Oleh: KELOMPOK 2
1. ALMAS SANIAH P27820821003
2. ANDRY NUR IMANSYAH P27820821005
3. ARINA FITRI P27820821006
4. MARSZHA SOFVA A P27820821035
5. NUR HASANAH P27820821041
6. NURIYAH P27820821043
Assalamu’alaikum .Wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
semua ridho serta hidayah-Nya sehingga kami dapat membuat Makalah Keperawatan Maternitas
yang berjudul “Masalah Kesehatan pada Ibu dan Sistem Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada
Ibu” dengan baik tanpa kesulitan.
Kami menyusun makalah ini berdasarkan beberapa sumber buku yang telah kami
peroleh. Kami berusaha menyajikan makalah ini dengan bahasa yang sederhana dan mudah
dimengerti oleh pembaca. Selain itu, kami memperoleh sumber dari beberapa buku pilihan,
kami pun memperoleh informasi tambahan dari internet.
Terima kasih juga kami aturkan kepada pihak – pihak yang terlibat khususnya untuk
dosen pembimbing kami yang telah memberikan bimbingan sehingga kami dapat membuat
makalah tersebut.
Kami yakin makalah yang kami buat ini tidak luput dari kesalahan, oleh karena itu kami
mohon kepada para pembaca untuk memakluminya. Tak hanya itu makalah kami takkan
sempurna tanpa data – data atau info yang nyata, karena kesempurnaan hanya milik Allah Yang
Maha Kuasa.
Semoga makalah yang telah kami buat berguna bagi pembaca Aamiin.
Wassalamu’alaikum .Wr.Wb
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
keadaan fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan
dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.
Tingginya derajat kesehatan reproduksi ditandai dengan menurunnya angka kematian ibu
(AKI). Angka kematian ibu menurut WHO didefinisikan sebagai kematian selama
kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab
yang terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan
pencapaian target penurunan angka kematian ibu. Di Indonesia angka kematian ibu
mengalami peningkatan dari 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 menjadi 359
per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012. Angka kematian ibu yang masih tinggi di
Indonesia berkaitan dengan masalah kehamilan, persalinan dan nifas. Secara global dari
210 juta kehamilan yang terjadi setiap tahun, 38% juta) merupakan kehamilan tidak
diinginkan dan 22% berakhir dengan aborsi. Kehamilan yang berakhir dengan aborsi
sebesar 40% dari mereka dilakukan pada wanita berusia kurang dari 25 tahun dan sekitar
68.000 wanita meninggal setiap tahun dari komplikasi aborsi yang tidak aman. Pada tahun
2012 terdapat 85 juta kehamilan yang terjadi secara global dan sebesar 40% merupakan
kehamilan yang tidak diinginkan. Dampak yang ditimbulkan dari kehamilan tidak
diinginkan ini sebesar 50% berakhir dengan aborsi, 12% berakhir dengan keguguran dan
38% merupakan kelahiran tidak direncanakan. Diperkirakan 50 juta aborsi yang dilakukan
4
setiap tahun sebagai akibat dari kehamilan tidak diinginkan, 95% diantaranya merupakan
dari negara berkembang. Pada umumnya di negara berkembang itu, sekitar 20-60%
merupakan wanita yang telah menikah atau sekitar 120 juta wanita mengalami kehamilan
17% dan pada tahun 2002-2003 tidak menunjukkan perubahan yaitu sebesar 17%, tahun
2007 sebesar 19% dan pada tahun 2012 didapatkan 14% kehamilan tidak diinginkan
yang terdiri dari 7% kehamilan tidak tepat waktu dan 7% kehamilan tidak
dikehendaki. Angka ini lebih besar jika dibandingkan dengan data Riskesdas 2010
Kehamilan tidak diinginkan merupakan masalah kesehatan yang penting baik pada
berpenghasilan rendah karena memiliki dampak merugikan dari segi ekonomi, sosial serta
kesehatan ibu dan anak. Beberapa alasan yang menyebabkan terjadinya kehamilan yang
karena pemerkosaan, kondisi kesehatan ibu, persoalan ekonomi, alas an karier serta
kondisi janin yang cacat. Kejadian kehamilan tidak diinginkan dapat meningkatkan risiko
kesakitan pada wanita dan berhubungan dengan efek yang merugikan. Misalnya, wanita
yang tidak menginginkan kehamilan akan menunda untuk pergi ke pelayanan antenatal
yang nantinya akan mempengaruhi terhadap kesehatan bayinya. Selain itu, kehamilan
tidak diinginkan akan mengakibatkan aborsi spontan, yang terjadi pada 4 juta jiwa setiap
tahun, serta aborsi yang direncanakan yang terjadi pada 42 juta jiwa setiap tahun serta
5
kehamilan yang tidak diinginkan terjadi 34 juta jiwa setiap tahun di seluruh dunia. untuk
tidak diinginkan.
