Anda di halaman 1dari 5

Nama : Abdillah Satari Rahim

NIM : 120200102001

Mata Kuliah : ASYMETRIC WARFARE POLICY AND STRATEGY

Nama Dosen : BRIGJEN TNI Dr. Pujo Widodo, SE, SH, MA, M.Si, MDMS,

M.Si(Han)

“Center of Gravities for The Adversaries”


RESUME

Di dalam bukunya “On War “ Clausewitz mendifinisikan arti center of


gravity sebagai: “The hub of all power and movement, on which everything
depends. That is the point against which all our energies should be directed”. (On
War p.596) Dalam pengertian ini Clausewitz berbicara tentang lawan atau musuh,
dengan berasumsi, jika musuh kehilangan keseimbangan, maka pukulan demi
pukulan harus terus dilakukan sampai kemenangan tercapai. Musuh tidak boleh
diberi kesempatan untuk bangkit kembali (recover). Dari definisi ini pula
sepertinya Clausewitz menekankan, bahwa untuk mencapai sukses, dia bersedia
menanggung risiko yang besar, karena penggunaan strategi langsung oleh kekuatan
yang besar yang dipunyai.
Secara spesifik Clausewitz menyusun menurut urutan prioritas Center Of
Gravity musuh sebagai berikut:
Pertama, yang terpenting dan yang utama adalah Angkatan Darat musuh.
Seperti yang dia katakan “Destruction of his Army, if it is at all significant. If the
Army had been destroyed, they would all have gone down in history as failures.
(On War hal. 596).
Kedua, menurut Clausewitz, urutan prioritas kedua adalah pendudukan dan
atau penghancuran Ibukota Musuh. Alasannya karena: “In countries subject to
domestic strife ….the center of gravity is generally the capital and seizure of his
capital if it is not only the center of administration but also that of social,

1
professional, and political activity (On War p. 596). Terkandung dalam pengertian
kedua ini ialah sasaran abstrak yaitu hancurnya pemerintahan, tatanan sosial,
maupun ideologi politik.
Ketiga, menyerang sekutu-sekutu musuh (alliances), merupakan prioritas
berikutnya yang patut dijadikan sasaran untuk menaklukkan musuh. Menurut dia,
“In small countries that rely on large ones, the center of gravity is usually the Army
of their protector. Delivery of an effective blow against his principal ally if that ally
is more powerful than he”. Clausewitz mengakui bahwa hubungan yang paling
lemah dalam suatu koalisi terletak pada kemampuan sekutunya untuk bekerjasama
dan itulah yang sering kali menyebabkan memisahkan mereka secara politik
maupun militer.
Keempat, sekalipun tidak dijelaskan secara mendetail, maka Clausewitz
menyatakan bahwa “Karakteristik personil dari pemimpin merupakan salah satu
COG. Pemimpin dapat diartikan bermacam-macam baik pemimpin militer
maupun pemimpin sipil dari pihak musuh. Dia mengambil contoh dalam perang
Napoleon, perang hanya dapat diakhiri apabila Napoleon sebagai pemimpin
sekaligus panglima perang dapat dienyahkan. Demikian pula dalam Perang Dunia
kedua, perang tidak dapat diakhiri apabila Hitler masih tetap berkuasa.
Kelima, di era perang modern dewasa ini, opini publik telah menjadi salah
satu COG yang paling menentukan, khususnya perang dengan sifat berkepanjangan
seperti perang gerilya atau bahkan perang melawan terorisme. Sejarah
perangVietnammenunjukkan bahwa ketiadaan dukungan publik atau masyarakat
dalam negeri mempercepat kekalahan Perancis maupun Amerika disana.

Sebagai perbandingan, ada baiknya kita meninjau secara singkat konsep


COG menurut Sun Tzu:
Sekalipun dikembangkan kurang lebih 2000 tahun sebelum Clausewitz,
namun konsep Center Of Gravity dari kedua pemikir militer tersebut mempunyai
kesamaan maupun perbedaan. Perbedaan yang menonjol dari konsep keduanya,
ialah pada urutan penentuan prioritas, sedangkan obyek COG-nya hampir sama.

2
Pertama, menurut SunTzu menyerang strategi atau rencana musuh yang
paling penting untuk dilakukan, kalau mungkin jauh sebelum perang terjadi.
Apabila perang telah meletus barulah penyerangan terhadap kekuatan fisik
musuh yang terbesar dilakukan.
Kedua, memutuskan atau menghancurkan persekutuan musuh juga harus
dilakukan sebelum perang atau konflik terjadi. Kata sebelum di sini merupakan kata
kunci yang berarti bahwa Sun Tzu lebih mengutamakan penyelesaian secara non
kekerasan daripada dengan kekerasan. Konsep pertama dan kedua dari SunTzu ini,
lebih berada pada domain strategi dan diplomasi, sehingga berbeda dengan
Clausewitz yang berada pada setingkat di bawahnya yaitu operasional, karena
menginginkan penyelesaian dengan menggunakan kekerasan langsung. Juga Sun
Tzu kurang setuju untuk menyerang kota-kota sebelum upaya lain dilakukan karena
menurutnya: “The worst policy is to attack cities. Attack cities only when there is
no alternatives. (The Art Of War p. 78).
Ketiga, sama seperti Clausewitz (prioritas berbeda) adalah menyerang
kekuatan utama musuh secara fisik.
Keempat, sebagai alternatif terakhir ( last resort) COG adalah menyerang
kota-kota.

