Anda di halaman 1dari 3

Nama : Abdillah Satari Rahim

NIM : 120200102001

Mata Kuliah : ASYMETRIC WARFARE POLICY AND STRATEGY

Nama Dosen : BRIGJEN TNI Dr. Pujo Widodo, SE, SH, MA, M.Si, MDMS,

M.Si(Han)

“NARRATION FOR ASYMMETRIC THREAT CAMPAIGN”


RESUME

Ancaman adalah setiap usaha atau kegiatan baik dari dalam maupun dari
luar yang dinilai dapat membahayakan kedaulatan dan keutuhan wilayah suatu
negara, serta juga dapat berbahaya bagi keselamatan bangsa dan warga negara.
Berdasarkan sifatnya ancaman terbagi menjadi dua jenis yaitu ancaman yang
sifatnya aktual dan ancaman yang sifatnya potensial.
Ancaman aktual ialah ancaman yang menjadi pusat perhatian pemerintah
dan membutuhkan sinergisme yang tinggi dalam lima tahun kedepan. Ancaman
aktual menyebut 5 hal pokok munculnya kekuatan separatis bersenjata dan
kelompok radikal, gerakan terorisme yang parah dan maksudnya tidak jelas, serta
pencurian kekayaan alam seperti illegal fishing, illegal logging dan illegal milling.
Ancaman potensial ialah ancaman yang menjadi perhatian pertahanan
negara dalam jangka Panjang meliputi berbagai benih permusuhan atau perbedaan
kepentingan dan sengketa masa lalu yang tetap tidak terselesaikam terus membara
yang setiap saat dapat muncul ke permukaan menimbulkan bahaya serius.
Di dalam dimensi aksiologi ancaman dapat muncul dengan menggunakan 3
jenis kekuatan atau kekuasaan. Ke-3 kekuatan tersebut antara lain:
a. Kekuasaan keras (hard power), dengan menggunakan kekuatan fisik
militer, kepolisian, kejaksaan dan pengadilan;
b. Kekuasaan lunak (soft power), berupa kekuasaan untuk
mempengaruhi dan meyakinkan (the power to persuade), yang
umumnya berkenaan dengan dunia gagasan, nilai-nilai, pendidikan,
budaya, agama dan musik;
c. Kekuasaan cerdas (smart power), berada diantara hard
power dan soft power, yang pada umumnya berupa tindakan
memberi imbalan uang, barang, keuntungan materi, pangkat dan
jabatan.

Kementrian Pertahanan (Kemhan) Sebagai bentuk pertahanan negara


Indonesia kemudian membentuk lembaga yang berperan untuk melakukan
identifikasi dan memprediksi ancaman yang akan datang melalui data-data secara
menyeluruh sehingga dapat memberi masukan mengenai cara mengantisipasi
permasalahan tersebut yang kemudian dapat dijadikan sebagai acuan dalam
merumuskan atau menyusun strategi pertahanan yang komprehensif dan aplikatif
sesuai kebutuhan. Lembaga tersebut kemudian dikenal nama Badan Informasi
Strategi Pertahanan (Bainstrahan).
Dalam pelaksanaannya dibentuk pula lembaga-lembaga lain yang memiliki
peran dan fungsi yang sama namun pada lingkup yang berbeda. Lembaga tersebut
antara lain :
1. Badan Intelijen Negara (BIN);
2. Intelijen Tentara Nasional Indonesia;
3. Intelijen Kepolisian Negara Republik Indonesia;
4. Intelijen Kejaksaan Republik Indonesia; dan
5. intelijen kementerian/lembaga pemerintah non-kementerian.

Peran lembaga intelijen sebagai komponen pengetahuan, organisasi dan


kegiatan pertahanan negara memiliki skema intelijen dalam melaksanakan tugas
nya. Skema tersebut yaitu pengarahan/perencanaan sebelum bertindak yang
kemudian melaksanakan tugas dengan mengumpulkan data, informasi serta fakta.
Dari data dan fakta yang sudah dikumpulkan maka menganalisis sebelum data dan
fakta tersebut disampaikan dan digunakan oleh pengguna untuk menjadi sebuah
pertimbangan keputusan.
Kemajuan teknologi saat ini atau yang lebih dikenal dengan istilah industry
4.0 telah membawa dampak terhadap perkembangan dan kemajuan zaman.
Dampak revolusi ke 4.0, mempengaruhi lingstra global, regional, dan nasional.
Ancaman dalam regional & nasasional sangat terdampak karena revolusi 4.0.
Dengan hadirnya kecangiihan teknologi memberikan banyak kemudahan dalam
kehidupan yang juga ikut mempengaruhi perkembangan ekonomi global. Namun
sejalan dengan hal itu muncul ancaman-ancaman model dimana pemanfaatn
teknologi robot atau kecerdasan buatan menjadi ancaman baru dalam perang
generasi ke-5.

Anda mungkin juga menyukai