1.4 Manfaat
1. Melatih berfikir secara kritis untuk menganalisis suatu hasil penelitian.
2. Sebagai sumber informasi ilmiah guna menambah referensi pengembangan ilmu
pengetahuan lebih lanjut terkait masalah kesehatan pada Ibu dan sistem pelayanan
pada kesehatan reproduksi
6
BAB II
1. Konsepsi
Perlakuan sama antara janin laki-laki dan perempuan, Pelayanan ANC,
persalinan, nifas dan BBL yang aman.
2. Bayi dan Anak
PemberianASI eksklusif dan penyapihan yang layak, an pemberian makanan
dengan gizi seimbang, Imunisasi, Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan
Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM), Pencegahan dan penanggulangan
kekerasan pada anak, Pendidikan dan kesempatan untuk memperoleh
pendidikan yang sama pada anak laki-laki dan anak perempuan.
3. Remaja
Pemberian Gizi seimbang, Informasi Kesehatan Reproduksi yang adequate,
Pencegahan kekerasan sosial, Mencegah ketergantungan NAPZA, Perkawinan
usia yang wajar, Pendidikan dan peningkatan keterampilan, Peningkatan
penghargaan diri,. Peningkatan pertahanan terhadap godaan dan ancaman.
4. Usia Subur
Pemeliharaan Kehamilan dan pertolongan persalinan yang aman,
Pencegahan kecacatan dan kematian pada ibu dan bayi, Menggunakan
kontrasepsi untuk mengatur jarak kelahiran dan jumlah kehamilan, Pencegahan
terhadap PMS atau HIV/AIDS, Pelayanan kesehatan reproduksi yang
berkualitas, Pencegahan penanggulangan masalah aborsi, Deteksi dini kanker
payudara dan leher rahim, Pencegahan dan manajemen infertilitas.
5. Usia Lanjut
Perhatian terhadap menopause/andropause, Perhatian terhadap kemungkinan
penyakit utama degeneratif termasuk rabun, gangguan metabolisme tubuh,
gangguan morbilitas dan osteoporosis, Deteksi dini kanker rahim dan kanker
prostat. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi secara “lebih luas“, meliputi:
Masalah kesehatan reproduksi remaja yaitu pada saat pertama anak perempuan
mengalami haid/menarche yang bisa beresiko timbulnya anemia, perilaku
seksual bila kurang pengetahuan dapat terjadi kehamilan diluar nikah, abortus
tidak aman, tertular penyakit menular seksual (PMS), termasuk HIV/AIDS.
Remaja saat menginjak masa dewasa dan melakukan perkawinan, dan ternyata
belum mempunyai pengetahuan yang cukup untuk memelihara kehamilannya
maka dapat mengakibatkan terjadinya risiko terhadap kehamilannya (persalinan
sebelum waktunya) yang akhirnya akan menimbulkan risiko terhadap kesehatan
ibu hamil dan janinnya. Dalam kesehatan reproduksi mengimplikasikan
seseorang berhak atas kehidupan seksual yang memuaskan dan aman.
Seseorang berhak terbebas dari kemungkinan tertular penyakit infeksi menular
seksual yang bisa berpengaruh pada fungsi organ reproduksi, dan terbebas dari
paksaan. Hubungan seksual dilakukan dengan saling memahami dan sesuai
etika serta budaya yang berlaku
2.3.1 Jurnal 1
a) Judul
Pendidikan Kesehatan Dalam Upaya Pencegahan Kanker Serviks Pada Wanita
Usia Subur
b) Author
Vio Nita, Novi Indrayani
c) Tahun
2020
d) Publikasi
DINAMISIA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol. 4, No. 2 Juni 2020,
Hal. 306-310. P-ISSN 2614-7424; E-ISSN 2614-8927. Indeks: SINTA 4. DOI:
https://doi.org/10.31849/dinamisia.v4i2.4175
e) Ringkasan
Di Indonesia kanker serviks (kanker leher rahim) merupakan kanker kedua
paling banyak diderita wanita setelah kanker payudara. Beberapa faktor
mengakibatkan terjadinya kanker serviks adalah terlambatnya deteksi dini
yang dilakukan oleh wanita karena kurangnya pengetahuan tentang kanker
serviks, misalnya untuk menjaga kebersihan daerah kewanitaan (vagina)
sangatlah penting dilakukan khususnya untuk wanita. Pengetahuan dan
kesadaran masyarakat terutama wanita terhadap kesehatan reproduksinya
dinilai masih kurang. Selama ini penyuluhan kesehatan juga dinilai masih
kurang untuk masyarakat yang tinggal di pedesaan. Pendidikan kesehatan
merupakan metode yang baik untuk memberikan informasi kesehatan
reproduksinya kepada masyarakat khususnya wanita, tentang kanker serviks
dan cara mendeteksi dini kanker serviks sehingga dapat menurunkan angka
kematian.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengetahuan Pre dan Post
pendidikan kesehatan dalam upaya pencegahan kanker serviks pada wanita
usia subur Di Dusun Ringinsari Bokoharjo Prambanan Sleman Yogyakarta.