Dapat disimpulkan secara singkat perbedaan prinsip antara kedua pemikir


ini menyangkut Center Of Gravity hanyalah terletak pada pemilihan prioritas untuk
aksi dan rencana dalam menghadapi konflik atau bahkan perang. Hal ini banyak
dipengaruhi oleh perbedaan tingkat analisis yang mereka lakukan. Clausewitz
mengembangkan konsep Center Of Gravity terutama pada tingkat operasional,
yang secara alamiah memusatkan perhatian pada penggunaan kekuatan ketika
permusuhan terjadi. Sebaliknya Sun Tzu terkonsentrasi pada tingkat yang lebih
tinggi yaitu politik dan strategi dan lebih tertarik pada mencari kemungkinan
memperoleh kemenangan tanpa pertumpahan darah dan itu hanya dapat dilakukan
sebelum perang terjadi, melalui penggunaan sarana non militer. Sun Tzu is most
concerned with the non-tangible aspects of war – the enemy’s will and morale, his
alliance systems, or his political plans. ( Masters of War p. 50).

3
Salah satu hal namun pokok dilakukan adalah menentukan COG terorisme
secara tepat dan akurat dengan tujuan agar upaya yang kita lakukan tidak sia-sia
atau malahan salah sasaran. Konsep penentuan COG seperti yang diuraikan di atas
mungkin dapat membantu, namun harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi saat
ini. Dapat dipastikan bahwa musuh (teroris) memiliki tidak hanya satu COG.
Dari beberapa COG kita harus mampu menentukan urutan prioritas
sehingga dengan sumber daya yang kita miliki kita dapat melakukan perang lawan
(kontra) secara efektif dan efisien.Sebagai analog dari apa yang dikemukakan oleh
Clausewitz; Kekuatan pokok “Army” tidak lain adalah pasukan inti teroris yang
melakukan serangan bersenjata ataupun bom bunuh diri. Singkatnya adalah
pasukan nyata secara fisik. Apabila kita menentukan pasukan ini sebagai COG
dengan prioritas no.1, maka dapat dipastikan kita akan gagal. Kemudian apa yang
disebut “the seizure of his capitol” tidak lain adalah markas atau pusat komando
teroris sebagai COG. Aparat keamanan sudah melakukannya, dengan cara
mengepung dan menyerang markas mereka di Batu,Malang beberapa waktu yang
lalu. Tapi inipun bukanlah COG yang utama dengan prioritas yang tinggi. Karena
sekalipun markasnya hancur dan pemimpinnya tewas, bukan berarti teroris sudah
kalah. Markas dapat dipindahkan dan dibentuk baru.
Berikutnya adalah “The delivery of an effective military blow against his
principal ally.” Implementasi dari pernyataan ini adalah mencari dan memutus
jaringan terorisme baik di dalam negeri maupun di luar negeri, atau dengan kata
lain memutuskan dan mengisolasi gerakan terorisme dari sekutunya yang
memberikan bantuan kepada mereka baik logistik, persenjataan, finansial bahkan
personil yang memungkinkan mereka hidup dan melakukun kegiatan. COG
berikutnya adalah “The enemy’s leader”, dimaksudkan apabila dapat menangkap
atau bahkan dapat membunuh pemimpin, komandan atau kepalanya maka dengan
sendirinya anak buahnya akan menyusul menyerah dan selanjutnya persoalan
selesai.

4
Apakah memang demikian? Kenyataannya banyak pemimpin teroris sudah
ditangkap atau bahkan terbunuh (juga diluar negeri) namun kemudian muncul
pemimpin-pemimpin baru dan gerakan mereka belum dapat dipatahkan. Urutan
berikut adalah “ The enemy’s public opinion“. Pendapat dan dukungan publik
dewasa ini sangat menentukan. Di dalamnya terkandung dukungan moril yang
didasarkan pada keyakinan bahwa perjuangan teroris itu adalah perjuangan yang
benar dan “suci” dan oleh karena itu harus didukung dan dibela, kalau perlu
dengan mengorbankan jiwa dan raga.
Mempelajari karakteristik gerakan teroris baik dalam negeri maupun di luar
negeri serta mengambil pelajaran dari pengalaman kita, maka menurut pendapat
penulis gerakan ini memiliki setidaknya dua Center of Gravity yaitu sesuai urutan
prioritas: pertama, jaringan sekutu (allies) baik di dalam negeri maupun luar negeri
yang memberikan dukungan baik material maupun moral dan kedua: pendapat
publik yang tidak kelihatan namun yang kekuatannya sangat dahsyat. Walaupun
tidak ada yang dapat menjamin bila segala upaya, daya dan dana kita arahkan untuk
menghancurkan COG musuh ini lalu serta merta gerakan ini hancur/kalah, tapi
paling tidak kita tidak menghambur-hamburkan sumber daya kita secara tidak
terukur melainkan kepada sasaran yang lebih efektif . Itulah harapannya.

Anda mungkin juga menyukai