI SMA Bersama orangtua 38 Positif
13 ZHL Laki-laki XI SMA Bersama orangtua 36 Positif
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Total
No Nama (Inisial) Jenis Kelamin Kelas Tinggal Sikap
Skor
1 AB Laki-laki XII SMA Bersama orangtua 10 Baik
2 LM Laki-laki XII SMA Bersama famili 10 Baik
3 W Laki-laki XII SMA Bersama orangtua 10 Baik
4 ST Laki-laki XII SMA Bersama famili 9 Baik
5 V Perempuan XII SMA Bersama orangtua 10 Baik
6 UO Perempuan XII SMA Bersama orangtua 8 Baik
7 AW Laki-laki XII SMA Bersama orangtua 9 Baik
8 ALSH Laki-laki XII SMA Bersama orangtua 10 Baik
9 RH Laki-laki XI SMA Bersama orangtua 9 Baik
10 FG Laki-laki XI SMA Bersama famili 10 Baik
11 J Laki-laki XI SMA Bersama orangtua 9 Baik
12 SW Laki-laki XI SMA Bersama orangtua 10 Baik
13 ZHL Laki-laki XI SMA Bersama orangtua 9 Baik
14 HVP Perempuan XI SMA Bersama orangtua 9 Baik
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Perempuan Count 0 5 34 39
% within
Interval
0.0% 50.0% 54.0% 52.7%
Perilaku
Total
Total Count 1 10 63 74
% within
Interval 100.0
100.0% 100.0% 100.0%
Perilaku %
Total
Kelas X Count 0 2 23 25
SMA % within
Interval
0.0% 20.0% 36.5% 33.8%
Perilaku
Total
XI Count 0 1 23 24
SMA % within
Interval
0.0% 10.0% 36.5% 32.4%
Perilaku
Total
XII Count 1 7 17 25
SMA % within
Interval
100.0% 70.0% 27.0% 33.8%
Perilaku
Total
Total Count 1 10 63 74
% within
Interval
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
Perilaku
Total
Bersama Count 0 0 7 7
Famili % within
Interval
0.0% 0.0% 11.1% 9.5%
Perilaku
Total
Kos Count 0 1 0 1
% within
Interval
0.0% 10.0% 0.0% 1.4%
Perilaku
Total
Total Count 1 10 63 74
% within
Interval
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
Perilaku
Total