2.1.1 Jurnal 2
1. Ringkasan
a) Judul
Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang Wanita Usia Subur
b) Author
Yuli Suryanti
c) Tahun
2019
d) Publikasi
Jambura Journal Of Health Science and Research Vol. 1 No. 1, Januari 2019.
eISSN : 2655643X pISSN : 26230674 http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jjhsr
Indeks: SINTA 4
e) Ringkasan
Metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) merupakan metode
kontrasepsi yang sangat efektif untuk menurunkan angka kelahiran.
Metode kontrasepsi jangka panjang adalah kontrasepsi yang dapat dipakai
dalam jangka waktu lama, lebih dari 2 tahun, efektif dan efisien untuk
tujuan menjarangkan kelahiran lebih dari 3 tahun atau mengakhiri
kehamilan pada pasangan yang sudah tidak ingin tambah anak lagi. Jenis
metode yang termasuk kedalam MKJP adalah kontrasepsi mantap pria dan
wanita (tubektomi dan vasektomi), implant dan IUD. Diharapkan dengan
adanya perencanaan keluarga yang matang kehamilan merupakan suatu hal
yang memang sangat diharapkan sehingga akan terhindar dari perbuatan
untuk mengakhiri kehamilan dengan aborsi.
2. Metode Analisa PICO
OUTCOME Hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa responden yang memiliki
pengetahuan kurang baik sebanyak 71 responden. Mayoritas umur
sebanyak 50 responden yakni umur 25-35 tahun . mayoritas partisipasi
suami yang mendukung sebanyak 52 responden. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa responden yang jarang melakukan konsultasi
pengetahuan terkait dengan penggunaan metode kontrasepsi di
layanan kesehatan masih kurang, hal ini menyebabkan ketidaktahuan
mereka terhadap penggunaan metode kontrasepsi dalam jangka
panjang.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian kesehatan RI, 2014, ebook tentang pusat data dan informasi hari ibu Kementrian
Kesehatan RI , 22 desember 2014
Yulia dewi N, 2013, tentang pengaruh pengaruh kesehatan reproduksi terhadap kecenderungan
prilaku kesehatan remaja,
29
BAB II
6. Konsepsi
Perlakuan sama antara janin laki-laki dan perempuan, Pelayanan ANC,
persalinan, nifas dan BBL yang aman.
7. Bayi dan Anak
PemberianASI eksklusif dan penyapihan yang layak, an pemberian makanan
dengan gizi seimbang, Imunisasi, Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan
Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM), Pencegahan dan penanggulangan
kekerasan pada anak, Pendidikan dan kesempatan untuk memperoleh
pendidikan yang sama pada anak laki-laki dan anak perempuan.
8. Remaja
Pemberian Gizi seimbang, Informasi Kesehatan Reproduksi yang adequate,
Pencegahan kekerasan sosial, Mencegah ketergantungan NAPZA, Perkawinan
usia yang wajar, Pendidikan dan peningkatan keterampilan, Peningkatan
penghargaan diri,. Peningkatan pertahanan terhadap godaan dan ancaman.
9. Usia Subur
Pemeliharaan Kehamilan dan pertolongan persalinan yang aman,
Pencegahan kecacatan dan kematian pada ibu dan bayi, Menggunakan
kontrasepsi untuk mengatur jarak kelahiran dan jumlah kehamilan, Pencegahan
terhadap PMS atau HIV/AIDS, Pelayanan kesehatan reproduksi yang
berkualitas, Pencegahan penanggulangan masalah aborsi, Deteksi dini kanker
payudara dan leher rahim, Pencegahan dan manajemen infertilitas.
10. Usia Lanjut
Perhatian terhadap menopause/andropause, Perhatian terhadap kemungkinan
penyakit utama degeneratif termasuk rabun, gangguan metabolisme tubuh,
gangguan morbilitas dan osteoporosis, Deteksi dini kanker rahim dan kanker
prostat. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi secara “lebih luas“, meliputi:
Masalah kesehatan reproduksi remaja yaitu pada saat pertama anak perempuan
mengalami haid/menarche yang bisa beresiko timbulnya anemia, perilaku
seksual bila kurang pengetahuan dapat terjadi kehamilan diluar nikah, abortus
tidak aman, tertular penyakit menular seksual (PMS), termasuk HIV/AIDS.
Remaja saat menginjak masa dewasa dan melakukan perkawinan, dan ternyata
belum mempunyai pengetahuan yang cukup untuk memelihara kehamilannya
maka dapat mengakibatkan terjadinya risiko terhadap kehamilannya (persalinan
sebelum waktunya) yang akhirnya akan menimbulkan risiko terhadap kesehatan
ibu hamil dan janinnya. Dalam kesehatan reproduksi mengimplikasikan
seseorang berhak atas kehidupan seksual yang memuaskan dan aman.
Seseorang berhak terbebas dari kemungkinan tertular penyakit infeksi menular
seksual yang bisa berpengaruh pada fungsi organ reproduksi, dan terbebas dari
paksaan. Hubungan seksual dilakukan dengan saling memahami dan sesuai
etika serta budaya yang berlaku
2.6.1 Jurnal 1
f) Judul
Pendidikan Kesehatan Dalam Upaya Pencegahan Kanker Serviks Pada Wanita
Usia Subur
g) Author
Vio Nita, Novi Indrayani
h) Tahun
2020
i) Publikasi
DINAMISIA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol. 4, No. 2 Juni 2020,
Hal. 306-310. P-ISSN 2614-7424; E-ISSN 2614-8927. Indeks: SINTA 4. DOI:
https://doi.org/10.31849/dinamisia.v4i2.4175
j) Ringkasan
Di Indonesia kanker serviks (kanker leher rahim) merupakan kanker kedua
paling banyak diderita wanita setelah kanker payudara. Beberapa faktor
mengakibatkan terjadinya kanker serviks adalah terlambatnya deteksi dini
yang dilakukan oleh wanita karena kurangnya pengetahuan tentang kanker
serviks, misalnya untuk menjaga kebersihan daerah kewanitaan (vagina)
sangatlah penting dilakukan khususnya untuk wanita. Pengetahuan dan
kesadaran masyarakat terutama wanita terhadap kesehatan reproduksinya
dinilai masih kurang. Selama ini penyuluhan kesehatan juga dinilai masih
kurang untuk masyarakat yang tinggal di pedesaan. Pendidikan kesehatan
merupakan metode yang baik untuk memberikan informasi kesehatan
reproduksinya kepada masyarakat khususnya wanita, tentang kanker serviks
dan cara mendeteksi dini kanker serviks sehingga dapat menurunkan angka
kematian.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengetahuan Pre dan Post
pendidikan kesehatan dalam upaya pencegahan kanker serviks pada wanita
usia subur Di Dusun Ringinsari Bokoharjo Prambanan Sleman Yogyakarta.
2.1.2 Jurnal 2
1. Ringkasan
a) Judul
Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang Wanita Usia Subur
b) Author
Yuli Suryanti
c) Tahun
2019
d) Publikasi
Jambura Journal Of Health Science and Research Vol. 1 No. 1, Januari 2019.
eISSN : 2655643X pISSN : 26230674 http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jjhsr
Indeks: SINTA 4
e) Ringkasan
Metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) merupakan metode
kontrasepsi yang sangat efektif untuk menurunkan angka kelahiran.
Metode kontrasepsi jangka panjang adalah kontrasepsi yang dapat dipakai
dalam jangka waktu lama, lebih dari 2 tahun, efektif dan efisien untuk
tujuan menjarangkan kelahiran lebih dari 3 tahun atau mengakhiri
kehamilan pada pasangan yang sudah tidak ingin tambah anak lagi. Jenis
metode yang termasuk kedalam MKJP adalah kontrasepsi mantap pria dan
wanita (tubektomi dan vasektomi), implant dan IUD. Diharapkan dengan
adanya perencanaan keluarga yang matang kehamilan merupakan suatu hal
yang memang sangat diharapkan sehingga akan terhindar dari perbuatan
untuk mengakhiri kehamilan dengan aborsi.
2. Metode Analisa PICO
OUTCOME Hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa responden yang memiliki
pengetahuan kurang baik sebanyak 71 responden. Mayoritas umur
sebanyak 50 responden yakni umur 25-35 tahun . mayoritas partisipasi
suami yang mendukung sebanyak 52 responden. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa responden yang jarang melakukan konsultasi
pengetahuan terkait dengan penggunaan metode kontrasepsi di
layanan kesehatan masih kurang, hal ini menyebabkan ketidaktahuan
mereka terhadap penggunaan metode kontrasepsi dalam jangka
panjang.
BAB III
PENUTUP
3.3 Kesimpulan
3.4 Saran
DAFTAR PUSTAKA